PEMBAGIAN SYIRIK YANG TERPILIH
PEMBAGIAN SYIRIK YANG TERPILIH:
Barangkali pembagian yang mencakup seluruh
pembagian-pembagian diatas, ialah pendapat yang membagi kesyirikan menjadi dua,
syirik besar dan kecil.
Syirik besar; Yakni menjadikan sekutu atau tandingan bersama Allah
ta'ala dalam Dzat, nama dan sifat-sifat -Nya. Atau menyamakan makhluk dengan
Allah azza wa jalla pada sebagian hak yang di miliki oleh Allah Shhubhanahu wa ta’alla semata[1].
Bisa juga didefinisikan secara ringkas, yang dimaksud
dengan syirik besar ialah seseorang menjadikan sekutu bagi Allah Shhubhanahu wa ta’alla dalam hak rububiyah -Nya, atau uluhiyah -Nya atau nama dan sifat-sifat -Nya[2].
Dan hal itu bila dikaitkan dengan tauhid maka terbagi lagi menjadi dua:
a. Syirik yang berkaitan dengan Dzat
yang disembah, nama, dan sifat-sifat -Nya serta perbuatan -Nya. Sama dengan
ungkapan syirik dalam rububiyah, asma dan sifat-sifat -Nya. Adapun definisi
syirik dalam rububiyah, seperti dikatakan oleh:
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah, beliau menjelaskan, "Adapun jenis kedua, yaitu syirik
dalam rububiyah. Sesungguhnya Allah ta'ala adalah penguasa yang mengatur,
pemberi dan yang menahan, pemberi mara bahaya dan manfaat, yang merendahkan dan
yang mengangkat, memuliakan dan menghinakan. Maka barangsiapa bersaksi bahwa
ada selain Allah Shhubhanahu
wa ta’alla yang memberi dan mencegah,
atau memberi mara bahaya dan manfaat, atau yang memuliakan dan menghinakan,
maka dirinya telah terjatuh dalam syirik rububiyah"[3].
Dalam
kesempatan lain beliau mengatakan, "Adapun yang pertama syirik dalam
rububiyah yaitu menetapkan adanya pelaku (yang menciptakan dan mengurusi
makhluk) selain Allah Shhubhanahu
wa ta’alla, seperti halnya orang yang
beranggapan bahwa binatang mampu menciptakan perbuatannya sendiri. Atau
berasumsi bahwa gugusan bintang, atau benda alam, akal, ruh, malaikat, dan
seterusnya mampu menciptakan perbuatannya sendiri. Pada hakekatnya dalam ucapan
mereka terkandung peniadaan kejadian dan fenomena alam pada selain Allah…"[4].
Atau
dengan bahasa ringkas orang yang menyekutukan Allah Shhubhanahu wa ta’alla bersama
yang lain dalam hal khasais (kekhususan) rububiyah, atau mengingkari
sedikit diantaranya, atau menyamakan dengan yang lain, atau menyerupakan yang
lain bersama -Nya, maka itu terhitung syirik kepada Allah Shhubhanahu wa ta’alla, baik dalam masalah Dzat, perbuatan atau sifat-sifat
-Nya.
Dan
jenis syirik ini terbagi menjadi besar dan paling besar, dan keduanya tidak ada
ampunan bagi pelakunya[5]. Dan hal itu terbagi menjadi dua:
1. Syirik ta'thil (Pengosongan)
dan ini merupakan kesyirikan yang paling jelek. Seperti kesyirikan yang
dilakukan oleh Fir'aun tatkala mengatakan dengan sombongnya:
﴿ قَالَ فِرۡعَوۡنُ وَمَا رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢٣ ﴾ [
الشعراء: 23 ]
"Fir'aun bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam
itu?". (QS asy-Syu'araa: 23).
Allah Shhubhanahu wa ta’alla berfirman
dengan menukil ucapan Fir'aun tatkala berkata kepada Haman:
﴿ وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ يَٰهَٰمَٰنُ ٱبۡنِ لِي صَرۡحا لَّعَلِّيٓ أَبۡلُغُ
ٱلۡأَسۡبَٰبَ ٣٦ أَسۡبَٰبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ فَأَطَّلِعَ إِلَىٰٓ إِلَٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّي
لَأَظُنُّهُۥ كَٰذِباۚ وَكَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِفِرۡعَوۡنَ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ وَصُدَّ
عَنِ ٱلسَّبِيلِۚ وَمَا كَيۡدُ فِرۡعَوۡنَ إِلَّا فِي تَبَاب ٣٧ ﴾ [ غافر: 36-37 ]
"Dan berkatalah
Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang Tinggi supaya
aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat
Tuhan Musa dan Sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta".
