MENCINTAI RASULULLAH صلى الله عليه وسلم Dengan Benar
MENCINTAI RASULULLAH صلى الله عليه وسلم
Dengan Benar
Diriwayatkan
dari Anas رضي الله عنه,
dari Nabi صلى الله عليه وسلم,
bahwa beliau bersabda:
لاَ
يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ
أَجْمَعِينَ
“Tidaklah (sempurna) iman salah
seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya,
anaknya dan segenap umat manusia.” (HR. Bukhari I/14 no.15, dan Muslim I/167
no.44)
Belakangan ini, di tengah-tengah masyarakat sedang marak
berbagai aktivitas yang mengatasnamakan cinta Rasul صلى الله عليه وسلم. Kecintaan
kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah
perintah agama dan merupakan prinsip keimanan. Tetapi untuk mengekspresikan
cinta kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidak boleh
kita lakukan menurut selera dan hawa nafsu kita sendiri. Sebab jika cinta Rasul
صلى الله عليه وسلم itu kita ekspresikan secara
serampangan tanpa mengindahkan syari’at agama maka bukannya pahala yang kita
terima, tetapi malahan menuai dosa.
Berdasarkan hadits shahih yang telah kita sebutkan di
atas, kita akan membahas beberapa Pelajaran berikut ini:
1. Hukum Mencintai Rasulullah صلى الله عليه وسلم ,
2. Buah Kecintaan kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم
3. Ancaman Bagi Orang Yang Mencintai
Sesuatu Melebihi cintanya kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم
4. Tanda-tanda dan Bukti Cinta kepada Rasulullah
صلى الله عليه وسلم
5. Bagaimana Agar Kita mencintai Rasulullah
صلى الله عليه وسلم?
HUKUM
MENCINTAI RASULULLAH
Hadits shahih di atas adalah dalil tentang wajibnya
mencintai Nabi صلى الله عليه وسلم dengan
kualitas cinta tertinggi. Yakni kecintaan yang benar-benar melekat di hati yang
mengalahkan kecintaan kita terhadap apapun dan siapapun di dunia ini. Bahkan
meskipun terhadap orang-orang yang paling dekat dengan kita, seperti anak-anak
dan ibu bapak kita. Bahkan cinta Rasul itu harus pula mengalahkan kecintaan
kita terhadap diri kita sendiri.
Dalam Shahih Al-Bukhari diriwayatkan, bahwa Umar bin
Khathab رضي الله عنه berkata kepada Nabi صلى الله عليه وسلم :
لأَنْتَ
يَا رَسُوْلَ اللهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلاَّ مِنْ نَفْسِيْ . فَقَالَ
: لاَ وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ
. فَقَالَ : لَهُ عُمَرُ : فَإِنَّكَ اْلآنَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِيْ . فَقَالَ
: اْلآنَ يَا عُمَرُ
“Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, adalah orang yang
paling aku cintai daripada segala sesuatu selain diriku sendiri.” Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, ‘Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada
di TanganNya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri’. Maka Umar
berkata kepada beliau, ‘Sekarang ini engkau lebih aku cintai daripada diriku
sendiri.’ Maka Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
‘Sekarang (telah sempurna kecintaanmu/imanmu
padaku) wahai Umar.” (HR. Bukhari VI/2445 no.6257).
Demikian pula, mencintai Rasulullah صلى الله عليه وسلم wajib melebihi
kecintaan kita kepada kedua orangtua, anak, keluarga, dan harta benda.
Hal ini sebagaimana hadits-hadits shohih berikut ini:
Dari Anas رضي الله عنه, dari Nabi صلى الله عليه وسلم, bahwa beliau
bersabda:
لاَ
يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ
أَجْمَعِينَ
“Tidaklah (sempurna) iman salah
seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya,
anaknya dan segenap umat manusia.”[1]
Dari Anas رضي الله عنه, ia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
لاَ
يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَالنَّاسِ
أَجْمَعِينَ
“Tidaklah (sempurna) iman seorang
hamba sehingga aku lebih dicintainya daripada keluarganya, hartanya dan segenap
umat manusia.”[2]
BUAH
KECINTAAN KEPADA RASULULLAH
Kecintaan sejati kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم menyebabkan
seseorang merasakan manisnya iman. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits
shahih yang diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari dan Muslim dari Anas رضي الله عنه, dari Nabi صلى الله عليه وسلم, beliau
bersabda:
ثَلاَثٌ
مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ اِلإِيْمَانِ : أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ
أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا
“Ada tiga perkara yang bila seseorang
memilikinya, niscaya akan merasakan manisnya iman, ‘Yaitu, kecintaannya pada
Allah dan RasulNya lebih dari cintanya kepada selain keduanya……”.[3]
Orang yang mencintai Rasulullah صلى الله عليه وسلم dengan benar
akan dikumpulkan oleh Allah bersama-sama dengan beliau di akhirat kelak. Hal
ini berdasarkan hadits shohih berikut ini:
عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ: وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ.
