Teringat sebuah kisah yang di jabarkan oleh Allah SWT dalam
Al-Quran tentang sebab terkutuknya Iblis. Yaitu disaat iblis tidak mematuhi
perintah Allah SWT untuk bersujud. Maka bersama itu juga iblis menjadi makhluk
pertama yang terkutuk. Ada yang perlu dicermati dibalik penolakan iblis untuk
sujud, yang karenanya iblis menjadi terkutuk. Yaitu karena iblis merasa lebih
baik dari Nabi Adam AS dan berkata "Ana Khoirun Minhu"
(Aku lebih baik dari Adam). Disaat iblis menojolkan ke-AKU-anya itulah awal
bencana untuk Iblis.
Bisa kita membuat suatu gambaran akan sebuah cara menjalani
hidup iblis yang salah yang terbaca pada masa kehidupan Nabi Adam dengan iblis.
Yaitu cara hidup yang mengikuti faham AKU.
Faham AKU adalah faham iblis yang kemuliaan Islam sangat
menentangnya. Faham AKU adalah faham kesombongan. Dan inilah yang pernah di
isyaratkan Nabi Muhammad SAW bahwa yang menganggap dirinya bersih adalah yang
terjerumus dalam jurang kehinaan dan tidak ada yang bisa mengangkatnya kecuali
melawan hawa nafsunya yang senang membanggakan diri.
Saat ini kita harus lebih banyak berdoa untuk diri kita sendiri
dan saudara-saudara kita yang diam-diam telah menganut fahan AKU ini. Semoga
Allah SWT menyelamatkan kita dan mereka dari terjerumus dalam kehinaan faham AKU
ini. Karena saat ini kita sungguh dihadapkan pada suatu suasana yang telah
menyuburkan faham AKU ini.
Yang telah di ajarkan Islam, jika ada pengangkatan pemimpin
atau orang-orang yang akan mewakili kaum muslimin dalam sebuah tatanan atau
tugas besar, yang ada dalam Islam adalah Tazkiyah
(rekomendasi) yang di berikan kepada seorang calon pemimpin dan wakil rakyat
dari kaum muslimin yang mempunyai wawasan agama dan ketaqwaan.
Artinya penilain baik dan tidaknya seorang calon pemimpin dan
wakil rakyat adalah di tetuntukan oleh khalayak yang beriman dan mempunyai
wawasan tentang tugas seorang pemimpin dan wakil rakyat. Inilah hal terpenting
yang membedakan antara politik Islam dan bukan Islam. Di dalam Islam ada Syuuro
yang sering diterjemahkan oleh sebagian orang dengan demokrasi. Padahal
sesungguhnya sangat berbeda antara demokrasi dengan Syuuro. Islam tidak mengenal
demokrasi karena demokrasi tidak akan menghantarkan kepada pemilihan pemimpin
yang benar. Syuroo dalam memilih pemimpin adalah memilih pemimpin oleh
orang-orang yang mampu mencemati, memilih, mempelajari dan memahami tugas
pemimpin. Sedangkan demokrasi adalah memilih pemimpin oleh semua orang yang
mampu berfikir cerdas ataupun yang tidak mampu termasuk orang pikun dan lemah
akalpun sama suaranya dengan profesor yang soleh. Barangkali andapun pernah
melihat di sebuah pesta demokrasi seorang kakek tua, tuli, kabur penglihatan,
sering pikun dan tidak kenal calon A dan calon B harus masuk TPS memilih seorang
pemimpin.
Suatu ketika Nabi Muhammad SAW pernah bersabda "
Janganlah engkau berikan kepemimpinan kepada orang yang memintanya
darimu". Begitu juga kisah Sayyidina Umar bin Khottob yang ingin
mengangkat seorang gubernur, beliau minta kepada tokoh-tokoh yang ada untuk
merekomendasikan orang-orang yang layak menjadi gubernur. Dan disaat ada orang
yang mengajukan satu orang, sayyidina Umar bertanya “ Apa alasanmu
memberi rekomendasi terhadap orang itu? Dijawab,” kami saksikan ia sangat rajin
di masjid”. Kemudian sayyidina Umar bertanya “ apakah engkau pernah berjual beli
dan pinjam meminjam denganya? ” Di jawab “belum ”. Kata sayyidina Umar,”
rekomendasimu tidak di anggap, sebab pemimpin dan wakil rakyat harus sudah
teruji kejujuranya kepada Allah dan kejujurannya kepada sesama, belum cukup
untuk mengangkat seorang pemimpin yang hanya terlihat baik di masjid saja,
begitu juga yang tidak kenal masjid tidaklah pantas menjadi pemimpin dan wakil
rakyat”.
Riwayat yang kita dengar dari Rasulullah dan Sayyida Umar bin
Khottob adalah sebuah pendidikan bagi kita disaat memilih pemimpin dan wakil
rakyat. Sekaligus untuk menjauhkan para calon pemimpin dan wakil rakyat dari
faham AKU yang menjadikan seorang hamba di kutuk dan di murkai oleh Allah
SWT.
Saat inipun kita harus tanggap dan cerdas melihat disekitar
kita, begitu banyaknya propaganda faham AKU memenuhi jalan-jalan. Kita sering
dikejutkan oleh gambar orang yang tidak pernah kita kenal tampil di jalan-jalan
dan mengatakan beragam ungkapan yang menunjukkan bahwa faham AKU nya iblis telah
di anut oleh bangsa manusia. Kami tidak mengatakan bahwa mereka tidak layak
dipilih akan tetapi kami hanya mencermati bahwa cara memilih calon pemimpin dan
wakil rakyat yang benar, bukanlah dengan cara menyuburkan faham AKUnya iblis.
Dan penganut faham AKU tidaklah pantas untuk dipilih. Semoga Allah SWT
menjauhkan kita dari faham AKU nya sang iblis ini.
Wallahu a'lam
bissawab.
Post a Comment