Lorong Hati
Tiap
muslim tentu menginginkan agar sikap penuh persahabatan, ramah dalam bergaul
serta saling mencintai menempel pada pribadi muslim dan merata di lingkungan masyarakat Islam. Kita
yakin bahwa setiap muslim, baik laki maupun perempuan , mereka semua pasti
mencintai adanya kebaikan, kebajikan, berbakti pada orang, senang memberi dan
berbudi pekerti yang luhur. Adapun hati ini maka semuanya memiliki.
Adapun saat ini, kita sedang
membutuhkan cara dan seni bergaul yang beragam bersama orang lain, butuh pada
pemahaman yang mendalam tentang makna persatuan dalam bingkai ukhuwah Islamiyah
yang sejati, kita butuh –wahai orang yang aku cintai- pada perealisasian
kandungan makna kaidah Islam yang agung dan baku; "Tidaklah sempurna
keimanan salah seorang diantara kalian, hingga ia mencintai saudaranya seperti
yang ia cintai untuk dirinya sendiri".[1]
Selaras dengan sabda Nabi tersebut,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari sahabat Anas
bin Malik radhiyallahu ta'ala 'anhu.
Membutuhkan diskusi yang santai dan
rileks, menyatu dalam persahabatan yang tulus, saling menghargai dan mau
berbagi, hingga pada puncaknya kita bisa menampakan keindahan aqidah Islam ini,
sehingga pada akhirnya kita menjadi muslim sejati yang bisa memberikan suri
taudan yang baik pada sesama. Menjadi kunci kebaikan bagi orang lain, diluar agama kita dari para
penganut agama-agama maupun sekte-sekte lain, yang banyak sekali warna serta
corak ragamnya.
Kita juga senantiasa memperlukan untuk
selalu mengoreksi dan mengawasi hati-hati kita, demikian pula dari kalangan
para penganut agama lain, mereka juga dituntut untuk mengawasi hatinya. Dengan kejujuran tauhid, indah dalam
berinteraksi sambil dibarengi dengan budi pekerti yang tinggi, sehingga
kelezatan dan nikmatnya iman bisa dirasakan, dan orang kafir bisa mengetahui
hakekat agama Islam yang sesungguhnya.
Kita ingin didalam memperbaiki hati
bukan hanya sekedar basa basi, tidak pula hati yang dipoles dengan sikap
berpura-pura, apa lagi menggambarkan sikap lembek yang meremas agama kita, bukan juga dengan cara menggadaikan prinsip
dasar dan tujuan pokok yang sudah pasti.
Hanya saja yang kita inginkan dari semua itu adalah akhlak yang luhur,
sebagaimana yang telah disabdakan oleh panutan kita, Muhammad Shalallahu
'alaihi wa sallam dalam sebuah pernyataannya.
قال النبي صلى الله
عليه وسلم: (( إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق )) [رواه أحمد في المسند ] .
"Hanyalah aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang luhur".
HR Ahmad.
Mungkin ada yang bertanya, kenapa harus
sulit-sulit mencari hati? Maka jawabannya, bukan karena berambisi untuk mencari
dunia, dan isinya dengan segala keindahannya, jangan pula dipahami karena
keinginan untuk menampilkan keindahan serta ketawa'dhuan kita. Tidak, demi
Allah bukan itu semua yang mendasari langkah kita, bahkan bukan pula dikarenakan
di dasari sikap ingin menguasi orang lain dan meminta pujian dan penghormatan
mereka.
Akan tetapi, yang mendasari kita untuk
melakukan itu adalah karena Rabb kita Yang Maha Tinggi, dalam rangka beribadah
dan mendekatkan diri kepadaNya. Karena sesungguhnya Allah Ta'ala mencintai
keutamaan akhlak dan membenci akhak yang rendahan. Demikian juga dalam rangka
mengikuti panutan dan teladan kita Shalallahu 'alaihi wa sallam , dimana
beliau adalah orang yang paling baik akhlaknya diantara manusia.
Dan untuk memperoleh kecintaan dan
kedekatan bermajelis bersama Nabi kita pada hari kiamat kelak, sebagaimana yang
telah dikabarkan oleh beliau kepada kita melalui sabdanya:
قال النبي صلى الله عليه وسلم: (( إن من أحبكم إلى وأقربكم مني مجلسا يوم القيامة,
أحاسنكم أخلاقا )) [رواه
الترمذي و حسنّه ].
"Sesungguhnya
orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku besok
pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya diantara kalian".
HR at-Tirmdizi, dan beliau menghasankannya.
Lalu yang mendasari kita untuk itu juga
adalah penerapan kandungan yang ada dalam ajaran dan adab agama kita, baik
dalam tingkah laku maupun dalam mengucap, tatkala sendirian maupun dihadapan
orang banyak, yang mana Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam telah
bersabda:
قال النبي صلى الله
عليه وسلم: (( وخالق الناس بخلق حسن )) [ررواه الترمذي وقال حديث حسن].
"Dan pergaulilah
manusia dengan akhlak yang baik". HR at-Tirmidzi, dan beliau
mengatakan hadits hasan.
Juga kerinduan kita yang mendalam pada
surga nan abadi, demikian juga agar bisa menjadi amal sholeh yang berat ketika
ditimbang pada hari dimana kita semua pasti menemui Allah Azza wa jalla.
Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam
kepada kita dalam sebuah haditsnya:
قال النبي صلى الله
عليه وسلم: (( فأكثر ما يدخل الناس الجنة تقوى الله وحسن الخلق )) [رواه الترمذي و صححه].
"Maka
perkara yang paling banyak menjadikan orang masuk surga adalah takwa kepada
Allah dan akhlak yang luhur". HR at-Tirmidzi, dan beliau
menshahihkannya.
Dan perlu diketahui, bahwa tidak ada
suatu amalan kelak pada hari kiamat, yang bisa
menjadikan berat dalam timbangannya seorang mukmin melainkan budi
pekerti yang tinggi. Maka tidak ada yang lebih mendorong kita untuk berakhlak
yang baik, serta beradab melainkan keimanan yang sempurna, karena seorang
mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya.
Dan
Allah Azza wa jalla telah mengabarkan pada kita hakekat Rasulallah Shalallahu
'alaihi wa sallam melalui firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿
فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ
لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ ﴾ (سورة آل عمران 159) .
"Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu". (QS al-'Imran: 159).
Jadi, keutamaan-keutamaan seperti inilah
serta yang semisalnya, yang memacu dan memompa semangat kita untuk mencari
keindahan akhlak dan menanamkan dalam sanubari kita, lalu menerapkannya dalam
tingkah keseharian. Dengan didasari niat yang ikhlas karena mengharap wajah
Allah, dan mencari keridhoanNya. Karena berbudi pekerti yang luhur merupakan
salah satu dari bentuk ibadah yang agung serta amal sholeh yang paling mulia.
Dijelaskan dalam sebuah hadits, "sesungguhnya seorang hamba akan
mencapai tingkatan orang yang senantiasa berpuasa dan sholat malam dengan sebab
mempunyai akhlak yang luhur", hal tersebut, sebagaimana yang ada dalam
haditsnya Aisyah radhiyallahu 'anha yang dishahihkan oleh Syaikh al-Albani
rahimahullah.
Inilah keadaan hati-hati kita, sedangkan
itulah terapi yang akan kita gunakan untuk mengobati penyakit yang ada di dalam
hati kita. Hal ini, karena terdorong oleh mirisnya hati ini, tatkala melihat
begitu banyaknya keluhan yang disampaikan oleh sebagian orang yang ada
disekeliling kita, mereka mengadukan antara satu dengan yang lainnya, seorang istri mengadu tentang buruknya
perlakuan yang diterima dari suaminya, seorang murid merasa terdhalimi oleh
peringai buruk gurunya, pengawai merasa selalu kena tegur dari pimpinan dan
direkturnya, seorang pembantu merasa diperlakukan tidak manusiawi oleh
majikannya, sampai kiranya teman karib merasa tidak selamat dari teman
dekatnya.
Oleh karena itu, saya mencoba mencari
penawar apa yang mujarab untuk itu semua, sehingga muncullah embrio itu dalam
bentuk tulisan ini. Yang mana risalah ini saya tujukan bagi setiap muslim dan
muslimah, aku persembahkan untuk para pecinta kebaikan, bagi para pendidik,
bagi semua pasutri, pegawai, serta bagi tiap muslim yang melancong keluar
negeri, dan tiap orang yang mendambakan persahabatan dalam bungkus kecintaan di
dalam masyarakat muslim.
Saudaraku muslim, bersemangatlah untuk
meraih budi pekerti yang luhur serta berhias dengannya yaitu dengan cara
bersabar dan melatih serta menata jiwa. Itu yang pertama, adapun yang kedua
adalah dengan cara mencari teman yang sholeh serta melihat dan membaca biografi
para ulama yang penuh dengan keindahan akhlak mereka. Sedangkan yang ketiga,
yaitu dengan membiasakan diri serta rutin membaca buku-buku yang berkaitan
tentang keindahan akhlak, seperti diantaranya:
a. Kitab 'Adabul Mufrad' oleh Imam Bukhari.
b. Kitab 'Makaarimul Akhlak' karya Ibnu Abi Dunya
dan karya al-Khara'ithi.
c.
Serta buku-buku Syamaail dan Akhlak Nabi
Shalallahu 'alaihi wa sallam.
d. Adapun kitab kotemporer yang ditulis sekarang
ini, menurut saya kitab yang paling bagus adalah yang ditulis oleh Syaikh
Abdullah ar-Ruhaili yang berjudul 'al-Akhlaqul Fadhilah'. Sebuah kitab yang
bagus.
e. Masih kitab yang ditulis oleh ulama kotemporer
adalah kitab 'Hadzihi Akhlaquna' karya al-Khazin Daar. Dan kitab 'Su'ul Khuluq'
karya Muhammad al-Hamud. Dan yang lainnya masih sangat banyak.
Maka bila anda ingin meraba dan sampai
rabaan tersebut masuk kedalam hati, atau menginginkan yang lebih tinggi dari
itu yaitu meraih keridhoan Dzat yang Maha Mengetahui perkara ghaib Subhanahu wa
ta'ala, perhatikan dan terapkan ketiga perkara diawal tadi. Kemudian selanjutnya
senantiasa banyak mendengar kajian yang berkaitan dengan masalah ini, berulang
kali. Karena sesungguhnya ilmu itu dengan belajar, banyak minta pertolongan
dari Allah dan banyak merendah serta berdo'a kepadaNya. Hal itu, seperti yang
seringkali diucapkan oleh Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam dalam do'anya,
dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan dishahihkan oleh al-Albani;
beliau berdo'a: "Sebagaimana Engaku telah memperbagusi rupaku maka
perbagusilah akhlakKu". HR Ahmad dishahihkan oleh al-Albani.
Demikian pula berdo'alah seperti yang
telah diajarkan oleh Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam dalam do'anya;
قال النبي صلى الله
عليه وسلم: (( اللهم إني أعوذ بك من منكرات الأخلاق والأعمال والأهواء )) [رواه الترمذي
وهو صحيح]
"Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung dariMu dari akhlak yang jelek serta amalan
yang buruk dan mengikuti hawa nafsu".
HR at-Tirmidzi.[2]
Lalu seringlah berdo'a dan ulangilah selalu
do'a ini:
(( اللهم أهدني لأحسن الأخلاق لا يهدي لأحسنها إلا أنت, وأصرف عني
سيئها لا يصرف عني سيئها إلا أنت)) [رواه مسلم]
"Ya
Allah, berilah aku petunjuk agar mendapat akhlak yang bagus, tidak ada yang
mampu memberi petunjuk kepadanya melainkan diriMu, dan palingkan dariku akhlak
yang buruk, karena tidak ada yang mampu memalingkannya melainkan diriMu".
HR Muslim.
Lihatlah
pada manusia terbaik yang dipuji oleh Allah Ta'ala tentang ketinggian akhlaknya
dalam firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ ﴾ . (سورة القلم : 4) .
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung". (QS al-Qalam: 4).
Walapun demikian, Beliau Shalallahu
'alaihi wa sallam selalu berdo'a dan merendahkan diri kepada Allah, memohon
agar dimudahkan untuk memperbaiki akhlaknya serta diberi kemudahan berhias
dengan akhlak yang indah, lantas bagaimana dengan saya dan kamu? Bahkan,
bagaimana dengan keadaan kita seluruhnya? Sesungguhnya tidak ada daya dan
kekuatan melainkan dari Allah Jalla wa 'ala.
KETERKAITAN ANTARA AKHLAK DAN AQIDAH
Pada kenyataanya, akhlak tersebut
mempunyai hubungan khusus yang sangat erat dengan keimanan dan aqidah. Imam
Ibnu Qoyim menyatakan dalam sebuah pernyataannya: 'Agama itu seluruhnya
mengandung akhlak, sehingga, barangsiapa yang menambah saldo akhlaknya maka
agamanya ikut bertambah'.
Adapun penulis risalah yang sangat
bagus, yang berjudul 'Shilatul Akhlak bil Aqidah wal Iman', mengatakan
didalam salah satu pembahasannya; 'Sesungguhnya siapa saja yang mau meneliti
secara mendalam tentang keadaan manusia, dirinya akan mendapati, kebanyakan
dari kaum muslimin mengeyampingkan, dan menganggap remeh serta enggan untuk
masalah yang satu ini. Mereka tidak paham akan adanya hubungan yang sangat kuat
antara akhlak yang luhur dengan iman dan aqidah. Yang mana, adakalanya anda
menjumpai ada seseorang yang mengira bahwa dirinya telah benar-benar telah
merealisasikan tauhid dan mencapai pada tingkat keimanan yang murni, didapati
dirinya sangat jauh dari akhlak mulia dan terhimpun padanya akhlak yang kurang
pantas serta kekurangan budi pekerti lainnya, yang bisa jadi telah
menghilangkan keimanannya yang pokok, atau setidaknya dirinya telah terhalangi
dari tingkat kesempuranaan yang ditekankan, seperti halnya masuk pada sombong,
hasad, berprasangka buruk, dusta, berkata jorok, egois dan lain sebagainya.
Yang terkadang semua itu dibarengi dengan kejahilan akan bahaya
penyakit-penyakit tersebut pada aqidah dan keimanannya, atau juga disebabkan
karena dirinya lalai terhadap keuniversalan kandungan agama ini yang ada pada
setiap lini kehidupan. Sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Allah Ta'ala
melalui firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢ لَا شَرِيكَ لَهُۥۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ
﴾ (سورة الأنعام
162-163) .
"Katakanlah: Sesungguhnya sholatku,
ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak
ada sekutu bagiNya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku
adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS
al-An'aam: 162-163).
Sesungguhnya dalam merealisasikan
tauhid serta usaha menyempurnakan keimanan bukan hanya sekedar menjauhi
perbuatan syirik besar saja. Namun perlu dipahami, bahwa hal itu juga harus
didukung dengan menjauhi segala perbuatan yang bisa meniadakan aqidah dan
setiap perkara yang bisa menghilangkan nilai aqidah, atau membuat dirinya
tertuduh didalam kesempurnaan tauhid dan keimanannya…". Demikian
seterusnya apa yang dikatakan oleh penulis.
Dari sini bisa dipahami, bahwa aqidah itu
bukan hanya yang ada dikitab-kitab mutun saja, tidak pula yang tercantum
didalam nash-nash yang dihafal, namun tuntutan yang harus terpenuhi dari hal
tersebut adalah adanya timbal balik dan bukti nyata dalam penerapan kehidupan
keseharian, demikian pula tatkala berinteraksi bersama orang lain, sehingga
ketika pola pikir seperti ini telah sampai pada otak sebagian orang, mungkin
akan menghentikan denyut nadinya yaitu manakala digandengkan bersama pemahaman
pengertian iman serta kandungannya, yang insya Allah akan datang pembahasannya
secara tersendiri.
KENYATAAN KITA DAN AKHLAK YANG INDAH
Sesungguhnya manusia pada saat sekarang
ini, yang tinggal dipermukaan bumi tanpa terkecuali, sangat memerlukan adanya
seseorang yang mau berdiskusi bersamanya, membantu dirinya mengusir perasaan
gelisah dan khawatir yang menghantuinya.
Membutuhkan seseorang yang mampu menunjukan pada mereka jalan menuju
kebahagian serta ketenangan jiwa, dan butuh pada orang yang rela tanpa pamrih
menggandeng tangan mereka supaya diarahkan pada jalan keselamatan dan ketentraman.
Walaupun peradaban dunia yang semakin
tinggi, ditambah model penemuan dan penciptaan berbagai macam tekhnologi, serta
penemuan-penemuan modern yang baru telah berhasil mereka singkap. Seharusnya semua hal tersebut bisa menjadi
penopang kemuliaan serta kebahagian umat manusia, namun, sangat disayangkan
sekali, umat manusia pada saat ini telah begitu dalam tenggelam, hanyut, larut
bersama laut dunia yang tanpa ada batasnya.
