Nikmat Allah Untuk Apa Seharusnya Digunakan
Nikmat Allah Untuk Apa Seharusnya
Digunakan
Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami memuji -Nya, memohon pertolongan dan
ampunan kepada -Nya, kami berlindung kepada -Nya dari kejahatan diri-diri kami
dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat
menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah Shubhanahu
wa ta’alla sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak
diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu
wa ta’alla semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi
bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du:
Akal
yang kita miliki merupakan nikmat, begitu pula pendengaran, penglihatan dan
juga hati, semuanya merupakan anugerah ilahi. Dan bila kita cermati maka semua
sarana tadi merupakan media untuk dapat mengenali sesuatu. Akan tetapi, adakah
seorang muslim yang telah sempurna didalam memanfaatkan nikmat-nikmat tadi,
kemudian menunaikan bentuk syukurnya kepada Sang pemberi. Dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla menerangkan pada
kita dalam salah satu firman -Nya:
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan -Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur". (QS an-Nahl: 78).
Sesungguhnya
setiap pribadi kita mempunyai tanggung jawab terhadap nikmat-nikmat diatas,
maka wajib bagi kita untuk menggunakan nikmat-nikmat tadi didalam ketaatan
kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla bukan
sebaliknya untuk bermaksiat pada
-Nya, digunakan untuk perkara yang dihalalkan bukan yang diharamkan,
disumbangkan dalam kebenaran bukan dalam kebatilan, diarahkan dalam kebaikan
bukan dalam kejelekan. Karena Allah Shubhanahu
wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ
وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسُۡٔولا ٣٦ ﴾ [ الإسراء: 36]
"Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya". (QS al-Israa': 36).
Apakah sudah kita gunakan akal kita untuk
memahami? Karena Allah ta'ala menyatakan dalam firman -Nya:
﴿ إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ قُرۡءَٰنًا عَرَبِيّا لَّعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ
٢ ﴾ [ يوسف: 2]
"Sesungguhnya
Kami menurunkannya berupa al-Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya". (QS Yusuf: 2).
Apakah akal yang kita miliki
sudah kita gunakan untuk berfikir? Dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan dalam firman -Nya:
﴿ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلۡأٓيَٰتِ لِقَوۡم يَتَفَكَّرُونَ ٢٤ ﴾ [
يونس: 24]
"Demikianlah
Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang
berfikir". (QS Yunus: 24).
Apakah pendengaran yang
bertengger disisi kepala kita sudah kita gunakan untuk semestinya? Yang mana
Allah Shubhanahu wa ta’alla telah
menegur kita didalam firman -Nya:
﴿ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٍۚ أَفَلَا يَسۡمَعُونَ ٢٦ ﴾ [
السجدة: 26]
"Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah). Maka Apakah
mereka tidak mendengarkan? (QS as-Sajdah: 26).
Apakah penglihatan yang kita
miliki sudah kita gunakan pada tempatnya? Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ وَفِيٓ أَنفُسِكُمۡۚ أَفَلَا تُبۡصِرُونَ ٢١ ﴾ [ الذريات: 21]
"Dan
(juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (QS adz-Dzariyaat: 21).
Apakah kita sudah
mempergunakannya untuk memperhatikan sekeliling kita? Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menyatakan
dalam firman -Nya:
﴿ قُلِ ٱنظُرُواْ مَاذَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَمَا تُغۡنِي
ٱلۡأٓيَٰتُ وَٱلنُّذُرُ عَن قَوۡم لَّا يُؤۡمِنُونَ ١٠١﴾ [ يونس: 101]
"Katakanlah:
"Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat
tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang
yang tidak beriman". (QS Yunus: 101).
Tidakkah
kita memahami betapa agung Dzat yang telah menciptakan, dan betapa besar
penciptaan -Nya tersebut. mulai dari penciptaan langit dan bumi, matahari dan
bulan, tata surya beserta rasi bintang
nya, air dan tanah, benda mati dan tumbuh-tumbuhan, malaikat dan jin, manusia
dan hewan, malam dan siang, angin dan gempa, api dan biji-bijan. Itu semua
adalah ciptaan Dzat yang satu yaitu Allah Shubhanahu
wa ta’alla. sebagaimana firman -Nya:
﴿ ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَيۡءۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ
شَيۡء وَكِيل ٦٢﴾ [ الزمر: 62]
"Allah
menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu". (QS
az-Zumar: 62).