Demikianlah dijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan Dia
dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain
hanyalah membawa kerugian". (QS
Ghaafir: 36-37).
Kenapa kita katakan bahwa peniadaan (ta'thil) semacam ini
termasuk syirik, karena syirik dan ta'thil merupakan dua perkara yang kaitannya
sangat erat (dua sejoli). Setiap mu'athil (pelaku ta'thil) adalah
musyrik dan setiap musyrik pasti mu'athil[6]. Akan
tetapi, kesyirikan tidak melazimkan untuk melakukan pokok ta'thil, bahkan, bisa
jadi pelaku syirik menetapkan adanya Allah dan sifat-sifat yang dimilikiNya.
Akan tetapi, dia menta'thil hak tauhid yang dimiliki Allah. Dan pokok
kesyirikan serta pondasi yang dibangun diatasnya adalah ta'thil, dan ini
terbagi menjadi tiga kelompok:
a. Menta'thil hasil ciptaan dari kreator dan penciptanya, diantara
contoh nyata dalam hal ini ialah syirik yang dilakukan oleh orang-orang Atheis
yang membuat pernyataan tentang keberadaan alam semesta yang berdiri sendiri
serta mempunyai keabadian. Bahwa alam semesta memang sudah ada dengan
sendirinya, dan sentiasa akan terus ada, adapun kejadian-kejadian yang ada di
alam semesta hanyalah terjadi akibat adanya sebab dan akibat yang menjadikan
ada bentuk dan wujudnya, mereka menamakan dengan ilmu metafisika dan jiwa
(psikologi)[7], diantara
hasil dari ilmu tersebut ialah ilhad (atheis) mengingkari adanya pencipta untuk
alam semesta dan isinya.
b. Menta'thil pencipa yakni Allah Shhubhanahu wa ta’alla dari ke maha sucian yang dimiliki -Nya, yaitu dengan
cara menta'thil nama-nama dan sifat-sifat -Nya serta perbuatan -Nya. Diantara potret kesyirikan jenis ini
adalah yang dilkaukan oleh orang yang menghilangkan nama-nama –Nya sifat dan perbuatan -Nya dari
kalangan ghulat (ekstrim) Jahmiyah, Qaramithah, yang sama sekali tidak
mau menetapkan bagi -Nya satu nama dan sifat pun. Jutsru mereka menjadikan
makhluk lebih baik dari segi nama dan sifat bila dibanding Allah azza wa jalla,
sebab kesempurnaan dzat itu terwujud dengan kesempurnaan nama dan sifat-sifat
yang dimilikinya.
Masuk
dalam kategori ini ialah kesyirikan dengan cara mengingkari adanya risalah yang
diemban oleh para Rasul, dan mengingkari adanya takdir, serta kesyirikan tidak
adanya pembuat syariat, yang menghalalkan dan mengharamkan selain Allah azza wa
jalla.
c. Menta'thil dengan enggan berinteraksi
bersama Allah Shhubhanahu
wa ta’alla dengan baik dari perkara yang
telah diwajibkan atas hamba yang merupakan hakekat tauhid. Diantara yang
terjatuh dalam jenis kesyirikan ini ialah kelompok wihdatul wujud
(bersatunya Rabb dengan ciptaanya), yang mengatakan, tidak ada bedanya antara
pencipta dan makhluk, dua hal yang sejatinya satu bentuk. Maha suci Allah Shhubhanahu wa ta’alla dari apa yang mereka katakan, justru yang benar Allah
suci dari penyerupaan bersama makhluk -Nya.