Kebanyakan dari mereka, terlihat begitu
dahaganya tatkala dihadapankan pada harta benda dan perniagaan, tatkala berdiri
dibelakang kelezatan dunia dan pelbagai macam syahwatnya, ketika mereka berada
dihadapan kekuasaan, mereka akan sibuk mencari untuk mencicipinya dengan
berbagai macam cara dan sarana walaupun harus mengeluarkan dan merogoh kantong
serta mengeluarkan uang yang banyak. Yang penting baginya adalah puas bisa
mendapatkan kemauan yang diinginkannya.
Inilah kenyataan yang ada secara global,
terkait dengan keadaan umat manusia pada saat sekarang ini, kecuali orang yang
dikecualikan oleh Allah Tabaraka wa ta'ala. Dan ditengah-tengah keadaan yang
seperti ini, sebagian mereka ada yang mencoba melirik, mencari tauladan, dan
menyibak prinsip, akhlak serta adab dibarisan manusia yang ada disekelilingnya,
kemudian tanpa sadar dirinya menjumpai orang yang menyatakan sebagai juru
selamat, yaitu sebuah slogan yang sering digunakan oleh para juru dakwah agama
nasrani,para misionaris. Lalu mereka ikut larut menamakan dirinya dengan itu
bahkan yang disayangkan lagi mereka meneladani orang-orang kafir tersebut.
Ada seorang teman yang pernah bercerita
padaku; 'Pada suatu hari, aku pergi kedokter untuk menjalani pemeriksaan rutin
yang sudah biasa aku lakukan di sebuah rumah sakit umum. Disana aku dilayani
oleh seorang dokter, yang saya perhatikan begitu baik dalam interaksi bersama pasien dan antusias
sekali didalam menangani pasiennya, sehingga terlintas dalam benakku bahwa
dokter tersebut merupakan salah seorang misionaris, karena aku pernah membaca
dalam sebuah buku dan mendengar cara dan metode yang mereka gunakan".
Dirinya meneruskan; 'Akan tetapi
pikiranku segera aku tampik, karena aku berusaha untuk berprasangka baik
padanya, terlebih dokter tersebut orang arab, dan tinggal di negeri muslim,
akan tetapi aku baru sadar bahwa dirinya memang beragama nasrani, mungkin
karena masuk Kristen atau karena merasa sebagai juru selamat, sebagaimana yang
biasa mereka gembar-gemborkan'. Sampai disini kisah teman kita tadi.
Saudaraku, bukankah seorang muslim itu
lebih layak dan pantas untuk menamakan dirinya sebagai pemberi kabar gembira?
Dan lebih layak untuk menyandang akhlak budi pekerti yang luhur?. Tidakkah
engkau mendengar firman kebenaran dari Maha Benar Azza wa jalla yang
mengatakan:
قال الله تعالى: ﴿
وَمَا نُرۡسِلُ ٱلۡمُرۡسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَۚ ﴾ . (سورة الكهف 56) .
"Dan tidaklah Kami mengutus para Rasul
melainkan hanyalah sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan". (QS al-Kahfi: 56).
Bukankah
Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صلى الله عليه وسلم: « يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا وَسَكِّنُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا
». [رواه البخاري ومسلم]
"Mudahkanlah
janganlah kalian persulit, berilah kabar gembira jangan bikin mereka lari". HR Bukhari dan Muslim.
Bukankah kita, kaum muslimin itu lebih
layak untuk bersikap lemah lembut bersama orang lain? Lebih pantas untuk
menyandang akhlak yang baik dan menyebarkan harapan pada jiwa?
Kenapa sikap kasar dan merintangi, serta
menjauhkan dan meninggalkan ini ada disebagian pribadi muslim? Sungguh
kehidupan serba tercukupi serta peradaban yang ada telah mengikis habis akhlak
kita dan cara kita bergaul bersama orang lain, sampai sekiranya ada sebagian
yang menyangka bahwasannya tidak mungkin bersatu antara peradaban modern dan
tuntutan mengkais rizki dengan berhias bersama akhlak dan adab budi pekerti
yang luhur, sehingga ada salah seorang diantara mereka yang mengatakan dalam
untaian bait syairnya:
Kalau sekiranya dunia didapat dengan paksaan
Lalu merubah
dirimu dari kesulitan menjadi kemudahan
Baru engkau sadar betapa rendahnya kita
Sungguh cela bagi kita bertopeng dengan kemiskinan
Dan kita masih seringkali mendengar dari
kalangan orang yang mempunyai kedudukan, atau seorang saudagar, atau juga
seorang pejabat yang masih berhias dengan akhlak yang luhur dan adab budi
pekerti. Akan tetapi, orang lebih sering menyebutnya dalam bentuk pujian dan
takjub, ketika menjumpai orang yang berada dalam kedudukan yang seperti itu
masih saja menikmati akhlak yang indah.
Saudaraku..
Sesungguhnya manakala orang mau
melihat dan membaca tentang agama Islam, lebih khusus lagi dalam permasalahan
adab dan akhlak serta interaksi pergaulan dengan sesama, tentu dirinya akan
merasa takjub dengan ketakjuban yang luar biasa, merasakan betapa agungnya
agama ini, karena begitu rinci dan perhatiannya dalam masalah perasaan dan
pergaulan, serta semangatnya di dalam menyebarkan perdamaian dalam bungkus
percintaan.
Simaklah hadits ini, yang diriwayatkan
dari Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau menceritakan; 'Rasulallah Shalallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
قال النبي صلى الله
عليه و سلم: (( إذا أحدث أحدكم في صلاته فليأخذ بأنفه ثم لينصرف)) [ رواه أبو
داود]
"Apabila
salah seorang diantara kalian berhadats ketika sedang sholat, (lalu ingin
keluar) maka peganglah hidungnya kemudian baru keluar (dari shaf)". HR Abu Dawud. Dishahihkan oleh al-AlBani.
Mungkin ada yang bertanya, kenapa harus
menutup hidungnya, apa hubungannya antara hidung dengan kejadian yang baru saja
dialaminya?. Jawabanya ada pada keagungan yang menunjukan pada betapa agungnya
agama ini, yang mana begitu perhatiannya agama Islam dengan perasaan yang
timbul dari dalam hati, serta menjaga perasaan orang lain. Yang mana dirinya
diperintah untuk menutup hidungnya untuk memberi sangkaan pada orang yang
berada disampingnya, ada sesuatu yang terjadi pada hidungnya namun tidak nampak
oleh tetangga sampingnya, sehingga dirinya merasa malu lalu keluar.
Al-Khitabi mengatakan di dalam kitabnya
'Badzlul Majhud Syarh Sunan Abi Dawud', mengomentari hadits ini dengan
pernyataannya: 'Hanya saja dirinya diperintah untuk menutup hidung agar
memunculkan rumor pada orang lain kalau hidungnya mengeluarkan darah. Maka
dalam hadits ini diambil faidah adab didalam menutupi aurat dan menyembunyikan
kejelekan serta tauriyah dengan cara yang lebih baik, dan hal tersebut bukan
masuk dalam bab riya' dan sombong, namun itu masuk dalam bab berhias diri dan
menyematkan rasa malu serta mencari selamat dari tuduhan orang lain'.
Sehingga pada ujungnya orang lain ridho
seperti halnya engkau juga ridho memperlakukan hal tersebut untuk dirimu.
Karena pada hakekatnya seluruh manusia itu sama dari jenis makhluk yang
serumpun. Maka tidak adil rasanya jika engkau sengaja membikin murung hatinya
disebabkan oleh keramahan padanya, sedangkan mereka sama seperti dirimu, mereka
merasa sebagaimana engkau juga punya perasaan.
Akan tetapi, barangsiapa yang melihat
pada kenyataan sekarang ini, dirinya akan kaget melihat betapa rendahnya akhlak
yang ada dilingkungan masyarakat Islam dalam derap kehidupan nyata. Bahkan yang
lebih parah, ada orang yang silau dengan gemerlap peradaban barat lalu
menjiplak mentah-mentah perilaku mereka, yang selanjutnya menularkan pada kaum
muslimin, baik yang positif maupun negatifnya.
Adapun kami kaum muslimin, dengan adanya
ajakan dan tuntutan zaman, dengan kemajuan dan peradaban, tetap mengambil
manfaat dari adanya kemajuan teknologi dan produksi, dan menerima adanya
penelitian dan kecakapan. Namun, kami tetap mengucapkan dengan bahasa seorang
muslim yang jujur dan cemburu terhadap ajarannya, tidak goyah dengan sampah
adat dan kebiasaan orang barat yang mengikis habis akhlak dengan slogan
ompongnya 'kebebasan' dan ajakan untuk menuntut persamaan hak-hak wanita.
Mereka menyatakan; 'Karena membungkus
kemulian, dan menjaga terhadap aurat, kehormatan serta budi pekerti yang luhur
dalam bingkai peradaban dan sangkaan kemajuan, sebuah kemunduran', maka itu
semua adalah tipu daya semu yang telah terbongkar keburukannya, yang tidak
terselubung lagi, melainkan bagi orang yang lalai dan senang memprediksi dalam
pola pikirnya atau memang hatinya sudah akut oleh penyakit hati.
Sesungguhnya di dalam akhlak dan adab
yang kami miliki sebagai seorang muslim, bahkan hal tersebut juga merupakan
bagian dari adat dan kebiasaan kami sebagai seorang arab, tidak pernah
membiarkan hatinya penuh dengan sifat senang berbangga diri dan merasa lebih
mulia, dan tinggi serta berkuasa. Karena Allah telah memilihkan pada kita
kedudukan dan tempat yang lebih mulia dari itu semua, sebagaimana hal itu tergambar
dalam sebuah firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿
وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَٰكُمۡ أُمَّةٗ وَسَطٗا لِّتَكُونُواْ شُهَدَآءَ
عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيۡكُمۡ شَهِيدٗاۗ ﴾ . (سورة
البقرة 143) .
"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan
kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kamu". (QS al-Baqarah: 143).
Sekarang aku bertanya kepada anda,
apakah kedudukan seperti ini layak disandang oleh tindakan sebagian orang yang
telah lalai, baik laki maupun wanita, yang senang mengekor dan menyerupai orang
kafir dan para pelaku kesyirikan di dalam adat kebiasaan, cara berpakaian dan
berbagai kotoran sampah akhlak, perilaku mereka?
Maka engkau duhai seorang muslim, harus
menjadi orang yang diikuti dan diambil contohnya bukan malah mengikuti, sebagai
pemimpin bukan yang terpimpin. Di iringi bersama dengan kejernihan aqidah dan
keteguhan prinsip ajaran agamamu, serta ajaran-ajaran luhur agamamu, lalu di
barengi dengan keindahan akhlakmu. Kenapa kita tidak bangga dengan menjadi
sosok pribadi seorang muslim? Kenapa kita tidak tunjukan pada seluruh dunia
bahwa kita adalah para penganut agama yang mengajarkan akhlak yang luhur?
Dan kita mempunyai Shibghah[3]
khusus yang membedakan antara kita dengan yang lainnya, sebagaimana yang
dikatakan oleh Allah Ta'ala dalam firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿
صِبۡغَةَ ٱللَّهِ وَمَنۡ أَحۡسَنُ مِنَ ٱللَّهِ صِبۡغَةٗۖ وَنَحۡنُ لَهُۥ عَٰبِدُونَ﴾ (سورة البقرة : 138)
"Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih
baik shibghahnya dari pada Allah? dan hanya kepada-Nya-lah Kami
menyembah". (QS al-Baqarah: 138).
MARI KITA MERENUNG SEJENAK
Sungguh, pada dasarnya kita memiliki
simpanan yang luar biasa banyaknya, bukan dari emas bukan pula perak namun
simpanan tersebut adalah keimanan. Namun yang kita inginkan adalah keimanan
dalam aplikasi nyata bukan hanya teori. Keimanan yang berbuah manis, yang mampu
mengolesi seluruh relung hati sehingga bisa mendorong kenikmatannya dalam
tingkah laku seorang muslim, baik dalam ucapan maupun perbuatannya demikian
pula dalam sifat-sifat yang terpuji lainnya. Hingga orang yang telah merasakan
manisnya iman tersebut akan memahami hakekat makna istiqomah dan berpegang
teguh pada ajaran agama yang sebenarnya, lalu mempengaruhi tingkah laku
perbuatannya, kejujuran dan pergaulannya bersama orang lain.
Sejarah telah menorehkan pada kita,
sebuah kenyataan yang mengatakan bahwa Islam telah mampu menyebar kesebelah
selatan wilayah India, Silan dan pulau Maldiv serta pinggiran negeri Cina,
Pilipina, Indonesia, dan masuk didataran Afrika, sejarah mengatakan bahwa Islam
masuk melalui para saudagar muslim yang berdagang kesana.
Namun, perlu digaris bawahi, bahwa
mereka itu bukanlah muslim biasa akan tetapi mereka itu adalah para muslim
sejati. Mereka tidak mempengaruhi para penduduknya agar mau masuk Islam dengan
cara mengiming-imingi dan memberi dinar serta dirham, namun yang mereka lakukan
adalah dengan menjasadkan Islam dalam tingkah pergaulan mereka, dalam bentuk
amanah dan kejujuran. Maka manusia merasa takjub dengan akhlak yang mulia ini,
sehingga mereka mencoba mencari dan bertanya dari mana sumbernya, lalu setelah
itu, mereka pun masuk Islam dengan keyakinan penuh dan keinginan sendiri tanpa
ada pemaksaan.
Oleh karena itu, sesungguhnya termasuk
salah satu sarana terbesar untuk bisa mempengaruhi jiwa adalah mau beda dalam
pergaulan, yaitu dengan menggunakan akhlak luhur yang bisa menjadi suri
tauladan yang bagus. Bahkan bisa dikatakan bahwa hal tersebut merupakan salah
satu sarana terbesar tersebarnya Islam diseluruh belahan bumi.
Siapa yang membaca serta mau
memperhatikan siroh perjalanan manusia pilihan, Muhammad Shalallahu 'alaihi
wa sallam, dirinya pasti akan mendapati, bahwasannya termasuk kebiasaan
beliau adalah selalu mempergauli manusia dengan cara akhlak yang mulia, dan hal
itu beliau lakukan pada setiap keadaannya. Terlebih ketika berdakwah mengajak
orang lain kepada Allah Ta'ala, sehingga manusia mau menerima dan masuk ke agama
Allah secara berbondong-bondong, yang semua itu merupakan keutamaan Allah
kemudian berkat kemuliaan akhlak yang beliau miliki.
Berapa banyak orang yang masuk Islam
disebabkan awalnya karena dipergauli dengan akhlak yang agung? Simaklah kisah
ini, ada seorang Sahabat yang masuk Islam, setelah itu dia mengatakan: 'Demi
Allah, tidak ada dimuka bumi ini wajah yang paling aku benci melainkan wajahmu,
namun sekarang, wajahmu menjadi wajah yang paling aku cintai'.
Ada lagi yang mengatakan, tatkala
dirinya masuk Islam: 'Ya Allah, rahmatilah diriku dan Muhammad saja, jangan
Engkau rahmati yang lainnya'. Dirinya mengatakan hal tersebut karena begitu
takjubnya dengan kelembutan yang diberikan oleh Nabi Shalallahu 'alaihi wa
sallam. Namun Nabi tidak mau membatasi kasih sayangnya Allah yang sangat luas
tak bertepi, sehingga tatkala mendengar perkataan tersebut, beliau bersabda:
'Sungguh kamu telah membatasi rahmat (Allah) yang sangat luas'.[4]
Yang lain lagi mengatakan, ketika
mendapati keindahan akhak dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam;
'Bapak, ibuku sebagai tebusannya. Sungguh aku tidak pernah melihat sebelum ini
tidak pula setelahnya, seorang pendidik yang lebih baik dari cara mendidik beliau'.
HR Muslim.
Bahkan ada yang begitu mendapati
ketulusan akhlak Nabi, dirinya langsung pulang ke kampungnya lalu menyeru
kaumnya: 'Wahai kaumku, masuklah Islam. Sesungguhnya Muhammad telah memberi
dengan pemberian yang dirinya tidak takut miskin'. HR Muslim.
Dalam kesempatan lain, ada yang
mengatakan; 'Sungguh demi Allah, Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam telah
memberiku dengan pemberian, yang padahal dirinya adalah orang yang paling aku
benci sebelumnya, akan tetapi kemarin beliau memberiku sampai sekiranya beliau
menjadi orang yang paling aku cintai'. HR Muslim.
