Bidadari
Bidadari
Segala
puji hanya bagi Allah
SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
baginda Rasulullah
SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah
dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan
aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma
Ba’du:
Sesungguhnya
diantara kenikmatan surga yang paling besar yang dijanjikan oleh Allah SWT bagi
para hamba -Nya yang beriman, dan dirindukan oleh jiwa, dikejar oleh hati
adalah bidadari. Allah SWT telah mensifati mereka dengan sebaik-baik
sifat-sifat dan seindah-indah tabi’at, memancing selera orang yang mengejarnya
sehingga sekan-akan orang-orang yang beriman melihatnya secara nyata. Allah SWT berfirman:
Di
dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan
pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum
mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka)
dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan?. Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan. (QS. Al-Rahman: 56-58).
Al-Hasan
dan para ulama tafsir berkata: Dalam kebeningan permata yakut dan putihnya
marjan”.[1]
Allah SWT
berfirman:
Dan
(di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata
Jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik. (QS. Al-Waqi’ah: 22-23)
Allah swt
berfirman:
Sesungguhnya
Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari)dengan langsung, dan Kami jadikan mereka
gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya, (Kami ciptakan mereka)
untuk golongan kanan, (QS.
Al-Waqi’ah: 35-38)
Al-Hur
adalah bentuk jamak dari huro’ yang berarti wanita yang muda, cantik dan
jelita, putih, bermata hitam. Aisyah RA berkata: Kulit putih adalah setengah
dari kecantikan. Dan Umar RA berkata: Apabila seorang wanita telah memiliki
kulit yang putih dan rambut yang bagus maka telah sempurna kecantikannya.
Dan orang
Arab memuji wanita yang berkulit putih:
Wanita
yang berkulit putih, baik hati dan tidak suka melakukan perbuatan dosa
Seperti
kijang Mekkah yang dilarang untuk diburu
Karena
tutur kata yang lembut dia disangka penzina
Dan
mereka tidak mau melakukan zina karena taat terhadap Islam
Firman Allah yang mengatakan (عُرُبًا) adalah bentuk jamak dari (عُرُوبًا) artinya
wanita yang memadukan antara kecantikan tubuh dan keelokan dalam sikap yang
santun, elok dalam hidup bersuami istri, memancing gairah cinta pada suami
dengan sikap yang manja dan tutur kata yang lembut dan ungkapan yang manis
serta gerak-geriknya yang indah. Dan disebutkan oleh para
ulama tafsir tentang makna kata: (عُرُبًا) bahwa mereka adalah wanita-wanita yang menawan, memiliki rasa
cinta yang dalam, genit, manja, dan penyayang . Semua ini adalah kata-kata
yang diungkapkan oleh para ulama tentang penafsiran makna (عُرُبًا).
Dan firman
Allah SWT yang mengatakan: (أَتْرَابًا) Ibnu
Abbas berkata: dan seluruh ulama tafsir mengatkan artinya adalah wanita yang memiliki usia yang sama yaitu wanita yang memiliki
usia tiga puluh tiga tahun.[2]
Allah
SWT telah memberikan pada bidadari kebaikan dalam penciptaan dan akhlak,
kecantikan wajah, kulit halus yang mengagumkan pikiran dan lisan tidak mampu
mengungkapkannya.