Apakah engkau pernah
mengetahui ada seorang selain Allah Shubhanahu
wa ta’alla yang menciptakan makhluk-makhluk tersebut?
Sangat
jauh sekali, bahkan bagi Allah Shubhanahu
wa ta’alla semata hak mencipta dan mengatur. Sebagaimana di tegaskan
didalam firman -Nya:
﴿ أَلَا لَهُ ٱلۡخَلۡقُ وَٱلۡأَمۡرُۗ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
٥٤ ﴾ [ الأعراف: 54]
"Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta
alam". (QS
al-A'raaf: 54).
Apakah engkau pernah
mengetahui ada seseorang yang mampu membolak-balikkan malam dan siang selain
Allah azza wa jalla?
Duhai
sangat jauh sekali, karena hanya -Dia yang mampu melakukan hal itu, seperti
ditegaskan dalam firman -Nya:
﴿ يُقَلِّبُ ٱللَّهُ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبۡرَة
لِّأُوْلِي ٱلۡأَبۡصَٰرِ ٤٤﴾ [ النور: 44]
"Allah
mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan". (QS an-Nuur: 44).
Apakah engkau pernah
mengetahui ada seseorang yang mampu menundukkan matahari dan bulan selain Allah
ta'ala?
Duhai sangat jauh sekali,
karena bagi -Nya semata yang mampu melakukan nya. Sebagaimana dijelaskan dalam
firman -Nya:
﴿ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ دَآئِبَيۡنِۖ ٣٣ ﴾ [
ابراهيم: 33]
"Dan
Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus
beredar (dalam orbitnya)". (QS Ibrahim: 33).
Apakah
engkau mengetahui ada seseorang selain Allah Shubhanahu wa ta’alla yang menciptakan manusia? Duhai sangat jauh
sekali, karena hanya -Dia yang mampu melakukannya. Sebagaiman Allah Shubhanahu wa ta’alla jelaskan dalam
firman -Nya:
﴿ لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيم ٤ ﴾ [
التين: 4]
"Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya". (QS at-Tiin: 4).
Apakah engkau mengetahui ada
seseorang selain Allah Shubhanahu wa
ta’alla yang mampu mengurusi angin kemana bergerak?
Duhai sangat jauh sekali,
karena hanya Allah Shubhanahu wa ta’alla semata
yang mampu melakukannya. Seperti yang -Dia terangkan dalam firman -Nya:
﴿ ٱللَّهُ ٱلَّذِي يُرۡسِلُ ٱلرِّيَٰحَ فَتُثِيرُ
سَحَابا ٤٨ ﴾ [ الروم: 48]
"Allah,
Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan". (QS ar-Ruum: 48).
Apakah
engkau mengetahui ada seseorang selain Allah Shubhanahu wa ta’alla yang ikut serta menciptakan langit dan bumi?
Sangat jauh sekali, karena hanya Allah Shubhanahu
wa ta’alla yang mampu melakukannya. Sebagaimana dijelaskan dalam fireman
-Nya:
﴿ إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ فِي
سِتَّةِ أَيَّام ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِۖ يُدَبِّرُ ٱلۡأَمۡرَۖ مَا مِن شَفِيعٍ
إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ إِذۡنِهِۦۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُوهُۚ أَفَلَا
تَذَكَّرُونَ ٣ ﴾ [ يونس: 3]
"Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian
Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun
yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin -Nya. (Dzat) yang demikian
itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil
pelajaran?". (QS Yunus: 3).
