Kepada Mu Semata Kami Beribadah

Kepada Mu Semata Kami Beribadah

Saudara-saudara seakidah yang dirahmati Allah. Setiap hari dalam sholat kita mengikrarkan bahwa kita beribadah hanya kepada-Nya dan memohon pertolongan hanya kepada-Nya. Ini merupakan perkara yang sangat penting untuk kita pahami.

Ibadah adalah tujuan penciptaan jin dan manusia. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Allah memerintahkan kita untuk beribadah kepada-Nya. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia! Sembahlah Rabb kalian; yaitu yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 21)

Allah memerintahkan kita beribadah kepada-Nya dan meninggalkan segala sesembahan selain-Nya. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (QS. An-Nisaa': 36)

Barangsiapa yang beribadah kepada Allah namun juga beribadah kepada selain Allah, maka Allah tidak akan menerima amal-amal mereka. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Sungguh, jika kamu berbuat syirik pastilah lenyap seluruh amalmu dan kamu pasti termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65)

Bahkan, orang yang mempersekutukan Allah tidak akan diampuni apabila dia meninggal dalam keadaan belum bertaubat dari kesyirikannya tersebut. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya dan Dia akan mengampuni dosa apa saja yang di bawah dosa itu bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. An-Nisaa': 48)

Oleh sebab itu segala bentuk ibadah hanya boleh ditujukan kepada Allah. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah mereka diperintahkan kecuali supaya memurnikan ibadah kepada Allah semata dan menjalankan agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka Allah haramkan surga atasnya dan tempat tinggalnya adalah neraka. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka Allah haramkan surga atasnya dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu seorang pun pemberi pertolongan.” (QS. Al-Ma'idah: 72)

Perbuatan mempersekutukan Allah adalah sebuah kejahatan dan kezaliman yang sangat besar. Allah ta'ala berfirman menceritakan nasehat Luqman kepada anaknya (yang artinya), “Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah! Sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman: 13)

Syirik adalah sebab yang menghalangi seorang hamba mendapatkan keamanan dan hidayah. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang yang mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang yang mendapatkan hidayah.” (QS. Al-An'am: 82)

Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu'anhu, beliau menceritakan bahwa tatkala turun ayat tersebut para sahabat pun bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah! Siapakah diantara kami ini yang tidak menzalimi dirinya sendiri (baca: berbuat maksiat)?”. Maka Nabi menjawab, “Bukan seperti yang kalian ucapkan. “Tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman” yaitu dengan kesyirikan. Tidakkah kalian pernah mendengar ucapan Luqman kepada anaknya, “Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah! Sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman: 13)?” (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh sebab itu wajib bagi setiap hamba untuk mempersembahkan ibadahnya kepada Allah saja, apakah itu sholat, sembelihan, doa, isti'anah, istighotsah, dan lain sebagainya. Tidak boleh menujukan ibadah kepada selain Allah, apakah itu malaikat, nabi, wali, matahari, pohon, batu, dan lain sebagainya. Semua ibadah adalah hak Allah, tidak berhak mendapatkan ibadah kecuali Dia.

Janganlah kita seperti orang-orang musyrik yang menujukan ibadahnya kepada selain Allah di samping ibadah mereka kepada Allah. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Apabila mereka sedang naik di atas kapal -dan terancam badai, pent- maka mereka pun berdoa kepada Allah dengan ikhlas, tetapi ketika Allah selamatkan mereka ke daratan tiba-tiba mereka pun kembali berbuat syirik.” (QS. al-'Ankabut: 65)

Janganlah kita seperti orang-orang musyrik yang mencintai sesembahan mereka sebagaimana kecintaan mereka kepada Allah. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Diantara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai sekutu-sekutu, mereka mencintainya sebagaimana cintanya kepada Allah. Adapun orang-orang beriman lebih dalam cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)

Tauhid inilah yang menjadi bekal terbaik kita untuk menghadap Allah. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang berharap perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (QS. Al-Kahfi: 110)

Oleh sebab itu Allah memerintahkan kita untuk senantiasa bertakwa kepada-Nya dan tidak mati kecuali dalam keadaan sebagai seorang muslim; yaitu di atas tauhid. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali 'Imran: 102)     

Dari 'Itban bin Malik radhiyallahu'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan laa ilaha illallah dengan ikhlas mengharapkan wajah Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Jabir bin 'Abdillah radhiyallahu'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa bertemu Allah dalam keadaan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun pasti masuk surga. Dan barangsiapa yang bertemu Allah dalam keadaan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun pasti masuk neraka.” (HR. Muslim)

Inilah tugas kita sepanjang hayat di kandung badan. Beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan segala sesembahan selain-Nya. Inilah kunci kebahagiaan yang sesungguhnya.



Tidak ada komentar