KITAB:TOBAT

كتاب التوبة

KITAB:TOBAT

في الحض على التوبة والفرح بها

BAB:
ANJURAN SUPAYA BERTOBAT

حديث أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: يَقُولُ اللهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي ملإٍ، ذَكَرْتُهُ فِي مَلإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي، أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةًأخرجه البخاري في: 97 كتاب التوحيد: 15 باب قول الله تعالى (ويحذركم الله نفسه)
1746. Abuhurairah r.a. berkata: Nabi saw. bersabda. Allah ta'ala berfirman: Aku selalu mengikuti sangka hamba-Ku pada-Ku, dan Aku selalu menolongnya selama ia ingat (dzikir) pada-Ku, jika ia dzikir (ingat) pada-Ku dalam hatinya. Aku ingat padanya dalam diriku, dan bila ia ingat (dzikir) padaku di tengah-tengah rombongan maka Aku juga ingat padanya di tengah rombongan yang lebih baik dari rombongannya, dan jika ia mendekat padaku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta, dan bila ia mendekat kepadaku sehasta maka aku lebih mendekat kepadanya sedepa, dan bila ia datang kepada-Ku berjalan, maka Aku datang kepadanya berlari. (Bu-khari. Muslim).
    Yakni Allah yang mendahului karunia-Nya terhadap hamba-Nya.
حديث عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: للهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ، مِنْ رَجُلٍ نَزَلَ مَنْزِلاً، وَبِهِ مَهْلَكَةٌ، وَمَعَهُ رَاحِلَتُهُ، عَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَوَضَعَ رَأْسَهُ، فَنَامَ نَوْمَةً، فَاسْتَيْقَظَ، وَقَدْ ذَهَبَتْ رَاحِلَتُهُ حَتَّى اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْحَرُّ وَالْعَطَشُ، أَوْ مَا شَاءَ اللهُ، قَالَ: أَرْجِعُ إِلَى مَكَانِي فَرَجَعَ، فَنَامَ نَوْمَةً، ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ، فَإِذَا رَاحِلَتُهُ عِنْدَهُأخرجه البخاري في: 80 كتاب الدعوات: 4 باب التوبة
1747. Abdullah bin Mas'uud r.a berkata: Nabi saw. bersabda: Allah lebih senang menerima tobai seorang hamba-Nya, melebihi dari gembira seorang yang turun di hutan yang berbahaya dengan kendara­an dan perbekalan makan dan minumnya, kemudian ia meletakkan kepala dan tidur, tiba-tiba ketika bangun, kendaraan yang membawa perbekalan makan minumnya telah hilang, maka ia berusaha mencari sehingga kepanasan, kelaparan dan kehausan, sehingga patah harapan lalu berkata: Aku akan kembali ke tempat tidurku tadi, lalu ia kembali dan tidur, tiba-tiba ketika bangun mendadak kendaraannya telah kembali lengkap dengan perbekalan makan minumnya. (Bukhari, Muslim).
حديث أَنَسٍ رضي الله عنه، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: اللهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ، سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِي أَرْضٍ فَلاَةٍأخرجه البخاري في: 80 كتاب الدعوات: 4 باب التوبة
1748. Anas r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Allah lebih senang menerima tobat seorang hamba-Nya, melebihi dari gembira seorang yang menemukan ontanya yang telah hilang di hutan yang jauh. (Bukhari, Muslim).

في سعة رحمة الله تعالى وأنها سبقت غضبه

BAB:
KELUASAN RAHMAT ALLAH YANG MENDAHULUI MURKANYA

حديث أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: لَمَّا قَضَى اللهُ الْخَلْقَ، كَتَبَ فِي كَتَابِهِ، فهُوَ عِنْدَهُ، فَوْقَ الْعَرْشِ، إِنَّ رَحْمَتِي غَلَبَتْ غَضَبِيأخرجه البخاري في: 59 كتاب بدء الخلق: 1 باب ما جاء في قول الله تعالى (وهو الذي يبدأ الخلق ثم يعيده)
1749. Abuhurairah r.a. berkata: Nabi saw. bersabda: Ketika Allah telah selesai mencipta semua makhluk, maka menulis dalam ketetapannya yang ada pada-Nya di atas arsy: Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku. (Bukhari, Muslim).
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، يَقُولُ: جَعَلَ اللهُ الرَّحْمَةَ مَائَةَ جُزْءٍ فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ جُزْءًا وَأَنْزَلَ فِي الأَرْضِ جُزْءًا وَاحِدًا فَمِنْ ذلِكَ الْجُزْءِ يَتَرَاحَمُ الْخَلْقُ، حَتَّى تَرْفَعَ الْفَرَسُ حَافِرَهَا عَنْ وَلَدِهَا، خَشْيَةَ أَنْ تُصِيبَهُأخرجه البخاري في: 78 كتاب الأدب: 19 باب جعل الله الرحمة مائة جزء
1750.   Abuhurairah r.a. berkata: Saya telah mendengar Rasulul­lah saw. bersabda: Allah telah membagi rahmat-Nya dalam seratus bagian, maka ditahan pada-Nya yang sembilan puluh sembilan, dan diturunkan ke bumi satu bagian, maka dari satu bagian itu, terjadilah kasih sayang di antara semua makhluk sehingga induk kuda mengang­kat kakinya kuatir menginjaknya. (Bukhari, Muslim).
حديث عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رضي الله عنه، قَالَ: قَدِمَ عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم سَبْيٌ، فَإِذَا امْرَأَةٌ مِن السَّبْيِ قَدْ تَحْلُبُ ثَدْيَهَا، تَسْقِي إِذَا وَجَدَتْ صَبِيًّا فِي السَّبْيِ، أَخَذَتْهُ، فَأَلْصَقَتْهُ بِبَطْنِهَا وَأَرْضَعَتْهُ فَقَالَ لَنَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: أَتَرَوْنَ هذِهِ طَارِحَةً وَلَدَهَا فِي النَّارِ قلْنَا: لاَ وَهِيَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لاَ تَطْرَحَهُ فَقَالَ: للهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ، مِنْ هذِهِ بِوَلَدِهَاأخرجه البخاري في: 78 كتاب الأدب: 18 باب رحمة الولد وتقبيله ومعانقته
1751.   Umar bin Alkhatthab r.a. berkata: Ketika tawanan dibawa ke tempat Nabi saw. tiba-tiba ada di antaranya seorang wanita yang teteknya meneteskan air susu, sehingga bila mendapat bayi dalam tawanan itu ia angkat dan langsung ditetekinya. Maka Nabi saw. bersabda: Apakah kalian dapat berfikir bahwa wanita itu akan mema­sukkan putranya dalam api? Kami jawab: Tidak, selama ia sanggup membelanya jangan sampai masuk api. Maka sabda Nabi saw.: Sung­guh Allah lebih sayang kepada hamba-Nya melebihi dari wanita itu terhadap anak kandungnya. (Bukhari, Muslim).
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: قَالَ رَجُلٌ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ: فَإِذَا مَاتَ، فَحَرِّقُوهُ، وَاذْرُوا نِصْفَهُ فِي الْبَرِّ، وِنِصْفَهُ فِي الْبَحْرِ فَوَاللهِ لَئِنْ قَدَرَ اللهُ عَلَيْهِ، لَيُعَذِّبَنَّهُ عَذَابًا، لاَ يُعَذِّبُهُ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ فَأَمَرَ اللهُ الْبَحْرَ، فَجَمَعَ مَا فِيهِ وَأَمَرَ الْبَرَّ فَجَمَعَ مَا فِيهِ ثُمَّ قَالَ: لِمَ فَعَلْتَ قَالَ: مِنْ خَشْيَتِكَ، وَأَنْتَ أَعْلَمُ فَغَفَرَ لَهُأخرجه البخاري في: 97 كتاب التوحيد: 34 باب قول الله تعالى (يريدون أن يبدلوا كلام الله)
1752.       Abuhurairah r.a. berkata: Nabi saw. bersabda: Ada seorang yang tidak pernah berbuat kebaikan berkata: Jika aku mati maka bakarlah mayatku, kemudian buang abunya separuh di darat dan separuh di laut sebab demi Allah jika Allah menangkapnya pasti akan menyiksanya siksa yang tiada taranya dari semua manusia seisi alam. Kemudian dilaksanakan wasiatnya, maka Allah menyuruh laut untuk mengumpulkan semua abunya demikian pula darat, dan sesudah dibangkitkan hidup ditanya: Mengapakah berbuat itu? Jawabnya: Karena takut kepada-Mu dan Engkau ya Allah lebih mengetahui. Maka Allah mengampunkan baginya. (Bukhari. Muslim).
حديث أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم: أَنَّ رَجُلاً كَانَ قبْلَكُمْ رَغسَهُ اللهُ مَالاً فَقَالَ لِبَنِيهِ لَمَّا حُضِرَ: أَيَّ أَبٍ كُنْتُ لَكُمْ قَالُوا: خَيْرَ أَبٍ قَالَ: فَإِنِّي لَمْ أَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ فَإِذَا مُتُّ فَأَحْرِقُونِي، ثُمَّ اسْحَقُونِي، ثُمَّ ذَرُّونِي فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ فَفَعَلُوا فَجَمَعَهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ، فَقَالَ: مَا حَمَلَكَ قَالَ: مَخَافَتُكَ فَتَلَقَّاهُ بِرَحْمَتِهأخرجه البخاري في: 60 كتاب الأنبياء: 54 باب حدثنا أبو اليمان
1753.       Abu Saied Alkhudri ra. berkata: Nabi saw. bersabda: Dahulu ada seorang yang diluakkan oleh kekayaannya, ia berkata kepada putra-putranya ketika ia akan mati: Bagaimana ayah berbuat pada kalian? Jawab mereka: Sebaik-baik ayah. Lalu ia berkata: Sebenarnya aku tidak pernah berbuat kebaikan, karena itu jika aku telah mati maka bakarlah aku kemudian tumbuklah tulang-belulangku, kemudian hamburkanlah pada saat anginnya kencang. Maka semua wasiat itu dilaksanakan oleh putra-putranya. Kemudian Allah menghimpun semua itu dan dibangkitkan kembali lalu ditanya: Mengapakah anda berbuat itu? Jawabnya: Karena takut kepada-Mu. Maka Allah menyambutnya dengan rahmat-Nya. (Bukhari, Muslim).

قبول التوبة من الذنوب وإِن تكررت الذنوب والتوبة

BAB:
PENERIMAAN TOBAT DARI DOSA MESKIPUN BERULANG DOSANYA DAN TOBATNYA

حديث أَبِي هرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْت النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: إِنَّ عَبْدًا أَصَاب ذَنْبًا، وَرُبَّمَا قَالَ، أَذْنَبَ ذَنْبًا فَقَالَ: رَبِّ أَذْنَبْتُ وَرُبَّمَا قَالَ: أَصَبْتُ فَاغْفِرْ لِي فَقَالَ رَبُّهُ: أَعَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رَبا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذ بِهِ غَفَرْتُ لِعَبْدِي ثُمَّ مَكَثَ مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ أَصَابَ ذَنْبًا، أَوْ أَذْنَبَ ذَنْبًا فَقَالَ: رَبِّ أَذْنَبْتُ، أَوْ أَصَبْتُ آَخَرَ فَاغْفِرْهُ فَقَالَ: أَعَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ، وَيَأْخُذُ بِهِ غَفَرْتُ لِعَبْدِي ثُمَّ مَكَثَ مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ أَذْنَبَ ذَنْبًا وَرُبَّمَا قَالَ: أَصَابَ ذَنْبًا قَالَ: قَالَ رَبِّ أَصَبْتُ أَوْ أَذْنَبْتُ آخَرَ فَاغْفِرْهُ لِي فَقَالَ: أَعَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ غَفَرْتُ لِعَبْدِي ثَلاَثًا فَلْيَعْمَلْ مَا شَاءَأخرجه البخاري في: 97 كتاب التوحيد: 35 باب قول الله تعالى (يريدون أن يبدلوا كلام الله)
1754. Abuhurairah r.a. berkata: Saya telah mendengar Nabi saw. bersabda: Ada seorang hamba berbuat dosa, lalu ia berkata: Ya Tuhanku, aku telah berbuat dosa maka ampunkan bagiku. Tuhan menjawab: Hamba-Ku mengerti bahwa ia telah berbuat dosa, dan mengetahui bahwa Tuhan dapat mengampunkan atau menuntut dosa­nya. Aku ampunkan hambaKu. Kemudian sesudah beberapa lama ia berbuat dosa, lalu berkata: Ya Tuhan, aku telah berdosa lagi maka ampunkanlah. Jawab Tuhan: Hamba-Ku ^mengetahui bahwa Tuhannya dapat menuntut atau mengampunkan dosanya, Aku ampunkan ham-ba-Ku. Kemudian sesudah beberapa lama berbuat dosa lagi, lalu berkata: Ya Tuhan, aku telah berbuat dosa lagi maka ampunkan bagi­ku. Jawab Tuhan: Hambaku mengetahui bahwa ia ber-Tuhan yang dapat menuntut dan mengampunkan dosa. Aku ampunkan hamba-Ku tiga kali, maka kini boleh berbuat sekehendaknya. (Bukhari, Muslim).

غيرة الله تعالى وتحريم الفواحش

BAB:
CEMBURU ALLAH DAN KARENANYA ALLAH MENGHARAMKAN SEGALA YANG KEJl

حديث عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: لاَ أَحَدَ أَغْيَرُ مِنَ اللهِ وَلِذلِكَ حَرَّمَ الْفَوَاحِشَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا، وَمَا بَطَنَ وَلاَ شَيْءَ أحَبُّ إِلَيْهِ الْمَدْحُ مِنَ اللهِ وَلِذلِكَ مَدَحَ نَفْسَهُأخرجه البخاري في: 65 كتاب التفسير: 6 سورة الأنعام: 7 باب ولا تقربوا الفواحش ما ظهر منها وما بطن
1755.       Abdullah bin Mas'ud r.a. berkata: Nabi saw. bersabda: Tidak seorang yang lebih cemburu dari Allah dan karena itu Allah mengharamkan semua yang keji lahir dan batin, dan tiada seorang yang lebih senang dipuji dari Allah, karena itu Allah memuji dzatnya sendiri. (Bukhari, Muslim).
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، أَنَّهُ قَالَ: إِنَّ اللهَ يَغَارُ، وَغَيْرَةُ اللهِ أَنْ يَأْتِيَ الْمُؤْمِنُ مَا حَرَّمَ اللهُأخرجه البخاري في: 67 كتاب النكاح: 107 باب الغيرة
1756.  Abuhurairah r.a. berkata: Nabi saw. bersabda: Sesung­guhnya Allah itu cemburu, dan cemburu Allah itu jika seorang mu'min mengerjakan apa yang diharamkan oleh Allah. (Bukhari, Muslim).
حديث أَسْمَاءَ، أَنَّهَا سَمِعَتْ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، يَقُولُ: لاَ شَيْءَ أَغْيَرُ مِنَ اللهِأخرجه البخاري في: 67 كتاب النكاح: 107 باب الغيرة
1757.  Asmaa' r.a. telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Tiada seorang yang lebih cemburu dari Allah. (Bukhari, Muslim).
Karena sangat besar rahmat Allah kepada hamba-Nya maka sangat cemburu jangan sampai hamba yang disayang itu terkena suatu bencana disebabkan oleh pcl.inggaran dosanya itu.

