Menyelami Samudra Keindahan Islam
Segala puji hanya untuk Allah
Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam beserta
keluarga dan seluruh sahabatnya.
Islam
adalah Agama Seluruh Nabi dan Rasul Islam adalah agama yang memiliki fadhilah
(keutamaan) yang tidak terhingga. Siapa pun yang menyelaminya, dia akan
mendapatkan betapa luas dan dalamnya keindahan itu. Di antara keutamaannya,
Islam adalah agama seluruh nabi dan rasul. Islam secara syariat adalah:
« الإسلام هو: الْاِسْتِسْلام
ُ لِلهِ بِالتَّوْحِيدِ وَالْاِنْقِيَادُ لَهُ بِالطَّاعَةِ وَالْبَرَاءَةُ مِنَ
الشِّرْكِ وَأهَلِهِ »
“Menyerahkan
diri kepada Allah Shubhanahu wa
ta’alladengan mentauhidkan -Nya, tunduk
kepada Allah Shubhanahu wa ta’alladengan ketaatan kepada-Nya, serta
berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya.”
Agama
Islam inilah yang didakwahkan oleh seluruh nabi dan rasul kepada umatnya, dari
rasul yang pertama hingga diutusnya penutup para nabi, Muhammad bin Abdillah radhiyallahu
anhu. Perbedaan yang ada dari risalah nabi dan rasul hanya pada ahkam
(hukum hukum tata cara ibadah) yang memang Allah Shubhanahu wa ta’alla menetapkannya berbeda sesuai
dengan zaman dan keadaan setiap umat.
Sebagai
contoh, dalam syariat terdahulu, tanah tidak dijadikan sebagai alat bersuci.
Adapun dalam syariat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tanah
menjadi pengganti air untuk bersuci, yakni dengan bertayammum. Dengan diutusnya
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, terhapuslah semua hukum
nabi-nabi
terdahulu. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « وَالْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَ تَّالٍ،
أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ » [رواه البخاري]
“Para
nabi adalah saudara dengan ibu-ibu yang berbeda, namun agamanya satu.” (HR.
al-Bukhari no. 3187)
Makna hadits ini, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa semua nabi dan rasul berada pada satu
pokok agama, yaitu Islam dengan maknanya secara syar’i: Menyerahkan diri kepada
Allah dengan mentauhidkan -Nya
tunduk kepada Alah dengan ketaatan kepada -Nya, serta berlepas diri dari kesyirikan dan pelaku
syirik.
Adapun
dalam ahkam (tata cara ibadahnya) terdapat beberapa perbedaan. Sungguh, ini
adalah keindahan Islam. Sebuah kebahagiaan ketika seorang memeluk agama Islam,
agama yang dipeluk dan diserukan oleh seluruh nabi dan rasul. Alangkah
bahagianya ketika kita masuk ke dalam jannah -insya Allah- bersama dengan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta seluruh nabi dan
rasul.
Perhatikanlah,
Saudaraku. Ketika kaum Yahudi dan Nasrani, mengklaim bahwa Nabi Ibrahim
Alaihisslam adalah Yahudi atau Nasrani, Allah Shubhanahu wa ta’alla membantah persangkaan mereka.
Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman,
قال الله تعالى: ﴿ مَا كَانَ إِبۡرَٰهِيمُ
يَهُودِيّٗا وَلَا نَصۡرَانِيّٗا وَلَٰكِن كَانَ حَنِيفٗا مُّسۡلِمٗا وَمَا كَانَ مِنَ
ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٦٧ ﴾ [ آل عمران: 67 ]
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula)
seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus (berpaling dari
kesyirikan) lagi muslim (berserah diri kepada Allah). Sekali-kali dia bukanlah termasuk
golongan orang – orang musyrik.” (Ali Imran: 67)
Demikian
pula Isa bin Maryam ‘Alaihissalam, Demi Allah, beliau bukanlah Nasrani. Beliau tidak
mengajari umatnya untuk menyembah dirinya. Beliau tidak pula mengajari manusia
untuk menyembah ibunya, Maryam. Yang beliau dakwahkan adalah Islam,
memerintahkan manusia untuk beribadah hanya kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan meninggalkan peribadahan kepada
selain-Nya. Nabi Isa ’Alaihissalam berlepas diri dari ucapan dan keyakinan
kaum Nasrani. Allah Shubhanahu wa
ta’alla berfirman,
قال الله تعالى: ﴿ وَإِذۡ قَالَ ٱللَّهُ يَٰعِيسَى ٱبۡنَ مَرۡيَمَ ءَأَنتَ
قُلۡتَ لِلنَّاسِ ٱتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيۡنِ مِن دُونِ ٱللَّهِۖ قَالَ سُبۡحَٰنَكَ
مَا يَكُونُ لِيٓ أَنۡ أَقُولَ مَا لَيۡسَ لِي بِحَقٍّۚ إِن كُنتُ قُلۡتُهُۥ فَقَدۡ
عَلِمۡتَهُۥۚ تَعۡلَمُ مَا فِي نَفۡسِي وَلَآ أَعۡلَمُ مَا فِي نَفۡسِكَۚ إِنَّكَ
أَنتَ عَلَّٰمُ ٱلۡغُيُوبِ ١١٦ مَا قُلۡتُ لَهُمۡ إِلَّا مَآ أَمَرۡتَنِي بِهِۦٓ أَنِ
ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۚ وَكُنتُ عَلَيۡهِمۡ شَهِيدٗا مَّا دُمۡتُ فِيهِمۡۖ
فَلَمَّا تَوَفَّيۡتَنِي كُنتَ أَنتَ ٱلرَّقِيبَ عَلَيۡهِمۡۚ وَأَنتَ عَلَىٰ كُلِّ
شَيۡءٖ شَهِيدٌ ١١٧﴾ [ المائدة: 119-117 ]
Dan (ingatlah) ketika Allah Shubhanahu wa
ta’allaberfirman“ ,Hai isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada
manusia ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang ilah (sesembahan) selain Allah?’