2. Syirik andaad (membuat
tandingan) tanpa menta'thilnya. Yaitu kesyirikan orang yang menjadikan
tandingan bersama Allah Shubhanahu
wa ta’alla, tanpa harus menghilangkan
nama-nama dan sifat-sifat -Nya serta rububiyah -Nya. Diantaranya adalah:
a. Syiriknya orang Nashrani yang
menjadikan Allah Shhubhanahu
wa ta’alla itu ada tiga. Yang dikenal
dengan konsep trinitas, mereka menjadikan al-Masih sebagai Ilah, dan ibunya
sebagai Ilah.
b. Syiriknya orang Majusi[8] , yang menyandarkan seluruh kejadian baik pada cahaya dan seluruh
kejadian buruk pada kegelapan.
c. Syiriknya orang Qodariyah[9], yang menyatakan kalau binatang mampu menciptakan gerak perbuatannya
sendiri, bahwa perilaku binatang tersebut terjadi tanpa melalui masyi'ah (kehendak)
dan kemampuan Allah Shubhanahu wa
ta’alla terlebih dahulu. Oleh
karenanya orang Qodariyah mirip dengan keyakinannya orang Majusi.
d. Kesyirikan orang yang mendebat Nabi
Ibrahim dalam masalah siapa rabbnya. Sebagaimana kejadiannya diabadikan oleh
Allah Shubhanahu wa
ta’alla dalam firman -Nya:
﴿ أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِي
حَآجَّ إِبۡرَٰهِۧمَ فِي رَبِّهِۦٓ أَنۡ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ٱلۡمُلۡكَ إِذۡ قَالَ
إِبۡرَٰهِۧمُ رَبِّيَ ٱلَّذِي يُحۡيِۦ وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا۠ أُحۡيِۦ وَأُمِيتُۖ
قَالَ إِبۡرَٰهِۧمُ فَإِنَّ ٱللَّهَ يَأۡتِي بِٱلشَّمۡسِ مِنَ ٱلۡمَشۡرِقِ فَأۡتِ
بِهَا مِنَ ٱلۡمَغۡرِبِ فَبُهِتَ ٱلَّذِي كَفَرَۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ
ٱلظَّٰلِمِينَ ٢٥٨ ﴾ [البقرة: 258]
"Apakah kamu
tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena
Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika
Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan,"
orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim
berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka
terbitkanlah Dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". (QS
al-Baqarah: 258).
Disini
orang tersebut menjadikan dirinya sebagai tandingan bersama Allah ta'ala.
Mengklaim bisa menghidupkan dan mematikan,
sebagaimana Allah Shubhanahu
wa ta’alla menghidupan dan mematikan.
Maka nabi Ibrahim melazimkan untuk membantah ucapannya agar dapat mendatangkan
matahari dari selain arah yang Allah Shubhanahu
wa ta’alla terbitkan. Karena rotasi
matahari bukan hanya sekedar perindahan biasa seperti disangka oleh tukang
debat, tapi, sebuah kepastian untuk membukam persangkaan mereka jika memang
benar.
e. Syiriknya Fir'aun manakala
mengucapkan:
﴿
وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَأُ
مَا عَلِمۡتُ لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرِي٣٨﴾ [ القصص: 38 ]
"Dan berkata Fir'aun:
"Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku". (QS al-Qashash: 38).
Serta penukilan yang Allah Shubhanahu wa ta’alla kisahkan tentang ucapan pembesar terhadap kaumnya:
﴿ وَقَالَ ٱلۡمَلَأُ مِن
قَوۡمِ فِرۡعَوۡنَ أَتَذَرُ مُوسَىٰ وَقَوۡمَهُۥ لِيُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَيَذَرَكَ
وَءَالِهَتَكَۚ ١٢٧ ﴾ [ الأعراف: 127 ]
"Berkatalah
pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun (kepada Fir'aun): "Apakah kamu
membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan
kamu serta tuhan-tuhanmu?". (QS al-A'raaf: 127).
f.
Masuk dalam kategori jenis ini ialah kesyirikan yang banyak dilakukan
oleh orang yang menyekutukan Allah Shubhanahu
wa ta’alla dengan bintang-bintang dilangit. Dimana mereka menjadikan
bintang-bintang tersebut sebagai tuhan yang ikut mengatur alam semesta ini,
sebagaimana banyak dilakukan oleh sekte Shabi'ah dan para pengikutnya.
g. Masuk juga dalam kelompok ini,
kesyirikan orang yang menyandarkan nikmat pada selain Allah azza wa jalla.