قوله تعالى إِن الحسنات يذهبن السيئات

BAB:
FIRMAN ALLAH: SESUNGGUHNYA HASANAT DAPAT MENGHAPUS SAYYIAAT (DOSA)

حديث ابْنِ مَسْعُودٍ، أَنَّ رَجُلاً أَصَابَ مِنَ امْرَأَةٍ قُبْلَةً فَأَتَى النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم، فَأَخْبَرَهُ فَأَنْزَلَ اللهُ (أَقِمِ الصَّلاَةَ طَرَفَي النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحِسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ) فَقَالَ الرَّجُلُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَلِي هذَا قَالَ: لِجَمِيعِ أُمَّتِي كُلِّهِمْ اخرجه البخاري في: 9 كتاب مواقيت الصلاة: 4 باب الصلاة كفارة
1758. lbn Mas'uud r.a. berkata: Seorang terlanjur mencium wanita ajnabiyah, lalu ia datang kepada Nabi saw. untuk minta hukuman atas perbuatannya itu, tiba-tiba Allah menurunkan ayat: Tegakkan sholat pada waktu pagi dan sore dan sebagian waktu malam, sesungguhnya hasanat itu dapat menghapus sayyi'aat (dosa). Lalu orang itu tanya: Ya Rasulullah, apakah ini khusus untukku saja? Jawab Nabi saw.: Bahkan untuk semua ummatku. (Bukhari, Muslim).
حديث أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ: كُنْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، فَجَاءَهُ رَجُلٌ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنِّي أَصَبْتُ حَدًّا، فَأَقِمْهُ عَلَيَّ قَالَ: وَلَمْ يَسْأَلْهُ عَنْهُ قَالَ: وَحَضَرَتِ الصَّلاَةُ، فَصَلَّى مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَلَمَّا قَضى النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم الصَّلاَةَ، قَامَ إِلَيْهِ الرَّجُلُ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنِّي أَصَبْتُ حَدًّا، فَأَقِمْ فِيَّ كِتَابَ اللهِ قَالَ: أَلَيْسَ قَدْ صَلَّيْتَ مَعَنَا قَالَ: نعمْ قَالَ: فَإِنَّ اللهَ قَدْ غَفَرَ لَكَ ذَنْبَكَ (أَوْ قَالَ) حَدَّكَأخرجه البخاري في: 86 كتاب الحدود: 27 باب إذا أقر بالحد ولم يبين هل للإمام أن يستر عليه
1759. Anas bin Malik r.a. berkata: Ketika saya bersama Nabi saw. tiba-tiba datang seorang dan berkata: Ya Rasulullah, aku telah terkena hukum had, maka laksanakan padaku. Nabi saw. tidak menanya padanya, kemudian tiba waktu sholat, maka Nabi saw. lang­sung sholat, kemudian sesudah selesai sholat orang itu berdiri dan berkata: Ya Rasulullah aku telah terkena hukum had maka laksanakan padaku hukum kitab Allah! Nabi saw. tanya padanya: Tidakkah anda telah sholat bersama kami? Jawabnya: Ya. Maka sabda Nabi saw.: Maka Allah telah mengampunkan bagimu dosamu (atau hukumanmu). (Bukhari, Muslim).

قبول توبة القاتل وإِن كثر قتله

BAB:
DAPAT DITERIMA TOBATNYA PEMBUNUH

حديث أَبِي سَعِيدٍ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: كَانَ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ إِنْسانًا ثُمَّ خَرَجَ يَسْأَلُ فَأَتَى رَاهِبًا، فَسَأَلَهُ فَقَالَ لَهُ: هَلْ مِنْ تَوْبَةٍ قَالَ: لاَ فَقَتَلَهُ فَجَعَلَ يَسْأَلُ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: ائْتِ قَرْيَةَ كَذَا وَكَذَا فَأَدْرَكَهُ الْمَوْتُ فَنَاءَ بِصَدْرِهِ نَحْوَهَا فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ وَمَلاَئِكَةُ الْعَذَابِ فَأَوْحى اللهُ إِلَى هذِهِ: أَنْ تَقَرَّبِي وَأَوْحى اللهُ إِلَى هذِهِ: أَنْ تَبَاعَدِي وَقَالَ: قِيسُوا مَا بَيْنَهُمَا فَوُجِدَ إِلَى هذِهِ أَقْرَبَ بِشِبْرٍ، فَغُفِرَ لَهُأخرجه البخاري في: 60 كتاب الأنبياء: 54 باب حدثنا أبو اليمان
1760. Abu Saied r.a. berkata. Nabi saw. bersabda: Dahulu di masa Bani lsra'il ada seorang lelah membunuh sembilan puluh sem­bilan orang, kemudian ia keluar pergi kepada seorang pendeta uniuk tanya: Apakah ada jalan untuk tobat? Dijawab oleh Rahib: Tidak ada. Maka langsung dibunuh si pendeta, sehingga genap seratus orang yang telah dibunuh. Kemudian tanya pada lain orang, dan disuruhnya: Pergilah ke dusun itu, maka pergilah ia, tiba-tiba mati di tengah jalan, maka condong dadanya ke dusun itu. maka Malaikat rahmat berteng­kar dengan Malaikat siksa, kemudian Allah memerintahkan bumi yang baik supaya mendekat, dan daerah yang jahat supaya menjauh, lalu disuruh: Ukurlah antara keduanya, maka diukur dan didapat lebih dekat ke dusun yang dituju, maka diampunkan baginya. (Bukhari, Muslim).
حديث ابْنِ عُمَرَ عَنْ صَفْوَانَ بْنِ مُحْرِزٍ الْمَازِنِيِّ، قَالَ: بَيْنَمَا أَنَا أَمْشِي مَعَ ابْنِ عُمَرَ، آخِذٌ بِيَدِهِ، إِذْ عَرَضَ رَجُلٌ فَقَالَ: كَيْفَ سَمِعْتَ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِي النَّجْوَى فَقَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، يَقُولُ: إِنَّ اللهَ يُدْنِي الْمُؤْمِنَ، فَيَضَعُ عَلَيْهِ كَنَفَهُ وَيَسْترُهُ: فَيَقُولُ: أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا فَيَقُولُ: نَعَمْ أَيْ رَبِّ حَتَّى إِذَا قَرَّرَهُ بِذُنوبِهِ، وَرَأَى فِي نَفْسِهِ أَنَّهُ هَلَكَ قَالَ: سَتَرْتُهَا عَليْكَ فِي الدُّنْيَا وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ فَيُعْطَى كِتَابَ حَسَنَاتِهِ وَأَمَّا الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُونَ فَيَقُولُ الأَشْهَادُ: هؤُلاَءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلاَ لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الظَّالِمِينَأخرجه البخاري في: 46 كتاب المظالم: 2 باب قول الله تعالى (ألا لعنة الله على الظالمين)
1761. Shafwan bin Muhriz Almaazini berkata: Ketika saya bersama Ibn Umar berpegangan tangan tiba-tiba ada seorang menegur­nya: Bagaimana anda mendengar Rasulullah saw. menerangkan annaj-wa (bisikan Allah pada hamba-Nya kelak)? Jawab lbn Umar r.a.: Saya telah mendengar Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah akan men­dekatkan seorang mu min lalu ditutupi oleh naungan-Nya dan ditanya: Ingatlah anda pada dosa ini? Tahukah anda pada dosa itu? Jawabnya: Ya. Sehingga bila telah mengakui semua dosa-dosanya dan merasa dirinya akan binasa, Allah berfirman padanya: Aku telah menutupi semua itu atasmu di dunia, dan kini Aku ampunkan semua itu untuk­mu, lalu diberikan kepadanya suratan amalnya (hasanatnya). Adapun  terhadap orang kafir dan munafiq maka dipanggil di muka umum dan dikatakan: Mereka itulah orang-orang yang mendustakan Tuhan mere­ka, ingatlah kutukan Allah tetap atas orang yang dhalim. (Bukhari, Muslim).

حديث توبة كعب بن مالك وصاحبيه

BAB:
CERITA TOBATNYA KA'AB BIN MALIK DAN KEDUA KAWANNY R.A.