Isa menjawab, ‘Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan
hakku (mengatakannya).Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak
mengetahui apa yang ada pada diri -Mu. Sesungguhnya Engkau
Maha Mengetahui perkara yang gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka
kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan) nya yaitu: Sembahlah
Allah, Rabbku dan Rabb kalian, dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku
berada diantara mereka. Maka setelah Engkau angkat aku, Engkaulah yang
mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu’.”
(al-Maidah: 116—117)
Nabi Isa ‘Alaihissalam, yang kini masih hidup di
langit. Di akhir zaman, beliau akan turun ke muka bumi menegakkan syariat Islam
beserta hukum-hukum yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, bahkan dengan tawadhu’ beliau shalat di belakang Imam Mahdi.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «… فَبَيْنَمَا
إِمَامُهُمْ قَدْ تَقَدَّمَ يُصَلِّي بِهِمُ الصُّبْحَ إِذْ نَزَلَ عَلَيْهِمْ
عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ الصُّبْحَ فَرَجَعَ ذَلِكَ الْإِمَامُ يَنْكُصُ يَمْشِي
الْقَهْقَرِي لِيَتَقَدَّمَ عِيْسَى يُصَلِّي بِالنَّاسِ فَيَضَعُ عِيْسَى يَدَهُ
بَيْنَ كَتِفَيْهِ ثُمَّ يَقُولُ لَهُ: تَقَدَّمْ فَصَلِّ، فَإِنَّهَا لَكَ
أُقِيمَتْ. فَيُصَلِّي بِهِمْ إِمَامُهُم » [ رواه ابن ماجه ]
“… Tatkala imam mereka (al-Mahdi) maju untuk
mengimami shalat subuh, tiba tiba turun kepada mereka‘Isa bin Maryam
‘Alaihissalam. Bergegas mundurlah Imam Mahdi kebelakang agar Nabi
‘Isa ’Alaihissalam mengimami manusia. Nabi‘Isa pun meletakkan tangan
beliau diantara pundak al-Mahdi seraya berkata, ‘Maju dan shalatlah, karena
untukmu shalat ini ditegakkan’. Akhirnya Imam Mahdi maju mengimami shalat.”
Nabi Musa ‘Alaihissalam, salah seorang nabi
termulia dari bani Israil, termasuk ulul ‘azmi, agama yang beliau serukan
kepada Fir’aun dan pengikutnya juga Islam. Namun, mereka menolaknya. Di saat
yang Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak
menerima lagi tobat, barulah Fir’aun bertobat dan menyatakan keislaman. Perhatikan firman
Allah Shubhanahu wa ta’alla berikut.
قال الله تعالى: ﴿۞وَجَٰوَزۡنَا بِبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱلۡبَحۡرَ فَأَتۡبَعَهُمۡ فِرۡعَوۡنُ
وَجُنُودُهُۥ بَغۡيٗا وَعَدۡوًاۖ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَدۡرَكَهُ ٱلۡغَرَقُ قَالَ ءَامَنتُ
أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱلَّذِيٓ ءَامَنَتۡ بِهِۦ بَنُوٓاْ
إِسۡرَٰٓءِيلَ وَأَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ ٩٠ ﴾ [ يونس: 90 ]
Dan Kami memungkinkan bani Israil melintasi laut,
lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya
dan menindas (mereka); hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam
berkatalah dia, “Saya beriman bahwa tidak ada ilah selain ilah yang diimani
oleh bani Israil, dan saya termasuk kaum muslimin (orang – orang yang berserah
diri kepada Allah).” (Yunus: 90)
Perhatikan ucapan Fir’aun di saat ajalnya. Ia
menyatakan dirinya seorang muslim, beriman kepada Musa Alaihissalam. Namun, ia
menyatakannya saat Allah Shubhanahu wa
ta’allatidak lagi menerima keislaman seseorang. Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman,
قال الله تعالى: ﴿ ءَآلۡـَٰٔنَ وَقَدۡ عَصَيۡتَ قَبۡلُ وَكُنتَ مِنَ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ٩١﴾ [يونس: 91]
“Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah
durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(Yunus: 91)
Inilah salah satu keindahan Islam, semua nabi dan
rasul menyerukan Islam, memerintahkan umatnya mengesakan Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam
beribadah dan meninggalkan thaghut, sesembahan selain Allah Shubhanahu wa ta’alla.