Yang berikutnya mengatakan, setelah
mendapati kelembutan Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam; 'Aku datang dari sisi
manusia terbaik'. Kemudian setelah itu ia pulang dan mengajak kaumnya untuk
masuk Islam, dan telah masuk Islam melalui tangannya jumlah yang sangat banyak
sekali.
Dan contoh-contoh seperti ini sangat
banyak sekali dijumpai dalam sejarah perjalanan hidup Nabi Shalallahu 'alaihi
wa sallam. Seorang penyair mengatakan:
Setiap perkara akan berakhir masanya
Kecuali pujian,
sesunguhnya ia akan tetap langgeng
Kalau sekiranya ada pilihan untukku
Tentu akan aku
pilih akhlak yang mulia
Salah seorang ikhwah pernah bercerita
kepadaku; 'Ada beberapa pemuda dari negeri Arab yang sedang berada disalah satu
negeri barat, mereka berkumpul sepakat untuk menyewa sebuah apartemen yang
dimiliki seorang wanita yang sudah agak tua, tatkala sudah selesai masa
kontraknya mereka menolak untuk membayar sewa, lalu kabur dengan berdalih bahwa
perempuan tua, sang pemilik rumah tersebut adalah orang kafir, dan mereka
-maksudnya orang kafir- yang telah merampas harta kami, salah satunya Arab'.
Maka saya hanya mengucap Subahanallah
(Maha Suci Allah), dengan dalih pikiran semacam apa, dan dengan akal seperti
apa mereka sampai memperlakukan orang-orang tersebut dengan cara seperti itu?
Sesungguhnya itu hanya hawa nafsu dan kebodohan dengan ajaran adab yang ada
pada agama ini. Bukankah para ulama telah membuat bab secara khusus dalam
buku-buku aqidah maupun fikih yang menjelaskan bagaimana seorang muslim
berinteraksi bersama non muslim? Interaksi bersama orang kafir yang memerangi
muslimin dan kafir yang tidak memerangi kaum muslimin?
Bagaimana mungkin kita ingin
membanggakan Islam, sedangkan pribadi kita sendiri telah bodoh terhadap
hukum-hukum dan menyelisihi adab-adabnya?
Lalu ikhwah tadi melanjutkan kisahnya;
'Sebelumnya aku tidak mengetahuinya, namun pada saat itu aku ingin menyewa
apartemen dari perempuan tua tadi, akan tetapi, dia langsung menolaknya.
Terlebih ketika dirinya tahu kalau saya adalah seorang muslim. Wanita itu
mengatakan; 'Kalian orang muslim, semuanya adalah pencuri'. Saya pun penasaran,
sehingga saya tanyakan apa penyebabnya, kok bisa sampai pada tuduhan semacam
ini? Maka dirinya menceritakan panjang lebar kejadian dirinya bersama para
pemuda tersebut.
Dari situ, timbul semangatku untuk
merubah gambaran dalam benak mereka tentang seorang muslim. Dan setelah
perjuangan dan usaha keras, serta perjanjian untuk membayar sewa lebih dulu
maka wanita tersebut menyetujui untuk menyewakan apartemennya padaku, aku pun
menyetujuinya walaupun harganya sedikit di naikkan.
Akupun tinggal disitu, selanjutnya aku
senantiasa memberi sedikit bantuan kepadanya, serta menampakan adab-adab Islam yang
luhur dihadapannya. Aku usahakan semampuku untuk selalu berhias dengan
keutamaan akhlak sambil sesekali aku jelaskan padanya bahwa ini merupakan
bagian dari adab seorang muslim. Dan menjelaskan padanya bahwa agama kami
sangat menganjurkan pada penganutnya untuk berhias dengan akhlak seperti ini.
Tatkala sudah saatnya aku pulang, berada
pada waktu berpisah dengannya, maka dia mengatakan padaku dengan air mata yang
menetes; 'Wahai anakku, wasiatku padamu agar jangan mati melainkan berada
diatas agama ini'. Disini akhir dari kisah temanku tadi.
Semoga Allah merahmati Ali bin Asma'
tatkala ajal telah menghampiri, dirinya mengumpulkan anak-anaknya lalu memberi
pesan padanya; 'Duhai anakku, wasiatku padamu, pergaulilah manusia dengan
pergaulan, yang jika kalian masih hidup mereka menyayangi kalian dan bila
engkau meninggal mereka merasa kehilangan dan menangisimu'.
Para pembaca yang budiman, dunia ini
hanyalah rentetan peristiwa yang selalu memunculkan hal yang baru, maka jika
dirimu mampu untuk menjadi bagian dari kejadian tersebut lakukanlah perkara
yang terbaik. Sesungguhnya kita sekarang ini, butuh pada orang yang mampu
membahasakan ajaran dan prinsip Islam di dalam gerak tingkah lakunya, bisa
menerjemahkan keutamaan dan adab-adab Islam didalam gerak maupun ketika
diamnya, sampai hal tersebut dilakukan manakala berhadapan dengan orang kafir.
Diantara hal terpenting dalam rangka
menampakan hubungan baik antara muslim dan kafir yang tidak sedang memerangi
kaum muslimin, adalah mencegah perbuatan yang menyakiti mereka dan tidak
mengambil harta dan hak-hak mereka. Sambil dibarengi dengan budi pekerti yang
luhur tatkala bersamanya, mulai dari jujur, amanah dan lain sebagainya, dari
berbagai bentuk keindahan akhlak Islam yang terpuji. Di samping itu juga
dibolehkan kita berbuat kebajikan dengan saling memberi pada mereka.
Di dalam shahih Bukhari disebutkan
bahwa Umar bin Khatab pernah memberi hadiah sebuah pakaian kepada saudaranya
yang masih kafir di Makkah, sedangkan baju tersebut adalah pemberian dari
Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam.
Masih dalam shahih Bukhari, disebutkan
bahwa Abdullah bin Umar, pernah suatu hari menyembelih seekor kambing untuk dimakan
bersama keluarganya, maka tatkala sudah siap dan disajikan dihadapannya, beliau
bertanya; 'Apakah kalian telah menyisakan untuk tetangga kita Yahudi itu?
Karena aku pernah mendengar dari Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((
مَازَالَ جِبْرِيلُ
يُوصِينِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ)) [ رواه البخاري]
"Tidak henti-hentinya Jibril mewasiatkan
padaku akan tetanggaku, sampai-sampai aku menyangka bahwa tetanggaku itu akan
mewarisi peninggalanku". HR Bukhari.
Kenapa Jibril selalu mengingatkannya,
karena adanya hubungan yang sangat erat dengan yang namanya akhlak.
Akan tetapi perlu menjadi catatan, dan
saya peringatkan agar jangan sampai terjadi kerancuan dalam pemahaman. Yaitu
harus dibedakan antara pergaulan yang baik dan berbudi pekerti yang luhur,
antara berbuat baik dan kebajikan kepada orang kafir yang tidak memerangi kaum
muslimin, itu berbeda dengan sikap loyalitas, cinta dan sayang pada mereka.
Atau juga jangan keliru memahami, bahwa dia dilegalkan untuk lebih mendahulukan
orang kafir daripada sesama muslim, atau terlalu jauh masuk pada basa basi
tentang agama dan aqidahmu, berdalih toleransi beragama, seperti halnya dengan
mengucapkan hari raya mereka, atau memberi hadiah dalam rangka karena mereka
sedang merayakan hari raya agamanya atau yang lainnya. Maka yang terakhir ini,
semuanya adalah haram tidak diperbolehkan. Sandaran yang mendasarinya adalah
nash-nash dari al-Qur'an dan Sunnah, serta perkataannya para ulama Salaf semoga
Allah meridhoi mereka semua.
Hanya saja yang saya bahas dalam masalah
ini adalah interaksi antar sesama muslim dengan muslim yang lainnya. Adapun
pergaulan bersama orang lain dari kalangan non muslim, maka hal tersebut
memiliki kaidah dan ketentuan tertentu yang sudah paten.
AKHLAK MAMPU MENCIPTAKAN HAL YANG MENAKJUBKAN
Sesungguhnya sebuah hati, walau
bagaimanapun, dan betapapun pemiliknya sampai pada tingkatan kerusakan
dekadensi moral, sombong, membangkang serta kekurangan yang lainnya, pasti
didalamnya masih tersisa kebaikan yang sangat banyak, yang terkadang pada
awalnya tidak terlihat oleh pandangan mata. Maka, cobalah sedikit kecenderungan
atas kesalahan mereka, dan sedikit beri kasih sayang yang hakiki pada mereka,
serta sedikit perhatian atas mereka. Kita akan mampu merubah, meraba sisi
kebaikan yang tidak tersentuh sebelumnya dari dalam sanubari mereka.
Mulailah dengan memberi salam pada
mereka, tatkala pertama kali bertemu dengannya, lalu berilah senyuman yang
dibarengi pujian atas kebaikan yang pernah mereka lakukan. Namun sebelum itu,
jadilah seorang yang jujur dan ikhlas, bukan karena dibuat-buat tidak pula
hanya sekedar basa basi. Sehingga disisinya, akan tercurat air mata kebaikan
dari dalam jiwa mereka, engkau akan merasakan kecintaan dan kepercayaan mereka
padamu, itu baru sedikit amalan yang kamu berikan padanya. Dan hal ini, telah
banyak orang yang mencobanya.
Saya mempunyai pengalaman pribadi,
selaras dengan masalah ini. Pada suatu waktu aku pernah bertemu dengan salah
seorang diantara mereka (para pelaku maksiat) maka saya mulai dengan memberi
salam padanya, lalu tersenyum dan memuji sifat baik yang ada didalam
kepribadiannya, dan saya katakan hal itu secara tulus. Maka tidak perlu
menunggu, dirinya mulai menampakkan kebaikan dan terketuk hatinya. Lalu
mengganti presepsiku karena dirinya mulai terbuka yang menunjukan bahwa dirinya
mempunyai hati yang lembut, perasaannya cepat terketuk sehingga mudah menetaskan
air mata, menyesali perjalanan hidupnya yang gelap penuh dengan maksiat dan
syahwat. Lantas dirinya mengadu, dengan tidak nyaman terhadap sebagian orang
para pemberi nasehat yang sedikit kasar dan terburu-buru.
Saudaraku..
Betapa kita telah salah menilai
seseorang hanya karena melihat pada penampilan luarnya saja. Dan sebuah kisah
bisa kita jadikan pelajaran, dari Amr bin al-Ash radhiyallahu 'anhu
menceritakan tentang dirinya sendiri, sebelum masuk Islam. simaklah; 'Sungguh
tidak ada dalam benakku, yang lebih aku benci daripada Rasulallah, aku sangat
berharap, dan senang bila aku punya kesempatan untuk menikam lalu membunuhnya'.
Ini sebelum dirinya masuk Islam, namun perhatikan tatkala dirinya sudah masuk
Islam dan telah mengetahui pribadi Rasul secara lebih dekat, maka dia
mengatakan; 'Tidak ada orang yang lebih aku cintai daripada pribadi Rasulallah Shalallahu
'alaihi wa sallam, dan tidak ada yang lebih mulia dihadapanku melainkan
beliau, sehingga aku tidak sanggup lagi melepas pandanganku padanya karena rasa
pengagungan, kalau sekiranya kamu bertanya agar aku mensifati pribadinya maka
aku tidak mampu, karena aku tidak pernah memandangi dirinya'. Sebagaimana yang
ada dalam shahih Muslim.
Pada kenyataannya kita seringkali
berbuat dhalim terhadap jiwa kita, kemudian berlanjut dengan mendhalimi orang
lain yaitu manakala kita langsung mendendam terhadap mereka serta merasa
ketakutan dari mereka. Oleh karenanya, solusi dari ini semua adalah kita
tumbuhkan didalam sanubari kita bibit kasih sayang, dan cinta pada orang lain,
serta sabar atas tingkah perbuatan mereka.
Ringkasnya yaitu ada pada akhlak yang luhur dan mempunyai seni cara
bergaul dan berinteraksi bersama orang lain.
Duhai
ahli Qur'an, tidakkah kita pernah membaca didalam al-Qur'an firman Allah Azza
wa jalla:
قال الله تعالى: ﴿
وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسۡنٗا ﴾ (سورة البقرة 83) .
"Serta
ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia..". (QS al-Baqarah: 83).
Demikian
juga, bukankah kita pernah membaca firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿
وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُواْ ٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ يَنزَغُ بَيۡنَهُمۡۚ
﴾ (سورة الإسراء 53) .
"Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku:
"Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar).
Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka". (QS
al-Israa': 53).
Didalam ayat pertama disuruh agar
mengucapkan kata-kata yang baik pada manusia, kemudian dalam ayat yang
berikutnya perintah untuk mengucapkan perkataan yang lebih baik lagi pada
mereka. Lantas dimana keadaan kita dari ucapan yang baik terlebih lagi dari
ucapan yang lebih baik lagi. Sedangkan perintah itu juga didukung oleh sabda
Nabi Shalalallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah sabdanya:
قَالَ رَسُولِ اللَّهِ
صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ
فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا
الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ » [ رواه مسلم ].
"Sesungguhnya
Allah telah mewajibkan berbuat baik pada segala sesuatu, maka apabila kalian
membunuh, bunuh dengan cara yang baik. Dan bila kalian menyembelih maka
sembelihlah dengan cara yang bagus, yaitu dengan menajamkan pisau dan membikin
nyaman sembelihan". HR Muslim.
Apabila kasih sayang dan kebaikan
sampai pada tingkatan seperti ini, yaitu berlemah lembut serta berinteraksi dengan
baik sampai kiranya dengan binatang, lantas bagaimana dengan bentuk kasih
sayang dan kebaikan yang harus disalurkan kepada bani Insan?
Berkata salah seroang ikhwah,
menceritakan kejadian yang pernah dialaminya sendiri; 'Pada musim hujan pernah
saya berjalan mengendari mobilku, lalu saya melewati sebuah jalan berlubang
yang banyak airnya, sedangkan saya kurang perhatian akan hal itu. Maka begitu
lewat air berhamburan kekanan dan kira, naas disitu ada beberapa orang yang
sedang duduk-duduk dipinggir jalan, dan yang paling parah adalah mengenai
seorang pemuda. Akupun begitu panik melihat kejadian itu, apalagi nasib pemuda
itu yang telah berubah fisiknya, bajunya yang putih telah berubah hitam lumpur,
rambutnya tidak ketinggalan penuh dengan air berlumpur, maka cepat-cepat aku
hentikan mobil dan kembali pada mereka, lalu keluar, tidak ada yang aku
perhatikan melainkan suara celaan, hardikan dan kemarahan mereka serta
kata-kata jorok padaku. Aku lalu jelaskan pada mereka bahwa aku seorang muslim,
dan minta maaf atas kejadian ini. Tidak selang berapa lama Subhanallah yang
Maha membolak balikkan hati manusia, maka celaan dan kemarahan tersebut berubah
sapaan salam, bahkan ajakan untuk makan bersama dan persaudaraan dan persahabatan
hangat'. Selesai ceritanya dari sini.
Saudaraku
yang saya cintai..
Aku katakan secara simpel, bahwa
akhlak bisa menciptakan sesuatu yang menakjubkan. Kebanyakan dari kita salah
menilai manakala kita meninggalkan sebagian orang hanya karena kita merasa
lebih suci dari mereka atau mengaku lebih bersih hatinya, dan lebih cerdas
daripada akal mereka.
Berkata seorang laki-laki pada Abdullah
bin Mubarak; 'Berilah aku wejangan'. Maka beliau mengatakan: 'Bila engkau
keluar rumah maka jangan melebarkan pandanganmu pada seorangpun, melainkan bila
engkau melihat dia lebih baik darimu'. Maknanya bukan berarti kita disuruh agar
melepas prinsip dan ajaran agung kita, melunak atau basa basi, bukan itu, namun
itu semua bagian dari sikap bijak, dalam memberi wejangan yang baik serta seni
dalam cara bergaul bersama orang lain'. Ringkasan yang terangkum dari risalah
yang berjudul 'Afrahu Ruh'.
Saudaraku
yang saya cintai…
Perhatikan pada seni cara bergaul
serta budi pekerti yang luhur apa yang akan diperbuat. Inilah Ikrimah bin Abi
Jahal, dirinya mewarisi permusuhan terhadap Islam dari bapaknya, ia bunuh
setiap muslim yang ia temui dimanapun tempatnya. Pada penaklukan Makah kaum
muslimin mampu mengalahkan kaumnya, diapun melarikan diri ke Yaman, setelah
sebelumnya menghadiahkan kepada Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam darah kaum
muslimin.
Kemudian datang istrinya Ummu Hakim kepada
Rasulallah menyatakan keislamannya, serta memohon jaminan keamanan kepada
suaminya. Maka Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam –Bapak ibuku sebagi
tebusannya- berkata kepadanya: 'Dia aman, lantas beliau mengatakan pada para
Sahabat yang ada disekelilingnya; 'Akan datang Ikrimah bin Abi Jahal dalam
keadaan mukmin dan berhijrah, maka jangan kalian maki bapaknya, karena mencela
mayit akan melukai orang yang masih hidup dan tidak akan sampai pada si mayit'.