حديث كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: لَمْ أَتَخَلَّفْ عَنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فِي غَزْوَةٍ غَزَاهَا، إِلاَّ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ غَيْرَ أَنِّي كُنْتُ تَخَلَّفْتُ فِي غَزْوَةِ بَدْرٍ، وَلَمْ يُعَاتِبْ أَحَدًا تَخَلَّفَ عَنْهَا إِنَّمَا خَرَجَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُرِيدُ عِيرَ قُرَيْشٍ حَتَّى جَمَعَ اللهُ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ عَدُوِّهِمْ عَلَى غَيْرِ مِيعَادٍ وَلَقَدْ شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، لَيْلَةَ الْعَقبَةِ حِينَ تَوَاثَقْنَا عَلَى الإِسْلاَمِ وَمَا أُحِبُّ أَنَّ لِي بِهَا مَشْهَدَ بَدْرٍ، وَإِنْ كَانَتْ بَدْرٌ أَذْكَرَ فِي النَّاسِ مِنْهَا
كَانَ مِنْ خَبَرِي أَنِّي لَمْ أَكُنْ قَطُّ أَقْوَى وَلاَ أَيْسَرَ حِينَ تَخَلَّفْتُ عَنْهُ فِي تِلْكَ الْغَزَاةِ وَاللهِ مَا اجْتَمَعَتْ عِنْدِي قَبْلَهُ رَاحِلَتَانِ قَطُّ، حَتَّى جَمَعْتُهُمَا فِي تِلْكَ الْغَزْوَةِ وَلَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، يُرِيدُ غَزْوَةً إِلاَّ وَرَّى بِغَيْرِهَا حَتَّى كَانَتْ تِلْكَ الْغَزْوَةُ غَزَاهَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فِي حَرٍّ شَدِيدٍ، وَاسْتَقْبَلَ سَفَرًا بَعِيدًا، وَمَفَازًا، وَعَدُوًّا كَثِيرًا فَجَلَّى لِلْمُسْلِمِينَ أَمْرَهُمْ لِيَتَأَهَّبُوا أُهْبَةَ غَزْوِهِمْ فَأَخَبْرَهُمْ بِوَجْهِهِ الَّذِي يُرِيدُ وَالْمُسْلِمُونَ مَعَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَثِيرٌ وَلاَ يَجْمَعُهُمْ كِتَابٌ حَافِظٌ (يُرِيدُ الدِّيوَانَ)
قَالَ كَعْبٌ: فَمَا رَجُلٌ يُرِيدُ أَنْ يَتَغَيَّبَ إِلاَّ ظَنَّ أَن سَيَخْفَى لَهُ، مَا لَمْ يَنْزِلْ فِيهِ وَحْيُ اللهِ وَغَزَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، تِلْكَ الْغَزْوَةَ، حِينَ طَابَتِ الثِّمَارُ وَالظِّلاَلُ وَتَجَهَّزَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَالْمُسْلِمُونَ مَعَهُ فَطَفِقْتُ أَغْدُو لِكَيْ أَتَجَهَّزَ مَعَهُمْ فَأَرْجِعُ وَلَمْ أَقْضِ شَيْئًا فَأَقُولُ فِي نَفْسِي: أَنَا قَادِرٌ عَلَيْهِ فَلَمْ يَزَلْ يَتَمَادَى بِي، حَتَّى اشْتَدَّ بِالنَّاسِ الْجِدُّ فَأَصْبَحَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، وَالْمُسْلِمُونَ مَعَهُ وَلَمْ أَقْضِ مِنْ جَهَازِي شَيْئًا فَقُلْتُ: أَتَجَهَّزُ بَعْدَهُ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمِيْنِ، ثُمَّ أَلْحَقهُمْ فَغَدَوْتُ بَعْدَ أَنْ فَصَلوا، لأَتَجَهَّزَ، فَرَجَعْتُ وَلَمْ أَقْضِ شَيْئًا ثُمَّ غَدَوْتُ ثُمَّ رَجَعْتُ وَلَمْ أَقْضِ شَيْئًا فَلَمْ يَزَلْ بِي حَتَّى أَسْرَعوا، وَتَفَارَطَ الْغَزْوُ وَهَمَمْتُ أَنْ أَرْتَحِلَ فَأدْرِكَهُمْ وَلَيْتَنِي فَعَلْتُ فَلَمْ يُقَدَّرْ لِي ذَلِكَ فَكنْتُ، إِذَا خَرَجْتُ فِي النَّاسِ، بَعْدَ خرُوجِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَطفْتُ فِيهِمْ، أَحْزَنَنِي أَنِّي لاَ أَرَى إِلاَّ رَجُلاً مَغْمُوصًا عَلَيْهِ النِّفَاقُ، أَوْ رَجلاً مِمَّنْ عَذَرَ اللهُ مِنَ الضُّعَفَاءِ وَلَمْ يَذْكُرْنِي رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم حَتَّى بَلَغَ تَبُوكَ فَقَالَ، وَهُوَ جَالِسٌ فِي الْقَوْمِ بِتَبُوكَ: مَا فَعَل كَعْبٌ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلِمَةَ: يَا رَسُولَ اللهِ حَبَسَهُ بُرْدَاهُ وَنَظَرُه فِي عِطْفِهِ فَقَالَ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ: بِئْسَ مَا قُلْتَ وَاللهِ يَا رَسُولَ اللهِ مَا عَلِمْنَا عَلَيْهِ إِلاَّ خَيْرًا فَسَكَتَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
قَالَ كَعْبُ بْنُ مَالِكٍ: فَلَمَّا بَلَغَنِي أَنَّهُ تَوَجَّهَ قَافِلاً، حَضَرَنِي هَمِّي وَطَفِقْتُ أَتَذَكَّرُ الْكَذِبَ، وَأَقُولُ: بِمَاذَا أَخْرُجُ مِنْ سَخَطِهِ غَدًا وَاسْتَعَنْتُ عَلَى ذَلِكَ بِكُلِّ ذِي رَأْيِ مِنْ أَهْلِي فَلَمَّا قِيلَ إِنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَدْ أَظَلَّ قَادِمًا، زَاحَ عَنِّي الْبَاطِلُ، وَعَرَفْتُ أَنِّي لَنْ أَخْرُجَ مِنْهُ أَبَدًا بِشَيْءٍ فِيهِ كَذِبٌ، فَأَجْمَعْتُ صِدقَهُ وَأَصْبَحَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَادِمًا وَكَانَ، إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ، بَدَأَ بِالْمَسْجِدِ، فَيَرْكَعُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ جَلَسَ لِلنَّاسِ فَلَمَّا فَعَلَ ذَلِكَ، جَاءَهُ الْمُخَلَّفُونَ، فَطَفِقُوا يَعْتَذِرُونَ إِلَيْهِ، وَيَحْلِفُونَ لَهُ وَكَانوا بِضْعَةً وَثَمَانِينَ رَجُلاً فَقَبِلَ مِنْهُمْ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَلاَنِيَتَهُمْ، وَبَايَعَهُمْ، وَاسْتَغْفَرَ لَهُمْ، وَوَكَلَ سَرَائِرَهُمْ إِلَى اللهِ فَجِئْتُهُ فَلَمَّا سَلَّمْتُ عَلَيْهِ، تَبَسَّمَ تَبَسُّمَ الْمُغْضَبِ ثُمَّ قَالَ تَعَالَ فَجِئْتُ أَمْشِي، حَتَّى جَلَسْتُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَقَالَ لِي مَا خَلَّفَكَ أَلَمْ تَكُنْ قَدِ ابْتَعْتَ ظهْرَكَ فَقُلْتُ: بَلَى إِنِّي، وَاللهِ لَوْ جَلَسْتُ عِنْدَ غَيْرِكَ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا، لَرَأَيْتُ أَنْ سَأخْرُجُ مِنْ سَخَطِهِ بِعُذْرٍ وَلَقَدْ أُعْطِيتُ جَدَلاً وَلكِنِّي، وَاللهِ لَقَدْ عَلِمْتُ لَئِنْ حَدَّثْتُكَ الْيَوْمَ حَدِيثَ كَذِبٍ، تَرْضى بِهِ عَنِّي، لَيُوشِكَنَّ اللهُ أَنْ يُسْخِطَكَ عَلَيَّ وَلَئِنْ حَدَّثْتُكَ حَدِيثَ صِدْقٍ تَجِدُ عَلَيَّ فِيهِ، إِنِّي لأَرْجُو فِيهِ عَفْوَ اللهِ لاَ وَاللهِ مَا كَانَ لِي مِنْ عُذْرٍ وَاللهِ مَا كُنْتُ قَطُّ
أَقْوَى، وَلاَ أَيْسَرَ مِنِّي، حِينَ تَخَلَّفْتُ عَنْكَ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: أَمَّا هذَا، فَقَدْ صَدَقَ فَقُمْ حَتَّى يَقْضِيَ اللهُ فِيكَ فَقُمْتُ وَثَارَ رِجَالٌ مِنْ بَنِي سَلِمَةَ، فَاتَّبَعُونِي فَقَالُوا لِي: وَاللهِ مَا عَلِمْنَاكَ كُنْتَ أَذْنَبْتَ ذَنْبًا قَبْلَ هذَا وَلَقَدْ عَجَزْتَ أَنْ لاَ تَكُونَ اعْتَذَرْتَ إِلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِمَا اعْتَذَرَ إِلَيْهِ الْمُتَخَلِّفُونَ قَدْ كَانَ كَافِيَكَ ذَنْبَكَ اسْتِغْفَارُ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم لَكَ فَوَاللهِ مَا زَالُوا يُؤَنِّبُونِي، حَتَّى أَرَدْتُ أَنْ أَرْجِعَ فَأُكَذِّبَ نَفْسِي ثُمَّ قلْتُ لَهُمْ: هَلْ لَقِيَ هذَا مَعِي أَحَدٌ قَالُوا: نَعَمْ رَجُلاَنِ قَالاَ مِثْلَ مَا قُلْتَ، فَقِيلَ لَهُمَا مِثْلُ مَا قِيلَ لَكَ فَقُلْتُ: مَنْ هُمَا قَالُوا: مُرَارَةُ بْنُ الرَّبِيعِ الْعَمْرِيُّ، وَهِلاَلُ بْنُ أُمَيَّةَ الْوَاقِفِيُّ فَذَكَرَوا لِي رَجُلَيْنِ صَالِحَيْنِ، قَدْ شَهِدَا بَدْرًا، فِيهِمَا أُسْوَةٌ فَمَضَيْتُ حِينَ ذَكَرُوهُمَا لِي
وَنَهى رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم الْمُسْلِمِينَ عَنْ كَلاَمِنَا، أَيُّهَا الثَّلاَثَةُ، مِنْ بَيْنِ مَنْ تَخَلَّفَ عَنْهُ فَاجْتَنَبنَا النَّاسُ، وَتَغَيَّرُوا لَنَا، حَتَّى تَنَكَّرَتْ فِي نَفْسِي الأَرْضُ، فَمَا هِيَ الَّتِي أَعْرِفُ فَلَبِثْنَا عَلَى ذَلِكَ خَمْسِينَ لَيْلَةً
فَأَمَّا صَحِبَاي، فَاسْتَكَانَا، وَقَعَدَا فِي بُيُوتِهِمَا، يَبْكِيَانِ وَأَمَّا أَنا فَكنْتُ أَشَبَّ الْقَوْمِ، وَأَجْلَدَهُمْ فَكُنْتُ أَخْرُجُ فَأَشْهَدُ الصَّلاَةَ مَعَ الْمُسْلِمِينَ، وَأَطُوفُ فِي الأَسْوَاقِ وَلاَ يُكلِّمُنِي أَحَدٌ وَآتِي رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَأُسَلِّمُ عَلَيْهِ، وَهُوَ فِي مَجْلِسِهِ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَأَقُولُ فِي نَفْسِى: هَلْ حَرَّكَ شَفَتَيْهُ بِرَدِّ السَّلاَمِ عَلَيَّ، أَمْ لاَ ثُمَ أُصَلِي قَرِيبًا مِنْهُ، فَأُسَارِقُهُ النَّظَرَ فَإِذَا أَقْبَلْتُ عَلَى صَلاَتِي، أَقْبَلَ إِلَيَّ وَإِذَا الْتَفَتُّ نَحْوَهُ، أَعْرَضَ عَنِّي حَتَّى إِذَا طَالَ عَلَيَّ ذَلِكَ مِنْ جَفْوَةِ النَّاسِ، مَشَيْتُ حَتَّى تَسَوَّرْتُ جِدَارَ حَائِطِ أَبِي قَتَادَةَ، وَهُوَ ابْنُ عَمِّي، وَأَحَبُّ النَّاسِ إِلَيَّ، فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَوَاللهِ مَا رَدَّ عَلَيَّ السَّلاَمَ فَقُلْتُ: يَا أَبَا قَتَادَةَ أَنْشُدُكَ بِاللهِ هَلْ تَعْلَمُنِي أُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ فَسَكَتَ فَعُدْتُ لَهُ، فَنَشَدْتُهُ فَسَكَتَ فَعُدْتُ لَهُ فَنَشَدْتُهُ، فَقَالَ: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَفَاضَتْ عَيْنَايَ، وَتَوَلَّيْتُ حَتَّى تَسَوَّرْتُ الْجِدَارَ
قَالَ: فَبَيْنَا أَنَا أَمْشِي بِسُوقِ الْمَدِينَةِ، إِذَا نَبَطِيٌّ مِنْ أَنْبَاطِ أَهْلِ الشَّامِ، مِمَّنْ قَدِمَ بِالطَّعَامِ يَبِيعُهُ بِالْمَدِينَةِ، يَقُولُ: مَنْ يَدُلُّ عَلَى كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ فَطَفِقَ النَّاسُ يُشِيرُونَ لَهُ حَتَّى إِذَا جَاءَنِي، دَفَعَ إِلَيَّ كِتَابًا مِنْ مَلِكِ غَسَّانَ فَإِذَا فِيهِ: أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّهُ قَدْ بَلَغَنِي أَنَّ صَاحِبَكَ قَدْ جَفَاكَ وَلَمْ يَجْعَلْكَ اللهُ بِدَارِ هَوَانٍ، وَلاَ مَضْيَعَةٍ فَالْحَقْ بِنَا نُوَاسِكَ فَقلْتُ لَمَّا قَرَأْتُهَا: وَهذَا أَيْضًا مِنَ الْبَلاَءِ فَتَيَمَّمْتُ بِهَا التَّنُّورَ فَسَجَرْتُهُ بِهَا حَتَّى إِذَا مَضَتْ أَرْبَعُونَ لَيْلَةً مِنَ الْخَمْسِينَ، إِذَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَأْتِينِي فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَأْمُرُكَ أَنْ تَعْتَزِلَ امْرَأَتَكَ فَقُلْتُ: أُطَلِّقُهَا أَمْ مَاذَا أَفْعَلُ قَالَ: لاَ بَلِ اعْتَزِلْهَا، وَلاَ تَقْرَبْهَا وَأَرْسَلَ إِلَى صَاحِبَيَّ مِثْلَ ذَلِكَ فَقُلْتُ لامْرَأَتِي: الْحَقِي بِأَهْلِكِ، فَكُونِي عِنْدَهُمْ حَتَّى يَقْضِيَ اللهُ فِي هذَا الامْرِ
قَالَ كَعْبٌ: فَجَاءَتِ امْرَأَةُ هِلاَلِ بْنِ أُمَيَّةَ، رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّ هِلاَلَ بْنَ أُمَيَّةَ شَيْخٌ ضَائِعٌ، لَيْسَ لَهُ خَادِمٌ فَهَلْ تَكْرَهُ أَنْ أَخْدُمَهُ قَالَ: لاَ وَلكِنْ لاَ يَقْرَبْكِ قَالَتْ: إِنَّهُ، وَاللهِ مَا بِهِ حَرَكَةٌ إِلَى شَيْءٍ وَاللهِ مَا زَالَ يَبْكِي مُنْذُ كَانَ مِنْ أَمْرِهِ مَا كَانَ، إِلَى يَوْمِهِ هذَا فَقَالَ لِي بَعْضُ أَهْلِي: لَوِ اسْتَأْذَنْتَ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِي امْرَأَتِكَ، كَمَا أَذِنَ لاِمْرَأَةِ هِلاَلِ بْنِ أُمَيَّةَ أَنْ تَخْدُمَهُ فَقُلْتُ: وَاللهِ لاَ أسْتأْذِنُ فِيهَا رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَمَا يُدْرِينِي مَا يَقُولُ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، إِذَا اسْتَأْذَنْتهُ فِيهَا، وَأَنَا رَجُلٌ شَابٌّ فَلَبِثْت بَعْدَ ذَلِكَ عَشْرَ لَيَالٍ، حَتَّى كَمَلَتْ لَنَا خَمْسُونَ لَيْلَةً، مِنْ حِينَ نَهى رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ كَلاَمِنَا فَلَمَّا صَلَّيْتُ صَلاَةَ الْفَجْرِ، صُبْحَ خَمْسِينَ لَيْلَةً، وَأَنَا عَلَى ظَهْرِ بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِنَا فَبَيْنَا أَنَا جِالِسٌ عَلَى الْحَالِ الَّتِي ذَكَرَ اللهُ، قَدْ ضَاقَتْ عَلَيَّ نَفْسِي، وَضَاقَتْ عَلَيَّ الأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ سَمِعْتُ صَوْتَ صَارِخٍ، أَوْفَى عَلَى جَبَلِ سَلْعٍ، بِأَعْلَى صَوْتِهِ: يَا كَعْبُ بْنَ مَالِكٍ أَبْشِرْ قَالَ: فَخَرَرْتُ سَاجِدًا، وَعَرَفْتُ أَنْ قَدْ جَاءَ فَرَجٌ وَآذَنَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِتَوْبَةِ اللهِ عَلَيْنَا، حِينَ صَلّى صَلاَةَ الْفَجْرِ فَذَهَبَ النَّاسُ يُبَشِّرُونَنَا، وَذَهَبَ قِبَلَ صَاحِبَيَّ مبَشِّرُونَ، وَرَكَضَ إِلَيَّ رَجُلٌ فَرَسًا، وَسَعَى سَاعٍ مِنْ أَسْلَمَ، فَأَوْفَى عَلَى الْجَبَلِ وَكَانَ الصَّوْتُ أَسْرَعَ مِنَ الفَرَسِ فَلَمَّا جَاءَنِي الَّذِي سَمِعْتُ صَوْتَهُ يُبَشِّرُنِي نَزَعْتُ لَهُ ثَوْبَيَّ، فَكَسَوْتُهُ إِيَّاهُمَا بِبُشْرَاهُ وَاللهِ مَا أَمْلِكُ غَيْرَهُمَا يَوْمَئِذٍ وَاسْتَعَرْتُ ثَوْبَيْنِ، فَلَبِسْتُهُمَا وَانْطَلَقْتُ إِلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَيَتَلَقَّانِي النَّاسُ فَوْجًا فَوْجًا، يُهَنُّونِي بِالتَّوْبَةِ يَقُولُونَ: لِتَهْنِكَ تَوْبَةُ اللهِ عَلَيْكَ
قَالَ كَعْبٌ: حَتَّى دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَإِذَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم جَالِسٌ حَوْلَهُ النَّاسُ فَقَامَ إِلَيَّ طَلْحَةُ بْنُ عُبَيْدِ اللهِ يُهَرْوِلُ، وَهَنَّانِي وَاللهِ مَا قَامَ إِلَيَّ رَجُلٌ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ غَيْرَهُ وَلاَ أَنْسَاهَا لِطَلْحَةَ
قَالَ كَعْبٌ: فَلَمَّا سَلَّمْتُ عَلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، وَهُوَ يَبْرُقُ وَجْهُهُ مِنَ السُّرُورِ: أَبْشِرْ بَخَيْرِ يَوْمٍ مَرَّ عَلَيْكَ مُنْذُ وَلَدَتْكَ أُمُّكَ قَالَ: قُلْت أَمِنْ عِنْدِكَ يَا رَسُولَ اللهِ أَمْ مِنْ عِنْدِ اللهِ قَالَ: لاَ بَلْ مِنْ عِنْدِ اللهِ وَكَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، إِذَا سُرَّ اسْتَنَارَ وَجْهُهُ، حَتَّى كَأَنَّهُ قِطْعَةُ قَمَرٍ وَكُنَّا نَعْرِفُ ذلِكَ مِنْهُ فَلَمَّا جَلَسْتُ بَيْنَ يَدَيْهِ، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّ مِنْ تَوْبَتِي أَنْ أَنْخَلِعَ مِنْ مَالِي صَدَقَةً إِلَى اللهِ وَإِلَى رَسُولِ اللهِ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: أَمْسِكَ عَلَيْكَ بَعْضَ مَالِكَ، فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قُلْتُ: فَإِنِّي أُمْسِكُ سَهْمِي الَّذِي بِخَيْبَرَ
فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّ اللهَ إِنَّمَا نَجَّانِي بِالصِّدْقِ، وَإِنَّ مِنْ تَوْبَتِي أَنْ لاَ أُحَدِّثَ إِلاَّ صِدْقًا مَا بَقِيتُ فَوَاللهِ مَا أَعْلَمُ أَحَدًا مِنَ الْمُسْلِمِينَ أَبْلاَهُ اللهُ فِي صِدْقِ الْحَدِيثِ، مُنْذُ ذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، أَحْسَنَ مِمَّا أَبْلاَنِي مَا تَعَمَّدْتُ، مُنْذُ ذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِلَى يَوْمِي هذَا، كَذِبًا وَإِنِّي لأَرْجُو أَنْ يَحْفَظَنِي اللهُ فِيمَا بَقِيتُ
وأَنْزَلَ اللهُ عَلَى رَسُولِهِ صلى الله عليه وسلم (لَقَدْ تَابَ اللهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ) إِلَى قَوْلَهِ (وَكُونوا مَعَ الصَّادِقِينَ)
فَوَاللهِ مَا أَنْعَمَ اللهُ عَلَيَّ مِنْ نِعْمَةٍ قَطُّ، بَعْدَ أَنْ هَدَانِي لِلإِسْلاَمٍ، أَعْظَمَ فِي نَفْسِي مِنْ صِدْقِي لِرَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ لاَ أَكُونَ كَذَبْتُهُ، فَأَهْلِكَ كَمَا هَلَكَ الَّذِينَ كَذَبُوا فَإِنَّ اللهَ قَالَ لِلَّذِينَ كَذَبُوا، حِينَ أَنْزَلَ الْوَحْيَ، شَرَّ مَا قَالَ لأَحَدٍ فَقَالَ، تَبَارَكَ وَتَعَالَى (سَيَحْلِفُونَ بِاللهِ لَكُمْ إِذَا انْقَلَبْتمْ) إِلَى قَوْلِهِ (فَإِنَّ اللهَ لاَ يَرْضى عَنِ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ) قَالَ كَعْبٌ: وَكُنَّا تَخَلَّفْنَا، أَيُّهَا الثَّلاَثَةُ، عَنْ أَمْرِ أُولئِكَ الَّذِينَ قَبِلَ مِنْهُمْ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، حِينَ حَلَفُوا لَهُ، فَبَايَعَهُم وَاسْتَغْفَرَ لَهُمْ وَأَرْجَأَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَمْرَنَا، حَتَّى قَضَى اللهُ فِيهِ فَبِذلِكَ قَالَ اللهُ (وَعَلَى الثَّلاَثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا) وَلَيْسَ الَّذِي ذَكَرَ اللهُ مِمَّا خُلِّفْنَا عَنِ الْغَزْو، إِنَّمَا هُوَ تَخْلِيفُهُ إِيَّانَا، وَإِرْجَاؤُهُ أَمْرَنَا، عَمَّنْ حَلَفَ لَهُ، وَاعْتَذَرَ إِلَيْهِ، فَقَبِلَ مِنْهُ