قال الله تعالى: ﴿وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا
أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ فَمِنۡهُم مَّنۡ هَدَى
ٱللَّهُ وَمِنۡهُم مَّنۡ حَقَّتۡ عَلَيۡهِ ٱلضَّلَٰلَةُۚ فَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ
فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ ٣٦﴾ [ النحل: 36 ]
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan),“Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut
itu.” Lantas diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah
dan ada pula di antaranya orang–orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka
dari itu, berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang orang yang mendustakan (rasul-rasul). (an-Nahl: 36)
Dalam
ayat yang lain, Allah Shubhanahu wa
ta’alla berfirman,
قال الله تعالى: ﴿وَقَالُواْ كُونُواْ هُودًا أَوۡ نَصَٰرَىٰ تَهۡتَدُواْۗ
قُلۡ بَلۡ مِلَّةَ إِبۡرَٰهِۧمَ حَنِيفٗاۖ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ١٣٥ قُولُوٓاْ
ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيۡنَا وَمَآ أُنزِلَ إِلَىٰٓ إِبۡرَٰهِۧمَ
وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ وَيَعۡقُوبَ وَٱلۡأَسۡبَاطِ وَمَآ أُوتِيَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ
وَمَآ أُوتِيَ ٱلنَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمۡ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٖ مِّنۡهُمۡ
وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ ١٣٦﴾ [البقرة: 135-136 ]
Mereka berkata,“Hendaklah kamu menjadi penganut agama
Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.” Katakanlah,“Tidak, bahkan
(kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan
bukanlah dia(Ibrahim) dari golongan orang musyrik.” Katakanlah (hai orang-orang
mukmin), Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim,
Ismail, Ishaq, Ya’kub, dan anak cucunya, serta apa yang
diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari
Rabb mereka. Kami tidakmembeda-bedakan seorang pun diantara mereka dan kami
hanya tunduk patuh kepada -Nya.” (al- Baqarah:
135-136)
Islam,
Agama yang Diridhai oleh Allah Shubhanahu
wa ta’alla
Di antara keindahan Islam yang sangat mendasar,
Islam adalah satu-satunya
agama yang diridhai oleh Allah Shubhanahu
wa ta’alla. Dia tidak menerima dari seorang hamba selain Islam. Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman,
قال الله تعالى:﴿ وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينٗا فَلَن يُقۡبَلَ
مِنۡهُ وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٨٥﴾ [ آل عمران: 85 ]
“Barang siapa mencari agama selain agamaIslam,
sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85)
As-Sa’di berkata, “Barang siapa beribadah kepada
Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan
selain agama Islam yang Allah Shubhanahu
wa ta’alla meridhainya untuk hamba-Nya,
sungguh amalannya tertolak, tidak diterima. Sebab, agama Islam sajalah yang
mengandung ketundukan kepada Allah Shubhanahu
wa ta’alla, ketulusan (dalam beribadah kepada -Nya), dan ketaatan kepada para rasul -Nya. Siapa pun yang tidak membawa Islam
berarti ia tidak menempuh sebab keselamatan dari azab Allah Shubhanahu wa ta’alla dan
keberuntungan dengan pahala -Nya.
Semua agama selain Islam adalah batil.” (Tafsir as-Sa’di)
Dalam
ayat lain, Allah Shubhanahu wa
ta’alla berfirman,
قال الله تعالى: ﴿ إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ﴾ [ آل عمران: 19]
“Sesungguhnya agama(yang diridhai) dissi Allah
hanyalah Islam.” (Ali Imran: 19)
Satu kemuliaan ini saja sebenarnya sudah cukup
bagi seseorang untuk memeluk agama yang mulia ini, agar dirinya dirahmati oleh
Allah Shubhanahu wa ta’alla dan
memperoleh keberuntungan di dunia dan akhirat, serta selamat dari azab -Nya Shubhanahu
wa ta’alla.
Saudaraku, di Padang Mahsyar kelak, kaum
musyrikin mengikuti sesembahan-sesembahan
mereka masuk ke dalam neraka. Demikian pula Yahudi dan Nasrani masuk ke dalam
neraka sebelum jembatan dipancangkan. Yang tersisa hanya kaum muslimin, yaitu
seluruh nabi dan rasul serta orang-orang yang beriman kepada mereka. Termasuk
yang masih berdiri bersama kaum muslimin adalah orang-orang yang menampakkan
dirinya Islam padahal ia kafir (munafik).
Al-Imam
Muslim rahimahumullah meriwayatkan sebuah hadits yang sangat panjang dari Abu
Sa’id al-Khudri radhiyallahu anhu no. 269, di antara teksnya
adalah:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِذَا كَانَ يَوْمُ
الْقِيَامَةِ أَذَّنَ مُؤَذِّنٌ: لِيَتَّبِعْ كُلُّ أُمَّةٍ مَا كَانَتْ تَعْبُدُ؛
فَ يَبْقَى أَحَدٌ كَانَ يَعْبُدُ غَيْرَ اللهِ سُبْحَانَهُ مِنَ الْأَصْنَامِ
وَالْأَنْصَابِ إِلَّا يَتَسَاقَطُونَ فِي النَّارِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَبْقَ
إِلَّا مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللهَ مِنْ بَرٍّ وَفَاجِرٍ وَغُبَّرِ أَهْلِ
الْكِتَابِ، فَيُدْعَى الْيَهُودُ فَيُقَالُ لَهُمْ : مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ؟
قَالُوا: كُنَّا نَعْبُدُ عُزَيْرَ ابْنَ اللهِ. فَيُقَالُ: كَذَبْتُمْ، مَا
اتَّخَذَ اللهُ مِنْ صَاحِبَةٍ وَلَا وَلَدٍ، فَمَاذَا تَبْغُونَ؟ قَالُوا: عَطِشْنَا،
يَا رَبَّنَا فَاسْقِنَا. فَيُشَارُ إِلَيْهِمْ: أَلَا تَرِدُونَ؟ فَيُحْشَرُونَ
إِلَى النَّارِ كَأَنَّهَا سَرَابٌ يَحْطِمُ بَعْضُهَا بَعْضًا فَيَتَسَاقَطُونَ
فِي النَّارِ؛ ثُمَّ يُدْعَى النَّصَارَى فَيُقَالُ لَهُمْ: مَا كُنْتُمْ
تَعْبُدُونَ ؟ قَالُوا : كُنَّا نَعْبُدُ الْمَسِيحَ ابْنَ اللهِ. فَيُقَالُ
لَهُمْ: كَذَبْتُمْ، مَا اتَّخَذَ اللهُ مِنْ صَاحِبَةٍ وَلَا وَلَدٍ . فَيُقَالُ
لَهُمْ : مَاذَ ا تَبْغُونَ ؟ فَيَقُولُونَ عَطِشْنَا، يَا رَبَّنَا فَاسْقِنَا.