Siapakah yang menjadikan bumi
ini terbentang? Siapakah yang menjadikan malam sebagai penutup siang? Siapakah
yang menjadikan siang sebagai sarana untuk mencari penghidupan? Siapakah yang
menciptakan hewan dan tumbuh-tumbuhan? Siapakah yang mengangkat langit tanpa
ada tiang penyangga? Siapakah yang menggerakkan angin? Siapakah yang memberi
rizki para hamba? Siapakah yang menciptakan segala sesuatu kemudian menjadikan
masing-masing mempunyai takdir?
Sesungguhnya
itu lah Allah Shubhanahu wa ta’alla semata
yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain -Dia, yang tidak ada Rabb
yang mengatur selain -Dia. Sebagaimana
dijelaskan dalam firman -Nya:
﴿ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمۡۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ خَٰلِقُ كُلِّ
شَيۡء فَٱعۡبُدُوهُۚ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡء وَكِيل ١٠٢ لَّا تُدۡرِكُهُ ٱلۡأَبۡصَٰرُ
وَهُوَ يُدۡرِكُ ٱلۡأَبۡصَٰرَۖ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلۡخَبِيرُ ١٠٣﴾ [ الأنعام:
102-103]
"(Yang
memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan
selain dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah dia; dan -Dia adalah
pemelihara segala sesuatu. -Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata,
sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan -Dialah yang Maha Halus
lagi Maha mengetahui". (QS al-An'aam: 102-103).
Itulah ayat-ayat yang agung,
yang diciptakan oleh Dzat yang tidak lemah oleh sesuatu apapun dimuka bumi ini
tidak pula dilangit.
Sesungguhnya
keberadaan ayat-ayat tadi menunjukan tentang keberadaan Penciptanya. Keagungan
ayat-ayat tadi membuktikan tentang ke Maha agungan Penciptanya. Dan kekuatan
ayat-ayat tadi menunjukan tentang kemampuan Penciptanya. Dan pergerakan dan
diamnya ayat-ayat tadi menunjukan tentang kehidupan Penciptanya serta
pengaruhnya. Maha suci Allah, penguasa alam semesta. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan dalam firman -Nya:
﴿ هَٰذَا خَلۡقُ ٱللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ ٱلَّذِينَ مِن دُونِهِۦۚ
بَلِ ٱلظَّٰلِمُونَ فِي ضَلَٰل مُّبِين ١١﴾ [ لقمان: 11]
"Inilah
ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan
oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah. sebenarnya orang- orang yang zalim itu
berada di dalam kesesatan yang nyata". (QS Luqman: 11).
Tidakkah
engkau menyadari betapa Agung yang diciptakan yang menciptakan dan yang di
kuasai. Betapa agung penciptaan Allah Shubhanahu
wa ta’alla yang menguasai itu semua. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan dalam firman -Nya:
﴿ قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِي ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ
ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُۖ بِيَدِكَ
ٱلۡخَيۡرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡء قَدِير ٢٦ تُولِجُ ٱلَّيۡلَ فِي ٱلنَّهَارِ
وَتُولِجُ ٱلنَّهَارَ فِي ٱلَّيۡلِۖ وَتُخۡرِجُ ٱلۡحَيَّ مِنَ ٱلۡمَيِّتِ وَتُخۡرِجُ
ٱلۡمَيِّتَ مِنَ ٱلۡحَيِّۖ وَتَرۡزُقُ مَن تَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَاب ٢٧ ﴾ [ آل
عمران: 26-27]
"Katakanlah: "Wahai
Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan
siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau
keluarkan yang mati dari yang hidup. dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau
kehendaki tanpa hisab (batas)". (QS
al-Imraan: 26-27).
Mungkinkah Melihat Allah ?
Pernah ada seseorang yang
bertanya padaku, "Sesungguhnya nikmat penglihatan ini merupakan bagian
dari sekian banyak nikmat yang Allah Shubhanahu wa ta’alla karunikan pada kita semua,
dengan penglihatan tadi saya mampu melihat langit dengan segala keajaibannya,
juga saya bisa menyaksikan matahari dengan cahayanya, bintang gemintang dengan
keindahannya, bumi ini dengan dataran dan gunung-gunungnya, tumbuh-tumbahan dan
hewan-hewannya, daratan dan lautannya.