أخرجه البخاري في: 64 كتاب المغازي: 79 باب حديث كعب بن مالك وقول الله عز وجل (وعلى الثلاثة الذين خلفوا)
1762. Ka'ab bin Malik r.a. berkata: Aku tidak pernah tertinggal dalam perang yang diikuti atau dipimpin langsung oleh Rasulullah saw. kecuali dalam perang Tabuk, hanya saja aku tertinggal dalam perang Badr, tetapi tiada orang yang disalahkan karena tertinggal dalam perang Badr, sebab Nabi saw. keluar tidak untuk perang hanya untuk menghadang kafilah Ouraisy, tiba-tiba Allah menghadapkan mereka pada musuh tanpa ada janji. Dan aku telah hadir malam bai'atul aqabah ketika kami pertama mengikat janji beragama Islam, dan aku tidak ingin kehadiranku malam aqabah itu ditukar dengan Badr meskipun Badr lebih terkenal.
 Adapun beritaku, bahwa pada waktu itu aku cukup ringan dan ringan, di waktu tidak ikut perang Tabuk, demi Allah belum pernah aku menyiapkan dua kendaraan sebelum itu, tetapi untuk perang Tabuk aku telah menyiapkan dua kendaraan, dan kebiasaan Nabi saw. jika akan menuju suatu tempat selalu menyebut lain tempat, kecuali dalam perang Tabuk maka Nabi saw. menjelaskan yang sebenarnya, sebab menghadapi perjalanan yang jauh dan hutan bahkan di musim panas, serta musuh yang tangguh banyak. Karena itu Nabi saw. perlu menjelaskan sebenarnya supaya kaum muslimin bersiap-siap sungguh, sedang kaum muslim sudah agak banyak dan mereka tidak tercatat dalam buku, sehingga sekiranya ada orang akan sembunyi tidak ikut, mungkin merasa tidak mungkin diketahui oleh Nabi saw. selama wahyu tidak turun.
Rasulullah saw. telah berangkat untuk perang Tabuk itu pada suat musim buah, maka Nabi saw. telah bersiap bersama kaum muslimin, sedang aku pulang akan bersiap-siap, tetapi setelah sampai di rumah tidak berbuat apa-apa, tetapi dalam perasaanku berkata. Mudah saja saya dapat bersiap dengan segera, hal sedemikian ini terus merajalela pada diriku sampai pada saat pagi-pagi Nabi saw. bersama kaum muslimin telah berkemas untuk berangkat dan aku pun belum siap sama sekali, dan terasa bagiku saya dapat bersiap ses"udah sehari atau dua hari dan dapat mengejar mereka, maka setelah mereka berangkat aku pun pulang ke rumah untuk bersiap tetapi tidak berbuat apa-apa, demikianlah keadaanku sehingga jauhlah perjalanan mereka, dan aku ingin mengejar mereka tetapi tidak berbuat apa-apa. Kemudian sangat terlambat jika aku keluar sesudah berangkatnya Nabi saw. dan kaum muslimin terasa sedih hatiku sebab aku tidak mendapat di kota Madinah kecuali orang yang tertuduh munafiq atau orang-orang yang berudzur dan diizinkan untuk tidak ikut perang dari golongan yang lemah, anak-anak dan wanita dan orang cacat. Rasulullah saw. tidak menyebut-nyebut aku kecuali sesudah sampai di Tabuk, maka ketika ia duduk bersama sahabat bersabda: Apa yang dilakukan oleh Ka'ab? Seorang dari Bani Salimah berkata: Ya Rasulullah, dia tertahan oleh serbannya dan membanggakan mantelnya. Mu'adz bin Jabal segera berkata: Busuk sekali perkataanmu. Demi Allah, Ya Rasulullah, kami tiada mengetahui sesuatu apa pun dari Ka'ab kecuali yang baik saja. Rasulullah saw. diam tidak menjawab.
Ka'ab berkata: Kemudian ketika aku mendengar bahwa Nabi saw. akan kembali mulai datang risau hatiku, dan aku berangan-angan untuk dusta tetapi timbul pertanyaan dalam hati: Aku akan dapat melepaskan diri dari murkanya dengan apa kelak? Kemudian aku musyawarat dengan orang-orang yang pandai dari kerabatku. Kemu­dian tiba berita bahwa Nabi saw. telah tiba, maka hilanglah semua kerisauan hatiku, dan aku merasa bahwa aku tidak akan terlepas dari hukumanku dengan sesuatu yang berupa dusta, karena itu lalu bulat tekadku akan berkata benar.
Dan pagi-pagi Nabi saw. masuk kota Madinah dan biasanya jika baru datang dari bepergian langsung menuju ke masjid bersholat dua raka'at kemudian duduk untuk menerima orang-orang yang perlu kepadanya. Ketika Nabi saw. telah duduk datanglah orang-orang yang tertinggal dan tidak ikut perang mengajukan alasan dan udzur masing-masing, lalu* dikuatkan dengan sumpah mereka dan mereka kurang lebih delapan puluh orang, maka Nabi saw. menerima alasan lahir mereka membai'at serta membacakan istighfar untuk mereka, adapun batin mereka diserahkan kepada Allah. Kemudian aku datang kepada Nabi saw. dan ketika aku memberi salam Nabi saw. tersenyum marah dan bersabda: Mari ke sini. Aku berjalan mendekat kepadnya sehing­ga duduk di hadapannya lalu beliau bertanya: Mengapakah anda tidak ikut, tidakkah anda telah memberi kendaraan? Jawabku: Benar, demi Allah andaikan aku duduk di hadapan orang selainmu dari ahli dunia, niscaya aku akan mendapat jalan keluar dari murkanya dengan berbagai alasan, sebab aku diberi oleh Allah kepandaian berdebat, tetapi - demi Allah - aku mengetahui jika aku kini berdusta padamu supaya engkau rela padaku, mungkin Allah akan memarahkan engkau padaku, sebaliknya bila aku berkata sebenarnya, mungkin engkau menyesal padaku, tetapi aku masih dapat mengharap maaf dari Allah: Demi allah aku tidak ada uzur, demi Allah pada saat itu aku cukup kuat dan ringan, ketika aku tertinggal dari padamu. Rasulullah saw. bersabda: Adapun orang ini maka telah mengaku sebenarnya, maka kini bangunlah dari sini sehingga Allah memutuskan hukum Nya padamu.
Ka'ab berkata: Maka bangunlah aku, dan berdiri pula beberapa orang dari Bani Salimah mengikuti aku, lalu mereka berkata: Demi Allah, kami tak pernah melihat anda berbuat dosa sebelum ini, mengapa anda tidak dapat membawa alasan uzur kepada Nabi saw. sebagaimana orang-orang yang juga tertinggal dan tidak ikut bersama Nabi saw., mungkin dosamu itu dapat tertebus oleh istighfar yang dibacakan oleh Nabi saw. untukmu. Mereka selalu menyalahkan tin­dakan saya dan marah padaku, sehingga timbul perasaanku akan aku tarik kembali keteranganku kepada Nabi saw. tetapi sebelum aku laksanakan itu, aku bertanya kepada mereka: Apakah ada orang yang berbuat seperti aku itu, dan menerima nasib seperti aku? Jawab mereka: Ya, ada dua orang yang mengaku sepertimu dan mendapat nasib sama denganmu. Aku bertanya: Siapakah keduanya? Jawab mereka: Murarah bin Arrabie' Al-Amri (Al-Aamiri) dan Hilal bin Umayyah Alwaaqifi. Ketika mereka menyebut nama dua orang yang salih (baik) yang telah ikut dalam perang Badr, maka aku berkata: Cukup menjadi contoh tauladan baik bagiku, lalu aku gagalkan maksud untuk menarik kembali ucapan dan pengakuanku yang benar pada Nabi saw.
Kemudian Nabi saw. melarang kaum muslimin untuk bicara dengan kami bertiga, sehingga semua orang menjauh dari kami, dan berubah terhadap kami, sehingga kota Madinah seakan-akan berubah terhadap kami, seakan-akan bukan kota kami, dan keadaan itu berja­lan hingga lima puluh hari Adapun kedua kawanku maka keduanya tinggal di rumah menangisi nasib dan dosanya, sedang aku sebagai rekan yang termuda tetap keluar bersembahyang jama'ah di masjid dan berkeliaran ke pasar, tetapi tidak seorang pun yang berkata-kata kepadaku dari kaum muslimin, dan aku mendatangi majlis Nabi saw. lalu memberi salam kepadanya, sambil memperhatikan bibir Nabi saw. kalau-kalau menjawab salamku, dan aku sengaja sholat di dekat Nabi saw. sambil melirik (mencuri penglihatan) kepada Nabi saw., jika aku tunduk dalam sholat ia melihat kepadaku tetapi jika aku menoleh kepadanya ia berpaling muka dari padaku.
Dan setelah lama pemboikotan orang-orang padaku, aku berjalan dan mendaki dinding rumah sepupuku Abu Oatadah, karena  ia satu-satunya orang yang aku sayang, maka aku memberi salam kepadanya, demi Allah dia tidak menjawab salamku, lalu aku bertanya: Hai Abu Oatadah, aku sumpah anda demi Allah adakah anda mengetahui bahwa aku cinta pada Allah dan Rasulullah? Dia pun diam tidak menjawab, maka aku ulang pertanyaanku itu, dan ia tetap diam, maka aku ulang pertanyaanku ketiga kalinya, maka ia menjawab: Allahu warasuluhu a'lamu (Allah dan Rasulullah yang lebih mengetahui). Maka bercucuran air mataku dan kembali aku mendaki dinding untuk pulang.
Pada suatu hari ketika aku berjalan di pasar Madinah tiba-tiba seorang bakul penjual makanan berasal dari Syam bertanya: Siapakah yang dapat menunjukkan aku pada Ka'ab bin Malik? Orang-orang hanya menunjukkannya kepadaku dengan isyarat tangan (jari), maka ia datang kepadaku untuk menyerahkan surat dari raja Ghassaan yang isinya: Amma ba'du, aku mendapat berita bahwa anda telah diboikot oleh kawan-kawanmu, ingatlah bahwa Allah tidak menjadikan anda seorang terhina atau terlantar, karena itu datanglah ke tempat kami, kami akan membantu padamu. Setelah aku baca surat itu, langsung aku berkata: Ini ujian juga, maka segera aku bakar surat itu dalam api.
Kemudian sesudah berjalan empat puluh hari, tiba-tiba utusan Nabi saw. datang memberitahu padaku bahwa Rasulullah saw. menyu­ruhmu meninggalkan isterimu? Aku tanya: Apakah harus aku cerai, atau bagaimana? Jawabnya: Tidak, hanya tidak boleh dikumpuli (ber-setubuh padanya). Dan menyuruh orang pergi kepada kedua kawan yang terkena hukuman sama dengan aku, maka aku berkata pada isteri-ku: Sementara ini anda pulang ke rumah orang tuamu sampai selesai hukum Allah bagiku.
Ka'ab berkata: Isteri Hilal bin Umayyah datang bertanya kepada Nabi saw.: Ya Rasulullah, Hilal bin Umayyah seorang yang sangat taa dan tidak mempunyai buruh pelayan, apakah engkau melarang saya melayaninya? Jawab Nabi saw.: Tidak, tetapi tidak boleh bersetubuh padamu. Jawab isterinya: Demi Allah dia tidak bergerak lagi untuk itu, demi Allah dia tetap menangis sejak kejadian itu hingga hari ini. Maka sebagian keluargaku usul kepadaku: Andaikan anda niinta izin kepada Nabi saw. sebagaimana isteri Hilal bin Umayyah yang diizin­kan untuk melayaninya. Jawabku: Demi Allah tidak akan minta izin kepada Nabi saw. sebab aku tidak mengetahui bagaimana nanti jawab Nabi saw. kepadaku sebab aku masih muda.
Kemudian setelah sepuluh hari sejak kami dilarang berkumpul dengan isteri, dan telah genap lima puluh hari sejak pertama kali kami diboikot oleh Nabi saw. dan sahabatnya, ketika waktu subuh pada hari yang kelima puluh sesudah sholat subuh aku duduk di tingkat atas di rumahku dalam keadaan sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam ayat-Nya, merasa sempit benar diriku, .sedang bumi yang kupijak ini pun terasa sempit, tiba-tiba aku mendengar suara seman orang yang menjerit sekeras suaranya: Hai Ka'ab bin Malik, sambutlah kabar gembira. Segera aku sujud syukur kepada Allah dan merasa kelapang­an telah tiba, dan Rasulullah saw. tentu telah memberi tahu kepada sahabat bahwa Allah telah menerima tobat kami sesudah sholat subuh, maka berdatanganlah orang-orang yang mengucapkan selamat padaku dan kedua kawanku, bahkan ada orang yang berkendaraan kuda datang untuk memberi selamat kepadaku juga ada orang dari suku Aslam yang lari untuk menyampaikan kabar gembira itu kepadaku, tetapi suara jeritan itulah pertama yang terdengar padaku, karena itu ketika ia sampai kepadaku langsung aku buka bajuku dan aku berikan kepadanya, sebagai imbalan dari ucapan selamatnya yang dijeritkan dari jauh itu, padahal di waktu itu saya tidak mempunyai pakaian selain itu, dan terpaksa untuk menghadap kepada Nabi saw. saya harus meminjam dari orang, dan ketika saya pergi menuju kepada Rasulullah saw. orang-orang pada menyambutku dengan ucapan sela­mat atas tobatku yang diterima oleh Allah. (Bergembira atas tobat dan ampunan Allah kepadamu). Sehingga sampai ke masjid, sedang Rasu­lullah saw. duduk dikerumuni oleh sahabat, maka bangunlah Thalhah bin Ubaidillah untuk menyambut dan memberi selamat kepadaku, demi Allah tiada seorang pun dari sahabat muhajirin yang berdiri selainnya karena itu aku takkan lupa hal itu terhadap Abu Thalhah.
Ka'ab berkata: Ketika aku memberi salam kepada Nabi saw. dijawab dengan muka yang berseri-seri karena sangat gembira, lalu bersabda: Sambutlah dengan gembira sebaik hari yang tiba padamu, yang tidak pernah terjadi padamu sejak dilahirkan dari perut ibumu.
Lalu aku tanya: Daripadamu ya Rasulullah atau langsung dari Allah? Jawab Nabi saw.: Bukan dari padaku tetapi langsung dari Allah. Dan sudah biasa Nabi saw. jika gembira bersinar wajahnya bagaikan belahan bulan, kami mengenal itu dari padanya. Kemudian aku tetap duduk di depan Nabi saw. lalu aku berkata: Ya Rasulullah, sebagai tanda syukur atas pengampunan yang diberikan Allah, aku akan sede­kahkan semua harta kekayaanku lillahi wa h' rasulillah. Rasulullah saw. bersabda: Tahan sebagian hartamu, maka itu lebih baik bagimu. Jawabku: Jika demikian maka aku menahan bagianku yang ada di Khaibar Lalu saya berkata: Ya Rasulullah, sungguh Allah telah menyelamatkan aku karena berkata benar, dan untuk melanjutkan tobatku tidak akan berkata dusta selama hidupku, demi Allah say
a rasa tidak pernah seorang muslim diuji karena berkata benar seperti yang terjadi padaku, dan sejak itu aku tidak pernah sengaja berdusta hingga hari ini, dan semoga terus Allah memeliharaku hingga matiku. Maka Allah menurunkan ayat 117, 118, 119.
"Sungguh Allah telah memberi tobat (maaf) pada Nabi, orang-orang Muhajirin dan Anshar yang telah mengikuti Nabi dalam saat kesulitan, setelah hampir saja berpaling hati sebagian dari mereka, kemudian Allah memaafkan mereka, sungguh Allah maha pengasih dan penyayang terhadap mereka." (117). "Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan penerimaan tobat mereka, sehingga apabila bumi yang luas ini terasa sempit bagi mereka, juga jiwa mereka merasa sempit, dan menyadari benar bahwa tiada tempat lari dari hukum Allah melainkan berlindung kepada Allah semata. Kemudian Allah memberi tobat pada mereka, supaya mereka benar-benar bertobat, sungguh Allah maha penerima tobat dan penyayang." (118).
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah pada Allah, dan jadilah selalu bersama orang-orang yang jujur benar." (119).