قَالَ: فَيُشَارُ إِلَيْهِمْ: أَلَا تَرِدُونَ؟ فَيُحْشَرُونَ إِلَى جَهَنَّمَ
كَأَنَّهَا سَرَابٌ يَحْطِمُ بَعْضُهَا بَعْضًا فَيَتَسَاقَطُونَ فِي النَّارِ؛ حَتَّى إِذَا لَمْ يَبْقَ إِلَّا مَنْ
كَانَ يَعْبُدُ اللهَ تَعَالَى مِنْ بَرٍّ وَفَاجِرٍ أَتَاهُمْ رَبُّ
الْعَالَمِينَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى … » [ رواه مسلم ]
Ketika hari kiamat terjadi, ada penyeru yang
mengumumkan,“Setiap umat hendaklah mengikuti apa yang dahulu disembah.”Tidak
tersisa orang orang yang dahulu menyembah selain Allah Shubhanahu wa
ta’alla, yakni berhala, selain berjatuhan ke dalam neraka.
Hingga yang tinggal hanya orang-orang yang menyembah Allah Shubhanahu wa
ta’alla, ada yang baik dan ada yang jahat serta sisa-sisa Ahli Kitab.
Dipanggillah orang-orang Yahudi. Mereka
ditanya,“Apa yang dahulu kalian sembah?” Mereka menjawab, “Kami menyembah
Uzair, anak Allah.” Dikatakan,“Kalian dusta! Allah tidak menjadikan seorang pun
sebagai istri atau anak. Lalu apa yang kalian inginkan?” Mereka menjawab,“Kami
haus, wahai Rabb kami, berilah kami minum!” Lalu ditunjukkan kepada
mereka,“Kenapa kalian tidak datang kesana?” Mereka
digiring ke neraka, seolah-olah neraka itu fatamorgana yang saling
menghancurkan. Mereka pun berjatuhan ke dalam neraka.
Kemudian orang-orang Nasrani dipanggil. Mereka
ditanya, “Apa yang dahulu kalian sembah?” Mereka menjawab,“Kami menyembah Isa
al- Masih anak Allah.” Dikatakan kepada mereka, “Kalian dusta! Allah tidak
menjadikan seorang pun sebagai istri atau anak. Apa yang kalian
inginkan?”Mereka menjawab,“Kami haus, wahai Rabb, berilah kami minum.” Lalu
ditunjukkan kepada mereka, “Kenapa kalian tidak datang kesana?” Mereka digiring
ke neraka Jahanam, seolah-olah neraka itu fatamorgana yang saling
menghancurkan. Mereka pun berguguran kedalam neraka. Ketika yang tinggal hanya
orang orang yang dahulu menyembah Allah Shubhanahu wa ta’alla (yang baik dan yang jahat),Allah Shubhanahu
wa ta’alla datang kepada mereka…(HR. Muslim).
Islam Mengeluarkan Manusia
dari Kegelapan Menuju Cahaya
Keindahan
Islam ini disaksikan oleh semua mata manusia, dan dibuktikan oleh sejarah
kehidupan manusia. Islam mengeluarkan manusia dari kegelapan syirik menuju
cahaya tauhid, mengeluarkan manusia dari kegelapan
kemaksiatan menuju cahaya ketaatan, kegelapan dan kebodohan menuju cahaya ilmu.
Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman,
قال الله تعالى: ﴿ٱللَّهُ وَلِيُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يُخۡرِجُهُم
مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَوۡلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ
يُخۡرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِۗ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ
هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٢٥٧ ﴾ [ البقرة: 257 ]
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman. Dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).
Orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan
mereka dari cahaya kepada kegelapan ( kekafiran). Mereka itu adalah penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.” (al-Baqarah: 257)
Dahulu manusia berada di atas Islam, mentauhidkan
Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam
beribadah kepada -Nya.
Kemudian muncullah awal kesyirikan di masa Nabi Nuh ‘Alaihisslam. Sekelompok
manusia ketika itu menjadikan Wadd, Suwa’, Yaghuts, dan Nasr sebagai sesembahan
selain Allah Shubhanahu wa ta’alla.
Allah Shubhanahu wa ta’alla pun
mengutus Nuh ‘Alaihissalam menyeru manusia mengajak mereka keluar dari
kegelapan syirik menuju cahaya tauhid.