Seperti disebutkan oleh Allah Shubhanahu
wa ta’alla dalam firman -Nya:
﴿ وَلَئِنۡ أَذَقۡنَٰهُ رَحۡمَة مِّنَّا مِنۢ بَعۡدِ ضَرَّآءَ مَسَّتۡهُ
لَيَقُولَنَّ هَٰذَا لِي وَمَآ أَظُنُّ ٱلسَّاعَةَ قَآئِمَة ٥٠ ﴾ [ فصلت: 50 ]
"Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat
dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah Dia berkata: "Ini adalah
hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan datang". (QS Fushshilat: 50).
h. Termasuk jenis kesyirikan ini ialah
para penyembah matahari, penyembah api dan yang lainnya. Dan diantara mereka
ada yang menyangka bahwa sesembahannya adalah tuhan yang hakiki. Sebagian lagi
mengira bahwa sesembahannya merupakan tuhan terbesar. Ada pula yang menyangka
sesembahannya adalah termasuk bagian dari tuhan. Yang apabila mengkhususkan
ibadah padanya dan meninggalkan dunia untuk berkhidmah padanya serta memutus
kenikmatan dunia niscaya tuhannya akan menolong dan membantu serta
memperhatikannya. Diantara mereka juga ada yang mengira bahwa sesembahan yang
berada dibawah, yang dekat dengan dirinya akan mengantarkan pada sesembahan
yang berada diatasnya, yang diatasnya akan mengantarkan pada sesembahan yang
berikutnya, terus seperti itu hingga sesembahan-sembahan tersebut sampai kepada
Allah ta'ala. Terkadang dijumpai tuhan dan wasilahnya menjadi banyak, bisa pula
menjadi sedikit.[11]
Dari apa yang telah kami paparkan dimuka tadi,
menghasilkan pada sebuah kesimpulan, bahwa jenis kesyirikan ini terbagi menjadi
dua macam:
A.
Masuk dalam jenis kesyirikan tauhid Rububiyah. Dan ini terkumpul dari
dua sisi:
1. Dengan metode ta'thil, yaitu bisa
dengan cara mengingkari seperti ucapannya Fir'aun, sebagaimana diabadikan oleh
Allah Shubhanahu wa ta’alla didalam
firman -Nya:
﴿ قَالَ فِرۡعَوۡنُ وَمَا رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢٣ ﴾ [ الشعراء: 23 ]
"Fir'aun
bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?". (QS
asy-Syu'araa: 23).
Dan keyakinan seperti ini
banyak diadopsi pada zaman sekarang oleh komunisme, sosialisme, nasionalisme
serta yang lainnya dari pemikiran-pemikiran yang merusak yang senantiasa
berubah-ubah. Bisa pula melalui cara menghilangkan ciptaan dari sang
penciptanya. Seperti ucapan orang yang mengatakan tentang sudah adanya terlebih
dahulu alam semesta ini sebelum yang lainnya.
Atau dengan cara
menghilangkan interaksi pada Pencipta yang harus di kerjakan oleh seorang
hamba, yang merupakan bagian inti dari tauhid. Seperti ucapan tentang Wihdatul
wujud. Atau dengan cara menta'thil Pencipta dari perbuatannya, seperti
kelompok yang mengingkari Allah mengutus para Rasul, kelompok yang mengingkari
takdir, yang mengingkari hari kebangkitan dan kiamat, serta yang lainnya.
2. Dengan metode menjadikan sekutu,
adakalanya dengan persangkaan ada yang mengurusi di alam semesta ini selain
Allah Shubhanahu wa ta’alla, seperti
kesyirikan kaumnya nabi Ibrahim, ash-Sha'ibah, orang sufi yang mengatakan
adanya penolong, pemuka dan penguasa yang merubah dan mengatur alam semesta
ini, sebagaimana yang mereka klaim.
Adakalanya
dengan memberikan kekuasaan pada selain Allah Shubhanahu wa ta’alla, dalam menentukan halal dan haram. Seperti
perbuatan orang Nashrani. Dan sebagian para pemimpin yang ada pada umat ini
serta yang ada pada hukum-hukum bikinan manusia.
Atau
dengan persangkaan adanya pengaruh dialam semesta ini dari bintang yang besar
dan kecil, seperti yang dilakukan oleh ash-Sha'ibah kaumnya nabi Ibrahim, para
wali dan jampi-jampi.
B.