Demi Allah, aku merasa tiada ni'mat yang diberikan Allah padaku setelah mendapat hidayat masuk Islam, yang lebih besar dalam perasaanku daripada mengaku yang sebenarnya kepada Rasulullah saw. yang andaikan waktu itu aku berdusta lalu binasa sebagaimana orang-orang yang telah berdusta, sebab Allah telah berfirman terhadap orang-orang yang dusta dalam wahyu sejahat-jahat yang disebut­kan yaitu dalam ayat 95, 96 Attaubat:
"Mereka akan bersumpah dengan nama Allah, jika engkau telah kembali kepada mereka, supaya engkau mengabaikan (tidak me­nuntut) mereka, maka abaikanlah mereka, sebab mereka najis dan tempat mereka dalam jahannam tempat mereka sebagai pem­balasan terhadap perbuatan mereka." (95). "Mereka bersumpah kepada kamu supaya kamu rela pada mereka, maka jika kamu ridha pada mereka, maka Allah tetap tidak ridha pada kaum yang fasiq (mempermainkan agama)." (96)
.
Ka'ab berkata: Maka kami bertiga tertinggal di tangguhkan dari mereka yang telah diterima oleh Rasulullah saw. dan dimintakan ampun ketika mereka telah berani bersumpah, sedang urusan kami ditangguhkan sampai Allah sendiri yang memutuskannya
Maka dengan demikian arti ayat: Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan, bukan berarti tertinggalnya kami dari perang, tetapi tertundanya pengampunan kami dari orang-orang yang berani bersum­pah dan membawa uzur kepada Nabi saw. sehingga diterima dari mereka, sedang kami masih ditangguhkan. (Bukhari, Muslim).