قَالَ حُبَّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ قَالَ: فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
قَالَ
أَنَسٌ فَمَا فَرِحْنَا بَعْدَ الإِسْلاَمِ فَرَحًا أَشَدَّ مِنْ قَوْلِ النَّبِىِّ
صلى الله عليه وسلم: فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ. قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ وَإِنْ
لَمْ أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ
Dari Anas bin Malik, ia berkata: “seseorang datang
menemui Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan berkata: “Wahai
Rasulullah, kapan akan terjadi hari kiamat?” beliau bersabda: “Apa yang telah
engkau persiapkan untuk menghadapinya?” ia menjawab: “kecintaan kepada Allah
dan Rasul-Nya.” Lalu
beliau bersabda: “sesungguhnya engkau akan bersama-sama dengan orang yang
engkau cintai.”
Anas berkata;
'Tidak ada yang lebih menyenangkan hati kami setelah masuk Islam selain sabda
Rasulullah صلى الله عليه وسلم
yang berbunyi: 'Sesungguhnya kamu akan bersama orang yang kamu cintai.'
Anas berkata; 'Karena saya mencintai Allah, Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar,
maka saya berharap kelak akan bersama mereka meskipun saya tidak dapat beramal
seperti mereka.’”[4]
ANCAMAN
BAGI ORANG YANG MENCINTAI SESUATU MELEBIHI CINTANYA KEPADA RASULULLAH
Allah mengancam
siapa saja yang mencintai seseorang, baik itu orang tua, anak, istri, kerabat,
atau harta benda dan tempat tinggal melebihi kecintaannya kepada Allah dan
Rasul-Nya serta jihad di jalan-Nya. Hal
ini sebagaimana firman Allah ta’ala:
قُلْ
إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ
وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا
أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا
حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah: “Jika bapak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalannya,
Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan-Nya”. dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 24).
TANDA-TANDA
CINTA KEPADA RASULULLAH
Cinta Rasul صلى الله عليه وسلم tidaklah
berupa peringatan-peringatan tertentu pada saat-saat tertentu. Cinta itu
haruslah benar-benar murni dari lubuk hati seorang mukmin dan senantiasa
terpatri di hati. Sebab dengan cinta itulah hatinya menjadi hidup, melahirkan
amal shalih dan menahan dirinya dari kejahatan dan dosa.
Adapun diantara tanda-tanda cinta sejati kepada Rasulullah
صلى الله عليه وسلم adalah sebagai berikut:
a. Berkeinginan Keras untuk Dapat
Melihat dan Bertemu dengn Rasulullah صلى الله عليه وسلم , dan Merasa berat
Bila Kehilangan Kesempatan itu
Tanda dan bukti cinta Rasul ini sudah diwujudkan oleh para sahabat dengan
sempurna.
b. Mentaati beliau dengan menjalankan
perintahnya dan menjauhi larangannya.
Pecinta sejati Rasul manakala
mendengar Nabi صلى الله عليه وسلم memerintahkan
sesuatu akan segera menunaikannya. Ia tak akan meninggalkannya meskipun itu
bertentangan dengan keinginan dan hawa nafsunya. Ia juga tidak akan
mendahulukan ketaatannya kepada isteri, anak, orang tua atau adat kaumnya.
Sebab kecintaannya kepada Nabi صلى الله عليه وسلم lebih dari
segala-galanya. Dan memang, pecinta sejati akan patuh kepada yang dicintainya.
Adapun orang
yang dengan mudahnya menyalahi dan meninggalkan perintah-perintah Nabi صلى الله عليه وسلم serta menerjang berbagai kemungkaran
maka pada dasarnya dia jauh lebih mencintai dirinya sendiri. Sehingga kita saksikan dengan
mudahnya ia meninggalkan shalat lima waktu, padahal Nabi صلى الله عليه وسلم sangat
mengagungkan perkara shalat, hingga ia diwasiatkan pada detik-detik akhir sakaratul
mautnya. Dan orang jenis ini, akan dengan ringan pula melakukan berbagai
larangan agama lainnya. Na’udzubillah min dzalik.
c. Menolong dan mengagungkan beliau صلى الله عليه وسلم dan sunnahnya.
Dan ini telah dilakukan oleh para
sahabat sesudah beliau wafat. Yakni dengan mensosialisasikan, menyebarkan dan
mengagungkan sunnah-sunnahnya di tengah-tengah kehidupan umat manusia,
betapapun tantangan dan resiko yang dihadapinya.
d. Tidak menerima sesuatupun perintah
dan larangan kecuali melalui beliau صلى الله عليه وسلم, rela dengan
apa yang beliau tetapkan, serta tidak merasa sempit dada dengan sesuatu pun
dari sunnahnya.
Hal ini sebagaimana Allah عزّوجلّ berfirman:
فَلا
وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا
فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمَا
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak
beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS.