Masuk dalam kesyirikan tauhid Asma dan sifat. Dan itu terkumpul dari dua
sisi pula:
1. Dengan metode ta'thil, yaitu dengan
cara menta'til pencipta untuk mendapatkan kesempurnaan yang suci. Seperti yang
dilakukan oleh kelompok Jahmiyah ekstrim, dan Qaramithah yang mengingkari nama
dan sifat-sifat Allah Shubhanahu wa
ta’alla.
2. Dengan metode membuat tandingan.
Yaitu dengan cara:
a.
Menyematkan sifat-sifat Pencipta
kepada para makhluk. Hal tersebut, dengan cara menyamakan dalam nama dan sifat.
Seperti kesyirikan yang terjadi pada orang yang menyematkan keluasan ilmu yang
hanya dimiliki oleh Allah Shubhanahu wa
ta’alla, dan masuk dalam kategori ini ialah ilmu perbintangan, dukun dan
paranormal. Dan mengaku ada selain Allah Shubhanahu
wa ta’alla yang mengetahui perkara ghaib, seperti kesyirikan orang yang
meragukan kemampuan Allah Shubhanahu wa
ta’alla yang maha sempurna, yaitu dengan mengkau bahwa ada selain -Dia yang
turut campur mengurusi ciptaan -Nya. Takut akan terkena musibah atau mendapat
mara bahaya atau mencari manfaat dari selain Allah Shubhanahu wa ta’alla, atau istighosah kepada selain Allah Shubhanahu wa ta’alla, atau memberi nama
pada selain Allah Shubhanahu wa ta’alla tempat
untuk meminta tolong, atau praktek sihir dan perdukunan dan yang lainnya.
b.
Atau dengan menyematkan sifat-sifat makhluk kepada Pencipta azza wa
jalla. Seperti orang Yahudi yang terkutuk, yang menyerupakan Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan sifat-sifat
yang dimiliki oleh makhluk. Begitu pula Nashrani dengan ucapannya yang
menyatakan dengan kenabian dan bapak dan
lain sebagainya dari sifat-sifat makhluk kepada Allah azza wa jalla.
Dan masuk dalam
kategori kesyirikan ini setiap orang yang menyerupakan dan menyamakan Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan makhluk
-Nya dari kalangan umat ini.
Dari semua yang kita
sebutkan tadi termasuk dalam kategori syirik besar, yang terbagi menjadi besar
dan terbesar. Dan tidak ada dari jenis kesyirikan ini yang pelakunya diampuni
menurut kesepakatan para ulama.[12]
c.
Syirik dengan makna khusus. Yaitu syirik dalam Uluhiyah dan Ibadah.
Yang
dimaksud disini ialah syirik dalam peribadatan kepada Allah azza wa jalla.
walaupun pelakunya meyakini bahwasannya Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak memiliki sekutu dalam Dzat -Nya, sifat dan perbuatan -Nya. Inilah
yang dinamakan dengan syirik dalam ibadah, yang paling banyak terjadi serta
paling banyak menyebar dikalangan kaum muslimin, bila dibanding dengan jenis
kesyirikan yang sebelumnya (syirik dalam rububiyah, nama dan sifat serta
perbuatan -Nya. Pent).
Dan
Kesyirikan ini muncul dari orang-orang yang punya keyakinan bahwasannya tidak
ada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla. Mengakui bahwa tidak ada yang mampu memberi
mara bahaya tidak pula memberi manfaat, dan meyakini tidak ada yang memberi
rizki, tidak pula ada yang mampu mencegah kecuali Allah ta'ala. Meyakini bahwasannya tidak ada Ilah selain Allah
Shubhanahu
wa ta’alla, tidak ada
Rabb selain -Nya. Akan tetapi, dirinya tidak memurnikan dalam peribadatan dan mua'amalah
(hubungannya) bersama Allah Shubhanahu wa ta’alla, namun, terkadang dirinya mengerjakan ibadah
secara murni untuk dirinya sendiri, atau mempunyai tujuan ingin mendapat dunia,
atau kedudukan, jabatan serta kehormatan di sisi makhluk. Dengan membagi aktifitas ibadahnya tersebut
menjadi dua, bagian untuk Allah Shubhanahu wa ta’alla, dan bagian untuk dirinya, tujuan serta hawa
nafsunya, plus bagian untuk setan dan
untuk makhluk.
