Jembatan Antara Surga Dan Neraka
Jembatan Antara Surga Dan Neraka
Segala puji hanya untuk Allah
Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak
ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu
bagi -Nya, dan
aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi
wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Diriwayatkan
oleh Imam Bukhari dari sahabat Abu Sa'id dal-Khudri radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَخْلُصُ الْمُؤْمِنُونَ مِنْ
النَّارِ فَيُحْبَسُونَ عَلَى قَنْطَرَةٍ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ فَيُقَصُّ
لِبَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ مَظَالِمُ كَانَتْ بَيْنَهُمْ فِي الدُّنْيَا حَتَّى
إِذَا هُذِّبُوا وَنُقُّوا أُذِنَ لَهُمْ فِي دُخُولِ الْجَنَّةِ فَوَالَّذِي
نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَأَحَدُهُمْ أَهْدَى بِمَنْزِلِهِ فِي الْجَنَّةِ
مِنْهُ بِمَنْزِلِهِ كَانَ فِي الدُّنْيَا » [أخرجه البخاري]
"Ketika orang-orang
beriman telah selamat dari api neraka, mereka lalu tertahan di qonthoroh
(jembatan) yang berada diantara surga dan neraka. Kemudian mereka semua
dihukumi satu sama lain atas kezaliman yang dahulu pernah mereka lakukan.
Sampai ketika mereka semua sudah bersih dari dosa, mereka baru di izinkan untuk
masuk ke dalam surga. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada ditanganNya.
Benar-benar salah seorang diantara kalian itu lebih mengenali tempat tinggalnya
disurga dari pada tempat tinggalnya dahulu ketika didunia". HR Bukhari
no: 6535.
Penjabaran
Hadits:
Sabdanya,
"Ketika orang-orang beriman telah selamat dari api neraka".
Yaitu manakala mereka telah berhasil melewati titian yang mereka lewati sesuai
dengan tingkat amalannya. Imam
Qurthubi mengatakan, "Mereka adalah orang-orang beriman, yang mana Allah Shubhanahu wa
ta’alla telah mengetahui bahwa dengan adanya qishash tersebut tidak
akan menyisakan kebaikan mereka sedikitpun".[1] Karena
jika dilaksanakan qishash, kebaikan yang mereka miliki sudah tidak tersisa yang
bisa digunakan sebagai modal untuk masuk ke dalam surga.
Al-Hafidh
Ibnu Hajar menerangkan, "Kemungkinan yang dimaksud mereka itu ialah ashabul
a'raf dari kalangan mereka menurut pendapat yang lebih kuat, yaitu
orang-orang yang mempunyai kebaikan dan keburukan sama kedudukannya. Lalu
keluar dari kelompok ini dua golongan dari kalangan orang-orang beriman, yakni
orang yang masuk surga tanpa hisab dan orang yang binasa karena amalan
(jelek)nya".[2]
Kemudian Sabdanya,
"Mereka lalu tertahan di qonthoroh yang berada diantara surga dan
neraka". Yang dimaksud dengan Qonthoroh secara bahasa ialah
jembatan yang dibentangkan diatas sungai yang bisa dilewati. [3] Mungkin ada yang bertanya,
"Seperti apa Qonthoroh itu dan bagaimana jalannya qishash tersebut yang
terjadi diantara jembatan tadi. Apakah disana ada qishosh lagi selain dari qishosh
yang dilakukan pada permulaan hari kiamat? Maka kita jawab, "Bahwa perkara-perkara seperti ini
merupakan perkara ghaib yang tugas kita hanya mengimaninya saja, tidak ada
keharusan untuk mengetahui tentang bagaimana proses kejadiannya. Sebab kita tidak
mempunyai ilmu tentang shirat, hakekatnya seperti apa, begitu pula dalam
masalah qonthoroh, terus bagaimana mereka tertahan disana, kita tidak
mengetahuinya? Karena hakekat akhirat itu tidak ada yang
mengetahuinya melainkan Allah Shubhanahu
wa ta'ala, namun, dengan ini setiap orang akan menjumpai
perkara akhirat pada hari kiamat apabila mereka menyaksikan secara langsung
perkaranya dengan mata kepala sendiri.