في حديث الإفك وقبول توبة القاذف

BAB:
CERITA ASHHABUL IFKI (TUDUHAN PALSU) DAN TOBATNYA PENUDUH


حديث عَائِشَةَ، زَوْجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، حِينَ قَالَ لَهَا أَهْلُ الإِفْكِ مَا قَالُوا
قَالَتْ عَائِشَةُ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا أَرَادَ سَفَرًا، أَقْرَعَ بَيْنَ أَزْوَاجِهِ فَأَيُّهُنَّ خَرَجَ سَهْمُهَا، خَرَجَ بِهَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَعَهُ قَالَتْ عَائِشَةُ: فَأَقْرَعَ بَيْنَنَا فِي غَزْوَةٍ غَزَاهَا فَخَرَجَ فِيهَا سَهْمِي فَخَرَجْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم بَعْدَ مَا أُنْزِلَ الْحِجَابُ فَكُنْتُ أُحْمَلُ في هَوْدَجِي، وَأُنْزَلُ فِيهِ فَسِرْنَا، حَتَّى إِذَا فَرَغَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مِنْ غَزْوَتِهِ تِلْكَ، وَقَفَلَ دَنَوْنَا مِنَ الْمَدِينَةِ قَافِلِينَ، آذَنَ لَيْلَةً بِالرَّحِيلِ فَقُمْتُ، حِينَ آذَنُوا بِالرَّحِيلِ، فَمَشَيْتُ حَتَّى جَاوَزْتُ الْجَيْشَ فَلَمَّا قَضَيْتُ شَأْنِي، أَقْبَلْتُ إِلَى رَحْلِي، فَلَمَسْتُ صَدْرِي، فَإِذَا عِقْدٌ لِي، مِنْ جَزْعِ ظَفَارِ، قَدِ انْقَطَعَ فَرَجَعْتُ، فَالْتَمَسْتُ عِقْدِي، فَحَبَسَنِي ابْتِغَاؤُهُ قَالَتْ: وَأَقْبَلَ الرَّهْطُ الَّذِينَ كَانُوا يُرَحِّلُونِي، فَاحْتَمَلُوا هَوْدَجِي، فَرَحَلُوهُ عَلَى بَعِيرِي الَّذِي كُنْتُ أَرْكَبُ عَلَيْهِ، وَهُمْ يَحْسِبُونَ أَنِّي فِيهِ وَكَانَ النِّسَاءُ، إِذْ ذَاكَ، خِفَافًا لَمْ يَهْبُلْنَ وَلَمْ يَغْشَهُنَّ اللَّحْمُ إِنَّمَا يَأْكُلْنَ الْعُلْقَةَ مِنَ الطَّعَامِ فَلَمْ يَسْتَنْكِرِ الْقَوْمُ خِفَّةَ الْهَوْدَجِ حِينَ رَفَعُوه وَحَمَلُوهُ وَكُنْتُ جَارِيَةً حَدِيثَةَ السِّنِّ فَبَعَثُوا الْجَمَلَ فَسَارُوا وَوَجَدْتُ عِقْدِي، بَعْدَ مَا اسْتَمَرَّ الْجَيْشُ فَجِئْتُ مَنَازِلَهُمْ وَلَيْسَ بِهَا مِنْهُمْ دَاعٍ وَلاَ مُجِيبٌ فَتَيَمَّمْتُ مَنْزِلِي الَّذِي كُنْتُ بِهِ، وَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ سَيَفْقِدُونِي، فَيَرْجِعُونَ إِلَيَّ فَبَيْنَا أَنَا جَالِسَةٌ فِي مَنْزِلِي، غَلَبَتْنِي عَيْنِي، فَنِمْتُ
وَكَانَ صَفْوَان بْنُ الْمُعَطَّلِ السُّلَمِيُّ، ثُمَّ الذَّكْوَانِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْجَيْشِ فَأَصْبَحَ عِنْدَ مَنْزِلِي فَرَأَى سَوَادَ إِنْسَانٍ نَائِمٍ، فَعرَفَنِي حِينَ رَآنِي، وَكَانَ رَآنِي قَبْلَ الْحِجَابِ فَاسْتَيْقَظْتُ بِاسْتِرْجَاعِهِ، حِينَ عَرَفَنِي فَخمَّرْتُ وَجْهِي بِجِلْبَابِي وَوَاللهِ مَا تَكَلَّمْنَا بِكَلِمَةٍ، وَلاَ سَمِعْتُ مِنْهُ كَلِمَةً غَيْرَ اسْتِرْجَاعِهِ وَهَوَى حَتَّى أَنَاخَ رَاحِلَتَهُ، فَوَطِىءَ عَلَى يَدِهَا، فَقُمْتُ إِلَيْهَا، فَرَكِبْتَهَا فَانْطَلَقَ يَقُودُ بِي الرَّاحِلَةَ، حَتَّى أَتَيْنَا الْجَيْشَ، مُوغِرِينَ فِي نَحْرِ الظَّهِيرَةِ، وَهُمْ نُزُولٌ
قَالَتْ: فَهَلَكَ مَنْ هَلَكَ وَكَانَ الَّذِي تَوَلّى كِبْرَ الإِفْكِ عَبْدَ اللهِ بْنَ أُبَيِّ بْنَ سَلُولَ
قَالَ عُرْوَةُ (أَحَدُ رُوَاةِ الْحَدِيثِ): أُخْبِرْتُ أَنَّهُ كَانَ يُشَاعُ وَيُتَحَدَّثُ بِهِ عِنْدَهُ، فَيُقِرُّهُ وَيَسْتَمِعُهُ وَيَسْتَوْشِيهِ
وَقَالَ عُرْوَة أَيْضًا: لَمْ يُسَمَّ مِنْ أَهْلِ الإِفْكِ أَيْضًا إِلاَّ حَسَّانُ بْنُ ثَابِتٍ، وَمِسْطَحُ بْنُ أُثَاثَةَ، وَحَمْنَةُ بِنْتُ جَحْشٍ، فِي نَاسٍ آخَرِينَ، لاَ عِلْمَ لِي بِهِمْ غَيْرَ أَنَّهمْ عُصْبَةٌ كَمَا قَالَ اللهُ تَعَالَى وَإِنَّ كُبْرَ ذلِكَ يُقَالُ عَبْدُ اللهِ بْنُ أُبَيٍّ بْنُ سَلُولَ
قَالَ عُرْوَةُ: كَانَتْ عَائِشَةُ تَكْرَهُ أَنْ يُسَبَّ عِنْدَهَا حَسَّانُ وَتَقُولُ: إِنَّه الَّذِي قَالَ:
فَإِنَّ أَبِي وَوَالِدَهُ وَعِرْضِيلِعِرْضِ مُحَمَّدٍ مِنْكُمْ وِقَاءُقَالَتْ عَائِشَةُ: فَقَدِمْنَا الْمَدِينَةَ فَاشْتَكَيْتُ حِينَ قَدِمْتُ شَهْرًا، وَالنَّاسُ يُفِيضُونَ فِي قَوْلِ أَصْحَابِ الإِفْكِ لاَ أَشْعُرُ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ وَهُوَ يَرِيبُنِي فِي وَجَعِي أَنِّي لاَ أَعْرِفُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم اللُّطْفَ الَّذِي كُنْتُ أَرَى مِنْهُ حِينَ أَشْتَكِي إِنَّمَا يَدْخُلُ عَلَيَّ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَيُسَلِّمُ ثُمَّ يَقُولُ: كَيْفَ تِيكُمْ ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَذلِكَ يَرِيبُنِي وَلاَ أَشْعُرُ بِالشَّرِّ حَتَّى خَرَجْتُ حِينَ نَقَهْتُ فَخَرَجْتُ مَعَ أُمِّ مِسْطِحٍ قِبَلَ الْمَنَاصِعِ وَكَانَ مُتَبَرَّزَنَا وَكُنَّا لاَ نَخْرُجُ إِلاَّ لَيْلاً إِلَى لَيْلٍ وَذَلِكَ قَبْلَ أَنْ نَتخِذَ الْكُنُفَ قَرِيبًا مِنْ بُيُوتِنَا قَالَتْ: وَأَمْرُنَا أَمْرُ الْعَرَبِ الأُوَلِ فِي الْبَرِّيَةِ قِبَلَ الْغَائِطِ وَكُنَّا نَتَأَذَّى بِالْكُنُفِ أَنْ نَتَّخِذَهَا عِنْدَ بُيُوتِنَا قَالَتْ: فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَأُمُّ مِسْطَحٍ، وَهِيَ ابْنَةُ أَبِي رُهْمِ بْنِ الْمُطَّلِبِ بْنِ عَبْدِ مَنَافٍ، وَأُمُّهَا بِنْتُ صَخْرِ بْنِ عَامِرٍ، خَالَةُ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ وَابْنُهَا مِسْطَحُ بْنُ أُثَاثَةَ بْنِ عَبَّادِ بْنِ الْمُطَّلِبِ فَأَقْبَلْتُ أَنَا وَأُمُّ مِسْطَحٍ قِبَلَ بَيْتِي، حِينَ فَرَغْنَا مِنْ شَأنِنَا فَعَثَرَتْ أُمُّ مِسْطَحٍ فِي مِرْطِهَا فَقَالَتْ: تَعِسَ مِسْطَحٌ فَقُلْتُ لَهَا: بِئْسَ مَا قُلْتِ أَتَسُبِّينَ رَجُلاً شَهِدَ بَدْرًا فَقَالَتْ: أَيْ هَنْتَاهْ وَلَمْ تَسْمَعِي مَا قَالَ قَالَتْ: وَقُلْتُ: مَا قَالَ فَأَخْبَرَتْنِي بِقَوْلِ أَهْلِ الإِفْكِ قَالَتْ: فَازْدَدْتُ مَرَضًا عَلَى مَرَضِي فَلَمَّا رَجَعْتُ إِلَى بَيْتِي، دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ: كَيْفَ تِيكُمْ فَقُلْتُ لَهُ: أَتَأْذَنُ لِي أَنْ آتِيَ أَبَوَيَّ قَالَتْ: وَأُرِيدُ أَنْ أَسْتَيْقِنَ الْخَبَرَ مِنْ قِبَلِهِمَا قَالَتْ: فَأَذِنَ لِي رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقُلْتُ لاِمِّي: يَا أُمَّتَاهُ مَاذَا يَتَحَدَّثُ النَّاسُ قَالَتْ: يَا بُنَيَّةُ هَوِّنِي عَلَيْكِ فَوَاللهِ لَقَلَّمَا كَانَتِ امْرَأَةٌ قَطُّ وَضِيئَةً عِنْدَ رَجُلٍ يُحِبُّهَا، لَهَا ضَرَائِرُ، إِلاَّ كَثَّرْنَ عَلَيْهَا قَالَتْ: فَقُلْتُ سُبْحَانَ اللهِ أَوَ لَقَدْ تَحَدَّثَ النَّاسُ بِهذَا قَالَتْ: فَبَكَيْتُ تِلْكَ اللَّيْلَةَ حَتَّى أَصْبَحْتُ، لاَ يَرْقَأُ لِي دَمْعٌ، وَلاَ أَكْتَحِلُ بِنَوْمٍ ثُمَّ أَصْبَحْتُ أَبْكِي
قَالَتْ: وَدَعَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ، وَأُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ، حِينَ اسْتَلْبَثَ الْوَحْيُ، يَسْأَلُهُمَا، وَيَسْتَشِيرُهُمَا فِي فِرَاقِ أَهْلِهِ قَالَتْ: فَأَمَّا أُسَامَةُ فَأَشَارَ عَلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِالَّذِي يَعْلَمُ مِنْ بَرَاءَةِ أَهْلِهِ، وَبِالَّذِي يَعْلَمُ لَهُمْ فِي نَفْسِهِ فَقَالَ أُسَامَةُ: أَهْلَكَ وَلاَ نَعْلَمُ إِلاَّ خَيْرًا وَأَمَّا عَلِيٌّ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ لَمْ يُضَيِّقِ اللهُ عَلَيْكَ وَالنِّسَاءُ سِوَاهَا كَثِيرٌ وَسَلِ الْجَارِيَةَ تَصْدُقْكَ قَالَتْ: فَدَعَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بَرِيرَةَ فَقَالَ: أَيْ بَرِيرَةُ هَلْ رَأَيْتِ مِنْ شَيْءٍ يَرِيبُكِ قَالَتْ لَهُ بَرِيرَةُ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا رَأَيْتُ عَلَيْهَا أَمْرًا قَطُّ أَغْمِصهُ، غَيْرَ أَنَّهَا جَارِيَةٌ حَدِيثَةُ السِّنِّ، تَنَامُ عَنْ عَجِينِ أَهْلِهَا، فَتأتِي الدَّاجِنُ فَتَأْكُلُهُ
قَالَتْ: فَقَامَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مِنْ يَوْمِهِ، فَاسْتَعْذَرَ مِنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أُبَيٍّ، وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ، فَقَالَ: يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِينَ مَنْ يَعْذِرُنِي مِنْ رَجُلٍ قَدْ بَلَغَنِي عَنْهُ أَذَاهُ فِي أَهْلِي وَاللهِ مَا عَلِمْتُ عَلَى أَهْلِي إِلاَّ خَيْرًا وَلَقَدْ ذَكَرُوا رَجُلاً مَا عَلِمْتُ عَلَيْهِ إِلاَّ خَيْرًا وَمَا يَدْخُلُ عَلَى أَهْلِي إِلاَّ مَعِي قَالَتْ: فَقَامَ سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ، أَخُو بَنِي عَبْدِ الأَشْهَلِ فَقَالَ: أَنَا، يَا رَسُولَ اللهِ أَعْذِرُكَ فَإِنْ كَانَ مِنَ الأَوْسِ ضَرَبْتُ عُنُقَهُ وَإِنْ كَانَ مِنْ إِخْوَانِنَا مِنَ الْخَزْرَجِ أَمَرْتَنَا فَفَعَلْنَا أَمْرَكَ قَالَتْ: فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ الْخَزْرَجِ، وَكَانَتْ أُمُّ حَسَّانَ بِنْتَ عَمِّهِ، مِنْ فَخِذِهِ وَهُوَ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ وَهُوَ سَيِّدُ الْخَزْرَجِ قَالَتْ: وَكَانَ قَبْلَ ذَلِكَ رَجُلاً صَالِحًا وَلكِنِ احْتَمَلَتْهُ الْحَمِيَّةُ، فَقَالَ لِسَعْدٍ: كَذَبْتَ لَعَمْرُ اللهِ لاَ تَقْتلُهُ، وَلاَ تَقْدِرُ عَلَى قَتْلِهِ وَلَوْ كَانَ مِنْ رَهْطِكَ مَا أَحْببْتَ أَنْ يُقْتَلَ فَقَامَ أُسَيْدُ بْنُ حُضَيْرٍ، وَهُوَ ابْنُ عَمِّ سَعْدٍ، فَقَالَ لِسَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ: كَذَبْتَ لَعَمْرُ اللهِ لَنَقْتُلَنَّهُ فَإِنَّكَ مُنَافِقٌ تُجَادِلُ عَنِ الْمُنَافِقِينَ قَالَتْ: فَثَارَ الْحَيَّانِ، الأَوْسُ وَالْخَزْرَجُ، حَتَّى هَمُّوا أَنْ يَقْتَتِلُوا وَرَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَائِمٌ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَتْ: فَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُخَفِّضُهُمْ حَتَّى سَكَتُوا وَسَكَتَ قَالَتْ: فَبَكَيْتُ يَوْمِي ذَلِكَ كُلَّهُ لاَ يَرْقَأُ لِي دَمْعٌ، وَلاَ أَكْتَحِلُ بِنَوْمٍ
قَالَتْ: وَأَصْبَحَ أَبَوَايَ عِنْدِي، وَقَدْ بَكَيْتُ لَيْلَتَيْنِ وَيَوْمًا لاَ يَرْقَا لِي دَمْعٌ، وَلاَ أَكْتَحِلُ بِنَوْمٍ حَتَّى إِنِّي لأَظُنُّ أَنْ الْبُكَاءَ فَالِقٌ كَبِدِي فَبَيْنَا أَبَوَايَ جَالِسَانِ عِنْدِي، وَأَنَا أَبْكِي، فَاسْتَاذَنَتْ عَلَيَّ امْرَأَةٌ مِن الأَنْصَارِ، فَأَذِنْتُ لَهَا فَجَلَسَتْ تَبْكِي مَعِي قَالَتْ: فَبَيْنَا نَحْنُ عَلَى ذَلِكَ، دَخَلَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَلَيْنَا فَسَلَّمَ، ثُمَّ جَلَسَ قَالَتْ: وَلَمْ يَجْلِسْ عِنْدِي، مُنْذُ قِيلَ مَا قِيلَ، قَبْلَهَا وَقَدْ لَبِثَ شَهْرًا لاَ يُوحى إِلَيْهِ فِي شَأْنِي بِشَيْءٍ قَالَتْ: فَتَشَهَّدَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم حِينَ جَلَسَ، ثُمَّ قَالَ: أَمَّا بَعْدُ يَا عَائِشَةُ إِنَّهُ بَلَغَنِي عِنْكِ كَذَا وَكَذَا فَإِنْ كُنْتِ بَرِيئَةً، فَسَيُبَرِّئُكِ اللهُ وَإِنْ كُنْتِ أَلْمَمْتِ بِذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرِي اللهَ، وَتُوبِي إِلَيْهِ فَإِنَّ الْعَبْدَ، إِذَا اعْتَرَفَ، ثُمَّ تَابَ، تَابَ اللهُ عَلَيْهِ
قَالَتْ: فَلَمَّا قَضى رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَقَالَتَهُ، قَلَصَ دَمْعِي، حَتَّى مَا أُحِسُّ مِنْهُ قَطْرَةً فَقُلْتُ لأَبِي: أَجِبْ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَنِّي فِيمَا قَالَ فَقَالَ أَبِي: وَاللهِ مَا أَدْرِي مَا أَقُولُ لِرَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقُلْتُ لأُمِّي: أَجِيبِي رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِيمَا قَالَ قَالَتْ أُمِّي: وَاللهِ مَا أَدْرِي مَا أَقُولُ لِرَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقُلْتُ: وَأَنَا جَارِيَةٌ حَدِيثَةُ السِّنِّ، لاَ أَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَثِيرًا: إِنِّي، وَاللهِ لَقَدْ عَلِمْتُ لَقَدْ سَمِعْتُمْ هذَا الْحَدِيثَ حَتَّى اسْتَقَرَّ فِي أَنْفُسِكُمْ وَصَدَّقْتُمْ بِهِ فَلَئِنْ قُلْتُ لَكُمْ إِنِّي بَرِيئَةٌ لاَ تُصَدِّقُونِي وَلَئِنِ اعْتَرَفْتُ لَكُمْ بِأَمْرٍ، وَاللهُ يَعْلَمُ أَنِّي مِنْهُ بَرِيئَةٌ، لَتُصَدِّقُنِّي فَوَاللهِ لاَ أَجِدُ لِي وَلَكُمْ مَثَلاً إِلاَّ أَبا يُوسُفَ حِينَ قَالَ (فَصَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ) ثُمَّ تَحَوَّلْتُ وَاضْطَجَعْتُ عَلَى فِرَاشِي وَاللهُ يَعْلَمُ أَنِّي حِينَئِذٍ بَرِيئَةٌ وَأَنَّ اللهَ مُبَرِّئِي بِبَرَاءَتِي وَلكِنْ وَاللهِ مَا كُنْتُ أَظُنُّ أَنَّ اللهَ مُنْزِلٌ فِي شَأنِي وَحْيًا يُتْلَى لَشَأنِي فِي نَفْسِي كَانَ أَحْقَرَ مِنْ أَنْ يَتَكَلَّم اللهُ فِيَّ بِأَمْرٍ وَلكِنْ كُنْتُ أَرْجُو أَنْ يَرَى رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِي النَّوْمِ رُؤْيَا يُبَرِّئُنِي اللهُ بِهَا فَوَاللهِ مَا رَامَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَجْلِسَهُ، وَلاَ خَرَجَ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ الْبَيْتِ، حَتَّى أُنْزِلَ عَلَيْهِ فَأَخَذَهُ مَا كَانَ يَأْخُذُهُ مِنَ الْبُرَحَاءِ حَتَّى إِنَّهُ لَيَتَحَدَّرُ مِنْهُ مِنَ الْعَرَقِ مِثْلُ الْجُمَانِ وَهُوَ فِي يَوْمٍ شَاتٍ، مِنْ ثِقَلِ الْقَوْلِ الَّذِي أُنْزِلَ عَلَيْهِ
قَالَتْ: فسُرِّيَ عَنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ يَضْحَكُ فَكَانَتْ أَوَّلَ كَلِمَةٍ تَكَلَّمَ بِهَا أَنْ قَالَ: يَا عَائِشَةُ أَمَّا اللهُ فَقَدْ بَرَّأَكِ
قَالَتْ: فَقَالَتْ لِي أُمِّي: قُومِي إِلَيْهِ فَقُلْتُ: وَاللهِ لاَ أَقُومُ إِلَيْهِ، فَإِنِّي لاَ أَحْمَدُ إِلاَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَالَتْ: وَأَنْزَلَ اللهُ تَعَالَى:
(إِنَّ الَّذِين جَاءُوا بِالإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ لاَ تَحْسبُوهُ شَرًّا لَكُمْ، بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ لِكُلِّ امْرِىءٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الإِثْمِ، وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ لَوْلاَ إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هذَا إِفْكٌ مُبِيِنٌ لَوْلاَ جَاءُوا عَلَيْهِ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءِ، فَإِذْ لَمْ يَأْتُوا بِالشُّهَدَاءِ فَأُولئِكَ عِنْدَ اللهِ هُمُ الْكَاذِبُونَ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ فِي الدُّنيَا وَالآخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِي مَا أَفَضْتُمْ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَه هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللهِ عَظِيمٌ وَلَوْلاَ إِذْ سَمِعْتُمُوهُ قُلْتُمْ مَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَتَكَلَّمَ بِهذَا سُبْحنَكَ هذَا بُهْتنٌ عَظِيمٌ يَعِظُكُمُ اللهُ أَنْ تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِنْ كُنْتُم مؤْمِنِينَ وَيُبَيِّنُ اللهُ لَكُمُ الآيتِ، وَاللهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ ءَامَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللهِ عَلَيْكُمْ وَرحْمَتُهُ وَأَنَّ اللهَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ يأيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّبِعُوا خُطُوتِ الشَّيْطنِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوتِ الشَّيْطنِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَى مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلكِنَّ اللهَ يُزَكِّي مَنْ يَشاءُ وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ وَلاَ يَأْتَلِ أْولُوا الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبى وَالْمَسكِينَ وَالْمُهجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلاَ تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللهُ لَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنتِ الْغفِلتِ الْمُؤْمِنتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلونَ يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ الْمُبِينُ الْخَبِيثتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثتِ، وَالطَّيِّبتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبتِ، أُولئِكَ مَبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولونَ، لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ)
ثُمَّ أَنْزَلَ اللهُ هذَا فِي بَرَاءَتِي
قَالَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ، وَكَانَ يُنْفِقُ عَلَى مِسْطَحِ بْنِ أُثَاثَةَ، لِقَرَابَتِهِ مِنْهُ وَفَقْرِهِ: وَاللهِ لاَ أُنْفِقُ عَلَى مِسْطَحٍ شَيْئًا أَبَدًا، بَعْدَ الَّذِي قَالَ لِعَائِشَةَ مَا قَالَ فَأَنْزَلَ اللهُ (وَلاَ يَأْتَلِ أُولُوا الْفَضْلِ مِنْكُمْ)إِلَى قَوْلِهِ (غَفُورٌ رَحِيمٌ)
قَالَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ: بَلَى وَاللهِ إِنِّي لأُحِبُّ أَنْ يَغْفِرَ اللهُ لِي فَرَجَعَ إِلَى مِسْطَحِ النَّفَقَةَ الَّتِي كَانَ يُنْفِقُ عَلَيْهِ وَقَالَ: وَاللهِ لاَ أَنْزِعُهَا مِنْهُ أَبَدًا
قَالَتْ عَائِشَةُ: وَكَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم سَأَلَ زَيْنَبَ بِنْتَ جَحْشٍ عَنْ أَمْرِي فَقَالَ لِزَيْنَبَ: مَاذَا عَلِمْتِ أَوْ رَأَيْتِ قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ أَحْمِي سَمْعِي وَبَصَرِي وَاللهِ مَا عَلِمْتُ إِلاَّ خَيْرًا
قَالَتْ عَائِشَةُ: وَهِيَ الَّتِي كَانَتْ تُسَامِينِي، مِنْ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَعَصَمَهَا اللهُ بِالْوَرَعِ قَالَتْ: وَطَفِقَتْ أُخْتُهَا حَمْنَةُ تُحَارِبُ لَهَا فَهَلَكَتْ فِيمَنْ هَلَكَ
قَالَتْ عَائِشَةُ: وَاللهِ إِنَّ الرَّجُلَ الَّذِي قِيلَ لَهُ مَا قِيلَ، لَيَقُولُ: سُبْحَانَ اللهِ فَوَالَّذِي نَفْسِي بَيَدِهِ مَا كَشَفْتُ مِنْ كَنَفِ أُنْثى قَطُّ قَالَتْ: ثُمَّ قُتِلَ، بَعْدَ ذَلِكَ، فِي سَبِيلِ اللهِ
أخرجه البخاري في: 64 كتاب المغازي: 34 باب حديث الإفك
1763.   A'isyah r.a. berkata: Biasa Nabi saw. jika akan pergi jauh mengundi di antara isteri-isterinya, maka yang mana keluar sahamnya dialah yang dibawa serta pergi. Maka dalam suatu bepergian untuk perang keluarlah sahamku, maka aku keluar bersama Nabi saw. dalam perang itu sesudah diturunkan ayat hijab, dan aku dibawa dalam pelangkin (tandu yang tertutup), maka berangkat kami semuanya, hingga selesai Nabi saw. dari perang dan akan pulang kembali ke Ma­dinah, dan pada malam yang dimaklumkan akan berangkat pulang esok harinya, saya merasa berhajat sehingga keluar dari pelangkinku dan berjalan agak jauh dari orang-orang kemudian setelah selesai hajatku aku kembali ke pelangkinku, tetapi ketika aku meraba dadaku terasa kalungku terlepas, maka segera aku kembali keluar untuk mencari ke tempat yang aku telah berjalan itu, dan agak lama, kemudian aku kembali ke pelangkinku, tiba-tiba mereka telah meng­angkat pelangkinku di atas ontaku yang biasa aku kendarai, dengan persangkaan bahwa aku berada di dalamnya, sebab wanita pada waktu itu umumnya ringan-ringan tidak gemuk, tidak banyak dagingnya, hanya makan sedikit, karena itu orang-orang yang mengangkat pe­langkinku tidak ragu bahwa aku telah berada di dalamnya, maka segera diangkat ke atas onta, sedang aku ketika itu masih muda, maka berangkatlah onta yang biasa aku kendarai itu, kemudian aku mene­mukan kalungku setelah berangkat jauh semua sahabat Nabi saw., maka aku kembali ke tempatku semula dengan perasaan bahwa mereka pasti akan mencari aku, maka ketika aku sedang duduk terasa ngantuk dan tertidur sementara, tiba-tiba Shafwan bin Almu'aththal Assulami Adzdzakwani yang tertinggal di belakang tentara melihat bayangan orang tidur, maka segera ia mengenalku ketika melihatku, sebab sebelum turunnya ayat hijab telah mengenalku, maka aku terba­ngun oleh ucapannya: Inna liIlahi wa innaa ilaihi ra ji'un, ketika ia mengetahui yang yang tidur itu aku, maka segera aku menutup wajah­ku, demi Allah kami berdua sama sekali tidak bicara apa-apa, dan aku tidak mendengar satu kalimat pun dari padanya selain ucapan: Inna hllahi wa inna ilaihi raji'un, lalu ia mendekatkan kendaraannya sehingga menyentuh tanganku dan aku bangun untuk mengendarai­nya, lalu dituntunnya onta itu sehingga bertemu dengan tentara Nabi saw. yang sedang berhenti istirahat di tengah hari.
A isyah berkata: Maka binasalah orang yang binasa karena menu­duhku, dan yang menjadi biang keladi dalam tuduhan palsu itu ialah Abdullah bin Ubay bin Salul.
Urwah berkata: Saya diberitahu bahwa dibicarakan, disiarkan lalu dibenarkan dan dikomentarinya berita tuduhan palsu dan bohong itu.
Urwah berkata pula: Tidak tersebut nama ahlul ifki kecuali Hassan bin Tsabit, Misthah bin Utsatsah. dan Hamnah binti Jahsy dan lain-lain orang yang tidak kuketahui, hanya saja merupakan rombong­an sebagaimana firman Allah, dan tokoh mereka ialah Abdullah bin Ubay bin Salul.
Urwah berkata: A'isyah tidak senang bila ada orang memaki Hassan di dekatnya, bahkan ia memuji Hassan fang berkata:
"Fa inna abi wawalidahu wa irdhi, li irdhi Muhammadin minkum wiqaa'u." Sungguh ayah dan nenekku dan kehormatan, semuanya akan aku korbankan demi mempertahankan kehormatan nabi Muham­mad saw. dari segala serangan dan cemoohanmu (kafir Ouraisy).}
A'isyah r.a. berkata: Maka sesampainya kami di Madinah aku menderita sakit selama sebulan, sedang orang-orang telah ramai mem­bicarakan berita ifik (bohong) itu. dan aku sama sekali tidak merasa apa-apa, hanya yang meragukan padaku di waktu sakit itu, keadaan Nabi saw. yang tidak seperti biasanya jika aku sedang sakit, hanya masuk kepadaku memberi salam lalu menanya bagaimana keadaanmu, kemudian kembali keluar, itulah yang meragukan kepadaku sebab aku tidak merasa berbuat salah, sehingga sembuh dan aku keluar bersama Um Mis-thah ke lapangan luas di kota Madinah, dan kami tidak keluar ke sana kecuali di waktu malam, di sana tempat kami berhajat sebelum dibuatkan w.c. di dekat rumah, sebab itu merupakan adat bangsa Arab di masa dahulu jika akan buang air harus menjauh sejauh-jauhnya dari rumah, sebab merasa terganggu jika membuat w.c. di dekat rumah. Maka aku bersama Um Mis-thah putri Abu Ruhm bin Almuththalib bin Abdi Manaf dan ibunya binti Shakher bin Aamie bibi Abubakar Assiddiq sedang putranya bernama Mis-thah bin Utsatsah bin Abbad bin Almutthalib. Kemudian sekembalinya ke rumah sesudah selesai berhajat, tiba-tiba Um Mis-thah tersangkut kakinya pada roknya sehingga hampir jatuh maka ia berkata: Celaka Mis-thah. Langsung aku tegur: Jelek sekali ucapanmu terhadap'seo­rang yang telah ikut dalam perang Badr. Um Mis-thah berkata: Hai wanita, apakah anda tidak mendengar apa yang ia katakan? A'isyah bertanya: Apakah yang ia katakan? Lalu Um Mis-thah menceritakan kepadaku semua tuduhan ashabul ifki (tuduhan palsu dan bohong) yang ramai dibicarakan orang di luar, seketika itu juga kambuh penya-kitku, bahkan lebih berat dari semula, maka ketika aku sampai di rumah Nabi saw. masuk dan memberi salam padaku dan bertanya: Bagaimana keadaanmu? Lalu aku pamit: Izinkanlah aku ke rumah ayah bundaku. Sebab aku ingin mendapat berita yang yakin dari kedua orang tuaku, maka aku diizinkan oleh Nabi saw. dan segera setelah aku di rumah bertanya pada ibu: Ibuku apakah suara orang-orang di luar? Jawabnya: Hai anakku, tenangkan hatimu, demi Allah jarang sekali seorang wanita muda dan cantik di tangan suami yang sangat menyintainya sedang ia banyak madu, melainkan ada-ada saja berita-berita untuk mencemarkan nya itu. Aku jawab: S ubha nallah, apakah orang-orang telah menyiarkan begitu, maka sejak itu aku menangis semalam suntuk hingga pagi, tidak berhenti air mataku dan tidak dapat merasakan tidur, dan pada paginya pun aku masih menangis.
A'isyah berkata: Kemudian Nabi saw. memanggil Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid karena merasa lama belum juga ada wahyu mengenai urusan ini, untuk' mengajak musyawarat pada kedua­nya: Adapun Usamah berkata: Bahwa sepanjang yang ia ketahui A'isyah bersih dari tuduhan itu, sedang Nabi saw. juga masih cinta pada A'isyah, yakni saran ini supaya Nabi saw. sabar sementara. Adapun Ali bin Abi Thalib berkata: Ya Rasulullah, Allah tidak mem­persempit jalan kepadamu, dan wanita selainnya masih banyak, lebih baik engkau menanya kepada budak pelayannya pasti mendapat kabar yang sebenarnya, lalu Nabi saw. memanggil Barirah dan menanya: Hai Barirah, apakah anda melihat sesuatu yang meragukan dari A'isyah? Jawab Barirah: Demi Allah yang mengutusmu dengan hak, tidak pernah saya melihat suatu perbuatan yang meragukan yang dapat saya cela, selain ia wanita muda yang sering tertidur sesudah masak, sehingga datang kucing atau binatang yang jinak masuk keluar rumah memakan masakan itu.}
A'isyah berkata: Maka pada hari itu Nabi saw. berdiri di atas mimbar dan bersabda: Hai kaum muslimin, siapakah yang dapat menolong aku terhadap seorang yang sampai sedemikian rupa ganggu­annya terhadap keluargaku, demi Allah aku tidak mengetahui sesuatu mengenai keluargaku kecuali baik semata-mata, dan mereka telah menyebut nama seorang yang aku tahu bahwa ia baik dan tidak pernah ke rumahku kecuah bersama aku.
Maka berdirilah Sa'ad bin Mu'adz dari suku Bani Abdul-Asyhal dan berkata: Aku, ya Rasulullah, dapat membelamu, kalau ia seorang dari Aus maka aku penggal lehernya, dan bila ia dari saudara kami suku Khazraj maka kami menunggu perintah, dan pasti akan kami laksanakan.
Tiba-tiba berdirilah seorang tokoh Khazraj Sa'ad bin Ubadah, seorang yang baik, tetapi terdorong oleh rasa kesukuan menjawab perkataan Sa'ad: Dusta anda, demi Allah anda tak dapat membunuh­nya, dan takkan dapat membunuhnya, dan andaikan ia dari sukumu pasti anda tidak: ingin dibunuhnya. Maka bangkitlah Usaid bin H u dhair sepupu Sa'ad, menjawab Sa'ad bin Ubadah: Demi Allah dusta anda, kami akan membunuhnya, anda «-orang munafiq membela orang-orang munafiq. Setelah itu bangkitlah kedua suku Aus dan Khazraj sehingga hampir terjadi perang saudara, sedang Rasulullah masih berdiri di atas mimbar. Maka turunlah Nabi saw. dari mimbar untuk menenangkan mereka sehingga diam mereka, dan Nabi saw. juga diam.
A'isyah berkata: Adapun aku maka tenis menangis sepanjang hari itu tidak berhenti air mataku dan tidak dapat tidur.
A'isyah berkata: Kemudian pada paginya kedua ayah bundaku berada di sisiku, setelah aku menangis dua malam dan satu hari, yang air mataku tidak berhenti dan tidak dapat tidur, sehingga aku mengira kemungkinan tangis itu akan membelah dadaku, ketika kedua ayah bunda sedang duduk dan aku menangis, tiba-tiba datang seorang wanita dari Anshar kemudian duduk di sisiku dan menangis pula, dan dalam keadaan sedemikian itu datanglah Rasulullah saw. memberi salam pada kami kemudian duduk dan tidak duduk di dekatku sejak kejadian berita ifik itu, dan telah lalu sebulan tidak ada wahyu turun mengenai diriku, kemudian Nabi saw. mulai bicara dengan kalimat syahadat, lalu bersabda: Amma ba'du hai A'isyah, sungguh telah sampai kepadaku berita ini dan itu, bila anda suci dan bebas maka Allah akan mensucikanmu, tetapi bila anda telah berbuat dosa maka mintalah ampun kepada Allah dan bertobatlah kepada-Nya sebab seorang hamba bila mengakui dosanya lalu tobat, maka Allah menerima tobat dan mengampuni dosanya.
A'isyah berkata: Maka setelah Nabi saw. selesai dari sabdanya, segera kering air mataku hingga tidak ada sisa walau setetes pun, lalu aku berkata kepada ayah: Jawablah Rasulullah saw. itu daripadaku. Ayahku berkata: Demi Allah, aku tidak tahu apakah yang harus aku katakan kepada Rasulullah saw. Lalu aku suruh ibu: Jawablah atas namaku segala sabda Nabi saw. itu. Ibuku berkata: Demi Allah aku tidak tahu apakah yang harus aku katakan kepada Nabi saw. Lalu aku sendiri menjawab sabda Nabi saw. meskipun waktu itu aku masih muda, belum banyak membaca Alqur'an: Demi Allah aku telah mengetahui bahwa kamu telah mendengar berita itu sehingga meresap dalam hatimu, dan kamu percaya berita itu karena itu bila aku berka­ta: Sungguh aku suci, bebas, tentu kamu tidak percaya padaku, dan andaikan aku mengakui sesuatu, padahal Allah mengetahui bahwa aku suci, bebas tentu kamu tidak percaya, demi Allah dalam hal ini aku tidak mendapat contoh kecuali ayah Nabi Yusuf ketika berkata: Fa shabrun jamil wallahul musta'anu ala maa tashi fuun (Hanya sabar yang baik, dan kepada Allah minta bantuan pertolongan atas segala apa yang kamu katakan). Kemudian. A'isyah bangun dari tempat duduk dan berbaring di ranjang, sedang Allah mengetahui bahwa aku suci bersih, dan Allah pasti akan menunjukkan kesucian, kebersihanku. Tetapi demi Allah saya tidak menyangka bahwa Allah akan menurunkan untuk keadaanku ayat yang dapat dibaca, sebab aku merasa lebih rendah dari itu, hanya aku mengharap semoga Allah memperlihatkan kepada Nabi saw. dalam mimpi yang menjelaskan kesucian, kebersihanku. Demi Allah Rasulullah saw. belum berubah dari tempatnya dan semua orang yang hadir belum ada yang bangun tiba-tiba turun wahyu kepada Nabi saw. dan tampak wajah Nabi saw. berpeluh sebagaimana biasa jika turun wahyu meskipun di musim dingin karena beratnya wahyu yang turun atasnya.
A'isyah berkata: Kemudian setelah selesai tampak tersenyum Nabi saw. dan pertama kalimat yang keluar dari Nabi saw.: Hai A'isyah, Allah telah mensucikan, membersihkan mu.
Lalu ibuku berkata: Hai A'isyah bangunlah kepada Nabi saw. Jawabku: Demi Allah (aku tidak akan bangun kepadanya, dan aku tidak akan memuji melainkan kepada Allah azza wajalla. Maka turun­lah ayat 11-26 surat Annur:

