Duduk di Tempat Tidur
Duduk di Tempat Tidur
884/1161.
Dari
Abul Aliyah
berkata,
جلست مع بن عباس على
سرير
وفي
روية عن أبي جمرة قال : أقم عندي حتى أجعل لك سهما من ما لي . قنت أقعد مع ابن
عباس، فكان يقعدني على سريره، فقال لي: فأقمت عنده شهرين
"Soya
duduk bersama Ibnu Abbas diatas tempat tidur."
Hadits shahih sanadnya.
Dalam riwayat dari
Abu Jamrah berkata: "Tinggal di tempat Saya, sehingga
Saya memberimu bagian dari harta Saya."
Saya duduk bersama Ibnu Abbas , ia mendudukkan Saya di atas tempat tidurnya,
lalu berkata Saya tinggal padanya selama dua bulan.
Shahih, di dalam kitab Al Misykah
(16/ pentahqiqan yang kedua),
Bukhari.1
885/1162.
Dari
Khalid bin Dinar Abu Khalidah berkata,
سمعت
أنس بن مالك وهو مع الحكم أمير بالبصرة على السرير يقول : كان
النبي صلى الله عليه وسلم إذا كان الحر أبرد بالصلاة وإذا كان البرد بكر
بالصلاة
"Saya dengar Anas bin
Malik berkata -sedangkan dia ada bersama Hakam
Amir (gubernur) Bashrah di
atas ranjang- "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila hari sedang panas, beliau mengakhirkan shalat (ketika panas reda), bila sedang dingin
beliau menyegerakannya."
Hasan sanadnya, yang
riwayatnya marfu' menjadi shahih. Di dalam kitab Al Misykah
(620).
886/1163.
Dari
Anas bin Malik berkata,
دخلت
على النبي صلى الله عليه وسلم وهو على سرير مرمول بشريط تحت رأسه وسادة من آدم
حشوها ليف ما بين جلده وبين السرير ثوب فدخل عليه عمر فبكى فقال له النبي صلى الله
عليه وسلم ما يبكيك يا عمر قال أما والله ما أبكي يا رسول الله ألا أكون أعلم أنك
أكرم على الله من كسرى وقيصر فهما يعيشان فيما يعيشان فيه من الدنيا وأنت يا رسول
الله بالمكان الذي أرى فقال النبي صلى الله عليه وسلم أما ترضى يا عمر أن تكون لهم
الدنيا ولنا الآخرة قلت بلى يا رسول الله قال فإنه كذلك
"Saya
masuk kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang sedang berada di tempat tidur
yang dipintal dan ditenun, dan di bawah kepalanya ada bantal yang isinya serabut
pohon kurma. Antara kulitnya (Nabi) dan
ranjang terdapat kain, lalu Umar masuk dan
menangis, Lantas Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepadanya, 'Apa yang membuat engkau menangis wahai
Umar?' la menjawab, 'Demi Allah wahai Rasulullah!, tidaklah Saya
menangis melainkan karena Saya tahu bahwa engkau adalah hamba yang paling mulia
di sisi Allah dibandingkan Kisra dan Kaisar. Mereka berdua hidup bergelimang dengan gemerlapnya dunia, sedangkan
engkau wahai Rasulullah di tempat seperti yang Saya lihat." Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Apakah engkau tidak rela wahai
Umar!, bagi mereka kehidupan dunia sedangkan bagi kita
adalah di akhirat?' Saya menjawab, 'Tentu, wahai
Rasulullah' Nabi berkata, 'Memang
seharusnya demikian.'"
Hasan shahih,
di dalam kitab Takhrijut-Targhiib (4/114). Muttafaqun 'alaihi- Umar, [tidak tercantum dalam Kutubus-Sittah].2
887/1164. Dari
Abu Rifa'ah Al Adawi
berkata,
انتهيت
إلى النبي صلى الله عليه وسلم وهو يخطب فقلت يا رسول رجل غريب جاء يسأل عن دينه لا
يدري ما دينه فأقبل إلي وترك خطبته فأتى بكرسي خلت قوائمه حديدا قال حميد أراه خشبا
أسود حسبه حديدا فقعد عليه فجعل يعلمني مما علمه الله ثم أتم خطبته
آخرها
"Saya
sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau sedang berkhutbah. Saya
berkata, 'Wahai Rasulullah, seorang asing datang untuk menanyakan tentang
agamanya, karena ia tidak tahu tentang agamanya.' Lalu
beliau menghampiri Saya dan meninggalkan khutbahnya. Lalu dibawakan kursi yang Saya kira penyangganya dari besi (Humaid
berkata: Saya melihatnya kayu hitam, yang ia kira besi)
dan Nabi pun duduk di atasnya. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun mengajari Saya apa yang telah diajarkan
Allah kepadanya, dan beliau meneruskan khutbahnya
serta menyempurnakannya sampai selesai.3
Shahih,
[Muslim,
7- Al Jum'ah,
hadits 60].4
888/1165.
Dari
Imran bin Muslim berkata,
رأيت بن
عمر جالسا على سرير عروس عليه ثياب حمر
"Saya melihat Anas duduk di atas tempat tidur dengan meietakkan salah satu kakinya ke atas kaki yang
lain."
