Adab Safar
Adab Safar
Segala puji hanya untuk Allah
Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu’alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah
yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah ta’alla semata yang tidak ada sekutu
bagi -Nya, dan
aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi
wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du.
Sudah
menjadi kebutuhan sekunder bagi seseorang, apabila tabi'atnya membutuhkan safar
dimuka bumi ini demi menyelesaikan kebutuhannya, baik kebutuhan dunia maupun
keagamaan. Atau untuk tujuan rekreasi untuk merenungi keagungan ciptaan Allah Shubhanahu wa
ta’alla guna menambah keimanan dan keyakinan seorang hamba
kepada Sang pencipta. Allah ta'ala juga memerintahkan hal tersebut, seperti
dalam firman -Nya:
﴿ فَسِيحُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ ٢ ﴾ [التوبة : 2]
"Maka
berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi". (QS at-Taubah: 2).
Dalam ayat lain Allah Shubhanahu wa
ta’alla juga berfirman:
"Dialah
yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebahagian dari rezki -Nya. dan hanya kepada -Nya-lah kamu
(kembali setelah) dibangkitkan".
(QS al-Mulk: 15).[1]
Imam Syafi'i
pernah melantunkan dalam bait qasidahnya ketika memuji dan menganjur untuk
melakukan perjalanan dimuka bumi ini.
Dalam
safar engkau akan menemukan gantinya
Cobalah, karena nikmat
hidup ada padanya
Aku
melihat air jika diam akan menjadi rusak
Namun, bila mengalir ia
akan menjadi jernih
Kalau
seandainya matahari diam ditempatnya
Tentulah manusia akan
cepat merasa bosan
Adab
serta Hukum Safar:
Dalam
sunah nabawiyah telah dijelaskan begitu gamblang beberapa adab yang harus
dipegangi oleh seseorang yang hendak bepergian, diantaranya adalah:
Pertama:
Sholat Istikhoroh
Melakukan
sholat istiharoh sebelum bepergian, yang tujuannya ialah menentukan pilihan
pada waktu serta tempat yang akan dituju. Hal itu berdasarkan sebuah hadits
yang dikeluarkan oleh para Imam hadits dari sahabat Jabir bin Abdillah
radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengajari para sahabatnya sholat
istikhoroh dalam setiap urusan. Beliau mengajari sholat ini sebagaimana beliau
mengajari surat dari al-Qur'an. Beliau mengatakan: "Kalau salah seorang
diantara kalian hendak melakukan suatu perkara, hendaknya ia mengerjakan sholat
dua raka'at selain sholat wajib, kemudian setelah sholat berdo'a:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ
بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ فَإِنَّكَ
تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ
اللَّهُمَّ فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ هَذَا الْأَمْرَ ثُمَّ تُسَمِّيهِ بِعَيْنِهِ
خَيْرًا لِي فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ قَالَ أَوْ فِي دِينِي وَمَعَاشِي
وَعَاقِبَةِ أَمْرِي فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ
اللَّهُمَّ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّهُ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي
وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْنِي
عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ رَضِّنِي بِهِ » [أخرجه البخاري و النسائي والترمذي]
"Ya
Allah, aku memohon pilihan kepada -Mu dengan ilmu -Mu, aku memohon kemampuan
kepada -Mu
dengan kekuasaan -Mu,
dan aku memohon kepada -Mu keutamaan -Mu yang agung. Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa, sementara aku tidaklah kuasa. Sesungguhnya Engkau Maha
Mengetahui sementara aku tidak mengetahui. Karena Engkau Maha Mengetahui
hal-hal yang ghaib. Ya Allah, bila Engkau mengetahui bahwa perkara ini
(disebutkan apa yang menjadi keinginannya) lebih baik dalam agamaku, hidupku
dan akhir urusannku kelak (dalam jangka pendek maupun panjang), maka
takdirkanlah hal itu bagiku dan mudahkanlah aku untuk mendapatkannya, kemudian
berkatilah aku dalam hal tersebut. Dan apabila Engkau mengetahui bahwa perkara
ini tidak baik, dalam agamaku, hidupku atau akhir urusanku (dalam jangka pendek
maupun panjang), maka jauhkanlah perkara tersebut dariku dan hindarkanlah
diriku darinya, lalu takdirkanlah yang baik buat diriku bagaimanapun adanya,
kemudian buatlah aku ridho dengannya". HR Bukhari no: 6382, at-Tirmidzi no: 480,
an-Nasa'i no: 3253.
