HUKUM SYIRIK BESAR
HUKUM SYIRIK BESAR
Seperti diketahui bahwa syirik ini merupakan
perkara terbesar yang telah dilarang oleh Allah azza wa jalla. seperti yang
Allah Shubhanahu wa ta’alla sebutkan dalam firman -Nya:
﴿ وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ
وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡٔاۖ ٣٦ ﴾ [ النساء: 36 ]
"Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan -Nya dengan sesuatupun". (QS an-Nisaa': 36).
Didalam ayat diatas, Allah Shubhanahu
wa ta’alla menggandeng larangan -Nya dengan perintah terbesar yang
diperintahkan yaitu beribadah hanya kepada -Nya. Yang dengan sebab itu Allah Shubhanahu wa ta’alla menciptakan
seluruh makhluk, sebagaimana Allah Shubhanahu
wa ta’alla nyatakan hal tersebut dalam firman -Nya:
﴿ وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ
وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦ ﴾ [ الذريات: 56 ]
"Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku". (QS adz-Dzariyaat: 56).
Dan
kesyirikan merupakan keharaman pertama sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah
ta'ala:
﴿ قُلۡ تَعَالَوۡاْ أَتۡلُ
مَا حَرَّمَ رَبُّكُمۡ عَلَيۡكُمۡۖ أَلَّا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡٔاۖ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ
إِحۡسَٰناۖ وَلَا تَقۡتُلُوٓاْ أَوۡلَٰدَكُم مِّنۡ إِمۡلَٰق نَّحۡنُ نَرۡزُقُكُمۡ وَإِيَّاهُمۡۖ
وَلَا تَقۡرَبُواْ ٱلۡفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنۡهَا وَمَا بَطَنَۖ وَلَا تَقۡتُلُواْ
ٱلنَّفۡسَ ٱلَّتِي حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلۡحَقِّۚ ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ
لَعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ ١٥١ ﴾ [ الأنعام: 151 ]
"Katakanlah: "Marilah
kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu
mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu
bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami
akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". demikian itu
yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami (nya)". (QS al-An'aam: 151).
Syirik akbar ini akan mengeluarkan pelakunya dari
agama, dan halal darah serta hartanya. Sedangkan hukum diakhirat kekal abadi
didalam neraka. Allah Shubhanahu wa
ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ فَٱقۡتُلُواْ ٱلۡمُشۡرِكِينَ حَيۡثُ وَجَدتُّمُوهُمۡ وَخُذُوهُمۡ وَٱحۡصُرُوهُمۡ
وَٱقۡعُدُواْ لَهُمۡ كُلَّ مَرۡصَدۚ ٥﴾ [ التوبة: 5 ]
"Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu
jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat
pengintaian". (QS at-Taubah: 5).
Dan Allah
ta'ala berfirman:
﴿ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ
أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ
فَقَدِ ٱفۡتَرَىٰٓ إِثۡمًا عَظِيمًا ٤٨ ﴾ [ النساء: 48 ]
"Sesungguhnya Allah tidak
akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki -Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar". (QS an-Nisaa': 48).
Dan Allah ta'ala juga berfirman:
﴿ إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ
فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ
مِنۡ أَنصَار ٧٢ ﴾ [ المائدة: 72 ]
"Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolongpun". (QS al-Maa-idah: 72).
Sebagaimana kesyirikan ini juga akan menghapus seluruh
amal kebaikan. Allah Shubhanahu wa
ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ وَلَوۡ أَشۡرَكُواْ لَحَبِطَ
عَنۡهُم مَّا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٨٨ ﴾ [ الأنعام: 88 ]
"Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka
kerjakan". (QS al-An'aam: 88).
Dan Allah ta'ala juga berfirman:
﴿ وَلَقَدۡ أُوحِيَ إِلَيۡكَ
وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكَ لَئِنۡ أَشۡرَكۡتَ لَيَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ
مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٦٥ ﴾ [
الزمر: 65 ]
"Dan sesungguhnya telah
diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu
mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi". (QS az-Zumar: 65).