Sungguh dari situ aku
merasakan betapa agung penciptanya, dan saya sangat yakin kalau itu semua pasti
ada penciptanya, akan tetapi, pertanyaan yang mengganjal, apakah mungkin saya
mampu melihat Allah Shubhanahu
wa ta’alla sebagaimana saya mampu melihat ciptaan -Nya tadi? Saya katakan padanya,
"Sesungguhnya Allah Shubhanahu
wa ta’alla menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya, mulai dari
makhluk-makhluk besar seperti langit dan bumi, matahari dan bulan, manusia dan
binatang, benda mati dan tumbuh-tumbuhan, dan lain sebagainya.
Allah ta'ala jadikan semua
makhluk-makhluk tadi sebagai tanda serta bukti yang nyata bagi orang yang masih
selamat akal pikirannya, yang menggambarkan tentang keberadaan, keagungan serta
ke esaan Allah azza wa jalla. seperti dikatakan, "Pada segala sesuatu ada
tanda yang menunjukan akan ke esaan -Nya". Dia menyatakan, "Tidak
diragukan lagi kebenaran ucapanmu, tapi, apakah cukup sampai disini, atau ada
tambahan lagi? Ia, jawabku.
Sesungguhnya indera mata
yang kecil lagi sempit ini mempunyai batasan penglihatan yang mampu
dijangkaunya, karena tidak mungkin semua yang ada wujudnya mampu dilihatnya.
Maka, penglihatan yang masuk dalam kapasitas jangkauan mata kita sangatlah
terbatas, demikian pula yang dilihat juga terbatas. Seperti misalnya; Angin ada
bentuknya, tapi, apakah engkau mampu melihatnya? Tidak bisa. Akal yang ada
dikepala itu juga ada bentuknya, tapi, apakah engkau mampu melihatnya? Tidak
bisa. Ruh yang ada ditubuh seorang manusia juga bentuknya ada, tapi, apakah
engkau mampu melihatnya? Jawabannya juga tidak bisa.
Dari itu kita menyakini
bahwa benda-benda ini, ada wujudnya akan tetapi tidak bisa terlihat, yang
terlihat hanyalah akibat serta efeknya saja. Apakah dirimu bisa melihat orang
yang terhalangi tembok? Tentu sulit. Apakah engkau mampu melihat bumi secara
detail atau dirimu melihat semua bintang yang ada dilangit? Sudah dapat
dipastikan dirimu tidak akan sanggup untuk melihatnya kecuali sedikit saja
diantaranya.
Apakah engkau mampu
menyaksikan sesuatu yang jauh, atau sesuatu yang dekat tapi lembut? Itu juga
tidak mungkin. Apakah dirimu tahan melihat panas matahari dengan mata telanjang
disiang hari bolong? Mustahil kamu dapat melakukan tanpa bantuan alat. Apakah
mungkin kamu mendaki gunung hanya dengan menggunakan tanganmu, atau memasukkan
khayalan dari makanan yang paling enak sekalipun kedalam perutmu, atau melihat
udara dengan mata telanjang? Sangat mustahil. Karena dirimu lemah, kemampuan
yang engkau miliki juga lemah, yang tidak mungkin engkau sanggup untuk
menggapai seluruhnya. Dan Allah Shubhanahu
wa ta’alla menyatakan hal itu didalam firman -Nya:
﴿ يُرِيدُ ٱللَّهُ أَن يُخَفِّفَ عَنكُمۡۚ وَخُلِقَ ٱلۡإِنسَٰنُ ضَعِيفا
٢٨﴾ [ النساء: 28]
"Allah
hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat
lemah". (QS an-Nisaa': 28).
Karena
sesungguhnya sifat perfect (sempurna) itu semua hanya milik Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, dan sifat
mulia itu semua juga milik -Nya semata, dan sifat agung itu juga semua milik
Allah Shubhanahu wa ta’alla semata.
Sebagaimana di jelaskan didalam fiman -Nya:
﴿ ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ لَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ
٨ ﴾ [ طه: 8]
"Dialah
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai
asmaaul husna (nama-nama yang baik)". (QS Thahaa: 8).