Kedua:
Membaca do'a Safar
Selalu
memperhatikan do'a safar baik ketika akan berangkat maupun ketika kembali. Seperti
yang ditunjukan oleh sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari
Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma. Adalah kebiasaan Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam apabila
sudah berada diatas kendaraan untuk melakukan perjalanan, beliau mengucapkan
takbir tiga kali kemudian membaca do'a:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا
وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ
الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ
عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى
الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ
الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ وَالأَهْلِ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Maha suci Allah yang
telah menundukkan untuk kami kendaraan ini padahal sebelumnya kami tidak mampu
menguasainya, sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami pasti akan kembali. Ya
Allah, sesungguhnya kami memohon kepada -Mu kebajikan, ketakwaan dan
amal yang Engkau ridhoi dalam perjalanan kami ini. Ya Allah, mudahkanlah bagi
kami perjalanan ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau
adalah pendampingku dalam perjalanan, dan pengganti ditengah keluarga yang aku
tinggalkan. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada -Mu dari kesulitan
diperjalanan, tempat kembali yang menyedihkan dan pemandangan yang tidak
mengenakan pada harta dan keluarga".
Dan bila sudah pulang, kembali
mengucapkan do'a tadi lalu menambah dengan do'a ini:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « آيِبُونَ تَائِبُونَ عَابِدُونَ
لِرَبِّنَا حَامِدُونَ
»
[أخرجه مسلم]
"Kami
kembali, kami bertaubat, kami selalu beribadah dan memuji Allah Rabb
kami". HR Muslim no: 1342.
Dalam riwayat lain ditambahkan:
« كان يتعوذ من الحور بعد الكور –وهو الرجوع من الاستقامة او الزيادة إلى
النقص- ودعوة المظلوم
»
[أخرجه مسلم]
"Beliau biasa meminta
perlindungan kepada Allah dari kekurangan dan do'a orang yang terdhalimi". HR Muslim no: 1343.
Ketiga:
Do'a naik kendaraan
Selalu
memperhatikan do'a ketika naik kendaraan, dalam rangka mencontoh suri tauladan
kita. Hal itu seperti hadits yang dikeluarkan oleh Tirmidzi didalam sunannya
dari Ali bin Rabi'ah, beliau berkata: "Kami pernah menyaksikan Ali bin Abu
Thalib minta didatangkan hewan tunggangannya, tatkala beliau mau meletakkan
kakinya untuk naik, ia mengucapkan: 'Bismillah'. Sebanyak tiga kali. Dan
ketika telah berada diatas hewan tunggangan beliau mengucapkan: 'Alhamdulillah',
kemudian membaca do'a bepergian: "Maha suci Allah yang telah
menundukkan untuk kami kendaraan ini padahal sebelumnya kami tidak mampu
menguasainya, sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami pasti akan kembali".
Lalu mengucapkan: 'Alhamdulillah', tiga kali, 'Allahu akbar',
tiga kali. Kemudian mengucapkan: 'Maha suci Allah, sesungguhnya aku telah
berbuat dhalim terhadap diriku sendiri, maka ampunilah saya, sesungguhnya tidak
ada yang mampu mengampuni dosa melainkan Engkau".
Setelah
mengucapkan hal itu, beliau tertawa. Lantas aku tanyakan: 'Apa yang menjadikan
engkau tertawa, wahai Amirul mukminin? Beliau mengatakan: 'Aku pernah melihat
Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam melakukan
seperti apa yang aku kerjakan lalu beliau tertawa, maka aku juga bertanya
padanya: 'Apa yang menyebabkan engkau tertawa, wahai Rasulallah? Beliau
bersabda: "Sesungguhnya Rabbmu merasa takjub dengan hamba -Nya yang mengucapkan: 'Ya
Rabb, ampunilah dosa-dosaku sesungguhnya tidak ada yang mampu mengampuni selain
Engkau'. HR at-Tirmidzi no: 3446. Beliau menyatakan hadits hasan.
Keempat:
Berpamitan pada keluarga dan sanak saudara
Salah
satu kebiasaan yang dilakukan oleh Nabi muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam tatkala
ingin bepergian lalu berpamitan pada sanak keluarga, maka beliau mengatakan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَسْتَوْدِعُ اللَّهَ دِينَكَ
وَأَمَانَتَكَ وَخَوَاتِيمَ عَمَلِكَ » [أخرجه الترمذي]
"Saya titipkan kepada
Allah agamamu, amanahmu, dan penghujung perbuatanmu". HR at-Tirmidzi
no: 3443. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan at-Tirmidzi 3/155
no: 2738.