Dan orang yang terjerumus dalam amal kesyirikan sembelihannya tidak
halal untuk di makan. Berdasarkan firman Allah tabaraka wa ta'ala:
﴿ وَلَا تَأۡكُلُواْ مِمَّا
لَمۡ يُذۡكَرِ ٱسۡمُ ٱللَّهِ عَلَيۡهِ ١٢١ ﴾ [ الأنعام: 121 ]
"Dan janganlah kamu memakan
binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya". (QS al-An'aam: 121).[1]
Dan pelaku kesyirikan ini hartanya
tidak boleh diwarisi oleh ahli warisnya begitu juga dirinya tidak
mewarisi harta muslim. Dan harta peninggalannya diserahkan ke baitul mal.
Bila meninggal jenazahnya tidak boleh disholati, dan
tidak di kubur di pemakaman kaum muslimin, hal tersebut sebagai bentuk balasan
baginya, karena orang musyrik telah melakukan kejahatan yang paling besar,
serta kedzaliman yang paling jelek. Allah Shubhanahu
wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ
فَقَدِ ٱفۡتَرَىٰٓ إِثۡمًا عَظِيمًا ٤٨ ﴾ [ النساء: 48 ]
"Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar". (QS an-Nisaa': 48).
Disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Ibnu
Mas'ud radhiyallahu 'anhu dari Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ مَاتَ وَهْوَ يَدْعُو مِنْ دُونِ
اللَّهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ » [أخرجه البخاري]
"Barangsiapa mati
sedang dirinya dalam keadaan berdo'a kepada selain Allah niscaya dirinya akan
masuk ke dalam neraka".
Dalam redaksi lain, beliau bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ مَاتَ يَجْعَلُ لِلَّهِ نِدًّا
أُدْخِلَ النَّارَ » [أخرجه البخاري ]
"Barangsiapa
meninggal dan mengambil sekutu bagi Allah niscaya dirinya akan dimasukan ke
dalam neraka".[2]
Sebagaimana juga disebutkan dalam haditsnya Jabir radhiyallahu 'anhu
bahwa Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ لَقِىَ اللَّهَ لاَ يُشْرِكُ بِهِ
شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النَّارِ » [أخرجه مسلم]
"Barangsiapa berjumpa dengan Allah dalam
keadaan tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun maka dirinya akan
dimasukan ke dalam surga. Dan barangsiapa bertemu Allah dalam keadaan
menyekutukan Allah maka dirinya akan dimasukan ke dalam neraka".[3]
Sebagaimana datang penjelasannya dalam hadits Ibnu
Mas'ud berkata, "Aku pernah mendengar Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
دَخَلَ النَّارَ » [أخرجه البخاري]
"Barangsiapa meninggal
dalam keadaan menyekutukan Allah maka dia masuk kedalam neraka".[4]
Dalam hadistnya Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, "Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah
menziarahi kubur ibunya, lantas beliau menangis sehingga sahabat yang ada
sekelilingnya pun ikut menangis. Beliau bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اسْتَأْذَنْتُ رَبِّى فِى أَنْ
أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِى » [أخرجه مسلم]
"Aku meminta izin kepada Rabb ku supaya di
bolehkan untuk memintakan ampun pada ibuku namun aku tidak di izinkan".[5]
Dalam haditsnya Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, beliau
mengkisahkan, "Suatu ketika ada Arab badui yang datang kepada Nabi Muhammad
Shalallahu 'alihi wa sallam lalu
bertanya, "Wahai Rasul, sesungguhnya bapak ku adalah orang yang suka
menyambung tali silaturahim, dan beliau….terus dimana dia sekarang? Beliau
menjawab, "Didalam neraka". Seakan-akan orang ini belum puas, maka
dia bertanya kembali, "Lalu dimana ayahmu? Maka Rasulallah menjawab:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « حيثما مررت بقبر مشرك فبشره بالنار» [ أخرجه ابن ماجه ]
"Dimanapun engkau lewat pekuburan orang
musyrik maka kabarkan pada mereka dengan neraka".