Lalu tidak berapa lama, betul Ikrimah datang lantas berdiri dihadapan Nabi
Shalallahu 'alaihi wa sallam, dan mengatakan; 'Aku bersaksi bahwasannya tidak
ilah yang berhak disembah melainkan Allah, dan bersaksi bahwa engkau adalah
hamba dan RasulNya. Engkau adalah orang yang paling baik, jujur dan amanah diantara
manusia. Adapun demi Allah, Ya Rasulallah, tidak ada harta yang aku tinggalkan
yang aku keluarkan untuk menentang agama Allah melainkan sekarang aku keluarkan
seluruhnya untuk agama Allah, tidak ada peperangan yang aku ikuti untuk
menentang agama Allah melainkan aku menyesali dan bertaubat'.
Sebuah sentuhan tangan lembut Nabi
pembawa rahmat, bisa merubah anak Fir'aun dari umat ini menjadi barisan
wali-wali Allah, dan menjadikan dirinya menyesali segala perbuatannya dan
berazam dengan azam yang begitu terpuji, merubah dari keadaan sebelumnya
menjadi manusia terbaik. Sungguh akhlak bisa menciptakan sesuatu yang
menakjubkan.
NASEHAT BAGI PARA PEGAWAI
Duhai para pegawai, apapun kedudukanmu,
dan dimanapun kalian berada. Sesungguhnya tidaklah engkau bisa duduk diposisimu
sekarang ini, melainkan karena engkau mempunyai tugas yaitu mengurusi keperluan
orang banyak, membantu kebutuhan mereka serta mengemban amanah yang ada
dipundakmu.
Tidakkah engkau lihat bahwa dengan sebab
sambutan yang baik, sambil tersenyum serta menampakan kesungguhan ingin
membantu keperluan mereka akan menguasai hati mereka walaupun keperluan mereka
tidak bisa beres pada saat itu. Bahkan bisa jadi mereka meninggalkan dirimu
dengan sanubari yang lapang, sambil diiringi alunan pujian dan do'a dari
lisannya, lebih dari itu, bisa jadi mereka memuji serta mengangkat derajatmu
dimatanya dengan menyebut namamu ditiap majelis. Semua ini engkau dapat
walaupun urusan mereka belum bisa selesai semuanya, engkau mampu menguasai
mereka dengan sebab akhlak yang indah, lalu bagaimana sekiranya jikalau dirimu
mampu membantu menyelesaikan dan mempermudah urusan mereka.
Saudaraku
yang saya cintai…
Lihat pada hasil ini yang telah engkau
capai, dirimu mampu mengumpulkan hati dan sebutan yang baik, dan sebelum itu
semua dirimu telah memperoleh ridho Allah Azza wa jalla. Bukankah Nabi
Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: (( تبسمك في وجه أخيك لك صدقة)) [رواه الترمذي]
"Dan
senyum yang engkau berikan kepada saudaramu maka bernilai sedekah". HR
at-Tirmidzi dishahihkan oleh al-Bani.
Demikian
pula beliau juga pernah bersabda:
قَالَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ )) [ رواه البخاري]
"Dan
ucapan yang baik adalah sedekah". HR Bukhari.
Dan
beliau juga bersabda:
قَالَ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((
وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ )) [رواه البخاري]
"Barangsiapa
yang memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya".
HR Bukhari.
Bukankah
pula, Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صلى الله عليه وسلم : (( وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ
أَخِيهِ )) [رواه مسلم و الترمذي وغيرهما]
"Allah
akan senantiasa menolong hambaNya, selagi hambaNya tersebut mau menolong
saudaranya". HR Muslim dan Timidzi serta selain keduanya.
Dan
juga bersabda:
قَالَ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( وخير الناس أنفعهم للناس )) [حسن صحيح ].
"Sebaik-baik manusia adalah yang
paling bisa memberi manfaat pada orang lain". Hadits hasan shahih.[5]
Dari sini, maka engkau bisa pahami,
duhai para pegawai, bahwa dirimu sedang menunaikan ibadah sedangkan dirimu
berada dibelakang meja kerja, cukup hanya dengan meminta pertolongan Allah dan
memperbaiki serta mengikhlaskan niat kepada Allah, lalu dibarengi dengan sikap
berbudi pekerti yang luhur dan bersemangat untuk bisa memberi pada orang lain,
maka engkau akan mendapatkan taufik dari Allah dunia akhirat. Didunia dengan
sebutan, predikat, pujian dan penghargaan yang baik dari orang lain, sedangkan
diakhirat kelak, memperoleh pahala yang besar dari Allah yang Maha Mengetahui.
Dan ini hanya dari sisi pekerjaan dan tugasmu, akan memperoleh pahala dan
ghonimah. Dan orang yang mendapat taufik adalah yang diberi taufik oleh Allah
Tabaraka wa ta'ala.
Mungkin engkau akan mengeluh, sembari
mengatakan, orang tidak akan senang melainkan bila keinginan mereka terpenuhi,
dan kemauannya bisa diselesaikan. Bahkan bisa jadi, kamu juga mengatakan, kalau
ukuran orang pada hari ini, di dalam menghukumi orang lain itu hanya berada
pada kepentingan pribadinya saja.
Saya katakan padamu, benar, inilah
kenyataan yang ada. Dan kita tidak sedang berusaha untuk melepas jati diri
kita, akan tetapi, taruhlah sekarang kamu telah berusaha dengan segala
kemampuan, dan mempergauli mereka dengan akhlak yang baik, sedangkan mereka
masih belum juga ridho denganmu, bukankah telah mencukupi dirimu dengan keridhoan
Allah atasmu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah engkau usahakan
dengan segala kemampuanmu, maka ganjaran yang akan engkau peroleh, Allah lah
yang menjaminnya.
Apabila orang lain masih juga belum
ridho denganmu, ingatlah selalu, bahwa barangsiapa yang mencari keridhoan Allah
dengan kemarahan orang, maka Allah akan ridho kepadanya, dan menjadikan manusia
ridho kepadanya. Semangatlah didalam menetapi akhlak yang mulia serta tata cara
bergaul yang baik bersama manusia, karena sesungguhnya Rasulallah Shalallahu
'alaihi wa sallam bersabda, sebagaimana yang ada di dalam shahih Bukhari
dan Muslim:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صلى الله عليه وسلم: « خِيَارِكُمْ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقًا ». [رواه البخاري ومسلم]
"Sebaik-baik
kalian adalah yang paling baik akhlaknya diantara kalian ". HR Bukhari
dan Muslim.
Duhai para penggemban tugas dan
kedudukan, dirimu telah diberi rizki oleh Allah. Ketahuilah bahwa cara
mengeluarkan zakatnya adalah dengan memberi pertolongan dan bantuan pada
orang-orang yang sedang membutuhkan dengan catatan jangan sampai mengurangi
hak-hak orang lain. Karena sesungguhnya syafa'at (pertolongan) termasuk bagian
dari bentuk ibadah yang sangat agung jika dibarengi dengan tujuan mencari wajah
Allah Tabaraka wa ta'ala.
Hasan bin Sahl pernah menulis sebuah
surat rekomendasi bantuan, maka orang yang mendapatkannya sangat berterima
kasih padanya. Lalu Hasan mengatakan padanya; 'Wahai kisanak, engkau berterima
kasih kepada kami, sedangkan kami memandang bahwa dengan cara seperti ini
adalah zakat bagi kehormatan kami'. Lalu beliau melantunkan bait syair:
Telah
wajib zakat untukku, bagi semua yang aku miliki
Dan
zakat kedudukan adalah dengan membantu dan menolong
Maka
jika mampu aku usahakan walaupun belum bisa
Berusahalah
dengan kemampuanmu bisa memberi manfa'at pada orang
NASEHAT UNTUK PARA PENGAJAR
Duhai para guru, laki dan perempuan.
Sesungguhnya telah shahih dalam sebuah hadits, dimana Rasulallah Shalallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى
الله عليه و سلم: (( إن الله وملائكته وأهل السموات والأرضين حتى النملة في حجرها على
معلم الناس الخير)) [رواه الترمذي]
"Sesungguhnya
Allah, para malaikat serta seluruh penduduk langit dan bumi sampai kiranya semuat
didalam sarangnya, mereka semua bershalawat (mendo'akan) kepada orang yang
mengajari manusia kebaikan". HR Tirmidzi dan dishahihkan oleh
al-AlBani.
Dalam
hadits yang lain, Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:
قَالَ رَسُولَ اللَّهِ
صلى الله عليه وسلم: « مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ
أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا » [رواه مسلم و أبو داود
والترمذي وابن ماجه].
"Barangsiapa
yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala semisal pahala orang yang
mengikuti petunjuk tersebut tanpa dikurangi pahala mereka sedikitpun".
HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Dan saya mempunyai perasaan bahwa engkau
wahai pada pendidik, baik laki maupun perempuan, adalah bagian dari para
pengajar kebaikan kepada manusia. Dan termasuk dari kalangan orang yang
mengajak kepada petunjuk. Kalian rela duduk menghabiskan waktu berjam-jam,
bahkan, berhari-hari, berbulan, berpuluh-puluh tahun bersama anak-anak kaum
muslimin.
Semoga Allah merahmati Abdullah bin
Mubarak, dimana beliau pernah mengatakan: 'Kami dengan keberadaan yang kurang
sekali dengan adab, sangat membutuhkan pada ilmu yang banyak'.
Dan cara terbaik, dan mudah serta bagus
yang aku ketahui di dalam mendidik orang adalah dengan bersikap tawadhu (rendah
diri) dibarengi dengan seni dalam cara bergaul dan berakhlak yang luhur bersama
para murid. Namun, hal itu tidak mudah melainkan bagi orang yang telah
dikarunia ikhlas oleh Allah Ta'ala di dalam ilmu dan amalnya. Maka kita memohon kepada Allah yang Maha Pemurah untuk
mendapat keutamaanNya.
Menghargai murid, mengesankan kecintaan
yang besar pada mereka, serta tanggap dan memiliki kesungguhan dalam menangani
kesulitan, problematika, serta kesedihan yang mereka alami, dengan memberi
toleransi terhadap kesalahan yang tidak disengaja, tersenyum, sabar, lembut
didalam mengarahkan, didukung dengan pembawaan ilmu yang kuat. Maka ini semua
merupakan bagian tanda dari tanda-tanda suksesnya pribadi seorang pendidik.
Adapun kasar, tertutup, tidak terbuka,
enggan untuk diskusi, serta ngotot pada pendapatnya, dan tidak mau mengalah,
dengan dalih untuk menjawa kewibawaan pribadinya dihadapan para murid maka itu
merupakan pemahaman keliru yang tidak menambah tanah melainkan kotornya.
Ingatlah, sesungguhnya Allah adalah Maha
Lembut yang mencintai kelembutan, dan memberikan kepada sikap lemah lembut apa
yang tidak diberikan kepada sikap kasar, sebagaimana yang dijelaskan dalam
hadits yang ada pada shahih Muslim.
Duhai
para pendidik, Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda dalam
sebuah hadits yang shahih:
قَالَ النَّبِىِّ صلى
الله عليه وسلم: « مَنْ يُحْرَمِ
الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ » [رواه مسلم]
"Barangsiapa
yang terhalangi dari sikap lemah lembut maka dirinya terhalangi dari kebaikan
semuanya". HR Muslim.
Hati para murid yang setiap harinya
duduk dihadapanmu, betapapun sampai pada tingkatan lalai dan kering, namun, ia
tetap butuh pada yang namanya sikap lemah lembut dan kasih sayang. Maka
sesungguhnya bersikap lemah lembut, berakhlak yang baik, bijak dalam bertutur,
dibarengi kalimat yang menyentuh, itu semua bisa menjadi kunci pembuka yang
menakjubkan didalam mengambil hati orang dan mengarahkan mereka.
Akan tetapi, berapa banyakpun ibroh
yang telah diberikan –maka selalu saya katakan satu kali, tiga sampai sepuluh-
semuanya ada pada keikhlasan kepada Allah Ta'ala, sehingga barangsiapa yang
telah mendapatkan maka ia akan mendapatkan kebaikan yang sangat banyak. Seperti
diucapkan dalam sebuah ungkapan; 'Tidak sama orang yang menangis karena
keinginan sendiri dengan orang yang menangis karena dibayar'. Dan Orang yang
cerdas cukup hanya dengan isyarat.
APAKAH MUNGKIN BISA MENGUBAH AKHLAK KITA
Mungkin ada sebagian orang yang
mengatakan, dulu mudaku sudah seperti itu, maka sekarang aku sudah tidak mampu
lagi merubah akhlakku. Sedangkan disana ada sebagian lagi yang mengira bahwa
yang namanya akhlak adalah sesuatu yang sudah menetap disanubari seorang insan,
yang tidak mungkin lagi bisa berubah, dengan sangkaan bahwa itu merupakan
watak, fitrah dasar seorang manusia dan tabiat pembawaan orang. Sebagian lagi
mengira, bahwa akhlak adalah suatu hal yang bisa dirubah, dan hal itu, mudah
bukan suatu hal yang mustahil.
Yang benar bahwa akhlak itu terbagi
menjadi dua. Salah satunya adalah yang bersifat tabiat pembawan lahir, dan yang
satunya lagi adalah dengan cara berusaha, membiasakan diri untuk berakhlak yang
baik dan bersungguh untuk menetapi hal tersebut.
Sehingga, kalaulah sekiranya akhlak
sesuatu yang tidak mungkin bisa berubah tentu akan ada banyak sekali wasiat dan
wejangan yang gugur. Yaitu manakala Allah Azza wa jalla berfirman:
قال الله تعالى: ﴿
ôs% yxn=øùr& `tB 4ª1ts? ﴾ (سورة الأعلى:
14) .
"Sesungguhnya
beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)". (QS al-A'laa: 14).
Dan
juga dalam firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ôs% yxn=øùr& `tB $yg8©.y ﴾ (سورة الشمس : 9)
.
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu". (QS asy-Syams: 9).
Dan sebuah ungkapan salaf:
"Hanyalah ilmu itu dengan belajar, dan sikap lemah lembut dengan latihan
berlemah lembut. Maka barangsiapa yang memilih kebaikan, ia pasti akan
memperolehnya. Dan barangsiapa yang berlindung dari kejelekan, ia akan
dilindungi".
Siapa yang memperhatikan kelakuan binatang
serta keadaannya sebelum diajari dan setelahnya, pasti ia akan mendapati
bahwasannya akhlak disisi manusia dapat dirubah bagi siapa yang karunia dengan
keinginan dan kesungguhan yang kuat. Dengan selalu menjadikan pembawaan dirinya
diatas budi pekerti yang luhur dan mulia.
Berkata Ibnu Hazm menceritakan tentang
uji coba yang pernah beliau lakukan, yaitu usahanya untuk mengatasi beberapa
kekurangan yang ada pada dirinya, serta hasil yang akan diperoleh bagi siapa
saja yang berani melakukannya. Beliau mengatakan: 'Di dalam masalah kekurangan,
maka saya atasi dengan senantiasa melatih jiwa serta membaca dan memahami perkataan
para Nabi Shalawatullah 'alaihim. Dan memahami perkataan orang bijak dari
kalangan ulama yang terdahulu dan belakangan didalam masalah akhlak, dan
adab melatih jiwa, itu sangat membantu
sekali, hingga kiranya Allah banyak memberi pertolongan akan hal itu, tentunya
berkat taufik dan karuniaNya. Keadilan yang sempurna, melatih jiwa, serta
berbuat sesuatu, seperti halnya mau mengakui kekurangan yang ada padanya sebagi
teguran bagi orang yang bisa mengambil pelajaran. Insya Allah'.
Kemudian beliau membagi beberapa macam
bentuk kekurangan yang ada pada dirinya, kalau sekiranya tidak merasa terlalu
panjang tentu akan saya nukilkan semuanya karena ada begitu banyak faidah yang
bisa kita ambil. Namun, saya cukupkan saja, bagi siapa yang ingin lebih jauh
silahkan lihat kitabnya yang berjudul 'Al-Akhlaq wa Siyar fii Mudawatin
Nafsi'.
Kemudian beliau mengatakan; 'Dan
diantaranya –maksudnya aib, kekurangan- mendendam yang berlebihan, maka aku
mampu mengekangnya berkata pertolongan Allah Ta'ala, dengan menutupi dan
mengalahkan untuk lebih jauh, adapun untuk memutusnya sama sekali maka aku
belum sanggup. Menyulitkan diriku untuk bisa jujur kepada orang yang memusuhiku
dengan permusuhan yang benar'. Dari sini selesai perkataan beliau rahimahullah.