Demikian seterusnya, Allah Shubhanahu wa ta’alla mengutus para rasul -Nya silih berganti. Hingga
Allah Shubhanahu wa ta’alla mengutus Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam kepada manusia seluruhnya, di saat kegelapan jahiliah meliputi kehidupan anak manusia.
Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman,
قال الله تعالى: ﴿ هُوَ ٱلَّذِي بَعَثَ
فِي ٱلۡأُمِّيِّۧنَ رَسُولٗا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ
وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰلٖ
مُّبِينٖ ٢﴾ [ الجمعة: 2 ]
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf
seorang rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat -Nya kepada
mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah (as-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar benar dalam kesesatan yang nyata.” (al-Jumu’ah: 2)
Sebelum diutusnya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, umat manusia secara menyeluruh berada pada masa
kejahiliahan. Mereka diperbudak oleh kesyirikan. Dunia juga gelap dipenuhi
kezaliman dan kerusakan di muka bumi.
Sebagai contoh, kaum wanita benar-benar dijatuhkan kedudukannya. Wanita adalah
barang dagangan dan warisan, tidak ada nilainya sedikit pun. Bahkan, manusia
merasa malu dengan karunia Allah Shubhanahu
wa ta’alla berupa anak perempuan, hingga
mereka tega
menguburkan anak perempuannya hidup-hidup menjemput kematian dengan sangat
tragis.
قال الله تعالى: ﴿ وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِٱلۡأُنثَىٰ ظَلَّ
وَجۡهُهُۥ مُسۡوَدّٗا وَهُوَ كَظِيمٞ ٥٨
يَتَوَٰرَىٰ مِنَ
ٱلۡقَوۡمِ مِن سُوٓءِ مَا بُشِّرَ بِهِۦٓۚ أَيُمۡسِكُهُۥ عَلَىٰ هُونٍ أَمۡ
يَدُسُّهُۥ فِي ٱلتُّرَابِۗ أَلَا سَآءَ مَا يَحۡكُمُونَ ٥٩ ﴾
[ النحل: 58-59 ]
“Apabila seseorang dari mereka diberi kabar
dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah ) mukanya, dan dia
sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, karena buruknya
berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan
menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?
Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (an-Nahl: 58—59)
Demikianlah kejahiliahan melingkupi, hingga
datang cahaya Islam mengeluarkan manusia dari kegelapan masa jahiliah menuju
cahaya hidayah. Manusia lepas dari belenggu kesyirikan, hak-hak manusia
terjaga, termasuk kaum wanita, diangkat dan dihormati hak-hak mereka. Manusia
pun bersatu dalam ikatan Islam, dan berusaha menjauhkan diri dari kezaliman.
Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman
mengingatkan nikmat ukhuwah,
قال الله تعالى: ﴿
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ
وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ
قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ
مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ
لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ ١٠٣ ﴾ [ آل عمران : 103 ]
“Berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai. Ingatlah akan nikmat Allah kepada
kalian ketika kalian dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, kemudian Allah
mempersatukan hati kalian, lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah
orang-orang yang bersaudara. Kalian telah berada ditepi jurang neraka ,lalu Allah menyelamatkan kalian darinya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat -Nya kepada
kalian, agar kalian mendapat petunjuk.” (Ali Imran: 103)
Islam,
Fitrah yang Seluruh Manusia Terlahir di Atasnya
Di antara keindahan Islam, Islam adalah agama
yang manusia dilahirkan di atasnya. Inilah fitrah yang Allah Shubhanahu wa ta’alla tetapkan
atas seluruh manusia. Oleh karena itu, seluruh syariat Islam diterima oleh akal
sehat dan fitrah yang selamat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « كُلُّ مَوْلُودٍ
يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ
يُمَجِّسَانِهِ، كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ، هَلْ تَرَى فِيهَا
جَدْعَاءَ » [ متفق عليه ]
“Semua bayi terlahir di atas
fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkannya menjadi Yahudi, Nasrani
atau Majusi. Seperti halnya hewan ternak yang dilahirkan, apakah engkau
dapatkan lahir dalam keadaan terpotong (dicacati)?” (HR. al-Bukhari dan Muslim
dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu)
Fitrah yang dimaksud dalam hadits ini adalah
Islam, sebagaimana diterangkan oleh riwayat lain dari sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Demikianlah, manusia diciptakan di atas Islam, di atas
tauhid, meyakini Allah Shubhanahu wa
ta’alla sebagai Rabbul ‘alamin, meyakini
bahwa Dia adalah satu-satunya yang berhak diibadahi.
Allah Shubhanahu
wa ta’alla mengabarkan, manusia seluruhnya
telah diambil persaksiannya di hadapan Allah Shubhanahu wa ta’alla bahwa mereka adalah para hamba-Nya.
قال الله تعالى: ﴿ وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِيٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ
ذُرِّيَّتَهُمۡ وَأَشۡهَدَهُمۡ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ قَالُواْ
بَلَىٰ شَهِدۡنَآۚ أَن تَقُولُواْ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنۡ هَٰذَا
غَٰفِلِينَ ١٧٢ أَوۡ تَقُولُوٓاْ إِنَّمَآ أَشۡرَكَ ءَابَآؤُنَا مِن قَبۡلُ وَكُنَّا
ذُرِّيَّةٗ مِّنۢ بَعۡدِهِمۡۖ أَفَتُهۡلِكُنَا بِمَا فَعَلَ ٱلۡمُبۡطِلُونَ ١٧٣ ﴾ [ الأعراف: 172-173 ]
“ Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman),“Bukankah Aku ini Rabb kalian?” Mereka
menjawab, “Betul (Engkau adalah Rabb kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Rabb)”, atau agar kamu tidak mengatakan,
“Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Rabb sejak dahulu, sedangkan kami ini adalah anak anak keturunan
yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena
perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?” (al-A’raf: 172—173)
Karena Islam adalah fitrah yang manusia terlahir
di atasnya, semua ajaran Islam adalah ajaran yang diterima oleh fitrah manusia,
menyucikan jiwa mereka, dan tidak memberatkan.