Ibnu Umar menceritakan,
"Lalu arab badui tadi masuk Islam setelahnya. Dan sungguh Rasulallah telah
menyuruhku, tidaklah aku melewati pekuburan orang kafir melainkan supaya
mengabarkan pada mereka dengan neraka".[6]
Didalam haditsnya Salamah bin Yazid al-Ju'fi[7] radhiyallahu 'anhu, berkata: "Aku bersama saudaraku pernah
mendatangi Rasulallah Shalallahu 'alaihi
wa sallam, kemudian kami katakan, "Wahai Rasul, sesungguhnya ibu kami
adalah seorang ratu yang punya kebiasaan baik menyambung tali silaturahim,
memuliakan tamu, melakukan kebaikan ini dan itu, akan tetapi, dirinya telah
meninggal pada waktu Jahiliyah, apakah kebaikannya tadi bisa bermanfaat
untuknya? Beliau menjawab, "Tidak ada faidahnya".[8]
Didalam haditsnya Aisyah radhiyallahu juga disebutkan,
Rasulallah Shalalahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « الدَّوَاوِينُ عِنْدَ اللَّهِ عَزَّ
وَجَلَّ ثَلَاثَةٌ دِيوَانٌ لَا يَعْبَأُ اللَّهُ بِهِ شَيْئًا وَدِيوَانٌ لَا
يَتْرُكُ اللَّهُ مِنْهُ شَيْئًا وَدِيوَانٌ لَا يَغْفِرُهُ اللَّهُ فَأَمَّا
الدِّيوَانُ الَّذِي لَا يَغْفِرُهُ اللَّهُ فَالشِّرْكُ بِاللَّهِ قَالَ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ { إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ
الْجَنَّةَ } » [أخرجه أحمد]
"Mahkamah
yang ada di sisi Allah ta'ala itu ada tiga,
mahkamah yang Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak menyediakan apa-apa
baginya, mahkamah yang -Dia tidak meninggalkan sedikitpun (pasti dihisab), dan
mahkamah yang Allah Shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak mungkin mengampuni
(pelakunya). Adapun dua mahkamah yang -Dia tidak akan mengampuni pelakunya
adalah menyekutukan -Nya, sebab Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam
firman -Nya:
﴿
إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ
وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ ٧٢ ﴾ [المائدة: 72 ]
"Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka". (QS al-Maa-idah: 72).[9]
Dan yang senada dalam haditsnya Aisyah dari Nabi
Muhammad Shalallahu 'alihi wa sallam,
Aisyah menceritakan, "Aku pernah bertanya, 'Wahai Rasul, sesungguhnya Ibnu
Jad'an[10] waktu Jahiliyah adalah orang yang suka menyambung tali kekerabatan,
memberi makan orang fakir, apakah itu semua bermanfaat baginya? Beliau
bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا يَا عَائِشَةُ إِنَّهُ لَمْ يَقُلْ
يَوْمًا رَبِّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ » [أخرجه أحمد]
"Tidak wahai
Aisyah, sesungguhnya dia belum pernah mengucapkan sepanjang hayatnya, 'Ya Allah
ampuni kesalahanku kelak pada hari kiamat".[11]
Dan hadits-hadits dalam konteks semacam ini sangatlah banyak, dan kami
rasa cukup apa yang kami bawakan tadi diatas.
Adapun ijma ulama, maka bukan hanya seorang ulama saja
yang telah menyatakan tentang ijma' kaum muslimin bahwa seorang musyrik kelak
akan kekal didalam neraka.[12] Sedangkan ucapan para ulama salaf dalam masalah ini,
maka cukup banyak sekali, diantaranya ialah:
1)
Ucapannya Imam Ahmad bin Hanbal[13], "Seseorang akan keluar dari iman menuju Islam, dan tidak ada
sesuatu yang bisa mengeluarkan dari keislamannya kecuali syirik kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla yang Maha agung,
atau menolak kewajiban yang telah -Dia bebankan padanya karena ingkar
dengannya".[14]
2)
Dimana Imam Bukhari membawakan dalam kitabnya hadits-hadits diatas dalam
sebuah bab yang berjudul, "Bab yang menjelaskan kalau maksiat merupakan
perkara Jahiliyah, dan tidak akan dihukum kafir pelakunya kecuali dosa
syirik".[15]
3)
Dan al-Alamah Ibnu Jarir menjelaskan tatkala menafsirkan firman Allah
tabaraka wa ta'ala:
﴿ وَلَقَدۡ أُوحِيَ إِلَيۡكَ
وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكَ لَئِنۡ أَشۡرَكۡتَ لَيَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ
ٱلۡخَٰسِرِينَ ٦٥ ﴾ [
الزمر: 65 ]
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan
kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan),
niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi". (QS az-Zumar: 65).