Imam
Ibnu Katsir menerangkan, "Qonthoroh peristiwanya terjadi setelah
(mereka) melewati neraka. Bisa jadi
qonthoroh ini berbarengan dengan peristiwa lain yang hanya Allah Shubhanahu wa
ta’alla yang mengetahuinya, sedang kita tidak mengetahui hal
tersebut. Wallahu a'lam.[4] Sedang al-Hafidh Ibnu Hajar
menyatakan, "Terjadi silang pendapat dikalangan para ulama dalam masalah
ini, apakah qonthoroh itu merupakan tepi jembatan yang dibentangkan diatas
neraka Jahanam ataukah dia merupakan jembatan sendiri secara terpisah, dan imam
al-Qurthubi lebih condong kepada pendapat yang kedua".[5] Adapun sabdanya, "Kemudian
mereka semua dihukumi satu sama lain atas kezaliman yang dahulu pernah mereka
lakukan".
Syaikh
Ibnu Utsaimin menjelaskan, "Pembalasan ini bukan pembalasan yang pertama
yang terjadi dipermulaan hari kiamat. Karena qishosh ini sifatnya lebih khusus yakni
dengan tujuan menghilangkan rasa dendam dan dengki, serta permusuhan yang
berada didada-dada manusia, sehingga qishosh ini kedudukannya sama persis
sebagai penyuci dan pembersih, hal itu dilakukan, karena ganjalan yang ada
dalam hati tidak mungkin bisa hilang secara sempurna hanya sekedar dibalas
dengan qishosh (pertama). Maka qonthoroh yang berada diantara surga dan neraka
tujuannya adalah untuk mensucikan isi hati mereka sehingga mereka masuk ke
dalam surga benar-benar dengan hati bersih tanpa ada lagi iri dan dengki yang
tersimpan".[6]
Hal itu sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya:
﴿ وَنَزَعۡنَا مَا فِي
صُدُورِهِم مِّنۡ غِلٍّ إِخۡوَٰنًا عَلَىٰ سُرُرٖ مُّتَقَٰبِلِينَ ٤٧ ﴾ [الحجر: 47]
"Dan Kami lenyapkan segala rasa
dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk
berhadap-hadapan di atas dipan-dipan". (QS al-Hijr: 47).
Syakhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, "Jiwa
yang jelek tidak pantas untuk menjadi penghuni surga, negeri yang penuh dengan
kebaikan, yang tidak ada kejelekan sedikitpun disana. Sebab, dengan adanya kejelekan
mengharuskan adanya kerusakan dan itu tidak mungkin terjadi didalam surga.
Namun, apabila jiwa yang jelek tadi dibersihkan dan dijernihkan maka dirinya
baru layak menjadi penduduk surga. Dan cara mensucikan dan memurnikan itu sama
halnya dengan memurnikan emas sehingga bisa betul-betul murni. Dan hal itu
telah diisyaratkan oleh sabdanya, "Sampai sekiranya benar-benar suci".
Sehingga menjadi jelas bahwa surga hanyalah dimasuki
oleh orang-orang beriman setelah mereka dibersihkan dan dicuci dari sisa-sisa
kotoran dosa, lantas bagaimana dengan orang yang tidak memiliki amal kebaikan
akan mampu untuk melewati shirot".[7]
Maka selanjutnya apabila orang-orang beriman telah
masuk ke dalam surga, mereka langsung mendatangi istana serta tempat tinggalnya,
dengan penuh kebahagian, dengan sebab apa yang mereka peroleh di sisi Allah
azza wa jalla. Dan mereka langsung dapat mengenali tempat tinggalnya
masing-masing, bahkan dirinya lebih mengenali istananya dibanding dengan tempat
tinggalnya dulu ketika didunia.
Fawaid Hadits:
1.
Keadilan Allah yang Maha Sempurna. Dimana seorang mukmin tidak akan
masuk surga sedang dirinya masih punya hutang kezaliman pada saudaranya.
Dijelaskan dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abdullah bin Unais radhiyallahu 'anhu,
bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ -أَوْ قَالَ الْعِبَادُ- عُرَاةً غُرْلًا بُهْمًا. قَالَ: قُلْنَا
وَمَا بُهْمًا. قَالَ: لَيْسَ مَعَهُمْ شَيْءٌ, ثُمَّ يُنَادِيهِمْ بِصَوْتٍ
يَسْمَعُهُ مِنْ قُرْبٍ, أَنَا الْمَلِكُ, أَنَا الدَّيَّانُ, وَلَا يَنْبَغِي
لِأَحَدٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ أَنْ يَدْخُلَ النَّارَ وَلَهُ عِنْدَ أَحَدٍ مِنْ
أَهْلِ الْجَنَّةِ حَقٌّ حَتَّى أَقُصَّهُ مِنْهُ وَلَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ
أَهْلِ الْجَنَّةِ أَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ وَلِأَحَدٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ
عِنْدَهُ حَقٌّ حَتَّى أَقُصَّهُ مِنْهُ حَتَّى اللَّطْمَةُ. قَالَ: قُلْنَا
كَيْفَ وَإِنَّا إِنَّمَا نَأْتِي اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ عُرَاةً غُرْلًا بُهْمًا.