Sesungguhnya kursinya Allah Shubhanahu wa ta’alla seluas langit dan
bumi, dan –Dia bersemayam diatas Arsy -Nya, yang bentuk ciptaan -Nya tidak sebanding sama sekali dengan
kursi tempat menaruh kedua kaki -Nya, dan langit yang tujuh lapis bila
dibanding dengan Arsy kecuali seperti cincin yang dilempar ke tengah padang
pasir. Bila demikian, bagaimana mungkin engkau bisa melihat dan menjangkau
Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan
bola mata yang lemah lagi terbatas jangkauannya.
Sesungguhnya
Allah Shubhanahu wa ta’alla adalah
pemberi cahaya langit dan bumi, seperti dijelaskan dalam firman -Nya yang
menyatakan:
﴿ ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ ٣٥ ﴾ [ النور: 35]
"Allah
(Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi". (QS an-Nuur: 35).
Dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya apakah melihat Allah
(ketika mi'raj) kelangit tujuh? Beliau menjawab, "Cahaya, bagaimana
mungkin aku bisa melihat -Nya". HR Muslim no: 178.
Dalam redaksi lain Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « حِجَابُهُ النُّورُ لَوْ كَشَفَهُ
لأَحْرَقَ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ »
[أخرجه مسلم]
"Hijab penutupnya adalah
cahaya yang kalau seandainya tabir tersebut dibuka niscaya akan hancur setiap
makhluk yang memandang -Nya". HR Muslim no: 179.
Sehingga sangat jauh sekali
kemungkinan kedua matamu yang lemah itu, yang digunakan untuk melihat cahaya
matahari saja tidak sanggup, apalagi melihat Allah Shubhanahu wa ta’alla secara langsung. Tidakkah engkau menyadari
betapa menakjubkan kondisi orang, yang sejatinya sangat lalim dan bodoh.
Dan
dengarlah kisah, tatkala Musa 'alaihi sallam memohon pada Rabbnya untuk diberi
kesempatan melihat -Nya, maka Allah Shubhanahu
wa ta’alla mengabarkan padanya kalau dirinya tidak mungkin akan sanggup
untuk melihatnya, kemudian –Dia menyuruh Musa untuk mengalihkan penglihatannya
ke arah gunung manakala –Dia menampakkan pada gunung tersebut, dalam
rangka pembuktian, menguatkan penolakan yang Allah Shubhanahu wa ta’alla lakukan padanya. Dan hal itu direkam secara
jelas oleh Allah ta'ala melalui firman -Nya:
﴿ وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ
أَرِنِيٓ أَنظُرۡ إِلَيۡكَۚ قَالَ لَن تَرَىٰنِي وَلَٰكِنِ ٱنظُرۡ إِلَى ٱلۡجَبَلِ
فَإِنِ ٱسۡتَقَرَّ مَكَانَهُۥ فَسَوۡفَ تَرَىٰنِيۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُۥ لِلۡجَبَلِ
جَعَلَهُۥ دَكّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقاۚ فَلَمَّآ أَفَاقَ قَالَ سُبۡحَٰنَكَ تُبۡتُ
إِلَيۡكَ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ١٤٣ ﴾ [ الأعراف: 143]
"Dan
tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami
tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa:
"Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat
kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup
melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai
sediakala) niscaya kamu dapat melihat -Ku". tatkala Tuhannya menampakkan
diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh
pingsan. maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata: "Maha suci Engkau,
aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". (QS al-A'raaf: 143).
Lihat
pada gunung ini, dengan ukuran yang demikian besar bersama materi partikel yang
begitu keras, tidak sanggup menahan tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla menampakkan padanya. Lantas bagaimana mungkin
seorang manusia akan melihat -Nya secara langsung dimuka bumi ini dengan
penglihatan mata yang serba lemah yang tidak sanggup menahan hanya untuk
melihat matahari! Atau untuk melihat udara, akal, serta ruh, bagaimana mungkin
hal itu sanggup, maka Maha suci Allah Shubhanahu
wa ta’alla yang menyatakan dalam firman -Nya:
﴿ لَّا تُدۡرِكُهُ ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَهُوَ يُدۡرِكُ ٱلۡأَبۡصَٰرَۖ وَهُوَ
ٱللَّطِيفُ ٱلۡخَبِيرُ ١٠٣﴾ [ الأنعام: 103]
"Dia
tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang -Dia dapat melihat segala
yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui". (QS al-An'aam: 103).