Islam
adalah Agama yang Mudah
Di antara keindahan Islam, ia adalah agama yang
mudah, tidak memberatkan sama sekali. Bahkan, siapa yang berpegang dengannya, ia dapatkan
semuanya dimudahkan oleh Allah Shubhanahu
wa ta’alla. Akidah Islam adalah akidah yang mudah, karena ia sesuai dengan
fitrah penciptaan manusia.
Demikian
pula ibadah, muamalah, dan akhlak yang diajarkan Islam, semuanya mudah dan
mendatangkan maslahat (kebaikan kebaikan) dunia dan akhirat. Keindahan Islam
berupa kemudahan ini ditunjukkan oleh dalil-dalil dari al-Kitab dan as-Sunnah.
Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman,
قال الله تعالى: ﴿ مَا يُرِيدُ ٱللَّهُ
لِيَجۡعَلَ عَلَيۡكُم مِّنۡ حَرَجٖ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمۡ وَلِيُتِمَّ نِعۡمَتَهُۥ
عَلَيۡكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ٦ ﴾ [ المائدة: 6 ]
...Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi
Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat- Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur.” (al-Maidah: 6)
قال الله تعالى: ﴿ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ
ٱلۡعُسۡرَ ١٨٥﴾ [البقرة]
“Alah menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak
menghendaki kesukaran bagi kalian.” (al-Baqarah: 185)
Dalam
sebuah hadits, Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam. bersabda menegaskan pokok yang agung ini,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ هَذَا
الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌإِلَّا غَلَبَه » [ رواه البخاري ]
“Sesungguhnya
agama Islam ini mudah, dan tidak ada seorang pun memperberat agama ini
melainkan ia akan dikalahkan.” (HR. al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah
radhiyallahu anhu)
Shalat lima waktu, misalnya, Allah Shubhanahu wa ta’alla mewajibkannya
pada waktu-waktu yang sesuai, tidak mengganggu keseimbangan kehidupan seseorang
di dunia ini. Bahkan, dengan shalat, seseorang senantiasa memperoleh dua
kebaikan sekaligus, kebaikan dunia dan akhirat. Shalat subuh misalnya,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ صَلَّى
الصُّبْحَ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللهِ » [رواه مسلم]
“Barang siapa shalat subuh, dia dalam jaminan
Allah Shubhanahu wa ta’alla.” (HR. Muslim dari sahabat Jundab bin Abdillah al-
Qasri radhiyallahu anhu)
Belum lagi faedah-faedah lain yang bersifat
duniawi dan ukhrawi dari ibadah shalat; menggugurkan dosa-dosa, mencegah
perbuatan keji dan mungkar, shalat berjamaah mempererat ukhuwah, tidak lupa
pula keutamaan kalimat “Amin” dalam sabda-sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, dan kalimat inilah yang menyebabkan orang-orang Yahudi sangat iri kepada kaum
muslimin. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « ماَ حَسَدَكُمُ
الْيَهُودُ عَلَى شَيْءٍ مَا حَسَدُوكُمْ عَلَى السَّ مَالِ وَالتَّأْمِينِ» [
رواه البخاري ]
“Yahudi tidaklah hasad
terhadap sesuatu yang ada pada kalian sebagaimana hasad mereka terhadap kalian
dalam hal ucapan salam dan amin.” (HR. al-Bukhari dalam al-Adabal Mufrad, dan
dinyatakan sahih oleh al-Albani)
Semua keutamaan shalat semakin memperingan ibadah
yang agung ini. Demikianlah semua syariat Islam, mudah dan dimudahkan oleh
Allah Shubhanahu wa ta’alla.
Islam
adalah Agama yang Diperkokoh
Dengan bukti
yang kuat Islam adalah agama yang diperkuat oleh mukjizat, bukti-bukti yang
nyata, dan dalil-dalil yang terang. Setiap mata yang menyaksikannya akan yakin bahwa Islam adalah
syariat yang datang dari Allah Shubhanahu
wa ta’alla.
Dalam
mendakwahkan Islam, seluruh nabi dan rasul diperkuat oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan bukti kebenaran dakwah mereka.