قَالَ: بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ » [أخرجه أحمد]
"Kelak
manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat –atau beliau mengatakan, "Para
hamba"- dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berkhitan dan buhman". Kami bertanya,
"Apa itu buhman? Beliau
menerangkan, "Tidak ada pakain yang menempel, kemudian mereka diseru
dengan suara yang mampu didengar oleh orang yang berada ditempat yang jauh sama
dengan yang berada didekat, "Akulah Maha Kuasa, Aku lah Maha Menguasai,
tidak pantas bagi seorangpun dari penghuni neraka masuk ke dalamnya sedang ia
masih punya hutang kepada seseorang dari penduduk surga sebelum aku putuskan hukumannya, dan tidak layak bagi
seorangpun dari penduduk surga masuk ke dalamnya, sedang mereka masih memiliki
hutang pada penghuni neraka sebelum AKu memutuskan perkaranya, sampai sekiranya
hanya satu pukulan. Kami bertanya, "Bagaimana itu terjadi, sedang kami
datang menghadap Allah azza wa jalla dalam keadaan tidak beralas kaki, belum
dikhitan dan telanjang? Beliau menjawab, "(Membayarnya) dengan kebaikan
dan kejelekan". HR Ahmad 25/432 no: 16042.
Bahkan sampai binatangpun
dihukumi satu sama lainnya, atas kezalimanan yang dahulu mereka saling lakukan.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَتُؤَدُّنَّ الْحُقُوقَ إِلَى
أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ الْجَلْحَاءِ مِنَ
الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ » [أخرجه مسلم]
"Benar-benar akan dibalas semua hak dan
dikembalikan pada ahlinya kelak pada hari kiamat. Sampai sekiranya didatangkan
seekor kambing yang tidak bertanduk dengan kambing yang bertanduk". HR
Muslim no: 2582.
2.
Wajib bagi tiap muslim untuk berusaha membebaskan dirinya atas tanggungan
yang dimiliki pada orang lain dan meminta dihalalkan sebelum mendatangi mereka
kelak pada hari kiamat, pada hari yang tidak ada lagi berguna dirham dan dinar,
namun, pembayarannya menggunakan kebaikan dan kejelekan.
Seperti
dijelaskan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَتُؤَدُّنَّ الْحُقُوقَ إِلَى
أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ الْجَلْحَاءِ مِنَ
الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ » [أخرجه البخاري]
"Barangsiapa mempunyai kezaliman pada
orang lain, baik kehormatan atau yang lainnya, maka hendaknya dirinya meminta
supaya dima'afkan pada hari ini, sebelum tidak ada berguna lagi dinar dan dirham,
namun, bila dirinya punya amal sholeh maka diambilkan untuk saudaranya tersebut
sesusai tingkat kezalimannya, dan jika dirinya sudah tidak menyimpan kebaikan
sedikitpun maka diambilkan kejelekan saudaranya lalu ditimpakan kepadanya".
HR Bukhari no: 2449.
3.
Bahwa surga tidak mugkin dimasuki oleh jiwa yang jelek, namun, hanya
dimasuki oleh jiwa yang baik..
Allah tabaraka wa ta'ala
menjelaskan hal itu melalui firman -Nya:
"(Yaitu) orang-orang
yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para Malaikat dengan mengatakan (kepada
mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan
apa yang telah kamu kerjakan". (QS an-Nahl: 32).
4.
Bahwa diantara kelaziman nikmat surga ialah dihilangkannya penyakit hati
dari iri dan dengki serta permusuhan, sehingga mereka betul-betul merasakan
kelezatan nikmat yang sempurna dan memperoleh kebahagian hakiki.
Allah azza wa jalla menjelaskan dalam firman -Nya:
﴿ وَنَزَعۡنَا مَا فِي صُدُورِهِم مِّنۡ غِلّٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهِمُ
ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ وَقَالُواْ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي هَدَىٰنَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا
لِنَهۡتَدِيَ لَوۡلَآ أَنۡ هَدَىٰنَا ٱللَّهُۖ ٤٣ ﴾ [ الأعراف: 43 ]
"Dan
Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di
bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah
yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. dan kami sekali-kali tidak akan
mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk". (QS al-A'raf:
43).
Akhirnya
kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu
wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla
curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam,
kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.
Post a Comment