Ada seorang ikhwah yang bercerita
kepadaku; 'Pernah pada suatu ketika, mampir di dalam hatiku sesuatu yang sangat
besar, mengarah pada salah seorang saudaraku, karena sebab rizki yang telah
Allah berikan padanya. Senantiasa setan membisikan pada jiwaku yang lemah ini,
sedangkan diriku, maka aku mencoba untuk mengoreksi dan memperhatikannya, namun
hal itu, seringkali terlintas dalam benak dan pikiran, terlebih ketika saya
telah begitu siap untuk bisa mendapat rizki yang lebih banyak dari apa yang
telah diberikan oleh Allah kepadanya'.
Dirinya melanjutkan; 'Akupun masih
bersama diriku, mencoba mengusir bayang-bayang dan pikiran buruk yang terkadang
melintas, dengan mengingatkan padanya keutamaan lapang dada dan mengharapkan
kebaikan bagi orang lain, karena sesungguhnya, terkadang aku mencintai bagi
mereka apa yang aku cintai untuk diriku sendiri. Kadang aku mengingat bahayanya
hasad serta kerusakannya, dan senatiasa aku berusaha minta pertolongan kepada
Allah dan mendo'akan dirinya, sampai pada akhirnya jiwaku mampu memenangi
gejolak ini, dan sanggup mengatasinya.
Namun, masih saja aku memikirkannya,
mencoba menyibak kejadian ini sampai akhirnya aku temukan bahwa itu semua
disebabkan diriku mencoba membiasakan diri lapang dada dan berbaik sangka pada
orang lain serta mengharap kebaikan bagi mereka. Dari situ aku rasakan
kebahagian serta kelezatan hidup yang menakjubkan, sehingga aku mampu
menghadapi urusan serta pekerjaanku dengan hati yang selamat. Dan Allah membuka
bagiku perkara yang sangat banyak, dan menakjubkan, segala puji bagiNya atas
karunia dan nikmatNya. Yang demikian itu merupakan keutamaan Allah yang
diberikan pada siapa yang dikehendakiNya, sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi
Maha Agung'. Selesai kisahnya dari sini.
Oleh karena itu, harus ada yang namanya
latihan dan olah jiwa, yaitu dengan berusaha dan sabar serta memperhatikan dan
melihat dampak dari akibat suatu perkara sebelum berbuat dan minta nasehat pada
orang lain dan lain sebagainya dari perkara yang bisa membantu merubah akhlak
dan tabiat menuju lebih baik. Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita semua
akhlak yang indah sesungguhnya tidak ada yang mampu memberi petunjuk yang lebih
baik melainkan Dia Azza wa jalla.
PANAH BURUAN
Maksud dari judul ini adalah hati,
yang dengan menyematkan padanya fadhilah-fadhilah yang menjadikan hati menjadi
cenderung belas kasih, yang dengan itu mampu menutupi kekurangan serta
meluruskan ketergelinciran. Intinya adalah sifat yang berdampak pada cepatnya
hati tersentuh dengan keadaan disekelilingnya. Karena tanpa ada garis besar
yang mendasari hal tersebut maka yang namanya keutamaan (sopan santun) dan budi
pekerti yang luhur itu sangat banyak sekali bentuknya.
Bagimu, sidang pembaca yang saya hormati
beberapa anak panah yang melesat cepat manakala engkau lepas dari busurnya,
untuk bisa menguasai dan mempunyai hati yang bersih. Semangatlah didalam
mencoba, iringi dengan usaha dan bidiklah sasaran sesuai target lalu barengi
dengan meminta pertolongan kepada Allah. Inilah beberapa anak panah tersebut:
A. Tersenyum
Pepatah mengatakan senyuman itu bagaikan
garam didalam makanan. Senyum merupakan peluru tercepat yang dimiliki oleh
sebuah hati, disamping itu senyum juga bagian dari ibadah dan sedekah. Seperti
dalam sebuah hadits, Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى
الله عليه و سلم: (( تبسمك في وجه أخيك لك صدقة)) [رواه الترمذي]
"Dan
senyum yang engkau berikan pada saudaramu adalah sedekah". HR
at-Tirmidzi dishahihkan oleh al-Albani.
Seorang Sahabat, Abdullah bin al-Harits radhiyallahu
'anhu menceritakan pada kita, salah satu sifat yang dimiliki oleh
Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata: 'Tidak pernah aku melihat
orang yang paling banyak tersenyum melainkan Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa
sallam'. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad didalam musnadnya dengan
sanad yang hasan.
B. Sambut dengan ucapan
salam
Panah yang akan mengena pada hati
kelabu, tujuannya supaya buruan yang ada dihadapanmu tertangkap, akan tetapi,
sasaran yang paling mengena adalah dengan dibarengi wajah yang cerah dan ceria,
mampu menciptakan suasana yang hangat sambil menjabat tangannya secara erat.
Dan mengucapkan salam adalah pahala dan keuntungan yang besar, karena
sebaik-baik orang adalah yang memulai memberi salam pada sesama muslim.
Umar an-Nadi, sahabatnya Abdullah bin
Umar mengatakan: 'Pada suatu hari aku pernah keluar bersama Ibnu Umar, maka
tidaklah beliau menjumpai orang, baik dewasa maupun anak-anak melainkan pasti
beliau memberi salam kepada mereka'.
Hasan Bashri mengatakan: 'Berjabat tangan bisa menambah kasih sayang'.
Adapun
Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قَالَ النَّبِىُّ صلى
الله عليه وسلم: (( لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى
أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ ))
[ رواه مسلم ].
"Janganlah
kalian menyepelekan suatu perkara kebaikan sedikitpun, walau hanya engkau
berwajah cerah ketika bertemu saudaramu". HR Muslim.
Dalam riwayat lain, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Imam Malik didalam al-Muwathanya, dijelaskan, bahwa
Rasulallah 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( تَصَافَحُوا يَذْهَبْ الْغِلُّ وَتَهَادَوْا تَحَابُّوا
وَتَذْهَبْ الشَّحْنَاءُ ))
[ رواه مالك في الموطأ,
والحديث حسن ].
"Saling
berjabat tangan dapat menghilangkan sifat dengki, saling bertukar hadiahlah
kalian maka kalian akan saling mencintai dan menghilangkan permusuhan".
HR Malik di dalam al-Muwatha. Berkata Ibnu Abdil Barr: 'Hadits ini sanadnya
bersambung, yang menjadikan haditsnya hasan'.
C. Berilah hadiah
Saling tukar hadiah berdampak pada
perkara yang menakjubkan, begitu prestisius sehingga mampu menghilangkan
pendengaran, penglihatan dan mata hati.
Sehingga kebiasaan orang yang sudah
berlaku, dengan adanya saling tukar hadiah pada moment-moment tertentu atau
acara yang lainnya adalah perkara yang terpuji, bahkan bisa jadi, ia adalah
perkara yang dianjurkan, selagi hal itu tidak membebani dirinya diluar batas
kemampuannya.
Ibrahim az-Zuhri mengatakan: 'Aku pernah
mengurusi hadiah ayahku, maka beliau menyuruhku untuk menulis orang-orang yang
akan menerimannya, mulai dari keluarganya dan orang terdekatnya. Sayapun
menunaikan perintahnya. Setelah selesai beliau bertanya padaku; 'Apakah ada
yang masih tersisa, yang terlupakan? Saya kira tidak ada, jawabku. Beliau
menyergah: 'Ada, yaitu seseorang yang pernah bertemu denganku lalu mengucapkan
salam yang indah padaku, sifatnya begini dan begitu. Tulis, baginya adalah
sepuluh dinar'.
Lihat bagaimana dampak dari menunaikan salam yang bagus, maka orang yang
mendengarnya ingin membalasnya dengan memberi hadiah sebagai balasan yang
setimpal padanya.
D. Tidak banyak bicara
dan diam, kecuali kalau bermanfaat baru bicara
Perhatikan sikapmu dari yang namanya
mengangkat suara dan banyak bicara didalam suatu majelis, hindari sikap bak
seorang tuan dimajelis, yang enggan kalah bicara. Akan tetapi, sematkan selalu
pada dirimu kata-kata yang bagus dan bahasa yang lembut. Karena ucapan yang
bagus merupakan sedekah, sebagaimana yang tercantum dalam sebuah hadits shahih.
Tutur kata yang bagus mempunyai dampak
yang luar biasa bagi perubahan hati, bahkan dampak itupun bisa berimbas sampai
pada musuh, apalagi kalau tutur kata yang bagus tersebut dialamatkan pada
saudaramu seagama, tentu akibatnya juga lebih indah.
Perhatikan kisah ini, Aisyah pernah
mengatakan pada salah seorang Yahudi: 'Dan bagimu kematian dan laknat'. Maka
Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam langsung menegur, sambil
mengatakan:
قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( مَهْلًا يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي
الْأَمْرِ كُلِّهِ )) [ رواه البخاري ومسلم ].
"Jangan
ucapkan seperti itu wahai Aisyah, sesungguhnya Allah mencintai lemah lembut
pada setiap perkara". HR Bukhari dan Muslim.
Di
riwayatkan dari Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam, dalam
riwayatnya Anas, bahwa dikatakan beliau pernah bersabda:
قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( عليك بحسن الخلق وطول الصمت فوالذي نفسي بيده ما تجمل الخلائق
بمثلهما)) [رواه البزار وأبو يعلى].
"Wajib
bagimu untuk berakhlak yang mulia dan jangan banyak bicara. Demi Dzat yang
jiwaku berada ditanganNya, tidak ada yang bisa memperindah (akhlak) seorangpun
melainkan dengan dua misal tersebut". Hadits dhaif riwayat al-Bazzar
dan Abu Ya'la.
Seorang
penyair mengatakan dalam untaian syairnya:
Orang
yang wara' adalah yang menjaga lisan
Hati-hati
banyak bicara, karena kalau terlanjur susah obatnya
E. Menjadi pendengar yang
baik
Yaitu dengan tidak memotong pembicaraan
orang lain, karena salah satu akhlak Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam
adalah tidak suka memotong pembicaraan, namun beliau biarkan sampai orang yang
bicara selesai berbicara.
Siapa orangnya yang berusaha untuk
melatih yang satu ini, niscaya dia akan menjadi orang yang dicintai dan
disenangi orang lain, berbeda dengan orang yang suka memotong pembicaraan atau
senang menyelanya.
Perhatikan akhlaknya para ulama salaf
yang menakjubkan, diriwayatkan dari Atha', bahwa beliau pernah bercerita:
'Sesungguhnya pernah ada seseorang yang mengajak bicara padaku tentang sebuah
hadits (yang sudah pernah aku dengar), maka akupun diam, mendengarkan dirinya
menceritakan hadits tersebut, seakan-akan aku belum pernah mendengar
sebelumnya, padahal diriku sudah mendengarnya sebelum orang tersebut lahir'.
F. Sambutan yang
menyenangkan
Dengan dandanan yang bagus, mulai dari
pakaian, tubuh dan bau badan yang wangi. Karena Rasulallah Shalallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ النَّبِىِّ صلى
الله عليه وسلم: (( إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ )) [ رواه مسلم]
"Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai yang
indah". HR Muslim.
Dan Umar bin Khatab pernah mengatakan:
'Sungguh diriku merasa takjub pada seorang pemuda yang beribadah dibarengi
dengan baju yang bersih dan baunya yang wangi'.
Abdullah anaknya Imam Ahmad bin Hanbal,
pernah mensifati akhlak bapaknya sambil mengatakan: 'Sungguh tidak pernah aku
melihat seorangpun, yang lebih bersih pakaiannya, dan sangat perhatian terhadap
penampilan dirinya, mulai dari kumisnya, rambut dan bulu yang ada dibadannya,
bajunya bersih dan putih, dari pada Ahmad bin Hanbal'.
G. Rela berkorban dan siap membantu bila
dibutuhkan
Cara yang bisa menangkap sebuah hati,
karena dengan cara seperti itu akan menimbulkan sambutan yang luar biasa,
gambaran yang diberikan oleh seorang penyair kiranya bisa menjelaskan hal itu
semua, dia mengatakan:
Berbuat
baiklah pada orang, dengannya hati akan tunduk padanya
Tiap kali
kebaikan itu muncul, tiap itu pula orang rela mengabdi padanya
Bahkan dengan cara seperti itu,
dirinya akan memperoleh kecintaan Allah sebagaimana yang dijelaskan dalam
firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ وَأَحۡسِنُوٓاْۚ
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ﴾ (سورة البقرة 195) .
"Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik". (QS
al-Baqarah: 195).
Demikian
pula Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ)) [رواه الطبراني]
"Orang yang paling dicintai disisi Allah adalah yang
paling banyak memberi kebaikan pada orang lain". HR ath-Thabarani.
Seorang
penyair mengatakan dalam alunan bait syairnya:
Jika
engkau menemani seseorang
Jadilah
pemuda yang disenangi olehnya
Jadilah
seperti rasa air, bisa dingin dan tawar
Berada dalam jiwa setiap
karibmu
H. Rela mengorbankan
harta
Kalau kita mau sadar, maka sesungguhnya
pada tiap hati mempunyai kunci, sedangkan harta saat ini merupakan kunci
terbanyak untuk bisa membuka hati, terlebih pada zaman sekarang ini. Dan
panutan kita jauh-jauh hari telah mengisyaratkan hal tersebut dalam sabdanya:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( إِنِّي لَأُعْطِي الرَّجُلَ وَغَيْرُهُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْهُ
خَشْيَةَ أَنْ يَكُبَّهُ اللَّهُ فِي النَّارِ )) [رواه البخاري].
"Sesungguhnya aku memberi seseorang, sedangkan yang
lainnya (aku tinggalkan) karena lebih aku cintai, karena aku merasa takut nanti
Allah akan memasukan dirinya kedalam neraka (disebabkan harta tersebut)." HR Bukhari dari Sa'ad bin Abi Waqash.
Dahulu pada penaklukan kota Makkah,
Shofwan bin Umayyah lari karena merasa takut dari kaum muslimin, setelah
permusuhan yang begitu kuat untuk menentang perkembangan dakwah Islam,
disamping itu juga, tipu daya serta makarnya dengan menyuruh membunuh
Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Maka pada waktu itu Rasulallah memberi
jaminan keamanan baginya, tatkala mendengarnya, iapun kembali dan menghadap
Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, lalu dirinya minta ditangguhkan selama dua
bulan untuk memikirkan masuk Islam. Dan Rasulallah pun berkata padanya: 'Bahkan
dirimu saya tangguhkan selama empat bulan'. Setelah itu dia keluar ikut
peperangan Hunain dan Tha'if bersama Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam
masih dalam keadaan kafir.
Setelah selesai pengepungan kota Tha'if, dan
Rasulallah melihat kepada ghanimah, beliau melihat Shofwan sedang jauh
memandang ke sebuah lembah yang penuh dengan onta dan kambing, maka Nabi
mendekati lalu menatapnya sembari mengatakan; "Apakah engkau suka dengan
ini, wahai Abu Wahb? Ia, jawabnya. Maka Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam
bersabda padanya: "Itu semua dengan segala isinya untukmu". Shofwan
berkata dihadapan beliau: 'Tidak ada seorangpun yang membikin senang orang
lain, sampai seperti ini melainkan seorang Nabi. Aku bersaksi bahwasannya tidak
ada ilah yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah seorang hamba dan utusanNya'.
Saudaraku
yang saya cintai..
Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa
sallam telah mampu dengan sentuhan lembut seperti ini, dan cara menghadapi
orang yang menakjubkan, beliau bisa sampai kepada hati yang lalu membukanya
untuk bisa mengenali kebenaran dengan sendirinya.
Kenapa harus bakhil dan pelit? Kenapa
kita begitu kuat memegang harta, enggan untuk menghadiahkan pada orang lain?
Seakan-akan kemiskinan telah menunggu dihadapannya, ketika dia mau membantu,
menderma dan berinfak pada orang lain.
I. Berbaik sangka pada
orang lain serta segera memberi udzur bila ada salah
Saya tidak menjumpai ada sarana yang
lebih praktis dan mudah untuk lebih mengena pada hati melainkan dengan cara
seperti itu. Oleh karenanya, banyaklah berbaik sangka pada orang yang ada
disekitarmu, dan hati-hatilah dari buruk sangka dengan mereka, apalagi menjadikan
matamu bagaikan jaring yang siap menjaring setiap gerak gerik mereka. Bebaskan
akalmu dari memata-matai setiap perbuatan mereka, biarkan berlalu karena itu
akan menghilangkan kepercayaan yang ada padamu. Dengarkan apa yang diucapkan
oleh al-Mutanabi dalam bait syairnya:
Bila
engkau berbuat jelek pada orang, tentu prasangka buruk menyertaimu
Percayalah pada orang, hilangkan keraguan pada mereka
Kembalikan dirimu untuk bisa memberi
maaf, pada saudaramu, coba curahkan segala usahamu. Sungguh Ibnu Mubarak pernah
berkata: 'Seorang mukmin itu, selalu mencari alasan untuk saudaranya, adapun
orang yang mempunyai sifat nifak, dia akan selalu mencari kesalahan
saudaranya'.