An-Nisaa: 65).
Adapun selain beliau, hingga para
ulama dan shalihin maka mereka adalah pengikut Nabi صلى الله عليه وسلم. Tidak seorang
pun dari mereka boleh diterima perintah atau larangannya kecuali berdasarkan
apa yang datang dari Nabi صلى الله عليه وسلم.
e. Mengikuti beliau صلى الله عليه وسلم dalam segala
halnya.
Dalam hal shalat, wudhu, makan,
tidur , bergaul, dan lain sebagainya.
Juga berakhlak dengan akhlak beliau صلى الله عليه وسلم dalam kasih
sayangnya, rendah hatinya, kedermawanannya, kesabaran dan zuhudnya, dan lainnya. Allah عزّوجلّ berfirman:
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzaab: 21)
f. Memperbanyak mengingat dan shalawat
atas Nabi صلى الله عليه وسلم.
Dalam hal shalawat Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ
صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
“Barangsiapa bershalawat atasku sekali, niscaya Allah
bershalawat atasnya sepuluh kali.” [5]
Adapun bentuk shalawat atas Nabi صلى الله عليه وسلم adalah
sebagaimana yang beliau ajarkan. Salah seorang sahabat bertanya tentang bentuk
shalawat tersebut, beliau menjawab: “Ucapkanlah:
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَّمَدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
“Ya Allah, bershalawatlah atas
Muhammad dan keluarga Muhammad”[6]
g. Mencintai orang-orang yang dicintai
Nabi صلى الله عليه وسلم.
Seperti Abu Bakar, Umar, Utsman,
Ali, Aisyah, Fathimah radhiallahu anhum dan segenap orang-orang yang
disebutkan hadits bahwa beliau صلى الله عليه وسلم mencintai mereka. Kita harus mencintai orang
yang dicintai beliau dan membenci orang yang dibenci beliau صلى الله عليه وسلم. Lebih dari
itu, hendaknya kita mencintai segala sesuatu yang dicintai Nabi, termasuk
ucapan, perbuatan dan sesuatu lainnya.
BAGAIMANA
AGAR KITA MENCINTAI RASULULLAH?
Terdapat
beberapa kiat dan amalan yang dapat dilakukan agar kita mampu mewujudkan
kecintaan sejati kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Di antaranya:
a. Hendaknya kita ingat bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم adalah orang
yang paling baik dan paling berjasa kepada kita, bahkan hingga dari orang tua
kita sendiri. Beliaulah yang mengeluarkan kita dari kegelapan kepada cahaya,
yang menyampaikan agama dan kebaikan kepada kita, yang memperingatkan kita dari
kemungkaran. Dan kalau bukan karena rahmat Allah yang mengutus beliau صلى الله عليه وسلم, tentu kita
telah tenggelam dalam kesesatan.
b. Renungkanlah perjalanan hidup Nabi صلى الله عليه وسلم, jihad dan
kesabarannya serta apa yang beliau korbankan demi tegaknya agama ini, dalam
menyebarkan tauhid serta memadamkan syirik, sungguh suatu upaya yang tidak bisa
dijangkau oleh siapapun.
c. Renungkanlah keagungan akhlak Nabi صلى الله عليه وسلم, sifat dan
sikapnya yang sempurna, rendah hati kepada kaum mukminin dan keras terhadap
orang-orang munafik dan musyrikin, pemberani, dermawan dan penyayang. Cukuplah
sanjungan Allah عزّوجلّ atas beliau صلى الله عليه وسلم:
وَ
إِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Dan sungguh engkau memiliki akhlak yang agung” (QS. Al Qolam: 4)
d. Mengetahui kedudukan beliau صلى الله عليه وسلم di sisi Allah عزّوجلّ. Beliau صلى الله عليه وسلم adalah orang
yang paling mulia di antara segenap umat manusia, penutup para Nabi, yang
diistimewakan pada hari Kiamat atas segenap Nabi untuk memberikan syafa’at
uzhma (agung), yang memiliki maqam mahmud (kedudukan terpuji), orang yang
pertama kali membuka pintu Surga serta berbagai keutamaan beliau lainnya.
Demikianlah penjelasan singkat tentang cinta sejati
kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Mudah-mudahan
kita bisa mengambil pelajaran dan mengamalkannya dalam kehidupan kita
sehari-hari hingga akhir hayat sehingga kita digolongkan oleh Allah عزّوجلّ ke dalam
orang-orang yang jujur dan setia dalam mencintai, mengikuti dan membela Nabi صلى الله عليه وسلم, dan
dikumpulkan dalam satu majlis bersama Nabi صلى الله عليه وسلم di dalam
surga-Nya. Amin.[]
[1]
HR.
Bukhari I/14 no.15, dan Muslim I/167 no.70, An-Nasai VIII/114 no.5013, Ibnu
Majah I/26 no.67, dan Ahmad III/177 no.12837.
Post a Comment