Maka adalah Allah Maha
mengetahui segala sesuatu, sedangkan -Dia tidak mungkin sanggup dikuasai oleh
yang lain.
Allah
Shubhanahu wa ta’alla Maha mampu
melakukan segala sesuatu, -Dia Maha menguasi setiap makhluk, sedangkan tidak
ada seorang makhlukpun yang sanggup menguasai -Nya. Allah Shubhanahu wa ta’alla Maha meliputi setiap makhluk, sedangkan tidak
ada seorang makhlukpun yang sanggup meliputi -Nya. Maha benar Allah Shubhanahu wa ta’alla yang menyatakan
dalam firman -Nya:
﴿ وَمَا قَدَرُواْ ٱللَّهَ حَقَّ قَدۡرِهِۦ وَٱلۡأَرۡضُ جَمِيعا قَبۡضَتُهُۥ
يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَٱلسَّمَٰوَٰتُ مَطۡوِيَّٰتُۢ بِيَمِينِهِۦۚ سُبۡحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ
عَمَّا يُشۡرِكُونَ ٦٧ ﴾ [ الزمر: 67]
"Dan
mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi
seluruhnya dalam genggaman -Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan
tangan kanan -Nya. Maha suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka
persekutukan". (QS az-Zumar: 67).
Dan
diantara bentuk kasih sayang dan hikmah yang Allah Shubhanahu wa ta’alla berikan pada para hamba -Nya adalah
menjadikan makhluk -Nya tidak bisa melihat -Nya didunia, dikarenakan mereka
kalau seandainya mampu melihat dengan keagungan dan kebesaran -Nya niscaya mereka akan taat kepada -Nya dan tidak berani melakukan
perbuatan maksiat kepada -Nya selama-lamanya. Maka hilang lah hikmah
diadakannya beban taklif perintah dan larangan, akan percuma adanya ganjaran
dan hukuman, oleh karena itu -Dia melarang kita untuk bisa melihat -Nya
didunia, dikarenakan Allah Shubhanahu wa
ta’alla menginginkan supaya kita mendatangi -Nya, beriman kepada -Nya,
serta mentaati -Nya dalam keadaan kita bebas menentukan tanpa adanya paksaan.
Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan
didalam firman -Nya:
﴿ وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ
فَلۡيَكۡفُرۡۚ ٢٩ ﴾ [الكهف: 29]
"Dan
katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir)
biarlah ia kafir". (QS al-Kahfi: 29).
Seorang
raja dunia saja tidak ada yang berani melawannya ketika sedang berada
dihadapannya atau berada didaerah kekuasaannya karena rasa segan dan hormat
padanya, lantas bagaimana kalau seandainya kita melihat Raja diraja, yaitu
Allah azza wa jalla. Akan tetapi kita bisa melihat -Nya didunia ini dengan
perantara hati bukan dengan mata telanjang, kita melihat ciptaan -Nya dari sekian juta makhluk yang
berada disekeliling kita beserta keagungan ciptaan -Nya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan dalam
firman -Nya:
﴿ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمۡۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ خَٰلِقُ كُلِّ
شَيۡء فَٱعۡبُدُوهُۚ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡء وَكِيل ١٠٢ لَّا تُدۡرِكُهُ ٱلۡأَبۡصَٰرُ
وَهُوَ يُدۡرِكُ ٱلۡأَبۡصَٰرَۖ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلۡخَبِيرُ ١٠٣﴾[ الأنعام:
102-103]
"(Yang
memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu, tidak ada Tuhan
selain -Dia, Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah -Dia, dan -Dia adalah
pemelihara segala sesuatu. -Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata,
sedang -Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan -Dialah yang Maha Halus
lagi Maha mengetahui". (QS al-An'aam: 102-103).