Diantara tanda kemalangan umat adalah
mereka terlalu sibuk dengan dirinya sendiri daripada dengan musuhnya.
J. Cinta dan menyayangi
orang lain
Apabila engkau mencintai seseorang, atau
engkau mempunyai seseorang yang kamu anggap istimewa dimatamu, maka kabarkan
padanya, bahwa dirimu mencintainya. Karena sesungguhnya hal tersebut, merupakan
anak panah yang akan menancap di dalam hati dan membuat bahagia. Oleh karena
itu, Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ صَاحِبَهُ فَلْيَأْتِهِ فِي مَنْزِلِهِ
فَلْيُخْبِرْهُ أَنَّهُ يُحِبُّهُ )) [رواه الترمذي و أحمد]
"Apabila salah seorang diantara kalian mencintai
saudaranya, maka datanglah kerumahnya, lalu beritahu padanya bahwa engkau
mencintainya". HR at-Tirmidzi
dan Ahmad. Hadits shahih sebagaimana dishahihul Jami'. Dan dalam riwayat yang
mursal ditambahkan: 'Sesungguhnya hal tersebut akan melanggengkan rasa kasih
sayang'.
Namun perlu dipahami dengan catatan
hendaknya kecintaan yang didasari karena Allah, bukan karena didasar tujuan
ingin meraih dunia, seperti jabatan dan harta, lebih dikenal dan mencari tanda
jasa. Karena tiap persaudaraan yang dilandasi karena Allah maka akan sirna,
sedangkan pada hari kiamat kelak, semua berbalik menjadi musuh, hal itu
sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah Azza wa jalla:
قال الله تعالى: ﴿ ٱلۡأَخِلَّآءُ
يَوۡمَئِذِۢ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ إِلَّا ٱلۡمُتَّقِينَ ﴾ (سورة الزخرف 67) .
"Teman-teman akrab pada hari itu
sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang
bertakwa". (QS az-Zukhruf: 67).
Dalam hadits disebutkan: 'Seseorang itu
akan bersama orang yang ia cintai'. Maksudnya kelak pada hari kiamat,
sebagaimana yang tertera didalam sabda oleh Nabi Shalallahu 'alaihi wa
sallam. Jadi, dua sifat, cinta dan
menyayangi, maka keduanya merupakan sarana terbesar untuk bisa mengambil hati
sesorang.
Oleh karenanya, dalam sebuah
lingkungan Cuma ada dua, lingkungan yang penuh dengan persaudaraan, saling
mencintai dan menyayangi atau sebuah masyarakat yang penuh dengan perpecahan,
permusuhan dan perselisihan.
Dengan tujuan seperti itu, Nabi
Shalallahu 'alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh, yaitu manakala
membentuk sebuah masyarakat yang saling menyayangi, penuh dengan persaudara
antara Muhajirin dan Anshar. Sampai kiranya diketahui bahwa fulan adalah
saudaranya si fulan, sehingga kecintaan mereka sampai mengantarkan dirinya
diliang kubur yaitu manakala mereka gugur, mati sahid dalam sebuah peperangan.
Bahkan Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam lebih menekankan lagi sarana
yang mampu menebar kecintaan ini yaitu dengan sabdanya:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى
تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ
إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ )) [رواه مسلم والترمذي
وابن ماجه وغيرهم]
"Demi
Dzat yang jiwaku berada ditanganNya. Kalian tidak akan masuk surga sampai
kalian beriman, dan tidak bisa sempurna keimanan kalian sampai kalian saling
mencintai, maukah kalian aku beritahu sesuatu yang apabila kalian kerjakan
kalian saling mencintai? Tebarkanlah salam diantara kalian". HR
Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad.
Saudaraku
yang saya cintai…
Perasaan, kesadaran dan belas kasih
orang pada sekarang ini, sangat disayangkan sekali, berada diujung semua yang
kita sebut tadi, disana ada orang yang dalam bergaul bersama karibnya dengan
akal yang kaku, kosong dari sifat sensitive dan belas kasih. Dan kebalikan dari
itu, ada orang yang dalam bergaul bersama teman karibnya, hanya mengandalkan
perasaan yang halus, bahkan terkadang sampai pada tingkat mabuk kasmaran,
terkagum-kagum dan mendewakannya.
Maka bersikap tengah-tengah, mengukurnya
dengan akal dan perasaan sesuai dengan kondisi dan orang yang berbeda-beda. Dan
itu semua adalah tuntutan yang tidak mungkin semua orang bisa akan tetapi
keutamaan itu, Allah berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.
K. Bersikap mudaraah
(mengambil simpati/sikap bijak) kepada
orang lain
Apakah sudah cukup baik kita dalam
bersikap mudaraah? Apakah engkau mengetahui perbedaan antara sikap mudaraah
dan mudahanah (menjilat)?.
Diriwayatkan
dalam shahih Bukhari dari Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau menceritakan:
عَنْ عَائِشَةَ رضي
الله عنها: (( أَنَّ رَجُلًا
اسْتَأْذَنَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, فَلَمَّا رَآهُ
قَالَ: بِئْسَ أَخُو الْعَشِيرَةِ وَبِئْسَ ابْنُ الْعَشِيرَةِ . فَلَمَّا جَلَسَ
تَطَلَّقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي وَجْهِهِ وَانْبَسَطَ
إِلَيْهِ , فَلَمَّا انْطَلَقَ الرَّجُلُ قَالَتْ لَهُ عَائِشَةُ : يَا رَسُولَ
اللَّهِ حِينَ رَأَيْتَ الرَّجُلَ قُلْتَ لَهُ كَذَا وَكَذَا ثُمَّ تَطَلَّقْتَ
فِي وَجْهِهِ وَانْبَسَطْتَ إِلَيْهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا عَائِشَةُ مَتَى
عَهِدْتِنِي فَحَّاشًا إِنَّ شَرَّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مَنْ تَرَكَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ شَرِّهِ)) [متفق عليه]
"Dari sahabat
'Aisyah radhiallahu 'anha, ia menuturkan: Ada seorang lelaki yang memohon izin
kepada Rasulullah e, maka beliaupun bersabda:
"Izinkanlah untuknya, seburuk-buruk kerabat ialah dia, maka ketika ia
telah masuk dan duduk disamping beliau, beliau (Rasulullah e) bermanis muka kepadanya."
Ketika orang tersebut pulang, maka akupun bertanya keheranan: Wahai Rasulullah,
engkau telah mengatakan perkataanmu tadi begini dan begitu, namun kemudian tatkala
ia masuk, engkau bermanis muka kepadanya? Beliau menjawab: "Wahai Aisyah,
kapan kamu melihatku pernah melakukan perbuatan keji. Sesungguhnya manusia
paling buruk ialah orang yang dijauhi oleh orang lain karena mereka menghindari
kata-katanya yang keji." HR Bukhari dan Muslim.
Al Qurthubi mengomentari hadits ini
dengan berkata: "Pada hadits ini terdapat petunjuk bolehnya mengghibahi
(menyebutkan kesalahan) orang yang menampakkan kefasikan atau perbuatan keji
dan yang serupa dengannya berupa tindak kelaliman ketika memutuskan sesuatu,
menyeru kepada perbuatan bid'ah. Sebagaimana ada petunjuk bolehnya bersikap
mudaraah (mengambil simpati/sikap bijak) kepada mereka, guna menghindari
kejahatannya, selama sikap bijak
tersebut tidak sampai menjerumuskan kita kepada sikap mudahanah
(menjilat) dalam urusan agama Allah Ta'ala.
Dan perbedaan antara sikap bijak dan menjilat
ialah sikap bijak adalah mengorbankan sebagian kepentingan duniawi demi menjaga
kemaslahatan duniawi lainnya atau kemaslahatan agama atau kedua-duanya, dan
sikap ini adalah sikap yang dibolehkan, bahkan kadang kala dianjurkan.
Sedangkan sikap menjilat adalah mengorbankan urusan agama demi mencapai
kepentingan duniawi. Dan Nabi e dalam kisah ini hanya
mengorbankan dari kepentingan duniawinya untuk orang tersebut berupa sambutan
baik dan berlemah lembut ketika berbicara dengannya. Walaupun demikian beliau
sama sekali tidak pernah memujinya dengan suatu ucapan apapun, sehingga tidak
ada pertentangan antara ucapan beliau pertama dengan sikapnya."
Jadi yang dimaksud dengan mudaraah
yaitu bersikap lemah lembut ketika berbicara dan sambutan yang baik manakala
menghadapi pelaku kemaksiatan dan pendosa, itu dilakukan karena, pertama guna
menghindari kejahatannya, dan yang kedua harapan untuk mereka, barangkali
dengan sikap bijak ini bisa sebagai sebab mereka memperoleh hidayah, namun
dengan syarat selama sikap bijak
tersebut tidak sampai menjerumuskan kita kepada sikap mudahanah
(menjilat) dalam urusan agama Allah Ta'ala.
Namun
yang dibolehkan hanya pada urusan dunia saja, karena kalau itu dilakukan dalam
urusan agama, dirinya telah berbalik dari sikap mudaraah menjadi mudahanah
(menjilat), sekarang apakah kita bisa merealisasikan keduanya? Seperti, lemah
lembut, memberi udzur, bermuka manis, memuji atas seseorang yang bisa
mendatangkan kemaslahatan syar'iyah. Dan diriwayatkan dari Nabi Shalallahu
'alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda: "Mudarah kepada orang lain
termasuk sedekah". Dikeluarkan ole hath-Thabarani dari haditsnya Jabir
radhiyallahu 'anhu.
Ibnu
Bathal mengomentari hadits ini dengan mengatakan: 'Mudarah termasuk bagian dari
akhlaknya seorang mukmin, yaitu dengan bersikap lemah lembut pada orang lain,
dan merendahkan suara, dan yang demikian merupakan sarana yang paling kuat
untuk mendorong tumbuhnya persaudaraan'.
Inilah, jaring untuk memburu, maka
sebaik-baik target ada dalam permisalan, dan itu telah saya sebutkan dan
isyaratkan karena hal itu sangat banyak sekali jenisnya.
KEPRIBADIAN GANDA
Kebanyakan orang pada hari ini
seringkali mengadukan adanya perubahan, dan susah menebak, pada kepribadian
seseorang. Seperti halnya seorang istri, yang hakekatnya ia mengetahui akhlak
suaminya, dari mulai penyabar, lapang dada, senyumnya, dan kelembutannya,
namun, dirinya tidak pernah melihat itu semua, karena kalau dirumah yang
nampak, justru akhlaknya yang buruk, gampang marah, emosian, mukanya kecut,
sering mengata-ngatai, bakhil, suka mengungkit-ungkit dan lain sebagainya.
Sehingga, untuk suami semacam ini, kita katakan dimana ia dan orang yang
semisal dengannya, akan memposisikan dirinya, dengan sabda Nabi Shalallahu
'alaihi wa sallam yang menyebutkan:
قال النبي صلى الله
عليه و سلم: (( خيركم خيركم لأهله . وأنا خيركم لأهلي )) [ رواه الترمذي وإبن
ماجه والحاكم]
"Sebaik-baik
kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, sedangkan aku adalah orang
yang paling baik pada keluargaku". HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan
al-Hakim.
Dan
sabda Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam yang menyatakan:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
وَخِيَارُهُمْ خِيَارُهُمْ لِنِسَائِهِمْ )) [رواه أبو داود والترمذي وأحمد]
"Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling
baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang berbuat baik kepada istrinya".
HR Abu Dawud, Tirmidzi dan Ahmad dengan sanad yang shahih.
Salamah bin Dinar pernah mengatakan: 'Akhlak
yang buruk akan menjadikan pemiliknya orang yang paling menyengsarakan teman
duduk yang ada disampingnya, akan membawa segudang bencana. Maka yang paling
awal kena dampaknya adalah istrinya, kemudian anak-anaknya. Sampai sekiranya
ketika dia masuk rumah, sedangkan mereka yang tadinya dalam keadaan senang,
begitu mendengar suaranya, langsung berubah suasananya, semua lari menjauh
darinya, karena merasa takut akan kena getahnya, sampai-sampai hewan
tunggangannya juga merasakan kejelekannya, kalau anjing melihat dirinya, ia
langsung berlindung ketembok, demikian juga kucing juga akan lari takut dari
perangainya yang buruk'.
Dan masuk dalam kategori kepribadian
ganda, tatkala berhadapan dengan kedua orang tuanya. Berapa banyak dari mereka yang seringkali
kita dengar tentang kebaikan akhlaknya, terkenal dermawan, murah senyum, serta
baik di dalam bergaul bersama orang lain. Namun, ketika bersama dengan orang
yang paling dekat dan paling besar kewajiban yang harus mereka berikan padanya,
yaitu kedua orang tuanya. Dia justru berbuat kasar, dan jauh darinya, maka
cukup sebuah ayat yang tegas menyindir perbuatan semacam itu, di mana Allah
Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ وَقَضَىٰ
رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ إِمَّا
يَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ
أُفّٖ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلٗا كَرِيمٗا ﴾ . (سورة
الإسراء 23) .
"Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia". (QS
al-Israa': 23).
Barangsiapa melihat kenyataan yang ada
pada diri kita, ketika bersama dengan anak-anak dan orang tua kita maka kita
baru sadar betapa lemahnya keimanan kita, serta kurangnya didalam menunaikan
kewajiban terbesar yang kita miliki, setelah mentauhidkan Allah Subhanahu wa
ta'ala. Allahu musta'an.
Diantara bentuk mendua dalam bersikap,
adakalanya kamu pernah melihat penampilan seorang perempuan yang kelihatannya
terpelajar, berpendidikan serta bagus, bahkan dirinya tak segan-segan untuk
mengeluarkan uang banyak, yang penting bisa menambah percaya diri didalam
penampilan, wajah dipoles, gigi dibersihkan. Akan tetapi, bila kamu mengetahui
secara dekat, kamu baru mengerti, kalau dirinya mempunyai perangai yang buruk,
emosian, gampang marah, berani melawan kepada suaminya, bermuka masam terhadap
saudaranya dan lain sebagainya.
Duhai seandainya para Hawa memperhatikan
akhlaknya secara teliti sama persis dengan perhatiannya terhadap penampilan
fisiknya, tentu ia akan menjadi wanita sejati. Seorang pepatah Arab mengatakan:
'Kecantikan bukan diukur dengan pakain yang indah, namun kecantikan ada pada
ilmu dan akhlaknya'.
Ketahuilah duhai saudariku yang aku
cintai karena Allah, kecantikan sejati ada pada kecantikan akhlak serta
adabnya, sangat naif sekali kalau menilai kecantikan hanya pada pakai serta
penampilan fisiknya saja, akan tetapi, rasa malunya sangat kurang, sehingga
tanpa segan membuka auratnya, melepas prinsip ajaran agama serta kepribadian
asalnya. Seorang penyair mengatakan:
Aku melewati muru'ah sedangkan dirinya menangis
Saya tanyakan, kenapa engkau menangis
Dirinya menjawab, bagaimana aku tidak menangis
Karena semua orang sudah tidak mengenaliku
lagi
Saudariku…
Sesungguhnya Allah Azza wa jalla telah
menjadikan bagi tiap orang dua aurat, aurat tubuh dan aurat jiwa. Allah
menjadikan alat untuk menutupi aurat yang pertama yaitu dengan pakaian,
sedangkan yang kedua yaitu dengan akhlak.
Dan perlu diperhatikan, yang terpenting dari keduanya adalah yang kedua,
karena pakaian seseorang tidak mungkin bisa lepas dari yang namanya akhlak sang
pemakainya. Sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah Tabaraka wa ta'ala dalam
firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ يَٰبَنِيٓ
ءَادَمَ قَدۡ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكُمۡ لِبَاسٗا يُوَٰرِي سَوۡءَٰتِكُمۡ
وَرِيشٗاۖ وَلِبَاسُ ٱلتَّقۡوَىٰ ذَٰلِكَ خَيۡر ﴾ . (سورة
الأعراف 26) .
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan. dan pakaian takwa itulah yang paling baik". (QS
al-'Araaf: 26).
Saudariku…
Sungguh seorang wanita yang berakal,
tatkala berbicara, dia akan berbicara dengan baik, tatkala diam, dia juga diam
dengan manis. Bertakwalah kepada Allah, wahai para wanita, tutupi aurat jiwamu
dengan pakaian takwa, rasa malu dan budi pekerti yang luhur.
