Mendamaikan
Antara Para Manusia
Allah
Ta'ala berfirman:
"Tiada
kebaikannya sama sekali dalam banyaknya pembicaraan rahsia mereka itu, melainkan
orang yang memerintahkan bersedekah, menyuruh berbuat kebaikan serta
mengusahakan perdamaian antara seluruh manusia." (an-Nisa': 114)
Allah Ta'ala
berfirman lagi:
"Dan berdamai itu
adalah yang terbaik." Allah Ta'ala berfirman pula:
"Maka bertaqwalah
engkau semua kepada Allah dan damaikanlah antara sesamamu sendiri."
(al-Anfal: 1)
Juga Allah Ta'ala
berfirman:
"Hanyasanya kaum
mu'minin itu adatah sebagai saudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu."
(al-Hujurat: 10)
249. Dari Abu
Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Setiap seruas tulang
dari seluruh manusia itu harus memberikan sedekahnya pada setiap hari yang
matahari terbit pada hari itu. Mendamaikan dengan cara yang adil antara dua
orang adalah sedekah, menolong seseorang pada kenderaannya lalu mengangkatnya di
tas kendaraannya itu atau mengangkatkan barang-barangnya ke sana, itupun
sedekah, ucapan yang baik juga sedekah dan setiap langkah yang dijalaninya untuk
pergi shalat juga merupakan sedekah, menyingkirkan benda-benda yang berbahaya
dari jalan termasuk sedekah pula." (Muttafaq 'alaih)
250. Dari Ummu
Kultsum binti Uqbah bin Abu Mu'aith, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w.
bersabda:
"Bukannya termasuk
pendusta orang yang mendamaikan antara para manusia, lalu ia menyampaikan berita
yang baik atau mengatakan sesuatu yang baik." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Muslim
disebutkan tambahannya demikian: Ummu Kultsum berkata: "Saya tidak pernah
mendengar dari Nabi s.a.w. tentang
dibolehkannya berdusta daripada
ucapan-ucapan yang diucapkan oleh para manusia itu, melainkan
dalam tiga hal iaitu perihal peperangan, mendamaikan antara para manusia dan
perkataan seseorang suami kepada isterinya serta perkataan isteri kepada
suaminya - yang akan membawa kebaikan rumah-tangga dan lain-lain."
251. Dari Aisyah
radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. mendengar suara pertengkaran di
arah pintu, yang suara kedua orang yang bertengkar itu terdengar keras-keras.
Tiba-tiba salah seorang dari keduanya itu meminta kepada yang lainnya
agar sebahagian hutangnya dihapuskan dan ia meminta belas
kasihannya, sedangkan kawannya itu berkata: "Demi Allah, permintaan itu tidak
saya lakukan - tidak dibenarkan."
Rasulullah s.a.w.
kemudian keluar menemui keduanya lalu bersabda: "Siapakah orang yang bersumpah
atas Allah untuk tidak melakukan kebaikan itu?" Orang itu berkata:
"Saya ya Rasulullah. Tetapi baginya- orang yang berhutang tadi - mana saja yang
ia sukai - maksudnya pemotongan sebahagian hutangnya dikabulkan dengan sebab
syafa'at beliau s.a.w. itu." (Muttafaq 'alaih)
252. Dari Abul Abbas
iaitu Sahal bin Sa'ad as-Saidi r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. menerima
berita bahawa antara sesama keturunan 'Amr bin 'Auf itu terjadi suatu hal yang
tidak baik - perselisihan faham, lalu Rasulullah s.a.w. keluar menemui mereka
untuk mendamaikan antara orang-orang itu dan beliau disertai beberapa orang
sahabatnya. Rasulullah s.a.w. tertahan - ditahan oleh orang-orang yang didatangi
olehnya untuk diberi jamuan sebagai tamu, sedangkan shalat - Ashar - sudah masuk
waktunya. Bilal mendatangi Abu Bakar r.a. lalu berkata: "Hai Abu Bakar,
sesungguhnya Rasulullah tertahan, sedangkan shalat sudah masuk waktunya. Adakah
Tuan suka menjadi imamnya para manusia?" Abu Bakar menjawab: "Baiklah, jikalau
engkau menghendaki demikian." Bilal membaca iqamah dan majulah Abu Bakar,
kemudian ia bertakbir dan orang-orang pun bertakbir pula.
Di tengah shalat itu
Rasulullah s.a.w. datang berjalan di barisan sehingga berdirilah beliau di suatu
barisan. Orang-orang banyak mulai bertepuk tangan, sedangkan Abu Bakar tidak
menoleh dalam shalatnya itu. Tetapi setelah
para manusia makin
banyak yang bertepuk-tepuk tangan, lalu Abu Bakar menoleh
ke belakang, tiba-tiba tampaklah olehnya Rasulullah s.a.w. Beliau s.a.w.
mengisyaratkan supaya shalat diteruskan - dan ia sebagai imamnya. Tetapi Abu
Bakar setelah mengangkat tangannya - untuk beri'tidal lalu bertahmid kepada
Allah terus kembali ke belakang perlahan-lahan sampai berada di belakang terus
berdiri di jajaran shaf.
Rasulullah s.a.w.
lalu maju, kemudian bersembahyang sebagai imamnya para manusia. Setelah selesai
beliau s.a.w. menghadap orang-orang itu lalu bersabda: "Hai sekalian manusia,
mengapa ketika terjadi sesuatu dalam shalat, lalu engkau semua bertepuk tangan?
Hanyasanya bertepuk tangan itu untuk kaum wanita. Barangsiapa yang terjadi
sesuatu dalam shalatnya, hendaklah mengucapkan: Subhanallah, maka sesungguhnya
tiada seorang pun yang mendengar ketika dibacakan Subhanallah itu, melainkan ia
tentu akan menoleh. Hai Abu Bakar, apakah yang menyebabkan saudara terhenti
tercegah - tidak meneruskan - melakukan shalat sebagai imamnya orang banyak,
ketika saya memberikan isyarat untuk meneruskannya itu?" Abu Bakar menjawab:
"Kiranya tidak sepatutnyalah untuk anak Abu Quhafah ini kalau bersembahyang
sebagai imam di sisi Rasulullah s.a.w. - maksudnya Rasulullah sebagai
makmumnya." (Muttafaq 'alaih)
|
Post a Comment