Inilah
kondisi kebanyakan orang, sebagaimana diketahui bahwa orang yang tidak
memurnikan ibadahnya kepada Allah ta'ala pada dasarnya dia belum memenuhi
perintahnya -Nya, bahkan, pekerjaannya yang ia lakukan hakekatnya bukan seperti
apa yang -Dia perintahkan, sehingga ibadahnya tidak sah dan tidak akan
diterima, Allah ta'ala menyatakan, sebagaimana dinukil dalam hadits Qudsi:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:« قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى
الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى
تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ » [أخرجه مسلم]
"Allah
berfirman: Aku tidak membutuhkan sekutu dari amal kesyirikan, barangsiapa yang
melakukan suatu amalan lalu menjadikan sekutu bersama Ku, maka akan Aku tinggalkan
dirinya bersama sekutunya".[13]
Kelak
para pelaku kesyirikan ini akan dikumpulkan di neraka Jahanam lalu mereka
saling berucap, seperti yang Allah Shubhanahu wa ta’alla kabarkan dalam firman -Nya:
﴿ تَٱللَّهِ إِن كُنَّا
لَفِي ضَلَٰل مُّبِينٍ ٩٧ إِذۡ نُسَوِّيكُم بِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٩٨ ﴾ [ الشعراء: 97-98 ]
"Demi Allah: sungguh kita
dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kamu
dengan Tuhan semesta alam". (QS asy-Syu'araa: 97-98).
Sebagaimana diketahui, bahwa
mereka sama sekali tidak menyamakan Allah Shubhanahu
wa ta’alla dalam masalah mencipta, memberi rizki, mematikan serta
menghidupkan makhluk, kekuasaan serta kemampuan yang dimiliki -Nya, akan
tetapi, mereka hanya menyamakan Allah Shubhanahu
wa ta’alla dalam masalah kecintaan, menyembah, tunduk dan merendahkan diri
serta mengagungkan ilah yang disembahnya.[14]
[2] . Hafidh Hakami, Ma'arijul Qobul 2/483. Fatawa lajnah
Daimah 1/516-517. Lihat juga Iqtidho Shirotol Mustaqim, Ibnu Taimiyah 2/3,7.
al-Irsyaad hal: 2,5, oleh Ibnu Sa'di.
[7] . al-'Aql dan an-Nufus sebagaimana dinyatakan oleh
ahli mantik, mereka mengatakan, "Sesungguhnya alam semesta sudah ada lebih
dulu yang muncul darinya sebab yang mengharuskan ada dzatnya, kemudian muncul
darinya akal kemudian akal kemudian akal hingga sempurna sampai sepuluh akal
dan Sembilan jiwa". Mereka menjadikan akal sama kedudukannya dengan pria
dan jiwa seperti wanita. Lihat pembahasannya dalam Majmu' Fatawa 17/286 oleh
Ibnu Taimiyah.
[8] . Majusi adalah kelompok yang beriman pada dua unsur,
cahaya abadi dan kegelapan yang kelam. Mereka berselisih tentang sebab
terjadinya kedua hal tersebut. dan mereka dalam hal ini terbagi menjadi empat
sekte. Zawarotiyah, Maskhiyah, Kharmadiniyah, dan Bahafaridiyah. Diantara pokok
keyakinan sebagian mereka ialah bahwa manusia semuanya bersekutu dalam harta,
wanita dan seluruh kelezatan dunia. Lihat perinciannya dalam kitab al-Milal wan
Nihal 2/73. al-Firaq bainal Firaq hal: 276.
[9] . al-Qodariyah ialah para pengikut Ma'bad bin Khalid
al-Juhani, sebagai pencetus yang mengingkari adanya takdir. Diantara pemikiran
yang mereka usung ialah menafikan kemampuan seorang hamba untuk berbuat. Dia
seorang yang shoduq (jujur) dalam periwayatan hadits, dan pendirinya Ma'bad
hukum mati oleh Abdul Malik dan disalib hingga mati di Damaskus pada tahun 85
H. lihat al-Firaq banial Firaq hal: 18-20. Tadzhibu Tahdzibil Kamal hal: 383.
[10] . Qior'ah ini termasuk qiro'ahnya Ibnu Abbas dan
Mujahid. Lihat penjelasannya oleh Thabari dalam tafsirnya 6/9/17.
[13] . HR Muslim no: 2985, Ibnu Majah no: 4202, dan redaksi
ini dari riwayat al-Baghawi dalam Syarh Sunah 14/325.
Post a Comment