SYARAT SAHNYA MENYEMBELIH BINATANG QURBAN

BERQURBAN BERSAMA RASULULLAH صلي الله عليه وسلم
Abu Ibrohim Muhammad Ali AM خفظه الله

SYARAT SAHNYA MENYEMBELIH BINATANG QURBAN

  1. Hendaknya seorang yang menyembelih berakal dan usianya sudah mencapai tamyiz, sedangkan sembe­lihan anak yang belum tamyiz, atau orang gila tidak sah. Hal ini didasari oleh keharusan adanya niat dalam menyembelih, oleh karena itu Rosululloh صلي الله عليه وسلم bersabda: "Amalan itu tergantung dari niatnya" (HR. Bukhori 1, dan Muslim 155)
  2. Hendaknya penyembelih adalah seorang muslim atau ahli kitab, baik laki-laki atau perempuan, apa­bila penyembelihnya selain yang disebutkan maka sembelihannya tidak sah, sebagaimana firman-Nya:
وَطَعَامُ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ حِلٌّ لَّكُمْ وَطَعَامُكُمْ حِلُّ لَّهُمْ
"Dan makanan (sembelihan) orang-orang ahli kitab halal untukmu dan makananmu halal untuk mereka" (QS. al-Maaidah [05]: 5)
Imam Bukhori berkata: "Ibnu Abbas berkata bahwa yang dimaksud makanan dalam ayat ini ada­lah sembelihan."1
  1. Hendaknya penyembelih benar-benar bermaksud menyembelih, bukan sekedar kebetulan atau tidak menyengaja, sehingga seandainya ada seorang yang sedang diserang oleh seekor sapi, lalu dia menebas­kan pedangnya ke arah sapi tersebut dengan maksud untuk membela diri, dan sapi tersebut terluka le­hernya sehingga mati, maka perbuatan seperti ini tidak termasuk penyembelihan yang sah, karena dia tidak bermaksud menyembelih.
  2. Hendaknya sembelihan ini hanya untuk Alloh سبحانه و تعالي. Apabila sembelihan diperuntukkan kepada selain Alloh سبحانه و تعالي, maka sembelihan tersebut tidak halal, seperti orang yang menyembelih sapi bermaksud mengagungkan berhala, atau dipersembahkan kepa­da penghuni tempat yang dianggap keramat, (lihat QS. al-Baqoroh 172)
  3. Hendaknya menyebut nama Alloh سبحانه و تعالي dan tidak me­nyebut nama selain-Nya, dan ini menjadi syarat yang utama, sehingga seandainya ada orang menyembelih tanpa menyebut nama Alloh سبحانه و تعالي atau menyebut nama selain Alloh , maka sembelihan tersebut haram untuk dimakan,2 sebagaimana firman-Nya;
وَلاَ تَأْكُلُواْ مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللّهِ عَلَيْهِ
Janganlah kamu makan sembelihan yang tidak dise­but nama Alloh atasnya (QS. al-An'am [o6]:121)
Dalam ayat di atas Alloh melarang hamba-Nya makan binatang yang disembelih tanpa menyebut nama Alloh oleh karenanya para ulama men­jadikan basmalah sebagai syarat sahnya setiap penyembelihan bahkan menurut pendapat yang lebih kuat apabila lupa membaca basmalah, maka sembe­lihan itu tidak sah dan hukumnya haram,3 lantaran beberapa alasan:
  1. Alloh سبحانه و تعالي tidak memerinci dalam al-Quran tentang larangan makan binatang sembelihan yang tidak disebut nama Alloh سبحانه و تعالي, sehingga termasuk apabila lupa, maka termasuk dilarang.
  2. Ucapan basmalah adalah syarat sahnya menyembelih yang harus didatangkan, sehingga tidak  dimaafkan apabila dia lupa, oleh karena itu seorang yang sholat lupa berwudhu, maka sholatnya tidak sah dan dia harus mengulang kembali wudhu dan sholatnya.
  1. Hendaknya menyembelih sampai mengalirkan da­rah dengan alat yang tajam, sebagaimana hadist Rofi' bin Khodij dimana bersabda Rosululloh صلي الله عليه وسلم:
مَ أُنْهِرَ الدَّمُ فَكُلْ
"Binatang yang dialirkan darahnya (dengan alat yang tajam), maka makan­lah" (HR. Bukhori 2/110-111, dan Muslim 6/78)

Catatan Kaki:

  1. Dinukil dari ar-Roudh al-Murbi Syarh Zad al-Mustaqni' hlm. 689 cet. Dar al-Muayyad 1422 H
  2. Inilah pendapat mayoritas para ulama dan empat imam madzhab kecuali Imam Syafi'i bersepakat atas hal ini (lihat Kitab al-Fiqh ala al-Madzahib al-Arba'ah 1/624)
  3. Ini adalah salah satu dari empat pendapat tentang hukum bacaan basmalah ketika menyembelih, pendapat ini dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyahdan dikuatkan oleh Ibnu Utsaimin (as-Syarh al-Mumthi' 7/287-288).





Tidak ada komentar