Tentang Nabi Isa ‘Alaihissalam, Allah Shubhanahu
wa ta’alla berfirman,
قال الله تعالى: ﴿ وَرَسُولًا إِلَىٰ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ أَنِّي قَدۡ
جِئۡتُكُم بَِٔايَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ أَنِّيٓ أَخۡلُقُ لَكُم مِّنَ ٱلطِّينِ كَهَيَۡٔةِ
ٱلطَّيۡرِ فَأَنفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيۡرَۢا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۖ وَأُبۡرِئُ ٱلۡأَكۡمَهَ
وَٱلۡأَبۡرَصَ وَأُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۖ وَأُنَبِّئُكُم بِمَا تَأۡكُلُونَ
وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمۡۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَةٗ لَّكُمۡ إِن كُنتُم
مُّؤۡمِنِينَ ٤٩﴾ [ آل عمران : 49 ]
“Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan
membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Rabb-mu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah
berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan
seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan
orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin
Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan
dirumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran
kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (Ali Imran: 49)
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَا مِنَ
الْأَنْبِيَاءِ مِنْ نَبِيٍّ إِلاَّ قَدْ أُعْطِيَ مِنَ » [ رواه مسلم ]
“Tidak
ada seorang nabi pun, kecuali diberi mukjizat yang dengan semisal itu manusia
beriman, dan (di antara) mukjizat yang dianugerahkan kepadaku adalah wahyu yang
Allah Shubhanahu wa ta’alla wahyukan kepadaku, dan
aku berharap menjadi nabi yang terbanyak pengikutnya di hari kiamat.” (Shahih Muslim no. 152 dari hadits Abu Hurairah
radhiyallahu anhu)
Sebagai
rasul terakhir, beliau diberi oleh Allah Shubhanahu
wa ta’alla mukjizat yang sangat banyak
dan beragam. Ulama menyebutkan bahwa mukjizat Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam mencapai ribuan, bahkan ada yang mengatakan lebih dari
60.000 mukjizat. Subhanallah!
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah rahimahumullah, beliau berkata, “Perjalanan hidup
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sungguh termasuk
ayat-ayat (mukjizat), demikian pula akhlaknya, sabda-sabdanya,
perbuatan-perbuatannya, syariatnya, umatnya, dan karamah-karamah
orang orang saleh dari umat beliau, semua itu termasuk ayat (mukjizat-mukjizat)
beliau.”
Mukjizat-mukjizat
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam yang banyak dan beragam itu bisa dibagi menjadi dua
kelompok:
1.
Mukjizat-mukjizat yang terjadi di
masa hidup Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berakhir
dengan wafatnya beliau. Misalnya, makanan dan minuman yang sedikit menjadi
banyak dengan berkah Allah Shubhanahu wa
ta’alla, demikian pula keluarnya air yang melimpah dari jari-jemari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua mukjizat itu berakhir
dengan wafatnya beliau.
2.
Mukjizat yang terus berlangsung
sesudah wafatnya hingga hari kiamat. Contohnya, al-Qur’an dan berita-berita gaib yang beliau
kabarkan dalam sabda-sabdanya yang mulia lantas terjadi sebagaimana yang beliau
kabarkan, seperti tanda-tanda hari kiamat.
Wahai
segenap manusia, sejenak kita lihat sebagian kecil dari mukjizat al- Qur’an,
yaitu penjagaan yang dijanjikan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya,
قال الله تعالى: ﴿ إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ ٩ ﴾ [ الحجر: 9 ]
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.” (al- Hijr: 9)
Di
antara yang Allah Shubhanahu wa
ta’alla jaga adalah lafadznya.
Tidakkah kita renungkan, sejak empat belas abad silam al-Qur’an diturunkan,
selama itu pula manusia dan jin seluruhnya ditantang untuk membuat satu surat
saja yang terpendek yang semisal dengan al-Qur’an. Adakah orang yang mampu membuatkannya?
Mana ahli bahasa? Mana ahli sastra Arab? Adakah al- Qur’an berubah lafadznya,
hurufnya?
Wahai
musuh-musuh Allah Shubhanahu wa ta’alla,
wahai semua orang kafir dan munafik dari kalangan jin dan manusia, berkumpullah
kalian untuk mengubah satu saja ayat al-Qur’an. Bukankah kalian paling
bersemangat untuk menghancurkan Islam? Jika kalian tidak mampu, dan sungguh empat belas abad
telah berlalu, kalian semua lemah. Bersegeralah kalian bertobat. Peluklah agama
Islam ini sebelum datangnya azab Allah Shubhanahu wa ta’alla atas kalian.
Islam adalah Agama yang Dijaga dari Tabdil (Perubahan)
Di
antara keindahan Islam, agama Islam adalah agama yang senantiasa dijaga oleh
Allah Shubhanahu wa ta’alla hingga hari kiamat. Penjagaan itu
meliputi penjagaan sumber hukum Islam yaitu al-Qur’an dan hadits. Allah Shubhanahu wa ta’alla juga terus menjaga keberadaan
generasi yang senantiasa mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan para sahabatnya. Dalil yang menunjukkan bahwa Allah Shubhanahu wa ta’alla menjaga al-Qur’an dan as-Sunnah
adalah firman Allah Shubhanahu wa ta’alla,
قال الله تعالى: ﴿ إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ
لَحَٰفِظُونَ ٩ ﴾ [ الحجر: 9 ]
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an,
dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (al-Hijr: 9)
Adapun
penjagaan al-Qur’an yang dijanjikan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla adalah pemeliharaan lafadz
(huruf-huruf) nya. Semua ayat al-Qur’an diriwayatkan secara mutawatir. Tidak
ada satu lafadz pun dari al-Qur’an yang dapat diubah oleh manusia (dan jin)
sebagaimana telah disinggung di atas.
Allah Shubhanahu wa ta’alla menjaga pula pemahaman al-Qur’an dari
penyimpangan, yaitu dengan Allah Shubhanahu
wa ta’alla jaga hadits-hadits Rasulullah
yang berfungsi sebagai penjelas al-Qur’an atau sebagai penafsir al-Qur’an.