Salah satu sikap mendua yang lainnya
dalam berakhlak, sebagaimana yang kita lihat, ada sebagian orang yang bila
berkata, ucapannya begitu manis, penyabar, menebar senyum, namun apabila datang
waktunya jual beli dan atribut yang berisikan uang dan dirham, maka dirinya
berubah menjadi senang mengulur waktu pembayaran, sangat kuat memegang uang,
akan berargumen, mendebat lawan bisninya, bahkan bisa jadi gambaran makna
ukuwah persaudaraan beserta hak-haknya untuk sementara terhapus dalam benaknya.
Pernah dikatakan kepada Muhammad bin
Hasan, kenapa engkau tidak menulis buku yang berkaitan dengan kezuhudan. Maka
beliau menjawab: 'Aku telah menulis sebuah buku yang berkaitan dengan jual
beli'.
Maksud yang ingin disampaikan oleh
beliau kepada kita adalah, bahwa zuhud itu ada pada orang yang berlepas diri
dari perkara syubhat dan makruh dalam transaksi jual belinya serta seluruh
interaksi perdagangan. Inilah pesan yang ingin beliau sampaikan, dan ini
menunjukan kecerdasaan fikih yang beliau miliki, semoga Allah merahmatinya.
Diriwayatkan, bahwa Masruq mempunyai
hutang, demikian pula saudaranya Khaitsamah juga mempunyai tanggungan hutang.
Maka Masruq pergi membayar hutang saudaranya, sedangkan ia tidak mengetahuinya,
begitu juga sebaliknya, saudaranya Khaitsamah juga pergi membayar hutang
saudaranya, dan ia juga tidak mengetahuinya.
Mutharif bin Abdullah pernah mengatakan
kepada sebagian saudaranya: 'Wahai Abu Fulan, apabila engkau mempunyai
keperluan maka jangan berbicara padaku, akan tetpai tulislah disebuah kertas.
Sungguh aku malu kalau melihat wajahmu memelas dihadapanku'.
Seorang
penyair mengatakan:
Jika aku lapang, tidak akan tahu karibku
Ketika aku mencukupkan, temanku pun merasa
cukup
Rasa maluku menjaga air muka yang ada pada wajah
Temanku, dalam permintaanmu ada kekariban
Kalau aku biarkan air muka mengalir padamu
Betapa cepatnya aku bisa naik
keatas
Dikisahkan dari Rabah bin al-Jarah,
beliau berkata: 'Fath al-Mushili pernah berkunjung kerumah karibnya yang bernam
Isa at-Tamar, namun sayang ia tidak menjumpainya. Maka ia mengatakan pada
pembantunya; 'Ambilkan aku kantong majikanmu'. Pembantu tersebut lalu
mengambilkan kantong untuknya, lantas sang tamu memasukan uang dua dirham.
Begitu Isa datang, maka sang pembantu mengabarkan perihal tamunya tadi, Isa
lalu berkata padanya: 'Jika omonganmu benar, kamu bebas'. Kemudian ia melihat
pada kantong yang berisi uang tersebut, lalu iapun membebaskan pembantunya
tadi'.
Dalam kisah yang lain, diriwayatkan
dari Jamil bin Murah, beliau berkata: 'Kami pernah mengalami masa paceklik yang
sangat, dan ketika itu Muriq al-Ajli berkunjung kerumah sambil membawa
sekantong bungkusan, lalu mengatakan; 'Ambillah ini buat kalian'. Setelah itu
dia minta izin pergi, namun tidak berapa lama sebelum jauh dia mengatakan
kembali: 'Jika kalian memerlukan kantong tadi, ambilah untuk belanja
kebutuhan'.
Berkata Sufyan bin Uyainah; 'Aku
pernah mendengar Musawir al-Wariq mengatakan: 'Tidaklah aku mengucapkan pada
seseorang 'Sungguh aku mencintaimu karena Allah' melainkan tidak pernah aku
mencegah harta untuknya'.
Sebuah kisah yang banyak ibroh, seakan
jauh dari alam khayal kita, namun akhlak yang luhur dari para pendahulu kita
Salafus sholeh telah mampu merubahnya menjadi kecintaan dan ukhuwah yang tulus
karena Allah semata, semoga Allah meridhoi mereka semua. Kita mohon keutamaan
kepada Allah yang Maha Penyayang, dan memohon kepadaNya agar kita bisa
meneladani mereka dengan sebaik-baiknya.
Diantara sikap mendua yang telah nampak
yaitu manakala kamu melihat sebagian pemuda yang menakjubkanmu dari segi
penampilannya, bau wangi membuaimu, sisiran rambutnya mengkilap. Kalau bukan
karena malu tentu aku terlalu berlebihan didalam mensifati keadaan sebagian
generasi muda kita pada hari ini, dalam semangatnya memperhatikan gaya dan
penampilan. Akan tetapi bersamaan dengan itu mereka tidak memperhatikan tingkah
dan akhlaknya yang terkadang melenceng, karena mereka punya prinsip tidak apa
kalau hanya sekedar berdusta, atau melaknat, mencela, bahkan adakalanya
berzina, dan mencuri, atau menipu dan melakukan tipu daya.
Dalam benak mereka, tidak mengapa
mengorbankan agama dan akhlaknya demi tercapainya syahwat, sehingga penampilan
fisiknya telah rusak sebelum rusaknya penampilan hati.
Wahai para pemuda, manusia bukan hanya
terbatas pada penampilan badan dan rupanya saja, tidak pula pada gaya pakaian
dan modenya, akan tetapi, manusia sejati adalah yang memiliki ruh, akal, akhlak
dan penampilan. Seorang penyair mengatakan dalam qasidahnya:
Duhai para pengabdi jasad, betapa dirimu telah
sengsara
Jiwamu lelah, lalu kerugian yang engkau
dapat
Kembalikan jiwamu, sempurnakan dengan kebaikan
Duhai insan, engkau hidup dengan jiwa
bukan jasadmu
Duhai
para pemuda..
Tidaklah rupa yang elok akan menguatkan
hati apabila akhlaknya tidak elok, sesungguhnya didalam hatimu masih ada relung
kebaikan, periksalah lalu bakar semangatmu untuk memacu kebaikan tersebut.
Benar, termasuk puncak kebahagian
adalah menikmati segala kesenangan dunia dan syahwatnya, namun itu semua harus
berada dalam koridor syari'at kita, karena Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ وَٱبۡتَغِ
فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ
وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ ﴾ (سورة القصص 77) .
"Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu". (QS
al-Qashash: 77).
Jadilah seorang laki-laki yang mempunyai
semangat yang tinggi, berhias dengan budi pekerti yang luhur dan adab karena sesungguhnya
itulah perhiasan seorang laki-laki sejati.
Dari contoh mendua dalam bersikap yaitu,
orang-orang yang manakala kamu melihatnya, nampak padanya tanda keshalehan dan
kebajikan, kemudian pada sisi lain kamu melihat dalam tindak tanduknya serta
perbutannya berbalik Sembilan puluh derajat dari penampilan yang pertama,
sampai-sampai mereka menipu orang lain disebabkan oleh penampilannya.
Maka pada kenyataannya, wahai orang
yang seperti itu, engkau bukan saja telah menodai dirimu akan tetapi, telah
menodai orang lain, bahkan bisa jadi agamamu juga ikut terbawa. Karena bisa
jadi orang yang sudah kadung melihat engkau berbuat jelek akan mengira ini
termasuk bagian dari akhlaknya orang shaleh, karena mereka mengira kamu
termasuk orang yang shaleh.
Oleh karena itu, bagi orang yang seperti
ini dan yang semisalnya, untuk mengoreksi kembali tingkat keshalehannya, karena
tidak menutup kemungkinan yang ada pada mereka hanya keshalehan dalam bentuk
nama dan gambar.
Ada beberapa orang yang menyanjung
seseorang dihadapan al-Qilu ibn Iyadh, mereka memuji orang tersebut kalau dia
tidak makan kue (puding). Maka beliau berkata: 'Kalian jangan tertipu, hanya
sekedar melihat dia meninggalkan makanan tersebut, akan tetapi, lihatlah
bagaimana sikap dirinya didalam menyambung tali silaturahim, menahan emosi,
hubungannya bersama tetangga, dan para janda serta orang miskin, lihatlah
bagaimana akhlak serta adab pergaulan bersama saudara dan karibnya'.
Katakan pada saya, duhai orang yang
dijadikan teladan, apakah istiqomah itu hanya sekedar penampilan luar? Ataukah
hanya hubungan manis bersama segelintir orang saja? Atau istiqomah itu
mengharuskan dirimu mempergauli orang lain dengan cara yang baik, pada tiap
keadaan dan waktu? Di dalam sebuah hadits yang shahih, Nabi Shalallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: (( أعظم ما يدخل الناس الجنة تقوى الناس وحسن الخلق)) [ أخرجه الترمذي وابن
ماجة]
"Perkara
terbesar yang akan memasukan seseorang kedalam surga adalah bertakwa dan
berakhlak mulia'. HR at-Tirmidzi dan
Ibnu Majah.
Imam Ibnu Qoyim mengatakan didalam
kitabnya al-Fawaid, ketika mengomentari hadits diatas: 'Nabi Shalallahu
'alaihi wa sallam menggabungkan didalam hadits ini, antara ketakwaan kepada
Allah dan akhlak yang mulia, karena ketakwaan kepada Allah akan memperbaiki
hubungan seorang hamba bersama Rabbnya. Sedangkan akhlak yang mulia akan
memperbaiki hubungan seorang hamba bersama makhlukNya. Maka takwa kepada Allah
mengharuskan dirinya mencintai Allah, adapun akhlak yang mulia menjadikan orang
lain menyukai dirinya'.
Maka harus dicatat, karena disini ada
perkara yang tercampur pemahamannya oleh kebanyakan orang, mungkin karena
memang tidak tahu, dan ini kebanyakan mereka. Atau dirinya mempunyai tujuan
jelek yang tersimpan didalam hati, dan jenis ini jumlahnya sedikit, insya
Allah.
Para pembaca yang budiman, kalau
sebagian kaum muslimin ada yang menanggalkan akhlaknya dan prinsip dasar
ajarannya maka bukan berarti kita menuduh agama Islam, atau mulai ragu untuk
berpegang dengan ajaran dan syari'atnya. Kalau demikian apa maknanya kita
menghukumi orang sebagai muslim dan membenarkan ajaran Islam, sedangkan mereka
mempunyai sifat berlebihan, menyeleweng, kasar, kurang ajar, dan berperangai
buruk, hanya karena sekedar menisbatkan ke Islam akan tetapi mereka salah
didalam tingkah laku, dan ucapannya atau dirinya hanya menyematkan pakaian
kejujuran.
Sesungguhnya termasuk jenis kedhaliman
yang paling jelek adalah seseorang mengambil kesalahan orang lain sebagai
senjata, sedangkan Allah Azza wa jalla berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ وَلَا تَزِرُ
وَازِرَةٞ وِزۡرَ أُخۡرَىٰۗ ﴾ (سورة الإسراء : 15)
.
"Dan seorang yang berdosa tidak dapat
memikul dosa orang lain". (QS al-Israa': 15).
Dimana
sikap inshaf dan adil? Sedangkan Allah Azza wa jalla berfirman:
قال الله تعالى: ﴿
وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنََٔانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ
أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ﴾ (سورة المائدة : 8)
.
"Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS
al-Maa'idah: 8).
Kenapa kita terlalu cepat menghukumi
semua orang serta mengatakan kesalahan secara umum pada mereka hanya sekedar
kesalahan yang dilakukan oleh individu? Lantas dimana mereka-mereka, barangkali
ratusan atau ribuan dari kalangan kaum muslimin dan muslimat, yang tetap teguh
dan mulia bersama akhlak dan jiwanya.
Kita semua tidak bisa memungkiri adanya
jumlah yang sangat banyak, orang-orang yang masih mempunyai hati nurani yang
bersih dan indah, yang tergambar dalam ucapan mereka, sanubari yang tenang
dengan tingkah laku yang luhur, hati yang suci, tangan yang bersih dan lisan
yang terjaga, mereka barengi ilmu yang diiringi bersama amalan, karena cinta
agama dan negerinya.
Kenapa seringkali kita menutup mata
terhadap mereka, tidak menyebut dan mencuatkan dalam publik tentang kemulian
mereka? Kenapa hanya memandang dengan sebelah mata tentang keberadaan mereka,
lalu menyoroti kesalahan yang ada dan membesar-besarkanya yang ada pada
sebagaian orang?
Lihat pada dirimu, engkau seringkali
mengadu keberadaan mereka, bukankah engkau juga seorang muslim? Tidakkah engkau
juga pernah berbuat kesalahan? Berbuat kekeliruan? Maka bisa jadi orang lain
juga mengeluhkan dirimu, engkau mengeluh mereka juga mengeluhkanmu.
Akan tetapi, betapa indahnya kalau
sekiranya kita bisa saling memberi udzur satu sama lain, memberi ma'af atas
kesalahan dan kekeliruan orang lain lalu menutupinya dan mencuatkan
kebaikannya. Dengan adanya saling menasehati dan mema'afkan bisa memadamkan api
permusuhan dan perselisihan.
Perlakukan orang lain, sebagai insan yang
mempunyai kesalahan dan kebenaran, tutup matamu dan berlaku wajar lalu
sabarlah. Bukan orang yang pandir yang tidak tahu siapa pemimpin kaumnya, namun
pemimpin itu yang pura-pura tidak mengetahui.
Engkau bisa bayangkan kalau seandainya
dirimu melihat lingkungan berada dalam makna yang indah ini, dan itu merupakan
budi pekerti yang paling mulia, jika dirimu enggan untuk itu, maka tuduhlah
orang yang melakukan kesalahan tersebut jangan kamu hukumi secara umum, lalu
bertakwalah kepada Allah, karena balasan itu sesuai dengan amal perbuatan, dan
sebagaimana engkau beragama maka itulah agama.
AKHLAK NABI SHALALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM
Kemulian akhlak adalah engkau
menjadikan semua orang merasa bahwa engkau mencintai mereka. Bahkan menjadikan
setiap orang merasa bahwa mereka adalah orang yang paling engkau cintai dalam
hatimu, apakah kiranya dirimu sanggup untuk seperti ini?
Sesungguhnya engkau masih bisa
mengendalikan hatimu dengan sarana dan cara yang paling bagus, karena seperti
itulah akhlak panutan dan sanjungan kita Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam.
Sekarang mari kita tengok hari-hari bersama teladan kita tersebut.
Diriwayatkan dari Amr bin al-Ash, beliau
berkata: 'Adalah kebiasaan Rasulallah menerima lawan bicaranya sambil
menghadapkan wajahnya, sampai-sampai aku mengira bahwa akulah orang yang paling
beliau cintai. Hingga pada suatu hari aku tanyakan pada beliau; 'Ya Rasulallah,
siapakah yang lebih engkau cintai, aku atau Abu Bakar? Abu Bakar, jawabnya.
Lantas aku tanyakan kembali: 'Ya Rasulallah, siapa yang lebih engkau cintai aku
atau Umar? Umar, jawabnya. Aku tanya lagi: 'Ya Rasulallah, siapa yang lebih
engkau cintai, aku atau Utsman? Utsman, jawab beliau. Tatkala Rasulallah
menyatakan itu semua maka aku berangan-angan sekiranya aku tidak lagi
menanyakannya'. Kisah ini sebagaimana yang ada dalam kita Syama'il
Muhammadiyah karya Imam at-Timridzi.
Dalam khabar diatas menjelaskan pada
kita bahwa Amr bin al-Ash menyangka kalau dirinya adalah orang yang paling
dicintai dan paling dekat kedudukannya dihati Rasulallah Shalallahu 'alaihi
wa sallam.
Barangkali Anda bertanya, bagaimana Nabi
Shalallahu 'alaihi wa sallam mampu menata hati sedemikan tingginya?
Bahkan mampu menguasi hati musuh-musuhnya.
Berikut ini, kajian untukmu sebagian
syama'il dan akhlak beliau secara ringkas, semoga Allah menganugerahi kita
semua untuk bisa mencontoh dan meneladani beliau dengan sebaik-baiknya.
Beliau adalah orang yang sangat pemalu,
dimana beliau mengatakan: "Aku adalah orang yang sangat pemalu".
Tidak pernah memandang pada seseorang sambil melotot, tidak berbuat kasar,
menerima udzur orang yang memintanya, bercanda namun tidak mengatakan melainkan
benar, kadang tertawa namun tidak sampai terbahak-bahak. Sabar terhadap orang
yang mengangkat suara padanya, tidak pernah meremehkan orang miskin karena
kemiskinannya, tidak pernah memukul seorang pun melainkan ketika berjihad dijalan
Allah, tidak pernah marah terhadap suatu perbuatan melainkan bila larangan
Allah diterjang, tidak membalas kejelekan dengan kejelekan akan tetapi
mema'afkan dan membiarkan. Beliau biasa memulai salam kepada siapa saja yang
dijumpainya, apabila bertemu dengan para sahabatnya, beliau memulai untuk
berjabat tangan kemudian menggenggam hangat tangan lawannya.