Namun,
bukan berarti Allah Shubhanahu wa ta’alla
tidak bisa dilihat selama-lamanya, karena orang-orang yang beriman kelak
akan melihat -Nya secara langsung diakhirat sebagai bentuk penghargaan pada
mereka. Seperti yang ditegaskan oleh Allah Shubhanahu
wa ta’alla didalam firman -Nya:
﴿ وُجُوه يَوۡمَئِذ نَّاضِرَةٌ ٢٢ إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَة ٢٣ ﴾ [
القيامة: 22-23]
"Wajah-wajah
(orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka
melihat". (QS al-Qiyaamah: 22-23).
Oleh
karena itu, wajib bagi kita untuk mengenali sifat-sifat pencipta kita melalui perantara
tanda-tanda kekuasaan -Nya dan makhluk-makhluk -Nya yang tersebar memenuhi
ruang langit dan bumi, dan adanya pengaturan pada makhluk menunjukan adanya
yang mengatur, adanya ilmu menunjukan adanya yang maha mengetahui, adanya
kemampuan menunjukan adanya yang maha mampu, adanya nikmat menunjukan adanya
yang memberi nikmat, adanya perawatan menunjukan adanya yang merawat, demikian
seterusnya. Dan Allah Shubhanahu wa
ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَ سَبۡعَ سَمَٰوَٰت وَمِنَ ٱلۡأَرۡضِ مِثۡلَهُنَّۖ
يَتَنَزَّلُ ٱلۡأَمۡرُ بَيۡنَهُنَّ لِتَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡء
قَدِير وَأَنَّ ٱللَّهَ قَدۡ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عِلۡمَۢا ١٢ ﴾[ الطلاق: 12]
"Allah
-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah
berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu
-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu". (QS ath-Thalaq: 12).
Maka ilmu yang paling besar, serta
pondasi ilmu yang terbaik adalah mengetahui
Allah Shubhanahu wa ta’alla dan
nama-nama serta sifat-sifat -Nya dan perbuatan -Nya, kekuasaan, agama, janji
serta ancaman -Nya. Allah Shubhanahu wa
ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ
وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوَىٰكُمۡ
١٩ ﴾ [ محمد: 19]
"Maka
ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah
dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki
dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu
tinggal". (QS Muhammad: 19).
Orang tersebut lalu
menyatakan, "Semoga Allah Shubhanahu
wa ta’alla memberimu taufik, sungguh sekarang aku menjadi paham dengan
obrolan ringkas yang banyak mengandung faidah ini.
Duhai
betapa meruginya para hamba, sangat disesalkan masih adanya kebodohan, celaka
bila enggan berfikir dan merenung, sesungguhnya kitab suci yang Allah Shubhanahu wa ta’alla turunkan pada kita
mengandung segala penjelasan. Apakah kita sudah membaca al-Qur'an? Karena
sesungguhnya dirimu tidak mungkin mendapati kebenaran sejati yang jelas dan
gamblang melainkan melalui ayat-ayat -Nya serta mukjizat yang tersimpan
didalamnya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan
didalam firman -Nya:
﴿ تِلۡكَ ءَايَٰتُ ٱللَّهِ نَتۡلُوهَا عَلَيۡكَ بِٱلۡحَقِّۖ فَبِأَيِّ حَدِيثِۢ
بَعۡدَ ٱللَّهِ وَءَايَٰتِهِۦ يُؤۡمِنُونَ ٦ ﴾ [ الجاثية: 6]
"Itulah
ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; maka dengan
perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan
keterangan-keterangan -Nya". (QS al-Jaatsiyah: 6).
Ya Allah berilah taufik kepada
kami untuk mudah mengamalkan isi kitab -Mu dan mengikuti sunah nabi -Mu, dan
jadikan kami sebagai orang-orang yang apabila mendengar ucapan yang baik mampu
memilah dan mengikuti yang benar.
Post a Comment