Di
antara bentuk penjagaan Allah Shubhanahu
wa ta’alla terhadap hadits-hadits
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah Shubhanahu wa ta’alla menyiapkan generasi ahlul hadits yang
gigih menjaga kemurnian hadits, sejak zaman sahabat, tabi’in, atba’ut tabi’in,
hingga generasi berikutnya, semisal al-Imam Malik, al-Imam asy- Syafi’i,
al-Imam Ahmad bin Hanbal, al-Bukhari, Muslim, dan ribuan ulama ahlul hadits
dari setiap generasi.
Dengan
demikian, terjagalah kemurnian hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, terpisahkanlah mana yang dusta dari sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan mana yang sahih penyandarannya kepada beliau.
Islam adalah Agama yang Sempurna, Syamil
Seseorang
yang melihat Islam akan menyaksikan bahwa segala yang dibutuhkan oleh manusia
ada di dalamnya. Tidak ada satu perkara pun yang dibutuhkan oleh manusia selain
hal itu ada dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman,
قال الله تعالى: ﴿ وَنَزَّلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ تِبۡيَٰنٗا
لِّكُلِّ شَيۡءٖ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٗ وَبُشۡرَىٰ لِلۡمُسۡلِمِينَ ٨٩﴾ [ النحل: 89 ]
“Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an)
untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira
bagi orang-orang yang berserah diri.” (an-Nahl: 89)
Diriwayatkan
dalam sebuah hadits,
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « عَنْ سَلْمَانَ قَالَ قِيلَ لَهُ لَقَدْ
عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ كُلَّ شَيْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ قَالَ أَجَلْ لَقَدْ
نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ وَأَنْ لَا
نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِينِ وَأَنْ لَا يَسْتَنْجِيَ أَحَدُنَا بِأَقَلَّ
مِنْ ثثَالَةِ أحَْجَارٍ أَوْ نَسْتَنْجِيَ بِرَجِيعٍ أَوْ عَظْمٍ » [ رواه أبو
داود ]
Dikatakan kepada Salman al-Farisi radhiyallahu
anhu,“Sungguh, Nabi kalian telah mengajari kalian segala sesuatu, sampai pun
masalah adab membuang hajat.” Salman menjawab,“ Benar. Beliau melarang
kami untuk menghadap kiblat ketika buang air besar atau kencing. Beliau
melarang pula kami beristinja’ dengan tangan kanan dan beristinja dengan batu
kurang dari tiga atau beristinja dengan tulang.” (HR. Abu Dawud no. 6)
Tidak hanya mengatur muamalah antara manusia dan
Allah Shubhanahu wa ta’alla, atau
antar manusia, tetapi Islam juga
menerangkan muamalah manusia dengan binatang atau jin. Dari Abu Ya’la Syaddad
bin Aus radhiyallahu anhu , dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ اللهَ كَتَبَ
الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ
وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ
وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ » [ رواه مسلم ]
“Sesungguhnya
Allah mewajibkan untuk berlaku baik terhadap segala sesuatu. Apabila kalian
membunuh, berlaku baiklah dalam membunuh. Apabila kalian menyembelih, berlaku
baiklah dalam menyembelih. Dan hendaklah salah seorang diantara kalian
menajamkan pisaunya dan membuat nyaman hewan sembelihannya.”
Adakah
syariat yang sempurna seperti syariat Islam yang dibawa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam? Pembaca, semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla merahmati kita semua, masih
banyak keutamaan agama Islam di antaranya Islam adalah agama yang kekal hingga
akhir zaman, seperti sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي
يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ » [ رواه مسلم ]
“Akan
selalu ada sekelompok umatku berperang di atas al-haq, mendapat kemenangan
sampai hari kiamat.” (HR. Muslim no. 3547 dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu
anhu)
Islam
adalah agama yang universal bukan hanya untuk kalangan Arab, namun juga
non-Arab, bahkan untuk kalangan jin, seperti firman Allah Shubhanahu wa ta’alla,
قال الله تعالى: ﴿ قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاس
ُ إِنِّي رَسُولُ
ٱللَّهِ إِلَيۡكُمۡ جَمِيعًا ١٥٨ ﴾ [الأعراف: 158 ]
Katakanlah,“Hai manusia sesungguhnya aku adalah uutusan Allah kepada kalian semua.” (al-A’raf:
158)
Islam
adalah agama yang mengajari umatnya berbuat baik (ihsan). Bahkan, semua syariat
Islam adalah ihsan. Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Islam adalah agama
yang dimenangkan oleh Allah Shubhanahu wa
ta’alla.
Masih
banyak keutamaan-keutamaan lain yang terkandung dalam dua wahyu, al-Kitab dan
as-Sunnah. Waktu dan ruang tidak memungkinkan bagi kita menyelami lebih dalam
samudra keindahan dan keutamaan Islam. Bahkan, seumur hidup kita
sekalipun tidak mampu mengibaratkan keindahan dan keutamaan Islam.
Ya
Allah, jadikanlah hati-hati kami mencintai -Mu, nabi dan para rasul -Mu, serta agama Islam yang
Engkau ridhai. Lebih dari itu, wahai Rabb kami, cintailah kami, ampunilah
dosa-dosa kami, dosa kedua orang tua kami, dan dosa seluruh kaum mukminin.
Post a Comment