Dan sunahnya bagi orang yang
dipamiti untuk mendo'akan sambil mengucapkan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أستودعك الله الذي لا تضيع ودائعه » [أخرجه ابن ماجة]
"Aku titipkan dirimu
kepada Allah yang tidak pernah menyia-nyiakan segala titipan". HR Ibnu
Majah no: 2825. Dinyatakan hasan oleh al-Albani dalam kalimu Thayib hal: 59.
Kelima:
Memilih Hari Kamis
Disunahkan
untuk memilih hari kamis ketika keluar melakukan perjalanan. Hal tersebut
berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Ka'ab bin Malik
radhiyallahu 'anhu, beliau berkata:
« أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ خَرَجَ يَوْمَ الْخَمِيسِ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ وَكَانَ يُحِبُّ أَنْ
يَخْرُجَ يَوْمَ الْخَمِيسِ » [أخرجه البخاري ]
"Bahwa Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam keluar
menuju perang Tabuk pada hari kamis, dan sudah menjadi kebiasaan beliau untuk
bepergian pada hari kamis". HR
Bukhari no: 2950.
Memilih
waktu Pagi atau Sore hari:
Disunahkan
pula untuk bepergian pada pagi hari atau memilih malam harinya, hal itu
berdasarkan sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dari sahabat Shakhar
al-Ghamidi radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan: 'Nabi Muhammad
Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي
بُكُورِهَا » [أخرجه أحمد]
"Ya Allah, berkahilah
umatku pada waktu pagi harinya". HR Ahmad 3/416. Dinilai shahih oleh
al-Albani dalam shahihul jami' 1/278 no: 1300.
Serta
berdasarkan haditsnya Anas bin Malik yang dikeluarkan oleh Abu Dawud didalam
sunannya, beliau menceritakan: 'Rasulallah Shalallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « عليكم بالدلجة فإن الأرض تطوى بالليل » [أخرجه أبو داود]
"Hendaklah kalian
melakukan perjalanan pada waktu duljah (malam hari), karena seakan-akan bumi
itu berlipat saat itu". HR Abu Dawud no: 2571. Dinyatakan shahih oleh
al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud 2/488 no: 2241.
Keenam:
Memilih Teman Safar dan Mengangkat Ketua Rombongan
Disunahkan
pula untuk memilih teman baik untuk menemani perjalanan serta mengangkat satu
pemimpin dalam rombongan yang harus ditaati. Dalilnya adalah hadits shahih yang
dikeluarkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, dia berkata:
'Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي
الْوَحْدَةِ مَا أَعْلَمُ مَا سَارَ رَاكِبٌ بِلَيْلٍ وَحْدَهُ » [أخرجه البخاري ]
"Kalau sekiranya orang
tahu seperti yang aku ketahui, apa yang akan dialami ketika sendirian tentu
dirinya tidak akan bepergian pada malam hari sendirian". HR Bukhari
no: 2998.
Lebih
jelas lagi dalam hadits yang dikeluarkan oleh Abu Dawud dari Amr bin Syu'aib
dari bapaknya dari kakeknya, dia berkata: 'Nabi
Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « الرَّاكِبُ شَيْطَانٌ وَالرَّاكِبَانِ
شَيْطَانَانِ وَالثَّلَاثَةُ رَكْبٌ » [أخرجه أبو داود والترمذي]
"Satu pengendara
(musafir) adalah setan, dua pengendara (musafir) adalah dua setan, dan tiga
pengendara (musafir) itu baru disebut rombongan musafir". HR Abu Dawud
no: 2607, at -Tirmidzi no: 1674.
Syaikh
al-Albani memberi catatan dalam hadits ini dengan mengatakan: 'Kemungkinan yang
dimaksud dalam hadits ini adalah musafir yang perjalanannya berada
ditengah-tengah padang pasir atau tanah lapang yang sangat luas dimana dirinya
tidak bisa melihat ada orang lain selain dirinya. Sehingga hadits ini tidak
mencakup pada bepergian yang ada pada zaman kita sekarang ini yang sudah
dipenuhi dengan jalan yang tertata dan banyak sarana transportasinya. Wallahu
'alam". [2]
Dalam riwayat Abu Dawud
dijelaskan, Rasulallah Shalallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إذا خرج ثلاثة في سفر فليؤمروا أحدهم » [أخرجه أبو داود]
"Jika ada tiga orang
keluar untuk safar, maka hendaklah mereka mengangkat salah satu diantara mereka
sebagai ketua rombongan". HR Abu Dawud no: 2608. Dinilai hasan shahih
oleh al-Albani dalam shahih sunan abi dawud 2/494 no: 2272.