"Sesungguhnya orang-orang yang membawa beriia bohong itu dari golonganmu juga. Jangan kamu kira bahwa beriia itu buruk untuk kamu, bahkan baik bagi kamu. Untuk tiap orang pembawa berita bohong itu bagiannya sendiri-sendiri dari dosa. Dan yang menjadi biang keladinya dari mereka akan mendapat siksa yang sangat berat." (11) "Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu, orang-orang mu min laki-laki dan perempuan tidak bersangka baik saja terhadp sesama mu'min. dan berkata: Itu adalah berita oonong yang nyata." (12) "Mengapa mereka yang menuduh itu tidak dapat mendatangkan empat saksi atas kebenaran berita mereka itu. Maka bila mereka tidak dapat membawa saksi, maka mereka di sisi Allah nyata ber­dusta." (13). "Maka sekiranya tidak ada karunia dan rahmat Allah atas kamu di dunia dan akherat, niscaya kalian terkena siksa yang berat karena membicarakan berita bohong itu. ' (14). "Ketika kalian mengolah berita itu dengan lidahmu, dan mengata­kan dengan mulutmu apa yang kalian tidak mengetahui benar, dan kalian mengira itu ringan, padahal di sisi Allah sangat besar." (15) "Dan mengapa di waktu kalian mendengar berita itu, tidak lang­sung berkata: Tidak layak kami membicarakan berita itu. Maha suci itu berita bohong yang sangat besar." (16). "Allah memperingatkan kamu agar jangan mengulangi kejadian seperti itu untuk selamanya jika kalian benar-benar orangmu"mm.' (17) "Dan Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya, dan Allah maha mengetahui lagi bijaksana." (18). "Sesungguhnya orang-orang yang menyukai tersebarnya perbuatan keji (pelacuran) di kalangan kaum muminin, akan mendapat siksa yang pedih di dunia dan akherat. Dan Allah mengetahui sedang kalian tidak mengetahui." (19). "Andaikan tiada karunia dan rahmat Allah atas kamu, juga Allah bersifat pengasih lagi penyayang." (20). "Hai orang-orang yang beriman, kalian jangan mengikuti jejak syaithan. Dan siapa yang mengikuti jejak syaithan, maka ia hanya menganjurkan perbuatan yang keji dan mungkar. Andaikan tiada karunia dan rahmat Allah atas kamu, niscaya Allah tidak member­sihkan seorang pun dari kamu untuk selamanya, tetapi Allah yang membersihkan siapa saja yang dikehendaki Nya Dan Allah maha mendengar lagi mengetahui." (21) "Dan orang yang diberi kelebihan dan keluasan kekayaan jangan­lah bersumpah untuk tidak membantu pada famili kerabat dan orang miskin serta orang yang telah berhijrah fisabilUlah, hendak­nya memberi maaf dan beriapang dada, apakah kalian tidak ingin dimaafkan Allah. Dan Allah maha pengampun lagi penyayang." (22). "Sesungguhnya orang-orang yang menuduh berzina terhadap wani­ta mu'minaat, yang sopan lagi tidak hirau terhadap itu. Akan dikutuk oleh Allah di dunia dan akherat dan untuk mereka tersedia siksa yang berat." (23). "Pada hari di mana akan menjadi saksi atas perbuatan mereka, lidah, tangan dan kala mereka sendiri." (24). "Pada hari itu Allah akan membalas mereka balasan yang setimpal dan mereka akan mengetahui bahwa Allah itulah dzat yang hak yang nyata." (25) "Kalimat-kalimat yang keji dan busuk sesuai dengan jiwa orang yang jelek dan keji, demikian pula orang yang busuk mencari berita yang jelek sebaliknya kalimat yang baik untuk jiwa yang baik, dan orang yang baik selalu mencari berita yang baik, mereka bebas bersih dari segala yang dituduhkan oleh orang yang jelek. Untuk mereka yang baik tetap tersedia pengampunan Allah dan rizqi yang murah." (26).
Abubakar Assiddiq yang biasa memberi belanja pada Mis-thah bin Utsatsah karena kekerabatannya dan kemiskinan berkata: Demi Allah, aku tidak akan membantu lagi kepada Mis-thah setelah ia ikut dalam tuduhannya terhadap A'isyah r.a. Maka Allah menurunkan yang ke-22:

