Mengapa Kita Harus Belajar Aqidah?
Mengapa Kita Harus
Belajar Aqidah?
Kaum
muslimin yang dirahmati Allah, aqidah merupakan ilmu terpenting yang harus diketahui
oleh setiap muslim. Mengapa demikian? Karena aqidah merupakan pondasi tegaknya
amal ibadah dan syarat diterimanya amalan.
Allah
ta'ala berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang menghendaki
perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak
mempersekutukan sesuatu apapun dalam beribadah kepada Rabbnya.” (QS. Al-Kahfi:
110)
Allah
ta'ala juga berfirman (yang artinya), “Sungguh, telah diwahyukan
kepadamu dan nabi-nabi sebelummu: Jika kamu berbuat syirik niscaya lenyaplah seluruh
amalmu, dan kamu pasti akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS.
Az-Zumar: 65)
Ibadah
kepada Allah tidak akan diterima jika tidak dilandasi dengan tauhid. Oleh sebab
itu Allah berfirman mengenai amal-amal orang musyrik dalam firman-Nya (yang
artinya), “Dan Kami tampakkan segala amal yang dahulu mereka kerjakan, lalu
Kami jadikan ia bagaikan debu yang beterbangan.” (QS. Al-Furqan: 23)
Oleh
karenanya, wajib bagi setiap muslim untuk memahami tauhid berdasarkan al-Qur'an
dan as-Sunnah sebagaimana yang telah dipahami oleh para Sahabat radhiyallahu'anhum.
Memahami ilmu aqidah adalah kunci keselamatan seorang hamba di dunia dan di
akhirat. Inilah kunci utama untuk membebaskan diri dari kerugian.
Allah
ta'ala berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia
benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal
salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam menetapi
kesabaran.” (QS. al-'Ashr: 1-3)
Keimanan
yang benar adalah keimanan yang tidak dicampuri dengan syirik dan kekafiran.
Itulah sebab pokok untuk meraih keamanan dan petunjuk dari Allah. Allah ta'ala
berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri
keimanan mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapatkan
keamanan, dan mereka itulah orang-orang yang diberikan petunjuk.” (QS.
Al-An'am: 82)
Syirik
adalah sebuah kezaliman, bahkan ia merupakan kezaliman yang paling besar. Allah
ta'ala mengisahkan nasihat Luqman kepada putranya (yang artinya), “Wahai
anakku! Janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya syirik itu adalah
kezaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman: 13)
Karena
hanya Allah yang menciptakan dan memelihara kita, maka sudah semestinya kita
hanya beribadah kepada-Nya dan berlepas diri dari segala sesembahan selain-Nya.
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia! Sembahlah
Rabb kalian; yaitu yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum
kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 21)
Aqidah
inilah yang disebut oleh para ulama dengan istilah fiqih akbar. Imam Ibnu Abil
'Izz al-Hanafi mengatakan, bahwa kebutuhan hamba kepada ilmu ini adalah di atas
kebutuhan mereka terhadap perkara-perkara yang lain (lihat Syarh
ath-Thahawiyah, hal. 69)
Oleh
sebab itu pula, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala
mengutus Mu'adz bin Jabal radhiyallahu'anhu untuk berdakwah di negeri
Yaman, maka beliau berpesan, “Hendaklah yang pertama kali kamu serukan kepada
mereka adalah supaya mereka mentauhidkan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim, lafal
Bukhari)
Hal
ini tentu saja menunjukkan betapa pentingnya ilmu tauhid dan betapa besar
kebutuhan umat manusia terhadapnya. Sehingga, tidaklah mengherankan jika
seluruh dakwah para rasul tegak di atas misi yang sama. Allah ta'ala
berfirman (yang artinya), “Sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang
rasul -yang berseru- : Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut itu.” (QS. An-Nahl:
36)
Dari
sinilah, kita dapat menyimpulkan bahwa berbagai seruan yang mengatasnamakan
kebangkitan Islam atau melanjutkan kembali kehidupan Islam akan tetapi tidak
dibarengi dengan tarbiyah tauhid dengan benar adalah omong kosong belaka!
Bukankah tidak jarang kita dengar sayup-sayup ucapan mereka, “Dakwah tauhid
memecah-belah umat” [?!] “Dakwah tauhid mencerai-beraikan barisan” [?!] “Dakwah
tauhid sudah ketinggalan jaman” [?!] “Dakwah tauhid membuat orang lari” [?!]
“Dakwah tauhid tidak digemari orang” [?!]
Maha
suci Allah dari apa yang mereka ucapkan! Akankah kita katakan dakwah para rasul
ini dakwah yang memecah-belah umat, mencerai-beraikan barisan mereka, sudah
ketinggalan jaman, membuat orang lari, dan -lebih parah lagi jika dikatakan
bahwa dakwah tauhid mesti disingkirkan gara-gara- tidak digemari orang?! Allahul
musta'an.
Bagaimana
mungkin kita bisa sepakat membuat orang untuk bersama-sama memerangi riba dan
zina sementara kita lalai dari mengajak mereka untuk memberantas syirik dan
pemujaan berhala?! Ataukah kita telah menganggap berhala masa kini sudah tiada?
Karena manusia sudah berpindah ke masa kecanggihan teknologi sehingga jauh dari
klenik dan ritual-ritual kemusyrikan? Benarkah demikian?!
Bagaimana
mungkin kita bersemangat tatkala menghasung umat untuk mencabut riba sampai
akar-akarnya namun di saat yang sama pemurnian aqidah seolah menjadi agenda dan
tema pembahasan yang terlupa?! Padahal, Allah telah berfirman tentang besarnya
dosa yang satu ini dalam ayat-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak
akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya, dan Dia akan mengampuni dosa lain yang
berada di bawah tingkatan itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisaa':
48)
Dan
lebih ajaib lagi jika kita mengangankan tegaknya sebuah daulah Islam di atas
negeri yang syirik dan bid'ah merajalela bak jamur di musim hujan bahkan seolah
telah mendarah daging dalam hidup dan kehidupan mereka?!
Syaikh
Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah berkata: Sungguh membuatku
kagum ucapan salah seorang penggerak ishlah/perbaikan pada masa kini.
Beliau mengatakan: “Tegakkanlah daulah/pemerintahan Islam di dalam hati kalian,
niscaya ia akan tegak di atas bumi kalian.” (lihat Ma'alim al-Manhaj
as-Salafi fi at-Taghyir, hal. 24)
Sungguh
benar firman Allah ta'ala (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan
merubah nasib suatu kaum sampai mereka mau merubah apa-apa yang ada pada diri
mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra'd: 11). Kepada Allah semata kita memohon taufik
dan bimbingan.
Post a Comment