Ketujuh:
Membaca dzikir 'Allahu akbar' ketika mendaki dan 'Subhanallah' ketika turun
Adab
berikutnya yang harus diperhatikan oleh seorang musafir ialah disunahkannya
untuk membaca dzikir 'Allahu akbar' ketik melewati jalan mendaki, dan
'Subhanallah' tatkala melewati jalan menurun. Berdasarkan haditsnya Jabir bin
Abdillah radhiyallahu 'anhu, beliau mengatakan:
« كُنَّا إِذَا صَعِدْنَا كَبَّرْنَا
وَإِذَا نَزَلْنَا سَبَّحْنَا » [أخرجه البخاري ]
"Kami biasa jika
melewati jalan mendaki (dalam perjalanan) mengucapkan 'Allahu akbar', dan jika
melewati jalan menurun kami mengucapkan 'Subhanallah". HR Bukhari no: 2994.
Kedelepan:
Perempuan Harus Ditemani Mahram
Dan
Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam melarang
perempuan untuk safar sendirian tanpa ditemani mahramnya. Berdasarkan haditsnya
Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Beliau menceritakan bahwa
dirinya pernah mendengar langsung dari Rasulallah Shalallah 'alaihi wa sallam
bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ
إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ امْرَأَتِي
خَرَجَتْ حَاجَّةً وَاكْتُتِبْتُ فِي غَزْوَةِ كَذَا وَكَذَا قَالَ ارْجِعْ
فَحُجَّ مَعَ امْرَأَتِكَ
»
[أخرجه البخاري و مسلم]
"Sekali-kali
tidak boleh bagi seseorang berduaan bersama seorang wanita melainkan harus
ditemani oleh mahramnya. Dan haram bagi seorang wanita safar kecuali bila
ditemani oleh mahramnya". Maka ada seorang sahabat yang berkata: "Ya
Rasulallah, sesungguhnya istriku akan safar untuk ibadah haji, sedangkan aku
akan pergi dipeperangan ini dan itu? Beliau berkata: "Pulanglah dan temani
istrimu berhaji". HR Bukhari no: 1862. Muslim
no: 1341.
Sembilan:
Boleh sholat diatas Kendaraan
Termasuk
kemudahan yang ada dalam sunah adalah bolehnya bagi musafir untuk mengerjakan
sholat sunah diatas kendaraan. berdasarkan haditsnya Ibnu Umar radhiyallahu
'anhuma, beliau mengatakan:
« كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي السَّفَرِ عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ تَوَجَّهَتْ بِهِ
يُومِئُ إِيمَاءً صَلَاةَ اللَّيْلِ إِلَّا الْفَرَائِضَ وَيُوتِرُ عَلَى
رَاحِلَتِهِ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Adalah Rasulallah Shalallahu
‘alaihi wa sallam biasa sholat ketika safar diatas kendaraannya, dengan menghadap
ke arah manapun, beliau melakukan dengan isyarat tubuh. (pada waktu) itu beliau
mengerjakan sholat malam tapi bukan faraidh, kemudian beliau tutup dengan
sholat witir". HR Bukhari no: 1000. Muslim no: 700.
Sepuluh:
Larangan Melancong Ke negeri Kafir
Nabi
Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam sangat keras memperingatkan
untuk safar ke negeri kafir. Dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Tirmidzi dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata:
"Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أنا بريء من كل مسلم يقيم بين أظهر
المشركين . قالوا يارسول الله لم ؟ قال : لاتراءى ناراهما
»
[أخرجه الترمذي]
"Aku
berlepas diri dengan setiap muslim yang (rela) tinggal ditengah-tengah orang
kafir". Para sahabat bertanya: 'Ya Rasulallah, kenapa? Beliau menjawab:
"Tidakkah kalian memikirkan tentang siksa (yang) akan menimpa
mereka". HR at-Tirmidzi no: 1604. Dinilai shahih oleh
al-Albani dalam Shahih sunan at-Tirmidzi 2/119 no: 1307.
Pengecualian:
Dan
dikecualikan dalam kasus seperti ini oleh para ulama, diantaranya; para
mujahidin yang sedang jihad dijalan Allah Shubhanahu wa ta’alla,
atau safar yang bertujuan dakwah kepada -Nya,
atau berobat yang sudah tidak mampu lagi diatasi oleh rumah sakit di negerinya.