"Dan janganlah bersumpah orang yang telah diberi Allah keluasan dan kelebihan rizqi kekayaan, untuk tidak membantu kepada kera­bat yang miskin dan telah berhijrah. Hendaknya mereka memaaf­kan dan berbaik hati, apakah kalian tidak ingin dimaafkan Allah, dan Allah maka pengampun lagi penyayang." (22)
Abubakar mendengar ayat ini langsung ia berkata: Benar, demi Allah, aku ingin diampunkan oleh Allah, lalu ditetapkan membelanjai Mis-thah, dan berkata: Demi Allah, tidak aku cabut perbelanjaan itu dari padanya untuk selamanya.

A'isyah r.a. berkata: Rasulullah saw. menanya Zainab binti Jahsy tentang kejadian urusanku. Bagaimana yang anda tahu atau pendapat-mu? Jawab Zainab: Ya Rasulullah, aku jaga pendengaran dan pengli­hatanku, demi Allah saya tidak mengetahui kecuali kebaikan semata.
A'isyah berata: Dialah isteri Nabi saw. yang menyamai aku kedu- -duk arinya di sisi Nabi saw. maka Allah memeliharanya karena wara'-nya, adapun saudaranya yang bernama Hamnah binti Jahsy yang berusaha untuk menjatuhkan nama A'isyah maka telah binasa bersa­ma orang yang binasa karena ikut menuduh A'isyah berkata: Demi Allah, sedang orang yang dituduhkan padaku itu berkata: Subhanallah, demi Allah yang jiwaku ada di tangan Nya, belum pernah aku membuka baju tutup wanita sama sekali. Kemudian sesudah itu ia terbunuh syahid fisabilillah. (Bukhari, Muslim).
 حديث عَائِشَةَ، قَالَتْ: لَمَّا ذُكِرَ مِنْ شَأْنِي الَّذِي ذُكِرَ، وَمَا عَلِمْتُ بِهِ، قَامَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِيَّ خَطِيبًا فَتَشَهَّدَ، فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ قَالَ: أَمَّا بَعْدُ أَشِيرُوا عَلَيَّ فِي أُنَاسٍ أَبْنُوا أَهْلِي، وَايْمُ اللهِ مَا عَلِمْتُ عَلَى أَهْلِي مِنْ سُوءٍ وَأَبَنُوهُمْ بِمَنْ، وَاللهِ مَا عَلِمْتُ عَلَيْهِ مِنْ سُوءٍ قَطُّ وَلاَ يَدْخُلُ بَيْتِي قَطُّ إِلاَّ وَأَنَا حَاضِرٌ وَلاَ غِبْتُ فِي سَفَرٍ إِلاَّ غَابَ مَعِي
قَالَتْ: وَلَقَدْ جَاءَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بَيْتِي فَسَأَلَ عَنِّي خَادِمَتِي فَقَالَتْ: لاَ وَاللهِ مَا عَلِمْتُ عَلَيْهَا عَيْبًا إِلاَّ أَنَّهَا كَانَتْ تَرْقُدُ حَتَّى تَدْخُلَ الشَّاةُ فَتَأْكُلَ خَمِيرَهَا أَوْ عَجِينَهَا وَانْتَهَرَهَا بَعْضُ أَصْحَابِهِ، فَقَالَ: اصْدُقِي رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، حَتَّى أَسْقَطُوا لَهَا بِهِ فَقَالَتْ سُبْحَانَ اللهِ وَاللهِ مَا عَلِمْتُ عَلَيْهَا إِلاَّ مَا يَعْلَمُ الصَّائِغُ عَلَى تِبْرِ الذَّهَبِ الأحْمَرِ وَبَلَغَ الأَمْرُ إِلَى ذَلِكَ الرَّجُلِ الَّذِي قِيلَ لَهُ فَقَالَ: سُبْحَانَ اللهِ وَاللهِ مَا كَشَفْتُ كَنَفَ أُنْثى قَطُّ قَالَتْ عَائِشَةُ: فَقُتِلَ شَهِيدًا فِي سَبِيلِ اللهِ
أخرجه البخاري في: 65 كتاب التفسير: 24 سورة النور: 11 باب إن الذين يحبون أن تشيع الفاحشة في الذين آمنوا
1764. A'isyah r.a. berkata: Ketika tersiar berita tuduhan terha­dap diriku sebagaimana yang aku ketahui, maka Nabi saw. berdiri berkhutbah, dan sesudah mengucap kalimat syahadat dan puji syukur kepada Allah sebagaimana lazimnya beliau bersabda: Amma ba'du berilah pendapatmu kepadaku menghadapi orang-orang yang menu­duh jahat terhadap keluargaku, demi Allah aku tidak mengetahui sesuatu dari keluargaku kecuali baik semata-mata, dan mereka menu­duh terhadap seorang, demi Allah, saya tidak mengetahui daripadanya kecuali baik, tidak pernah aku mengetahui ia berbuat busuk, dan tidak masuk ke rumah kecuali bersamaku, dan tiada pergi jauh melainkan ia selalu ikut padaku. A'isyah r.a. berkata: Rasulullah saw. datang ke rumahku bertanya pada pelayanku tentang keadaanku, maka dijawab: Demi Allah, aku tidak mengetahui sesuatu cela, hanya ia biasa tidur meninggalkan masakannya sehingga masuk kambing makan masakannya atau adonannya. Dan ketika pelayanku dibentak oleh sebagian sahabat Nabi saw. supaya berkata sebenarnya pada Nabi saw. kejadian siti A'isyah itu, maka jawab pelayan itu: Subahanallah, demi Allah, aku tidak mengetahui daripadanya kecuali sebagaimana yang diketahui oleh tukang emas terhadap emas mumi yang merah. Dan ketika berita ini sampai kepada pria yang dituduhkan itu, ia berkata: Subhanallah, demi Allah, aku tidak pernah membuka tutup seorang wacita sama sekali. A'isyah berkata: Kemudian ia mati syahid fisabilillah. (Bukhari, Muslim).

Tidak ada komentar