Beliau
mengatakan, "Makna firman -Nya, dan telah kami wahyukan kepadamu jika
seandainya engkau berbuat kesyirikan benar-benar amalanmu akan terhapus
karenanya dan engkau akan menjadi orang yang merugi. Dan kepada orang-orang
sebelum kamu, maksudnya telah kami wahyukan pula hal tersebut kepada
orang-orang sebelum kamu dari kalangan para Rasul, semisal yang diwahyukan
kepadamu, maka berhati-hatilah dari perbuatan syirik kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan suatu
apapun karena bila engkau mengerjakan dirimu akan binasa. Dan makna firman
-Nya, dan janganlah engkau menjadi orang-orang yang binasa dengan kesyirikan
kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla
yaitu apabila kamu sampai menyekutukan -Nya dengan sesuatu".[16]
4)
Imam Qurthubi[17] berkata mengomentari hadits, "Barangsiapa
berjumpa dengan Allah Shubhanahu wa
ta’alla dalam keadaan tidak menyekutukan -Nya dengan suatu apapun maka
dirinya akan dimasukan ke dalam surga. Dan barangsiapa bertemu Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam keadaan menyekutukan -Nya maka dirinya akan dimasukan ke dalam
neraka".[18] Sesungguhnya orang yang meninggal diatas kesyirikan
tidak mungkin masuk ke dalam surga, tidak akan memperoleh rahmat Allah Shubhanahu wa ta’alla, dan dirinya akan
kekal abadi didalam neraka. Tanpa berhenti siksaan yang diperolehnya walau
barang sejenak, dan tidak akan terputus selama-lamanya".[19]
5)
Imam Nawawi[20] menerangkan, "Adapun masuknya seorang musyrik
kedalam neraka maka keadaannya sesuai dengan keumuman nash. Dirinya akan masuk
ke dalam nereka dan kekal didalamnya. Dan tidak ada bedanya dalam hal itu,
apakah dia seorang ahli kitab, yahudi dan nashrani, atau dia seorang penyembah
patung dan seluruh orang kafir. Begitu juga tidak ada bedanya antara orang yang
menyelisihi agama Islam atau yang menisbatkan padanya kemudian dia di hukumi
dengan kafir karena keingkarannya dengan perkara yang menjadikan dia dihukumi
kafir dengan sebab itu dan lain sebagainya".[21]
6)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, "Termasuk penentangan,
permusuhan, kehinaan serta kebodohan yang paling besar ialah seseorang berdo'a
kepada selain Allah Shubhanahu wa ta’alla,
karena hal tersebut termasuk kesyirikan. Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak akan mengampuni dosa syirik. Karena
kesyirikan adalah kedzaliman yang sangat nyata…".[22]
7)
Imam Ibnu Katsir juga mengatakan, "Allah ta'ala mengabarkan
bahwasannya Dia tidak akan mengampuni dosa syirik. Artinya Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak akan
mengampuni orang yang meninggal dalam keadaan musyrik, dan Allah Shubhanahu wa ta’alla akan mengampuni
dosa selain dari pada syirik. Artinya dari dosa-dosa selain syirik yang Allah Shubhanahu wa ta’alla kehendaki dari
kalangan para hamba -Nya".[23]
8)
Imam Ibnu Qoyim menjelaskan, "Dan tatkala kesyirikan merupakan tiga
pengadilan yang paling besar disisi Allah azza wa jalla, maka Allah Shubhanahu wa ta’alla mengharamkan surga
bagi pelakunya, dan tidak mungkin pelaku syirik masuk kedalam surga, sebab
surga hanya akan dimasuki orang yang bertauhid".[24]
9)
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab mengatakan, "Bahwa bagi
siapa yang bertemu Allah Shubhanahu wa
ta’alla dalam keadaan tidak menyekutukan -Nya dengan sesuatu apapun maka
dirinya akan masuk ke dalam surga, dan bagi siapa yang berjumpa dengan -Nya
dalam keadaan menyekutukan dengan
-Nya maka dia akan masuk ke dalam neraka. Walaupun dirinya termasuk
orang yang paling banyak beribadah".[25]
10) Dan berkata Ahmad bin Hajar Alu
Buthami asy-Syafi'i rahimahullah, "Syirik terbagi menjadi dua, besar dan
kecil. Maka barangsiapa yang berlepas diri dari keduanya niscaya dirinya
dijamin masuk surga, adapun yang terjatuh dalam syirik besar maka pasti masuk
ke dalam neraka".[26]
[1] . Dan makna ayat ini umum, setiap binatang yang
disembelih tanpa menyebut nama Allah, dan para ulama berbeda pendapat apakah
mencakup juga sembelihannya seorang muslim. Setelah sebelumnya mereka sepakat
akan tidak halalnya sembelihan penyembah patung, orang majusi dan yang
semisalnya.
