Sederhana dalam Tertawa dan Bercanda
Sederhana dalam Tertawa dan Bercanda
Segala puji hanya untuk Allah
Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam beserta keluarga dan seluruh
sahabatnya.
Dari
Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwa seorang laki laki datang kepada Nabi shallallahu
‘alahi wa sallam seraya berkata: Ya Rasulullah, bawalah saya (bersamamu).
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam menjawab:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّا حَامِلُوْكَ عَلَى وَلَدِ النَّاقَةِ»
[ أخرجه الترمذي ]
‘Sesungguhnya kami akan membawamu di atas
anak unta.’ Ia berkata: ‘Dan apakah yang bisa saya lakukan dengan anak
unta? Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda: ‘Bukankah tidak melahirkan
unta kecuali anak unta? (maksudnya, bukanlah unta besar
juga anak unta?).[1]
Dari
Shuhaib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Aku datang kepada Nabi shallallahu
‘alahi wa sallam dan di hadapan beliau adalah roti dan kurma, beliau
bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اُدْنُ فَكُلْ» [ أخرجه ابن ماجه ]
‘Mendekatlah, lalu makanlah.’ Maka aku mulai memakai kurma, maka Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam
bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « تَأْكُلُ تَمْرًا وَبِكَ رَمَدٌ» [
أخرجه ابن ماجه]
‘Apakah
engkau memakan kurma sedangkan (di matamu) ada tahi
mata? Ia berkata: Aku menjawab: ‘Sesungguhnya aku mengunyahnya
dari sisi yang lain.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam
tersenyum.’[2]
Dari
Usaid bin Hudhair radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: tatkala ia berbicara
kepada suatu kaum –ia sedang bercanda-, ketika ia membuat mereka tertawa, Nabi shallallahu
‘alahi wa sallam memukulnya dengan tongkat di pinggangnya. Ia berkata:
Berilah haq qishash kepadaku. Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam
menjawab: ‘Aku siap menerima.’ Ia (Usaid radhiyallahu ‘anhu)
berkata: ‘Sesungguhnya engkau mengenakan pakaian sedangkan saya tidak
mengenakan pakaian.’ Maka Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam melepaskan
bajunya, lalu ia memeluknya dan mengecup pundaknya. Ia berkata: ‘Sesungguhnya
aku menghendaki hal ini wahai Rasulullah.’[3]
Dari
Mu’awiyah bin Bahz radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ
لِيَضْحَكَ بِهِ الْقَوْمُ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ» [ أخرجه أبو داود ]
‘Celakalah bagi seseorang yang berbicara,
lalu berdusta agar membuat orang lain tertawa. Celakahlah baginya, celakalah
baginya.’[4]
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Mereka (beberapa sahabat)
berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau bercanda bersama kami.’ Beliau shallallahu
‘alahi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنِّي لَا أَقُوْلُ إِِلاَّ حَقًّا» [
أخرجه الترمذي ]
‘Sesungguhnya aku tidak berkata kecuali
yang benar.’[5]
Muhammad
bin Nu’man bin Abdus Salam berkata: ‘Aku belum pernah melihat orang yang lebih
ahli ibadah dari pada Yahya bin Hammad, dan saya duga dia tidak pernah
tertawa.’
Adz-Dzahaby
memberi komentar atas hal itu: Tertawa yang sedikit dan tersenyum lebih utama,
dan tidak adanya hal itu dari para ulama terbagi dua bagian:
Salah
satunya: bahwa yang utama bagi yang meninggalkannya karena adab dan takut
kepada Allah ta’ala, dan berduka cita terhadap dirinya yang miskin.
Kedua:
tercela bagi yang melakukannya karena bodoh, sombong dan dibuat buat,
sebagaimana orang yang banyak tertawa akan diremehkan. Dan tidak diragukan
bahwa tertawa pada anak muda lebih ringan dan bisa dipahami dari pada pada
orang tua.
Adapun
tersenyum dan muka berseri maka lebih tinggi dari semua itu. Nabi shallallahu
‘alahi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيْكَ
صَدَقَةٌ » [أخرجه البخاري فى الأدب المفرد]
‘Tersenyumnya
engkau di hadapan saudaramu adalah sedakah.’[6] Jarir radhiyallahu
‘anhu berkata: ‘Tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam
melihatku kecuali tersenyum.’[7]
Inilah
akhlak Islam, kedudukan tertinggi adalah yang banyak menangis di malam hari dan
tersenyum di siang hari. Dan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَنْ تَسَعَوُا النَّاسَ
بِأَمْوَالِكُمْ فَلْيَسَعْهُمْ مِنْكُمْ
بَسْطُ الْوَجْهِ» [ أخرجه البزار والحاكم وأبو نعيم ]
“Kamu
tidak akan bisa memberi bantuan kepada manusia dengan hartamu, maka hendaklah
muka berseri menjadi bantuanmu untuk mereka.’[8]
Masih
tersisa sedikit di sini: Semestinya bagi orang yang suka tertawa lagi tersenyum
agar mengurangi hal itu, mencela dirinya agar tidak banyak tertawa, dan
semestinya bagi orang yang bermuka masam, suka cemberut agar tersenyum dan
memperbaiki akhlaknya, mencela dirinya terhadap akhlaknya yang buruk dan setiap
yang menyimpang dari kewajaran adalah tercela, dan jiwa harus mujahadah dan
belajar adab.[9]
Post a Comment