Hadits
hasan sanadnya.5
_______________________
1 Inilah yang dicantumkan oleh Muhqqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi.
2 Demikian perkataannya. Ini termasuk kejanggalannya; hadits tersebut ada di Sunan
Ibnu Majah nomor (4153) pada
cetakannya yang ia buat nomornya dengan tangannya sendiri, dan ia yang
mengerjakannya. Ia susun daftar sisi menurut abjad, dan ia sebut di dua tempat darinya
(halaman: 1496 dan 1513)! dan dari jalan yang
ada pada Ibnu Majah, diriwayatkan oleh Muslim juga (4/188-190) dalam kisah Nabi menjauhi istri-istrinya dengan
memberikan pilihan kepada mereka. Di riwayat Ibnu Abbas dari Umar Radliyallahu Anhu dengan
panjang, lalu diriwayatkan juga olehnya
(Muslim) dan Muallif sendiri di Shahihnya (4913) dari jalan lain dari Ibnu Abbas.
3 Asalnya Tsumma Atamma Khuthbatahu wa Aakharahaa sedang
yang ditetapkan (di atas) dalam Shahih Muslim (3/15), Musnad (5/80), dan Kunna Ad-Dulabi
(1/29). Ia meriwayatkannya dari jalan guru (Syaikh) Muallif.
4 Hadits yang ada
padanya (Muslim) dan lainnya seperti Muallif dari
jalan Humaid bin Hilal dari Abu
Rifa'ah, Ibnul Madini dalam I'laalul Hadits (halaman 106) berkata: "Ibnu
Hilal, menurut Saya tidak berjumpa dengan Abu Rifa'ah." Al Hafizh Ibnu Hajar menukil
darnya salah At-Tahdziib
dan darinya Saya mengoreksi sebagian Iafazh
yang ada pada cetakan Al 'Hal". Saya berkata: Humaid ini kata Qatadah: Ia orang
yang paling utama disbanding ahli ilmu lainnya menurut pandangan mereka. Ibnu Hajar dalam Muqaddimah Al Fath
(halaman 400) berkata,
........ “…Termasuk pembesar
Tabi'in
sekelompok ulama menjadikannya sebagai hujjah."
........ Saya katakan: ketika Muslim
meriwayatkan hadits ini artinya itu muttashil (bersambung sanadnya). Jika tidak,
pasti ia tidak akan meriwayatkan sebagaimana yang ada dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah
juga (1457) dan disebutkan AI ' Ala'i dalam Ahkammul Marasil, dan
ia sertakan dengan perkataan Ibnu Al Madini
yang telah tersebut, kemudian ia tidak memberi keputusan yang pasti
tentang dirinya, sedang Al Hafizh walaupun telah
menyebutnya dalam At-Tahdziib sebagaimana yang telah terdahulu, tapi ia tidak
memberikan keterangan lebih lanjut, bahkan tidak memberi isyarat kepadanya.
Ia berkata dalam terjemah
Humaid
dari At-Taqriib, "Tsiqah, 'Alim, Ibnu Sirin
tawaqquf tentang dirinya (tidak memberi
keputusan [abstain]) karena ikut campur dalam masalah Sulthan." Wallahu a'lam, topik ini masih perlu dikaji
lebih lanjut
5 ......... Saya katakan: Sanadnya dalam bab tersebut
sesudah atsar lain, yang dalam akhir bagian kitab
seperti ini: "Wa 'an Abiihi
'an 'imran bin Muslim " Hal
ini membuat musykil (dilema) bagi Muhaqqiq
asal Muhammad FuaclAl Baqi
-semoga Allah memaafkannya- ia berkomentar atas
perkataan; "Wa
'an Abiihi" ( dan dari Bapaknya). Maka ia berkata: "Tidak, tidak ada takhrif. Itu hanyalah kekurang matangan! karena dhamir (kata ganti) Abiki (bapaknya) kembali pada Waki', yang sudah disebut dalam sanad atsar sebelumnya yang sudah
diisyaratkan." Muallif berkata: Tamim
menceritakan kepada kami, ia berkata telah menceritakan kepada kami Waki' dari Musa bin Dahqan ia berkata: Saya melihat" (lalu ia menyebut atsar, kemudian berkata:) "Wa'an Abihi 'an Umran." dan dari bapaknya dari Umran…."
Saya
berkata: Maka dhamir tersebut kembali pada Waki' sebagaimana yang dzahir,
ia adalah Waki' bin Jarrah bin Malih Ar-Ru'asy Al Hafizh Ats-Tsiqah, penyusun kitab Az-Zuhd yang dicetak dengan tahqiq saudara Saya yang mulia Abdurrahman Abdul Jabbar Al Faryawai. Dia
meriwayatkan dari bapaknya, Jarrah, dan ia ada gilirannya meriwayatkan dari Umrah bin Muslim, dia adalah Al Qasir Syaikhnya dalam atsar ini. Waki' meriwayatkan dari bapaknya
lebih dari sepuluh hadits marfu' dan mauqufdi dalam Zuhudnya, engkau cari dengan daftar
isinya.
Post a Comment