[5] . HR Ibnu Majah no: 1572. Dinilai shahih oleh
al-Albani dalam Shahih Sunan Ibni Majah, Kitab Janaiz, bab ma ja'a fii
ziyarotil qubur.
[7] . Beliau adalah Salamah bin Yazid al-Ju'fi, seorang
sahabat yang tinggal di Kufah. Yang meriwayatkan darinya Alqomah bin Yunus dan
Alqomah bin Wa'il. Lihat biografinya dalam al-Khulashah oleh al-Khajrazi hal:
149. al-Ishabah 2/69 no: 2405, oleh al-Hafidh Ibnu Hajar. Dan beliau tidak
menyebutkan tahun kematiannya.
[10] . Beliau adalah Abdullah bin Jad'an, salah seorang
yang paling dermawan dikalangan Arab, yang dimuliakan dan banyak dipuji oleh
mereka. Dirinya punya tempat khusus untuk menjamu setiap orang yang singgah di
Makah. Dia adalah seorang pemimpin suku Bani Tamim pada masanya. Lihat
biografinya oleh Mus'ab az-Zabiri dalam Nasab Quraisy hal: 291. al-Ya'qubi
dalam Tarikhnya 1/215. al-Baghdadi dalam Khazanatul Adab wa Lubi Libabi Lisanil
Arab 3/537. dan Ibnu Qudamah dalam Tabyiin fii Asma'il Quraisyiyin hal: 302.
[12] . Lihat penukilan ijma ini oleh Ibnu Hazm dalam
Maratibul Ijma' hal: 173. Imam Nawawi dalam Syarh Muslim 1/277, 430. 2/20.
[13] . Beliau adalah Imam sejati, Abu Abdillah, Ahmad bin
Muhammad bin Hanbal asy-Syaibani. Lahir pada tahun 164 H. dirinya merupakan
tanda kebesaran Allah dalam hal ilmu dan hafalan serta ibadah. Penolong sunah,
pemberantas bid'ah dan tetap sabar dalam menghadapi ujian. Beliau banyak
mempunyai karya tulis. Meninggal pada tahun 241 H. Ada sekitar seratus ribu
orang yang turut menyolati jenazah beliau. Lihat biografinya dalam Siyar 'alamu
Nubala oleh Dzahabi 11/177.
[17] . Beliau adalah Abul Abbas al-Qurthubi. Ahmad bin Umar
bin Ibrahim al-Anshari, al-Maliki, ahli Hadits. Beliau termasuk pembesar para
Imam. Lahir pada tahun 578 H. Beliau banyak sekali mempunyai karya tulis,
diantaranya, Kitabul Mufhim fii Syarhi Mukhtashar Muslim. Meninggal pada tahun
656 H. Lihat biorgrafinya dalam Syadratu Dzahab 3/273-274 oleh Ibnul Ma'ad
al-Hanbali, dan dalam Bidayah wa Nihayah oleh Ibnu Katsir 13/191.
[20] , Beliau adalah Imam, al-Faqih, al-Hafidh, Muhyiyudin,
Abu Zakaria, Yahya bin Syafar an-Nawawi. Lahir pada tahun 731 H. Beliau
memiliki banyak tulisan yang sangat bermanfaat. Diantaranya, al-Minhaj fii
Syarhi Muslim, al-Adzkar, Riyadhus Shalihin, Syarh Muhadzab dan yang lainnya.
Meninggal pada tahun 676 H. Lihat biografinya oleh Imam Suyuthi dalam Thabaqatu
Hufaadh hal: 513.
[26] . Tathiruul Janan wal Arkan 'an Darki Syirki wal
Kufran hal: 38, 39, oleh Ahmad bin Hajar Alu Buthi.
Post a Comment