Atau safar untuk belajar dimana tidak mungkin mendapatkannya di negeri kaum
muslimin, atau untuk berdagang.
Dan semua itu disyaratkan hendaknya dia mampu
menampakkan agamanya, paham terhadap perkara yang diwajibkan Allah Shubhanahu wa ta’alla kepadanya, dan
iman yang kuat kepada -Nya. Serta mampu untuk menegakkan
syiar Islam dibarengi dengan aman dari fitnah, dan hukumnya karena darurat.
Sebelas:
Adab Musafir
Apabila
ingin safar untuk rekreasi di taman atau kebun maka hendaknya dia memperhatikan
istri dan anak perempuannya agar selalu memakai hijab. Dan berusaha menghindar
dari tempat-tempat yang campur baur bersama laki-laki, atau tempat yang
mengandung menyelisihi syari'at. Demikian pula dirinya harus selalu menjaga
sholat tepat pada waktunya, serta menyuruh keluarganya hal tersebut, dan
memperhatikan amar ma'ruf dan mencegah kemungkaran. Seperti yang ditegaskan
oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya:
﴿ وَأۡمُرۡ أَهۡلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصۡطَبِرۡ عَلَيۡهَاۖ ١٣٢﴾ [ طه : 132]
"Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya". (QS Thaahaa: 132).
Juga perintah -Nya:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ
نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ ٦﴾ [التحريم: 6]
"Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu". (QS at-Tahrim: 6).
Dua
belas: Do'a Ketika Singgah Disuatu Tempat
Dan
menjadi kebiasaan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam ialah
menganjurkan bagi umatnya apabila mereka singgah di sebuah tempat ketika safar
untuk membaca do'a:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. فَإِنَّهُ إذا قال ذلك لَمْ يَضُرُّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ
مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ
»
[أخرجه مسلم]
"Aku
berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan setiap
makhluk". Barangsiapa yang mengucapkan do'a tadi maka tidak ada satu pun
yang akan membahayakannya sampai dirinya pergi meninggalkan tempat
tersebut". HR Muslim no:
2708.
Tiga
Belas: Segera Pulang Ketika Usai Urusannya
Beliau
juga menyuruh pada seorang yang safar untuk segera pulang begitu telah
menyelesaikan urusannya. Seperti yang disebutkan dalam haditsnya Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: 'Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنْ الْعَذَابِ
يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَنَوْمَهُ فَإِذَا قَضَى نَهْمَتَهُ
فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ
»
[أخرجه البخاري و مسلم]
"Safar
adalah sebagian dari adzab, (karena dalam safar) mencegah salah seorang kalian
dari makan, minum dan tidurnya. Maka bila telah selesai urusannya, segeralah
pulang ke keluarganya". HR Bukhari no: 1804. Muslim
no: 1927.
Empat
Belas: Memberitahu Keluarga Ketika Ingin Pulang
Nabi
Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam melarang ketika kembali dari
safar pada malam hari tanpa memberitahukan keluarganya terlebih dahulu. Hal itu
berdasarkan haditsnya Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu, yang dikeluarkan
oleh Imam Bukhari. Beliau berkata: "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِذَا أَطَالَ أَحَدُكُمْ الْغَيْبَةَ
فَلَا يَطْرُقْ أَهْلَهُ لَيْلًا »
[أخرجه البخاري]
"Apabila
kalian telah lama bepergian (lalu kembali) maka jangan mendatangi keluarganya
dimalam hari". HR Bukhari no: 5244.
Dalam riwayat yang lain.
Beliau mengatakan:
« كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَكْرَهُ أَنْ يَأْتِيَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ طُرُوقًا » [أخرجه البخاري ]
"Nabi Muhammad
Shalallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang untuk
pulang dari bepergian lalu menemui keluarganya pada malam hari". HR Bukhari no: 5243.
Kemudian
yang terakhir, hendaknya bagi seorang musafir untuk perhatian terhadap do'a,
karena do'a seorang musafir mustajab. Hal itu, seperti yang diterangkan dalam
sebuah hadits, bahwa Nabi muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا
شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمُسَافِرِ و دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ
الْوَالِدِ
»
[أخرجه أبو داود]
"Tiga do'a yang tidak
diragukan lagi terkabulnya, yaitu do'anya seorang musafir, do'a seorang yang
terdhalimi, dan do'a jelek orang tua kepada anaknya". HR Abu Dawud no:
1536. Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu.
Akhirnya
kita tutup kajian kita dengan mengucapkan segala puji hanya bagi Allah Rabb
seluruh makhluk. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta
para sahabatnya.
Post a Comment