Beliau duduk dimana akhir majelis itu
berada, memuliakan orang yang bertamu kepada beliau, sampai terkadang beliau
menggelar bajunya sebagai alas duduk, mendahulukan tamu dengan bantal duduk,
kalau sekiranya tamunya enggan maka beliau sedikit memaksa agar mau
menerimanya.
Beliau memberi setiap orang yang duduk
dimajelisnya, semua bagianya, dari mulai menghadapkan muka padanya, mendengar,
melihat dan berbicara padanya.
Beliau biasa memanggil para sahabatnya
dengan kunyahnya dalam rangka memuliakan dan menyenangkan hati mereka. Sangat
jauh dari sifat pemarah, akan tetapi paling cepat untuk merasa ridho.
Beliau orang yang sangat baik kepada
orang lain, diriwayatkan dari Anas radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan:
'Bahwa pernah ada seorang wanita yang datang kepada Nabi Shalallahu 'alaihi wa
sallam, sembari mengatakan: 'Aku sedikit membutuhkanmu'. Maka beliau menjawab:
'Duduklah dijalan Madinah mana saja yang kamu sukai, aku akan mengikutimu'. HR
Bukhari dan Muslim.
Maka dengan bahasa yang ringkas dan
luas maknanya, akhlak beliau adalah al-Qur'an. Oleh karena itu Allah Ta'ala
memujinya, sebagaimana yang tercantum dalam firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ ﴾ (سورة القلم : 4)
.
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung". (QS al-Qolam: 4).
Oleh karenanya, barangsiapa yang ingin
melihat petunjuk agama ini secara nyata dalam bentuk keseharian, maka lihatlah
dalam sejarah perjalanan hidup beliau Shalallahu 'alaihi wa sallam,
sambil mempelajari dan memahami serta mentadaburinya. Demi bapak ibuku sebagai
tebusannya. Cukup untuk menggambarkan itu semua, bahwa kelak pada hari kiamat
semua orang mengatakan; 'Diriku, diriku', namun justru beliau memikirkan
umatnya seraya berkata; 'Umatku, umatku'.
Seorang
penyair mengatakan:
Duhai orang yang mengingatkanku janji kekasihku
Habis sudah lisan ini
menyebut kebaikan dirimu
Tak bosan aku mengingat dirimu dalam kesendirian
Kisah sang kekasih sungguh menyenangkan
Tulang ini telah penuh olehmu, kelu bibir
mensifatimu
Hati ini begitu merindu tatkala menyebutmu
Senantiasa jiwa ini mencoba terbang, karena
rindu
Duhai, sekiranya hati ini mampu melayang
padamu
RINGKASAN KAJIAN KITA
Pertama: Bukan maksud seorang muslim yang jujur dari
interaksinya, berbudi pekerti yang baik serta berbuat kebajikan pada orang
adalah untuk memperoleh hati mereka atau keridhoan makhluk. Bukan pula decak
kagum, pujian dan sanjungan mereka.
Karena termasuk kelakuan yang sangat
keji kalau sekiranya dia berhias dengan akhlak yang mulia, namun hanya sekedar
ingin memperoleh hati orang. Jangan sampai ada orang yang menyangka seperti
ini, tatkala pertama kali mendengar judul kajian kita ini.
Namun tujuan kita selalu yaitu mencari
ridho Allah Tabaraka wa ta'ala. Allah lah yang telah menurunkan al-Qur'an dan
mengutus pembawa wahyu, dan pada dua pondasi tersebut akhlak dan adab
bersandar. Barangsiapa yang mencari ridho Allah, maka Allah akan ridho atasnya,
demikian pula manusia ridho kepadanya. Sehingga sanjungan orang serta kecintaan
mereka kepadanya, tercipta dengan sebab semangatnya didalam menggali keridhoan
Allah dan mengikhlaskan urusannya kepadaNya.
Namun, sangat disesalkan, kalau hanya
sedikit diantara mereka, yang bersemangat untuk mendapatkan hati orang lain,
sambil menyebar rasa kasih sayang dan kecintaan serta menyatukan mereka diatas
kecintaan karena Allah. Dan sebaliknya, banyak diantara mereka yang bersemangat
untuk memperoleh hati dan kecintaan orang lain, hanya bertujuan untuk
memperoleh keuntungan dunia, dan kemudahan dalam perkara yang dianggapnya
penting.
Maka jenis usaha seperti ini sama dengan
mengurbankan jiwa, menyembelih kehidupan bahkan bisa jadi orang seperti ini,
tanpa sungkan akan menjual agamanya demi keuntungan dunia. Kita berlindung
kepada Allah dari perbuatan seperti mereka.
Kedua: Apabila memang engkau belum memiliki ahlak
yang baik, maka bersungguh-sungguhlah untuk mencarinya dan berhias dengannya
sambil terus secara kontinyu menata jiwa serta memperbaikinya. Karena dirimu
tidak akan mungkin bisa meraih akhlak sempurna tanpa usaha, dalam pepatah
dikatakan; 'Orang yang tidak punya tidak mungkin bisa memberi'.
Jika dirimu telah berhasil dalam
usahamu sekali atau dua kali, maka begitu cepat engkau rasakan perubahan dan
pengalaman hati yang dia ciptakan, sehingga tidak bisa disembunyikan lagi
keindahan, kebutuhan dan hajat padanya.
Adapun pendakian kita melalui jalan hati
karena mempunyai tujuan utama yaitu Dzat yang Maha Mengetahui perkara yang
ghaib, kemudian agar kita menjadi orang yang pema'af, pengampun, berguna,
sabar, bajik, manis dalam berucap, selalu berseri wajah, menjadikan orang yang
jauh menjadi lebih dekat, musuh menjadi teman. Maka orang lain mencintai
dirimu, sehingga siapa yang dicintai oleh manusia, dirinya akan mampu mengusai hati mereka, yang berdampak pada
sikap kebalikan yang mereka lakukan, kalau bukan itu tujuan kita, bagaimana
mungkin kita bersikeras orang lain bisa menerima sedangkan dalam hati mereka
keras dan sanubarinya mengingkari.
Para pembaca yang budiman, kita tidak
akan mungkin sanggup untuk menyelusup ke sanubari orang serta memperoleh ruang
dalam hati-hati mereka melainkan dengan cara menyentuh hati mereka dengan
kebajikan. Selalu berusaha mempergauli mereka dengan akhlak yang luhur. Maka, kita
tidak akan mampu menguasi hati orang lain, lalu memaksa agar mereka mencintai
kita, yang pada akhirnya engkau akan melihat akibat dan hasilnya.
Oleh karenanya, siapa yang ingin
dicintai orang lain hendaknya dirinya menguasai terlebih dahulu lubuk hatinya.
Akan tetapi, bukan berarti dengan ini kita meninggalkan budaya saling
menasehati dan mengingkari kesalahan mereka, serta tidak menyebut kesalahan dan
perbuatan maksiat yang mereka lakukan.
Saudaraku..
Perhatikan sebuah hadits yang menjelaskan
kepada kita bagaimana Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: (( إنكم لن تسعوا الناس بأموالكم, ولكن يسعهم منكم بسط الوجه وحسن الخُلق )) [أخرجه البزار بسند حسن من حديث أبي هريرة]
"Sesungguhnya
kalian tidak akan sanggup menguasai orang lain dengan harta-harta kalian, namun
kalian akan sanggup menguasai mereka dengan wajah yang berseri dan akhlak yang
luhur". HR al-Bazzar dengan sanad hasan dari sahabat Abu Hurairah.
Benar, terkadang salah seorang diantara
kita tidak sanggup mengambil hati orang lain hanya dengan memberi harta atau
mempunyai kedudukan. Kalaupun mampu mengambil muka mereka, tetap mereka akan
berbuat sekenanya, bahkan bisa jadi mereka justru membenci dibelakang. Berbeda dengan kamu, orang yang mempunyai
akhlak maka dirinya mampu menguasai mereka dengan sebab akhlak yang baik,
sehingga manusia menjadi menyukaimu, mengenal dengan kebaikan dan memuliakanmu,
cukup hanya dengan mempergauli manusia dengan akhlak yang baik, sebagaimana yang telah diwasiatkan oleh
Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam kepada kita semua.
Perhatikan para salaf, Ibnu Mubarak
pernah mengatakan: 'Yang dinamakan dengan akhlak yang baik adalah engkau
bermanis muka, rela berkorban dengan senang memberi dan tidak berbuat jahat
pada orang lain'.
Sedangkan Imam Ahmad mengatakan: 'Akhlak
yang baik yaitu engkau tidak emosian tidak mendendam pada orang lain'.
Ada lagi yang mengatakan: 'Akhlak yang
indah yaitu dengan rela berkorban, tidak mengganggu serta sabar terhadap
keburukan orang lain'. Di katakan pula: 'Akhlak yang indah adalah membalas
dengan lebih baik dan tidak menjahati orang lain'. Yang lain lagi mengatakan:
'Akhlak yang baik adalah engkau melepas segala tingkah laku yang jelek lalu
menyematkan dengan kemulian'.
Dan cukup dari itu semua, adalah sebuah
sabda dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam: "Kebaikan itu adalah
akhlak yang baik". HR Muslim.
Imam Ibnu Qoyim berkata mengomentari
hadits diatas: 'Di dalam hadits ini menunjukan bahwa akhlak yang baik itu
adalah agama secara keseluruhan, dan merupakan hakekat keimanan dan syari'at
Islam, oleh karena itu, lawannya adalah perbuatan dosa'.
Ketiga: Jangan tertipu dengan akhlak baikmu manakala
kamu dalam keadaan lapang, tapi, cobalah terapkan akhlak baik tersebut pada
saat-saat dirimu dalam kesusahan atau ketika marah. Dan tunjukan pada tiap
keadaan yang memang benar-benar sedang membutuhkan akhlak baik, sperti,
mendahulukan orang lain, padahal kamu sedang membutuhkan sekali, dan bijak
ketika sedang dilanda marah, serta bisa mema'afkan kesalahan untuk orang yang
telah memberi alasannya. Adapun ketika sedang lapang maka tidak perlu
dibanggakan dan disebut-sebut.
Keempat: Lihat pada lapangan, kenyataan yang ada pada
manusia, apa yang kamu tidak suka dari mereka maka pertama kali yang
merealisasikannya adalah dirimu, jauhi perbuatan tersebut. Karena sebagaimana
engkau membencinya mereka juga sama tidak menyukainya kalau sekiranya perbuatan
tersebut ada padamu.
Kelima: Tanyakan selalu pada dirimu, apakah kamu
bagaikan pohon kurma yang selalu mengeluarkan bunga dan buahnya yang manis,
atau justru dirimu bagaikan lalat yang selalu menghampiri sampah dan perkara
yang menjijikan.
Keenam: Kisaran akhlak yang luhur
semuanya ada didalam ayat-ayat Allah Ta'ala, karena itulah pondasi didalam
membangun seni dalam bergaul dan berbuat baik bersama sesama. Seperti dalam
salah satu firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿
وَلَا تَسۡتَوِي ٱلۡحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُۚ ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ
فَإِذَا ٱلَّذِي بَيۡنَكَ وَبَيۡنَهُۥ عَدَٰوَةٞ كَأَنَّهُۥ وَلِيٌّ حَمِيمٞ ﴾ (سورة فصلت :
34) .
"Dan
tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia". (QS
Fushshilat: 34).
Namun pertanyaannya, apakah setiap
orang dari kita bisa menterjemahkan makna ayat dalam keseharian kita? Saya kira
tidak, karena Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman dalam kelanjutan ayat diatas:
قال الله تعالى: ﴿
وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ٱلَّذِينَ صَبَرُواْ وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ذُو حَظٍّ
عَظِيمٖ﴾ (سورة فصلت : 35 ).
"Sifat-sifat
yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan
tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang
besar". (QS
Fushshilat: 35).
Dalam ayat lain Allah Ta'ala
telah mengumpulkan makna budi pekerti yang luhur itu, Allah berfirman:
قال الله تعالى: ﴿
خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ ﴾ (سورة الأعراف 199)
"Jadilah sngkau pema'af dan suruhlah orang
mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh". (QS al-A'araf: 199).
Ketujuh: Hendaklah akhlak Islam tersebut selalu
menyertaimu disetiap tempat dan waktu. Baik ketika bersama Rabbmu, bersama
orang lain yang ada didalam rumah, kantor, dalam pasar, dengan orang yang
engkau sukai atau benci, bersama anak kecil atau orang dewasa, apakah pemimpin
atau yang dipimpin. Jadikan itu sebagai kepribadian aslimu pada setiap keadaan
dan waktu, ketika engkau bergaul bersama orang yang ada disekitarmu.
Kedelapan: Akhlak yang luhur mempunyai empat syarat yang
harus terpenuhi, yaitu: Sabar, pema'af, berani dan adil. Sebaliknya, akhlak
yang buruk juga terbangun diatas empat pondasi, yaitu: Bodoh, dhalim, hawa
nafsu dan emosi.
Sembilan: Ketika kita menuntut orang lain untuk berbudi
pekerti yang luhur, jangan sampai kita lupakan bahwa mereka juga manusia yang
seberapapun besarnya usaha yang mereka lakukan, tetap, ada saja sisi kekurangannya.
Oleh karena itu, jangan menuntut orang
lain sebagai teladan sempurna, apalagi terkhusus pada zaman kita sekarang ini,
namun, lihatlah dirimu lalu kerjakan, pergauli manusia dengan baik sebagaimana
dirimu senang mereka mempergauli dirimu dengan baik.
Sepuluh: Berkata Ibnu Muqafa' didalam kitabnya 'Adabush
Shagir', sebuah kalimat yang sangat bagus, beliau mengatakan: 'Bagi orang
yang cerdas, dirinya akan selalu mengoreksi kejelekannya didalam beragama,
akhlak dan adabnya. Kemudian ia kumpulkan semua itu didalam hati atau dalam
catatan harian, lantas perlihatkan pada sanubarimu, lalu kemudian bebani dia
untuk memperbaikinya. Berilah tugas pada pribadimu untuk memperbaiki satu
persatu kekurangan yang masih ada, bertahap, mulai dari sehari, sepekan atau
satu bulan, setiap kali dia harus ada usaha untuk memperbaikinya. Dan ketika
berhasil maka pantas dirinya untuk berbangga, untuk selanjutnya dia mengokohkan
dalam kepribadiannya'.
Akhirnya kita berdo'a kepada Allah, Ya
Allah berilah kami petunjuk untuk bisa mencapai akhlak yang mulia, karena tidak
ada yang mampu menunjukinya melainkan diriMu. Dan palingkan kami dari akhlak
yang jelek, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat memalingkannya kecuali
diriMu.
Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha
Melihat dimanapun kami berada, dan Maha Mendengar ucapan kita, Engkau
mengetahui segala perkara, baik yang kami nampakan maupun tersembunyi. Tidak
ada yang menghalangiMu dari segala urusan kami. Sesungguhnya kami miskin,
membutuhkan pertolongan dan bantuan, merindukan dan berharap, mengakui segala
dosa dan kekurangan, kami memohon kepadaMu sebagaimana permohonannya orang yang
miskin, kami bersimpuh kepadaMu seperti bersimpuhnya para pendosa dan berdo'a
kepadaMu seperti do'anya orang yang takut, do'a yang khusyu' karena takut
siksaMu, dengan merendahkan diri dan meneteskan air mata serta mengharap
terkabulkan do'anya.
Ya Allah, perbaiki kerusakan yang ada
dalam jiwa dan hati kami, ma'afkan segala kelemahan kami, dan bagusi
akhlak-akhlak kami.
Ya Allah, sungguh kami telah berbuat
dhalim kepada hati-hati kami, dan telah banyak dosa yang kami perbuat,
ampunilah dosa-dosa kami, karena tidak ada yang mampu mengampuni melainkan
Engkau ya Allah yang Maha Penyayang lagi Pemurah. Sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun lagi Penyayang.
Ya Allah, jadikan kaum muslimin
bersatu diatas panji tauhid, satukan hati mereka, ya Allah yang Maha Penyayang.
Maha Suci Allah, kami memujiNya, kami
bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan
Allah, kami meminta ampunan dan bertaubat kepadaNya.
Ya
Allah, jadikan amalan ini ikhlas karena mengharap wajahMu yang mulia semata.
[3] . Shibghah
artinya celupan. Shibghah Allah, maksudnya; celupan Allah yang berarti iman
kepada Allah yang tidak disertai dengan kemusyrikan.
Post a Comment