Diriwayatkan
oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW
bersabda, “Kelompok pertama yang akan
memasuki surga akan memiliki wajah yang sama seperti bulan purnama, mereka
tidak meludah, ingusan dan tidak pula berak padanya, bejana-bejana mereka di
dalamnya adalah emas, sisir-sisir mereka dari emas dan perak, tempat bukhur
(gahru) mereka terbuat dari kayu yang sangat harum, mereka dari mereka minyak
misk, setiap mereka memiliki dua istri, bagian dalam betisnya tampak dari balik
dagingnya karena kecantikannya, tidak ada perselisiahan antara mereka dan tidak
pula terjadi pertengkaran, hati mereka satu, mereka memuji kepada Allah SWT pada
waktu pagi dan petang”.[3]
Diriwayatkan
oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Anas bin Malik RA bahwa Nabi Muhammad
SAW bersabda: Pergi pada waktu pagi di
jalan Allah atau pada waktu petang lebih baik dari dunia dan seisinya, dan pendeknya anak panah salah seorang di antara kalian dari
surga atau tempat cemetinya lebih baik dari dunia dan seisinya, dan seandainya
seorang bidadari dari surga turun ke menghampiri penghuni bumi maka dia akan
menerangi antara antara langit dan bumi dan akan menyebarkan semerbak bau yang
harum, dan selendang yang menutupi kepalanya lebih baik dari dunia dan
seisinya”.[4]
Dan bidadari itu terbebas dari segala kotoran dan sesuatu yang menjijikkan
baik lahir maupun batin. Allah SWT berfirman:
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu,
mereka mengatakan “Inilah yang pernah
diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di
dalamnya”. (QS. Al-Baqarah: 25)
Banyak alhi tafsir mengatakan bahwa Al-Muthaharah berarti suci dari haid,
kencing, nifas, berak, ingus, ludah dan setiap kotoran serta perkara yang
menjijikkan seperti apa yang terjadi pada wanita di dunia ini.[5]
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: Bersamaan dengan itu batin mereka juga
suci dari akhlak yang buruk dan sifat-sifat yang tercela, lisan mereka suci
dari kekejian dan
ucapan yang kotor, pandangan mereka suci dari keinginan kepada selain suami dan
pakian mereka suci dari kotoran yang bisa mengotorinya.[6]
Di antara balasan besar yang disediakan oleh
Allah SWT bagi hamba-hamba -Nya yang beriman di dalam surga yang mulia adalah
mereka akan menikah dengan para bidadari, maka dengan ini akan terwujud
kebahagiaan dan kelezatan hidup menjadi sempurna. Allah SWT berfirman:
“mereka bertelekan di atas
dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli”. QS. (Al-Thur: 20).
Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya
penghuni surga pada hari itu bersenang-senang.Mereka dan istri-istri mereka
berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. dalam kesibukan
(mereka). (QS. Yasin: 55-56).
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari
Abi Musa Al-Asya’ari RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya bagi orang yang beriman di dalam surga sebuah kemah dari
satu mutiara yang memiliki ruang melengkung, panjangnya emam puluh mil, bagi
orang yang beriman pasangan di dalamnya, seorang mu’min berkeliling kepada
mereka namun sebagian mereka tidak melihat kepada sebagian yang lain”.[7]
Dan kemah-kemah ini bukan bagian dari
ruang-ruang dan istana-istana (yang dijanjikan oleh Allah) di dalam surga, ini
adalah bentuk kenikmatan yang lain. Diriwayatkan oleh Al-Thabrani di dalam Al-Mu’mus
Shagir dari Abi Hurairah RA berkata: Dikatakan wahai Rasulullah apakah kita
akan berkumpul dengan istri-istri kita di dalam surga?. Maka Nabi SAW bersabda,
“Sesungguhnya seorang lelaki akan
berkumpul dalam satu hari bersama seratus gadis”.[8]
Dan para bidadari
itu sangat rindu kepada suami-suami mereka dari golongan orang yang beriman,
bahkan mereka berdo’a agar orang yang menyakiti suaminya di dunia ditimpakan
keburukan atas mereka, lalu bagiamana jika sang suami datang dan sang bidadari
diberitakan tentang kedatangan suaminya itu. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di
dalam Musnadnya dari Mu’adz bin Jabal RA dari Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidak seorang wanita menyakiti suaminya
di dunia kecuali istri yang dari bidadari berkata: Janganlah engkau
menyakitinya, semoga Allah membinasakanmu, sebab dia di sisimu hanya sebagai
orang yang mampir saja dan akan berpisah denganmu menuju kami”.[9]
Dan para pengantin
dari bidadari akan semakin cantik, cinta dan rindu kepada suaminya di dalam
surga walau zaman berputar dan masa
berganti panjang.
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab
shahihnya dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhya di dalam surga terdapat pasar
yang didatangi setiap hari jum’at, lalu angin utara berhembus, maka angin itu
menghempas wajah-wajah mereka dan pakaian-pakaian mereka maka dengannya mereka
akan bertambah cantik dan elok, lalu mereka kembali kepada keluarga mereka
sementara wajah mereka sangat cantik dan elok, maka keluarga mereka berkata
kepada mereka: Demi Allah sungguh setelah pergi, kalian begitu tampak cantik
dan elok, maka para lelaki penghuni surgapun berkata: Kalian juga begitu tampak
cantik dan indah setelah kepergian kami”.[10]
Dan setelah orang-orang yang shaleh di dunia ini mengetahui dari kitab
Allah dan sunnah-sunnah Nabi mereka tentang keadaan para bidadari maka mereka
bertambah rindu dan cinta kepada mereka, dan hal ini akan memotifasi mereka
untuk taat kepada Allah, dan hati mereka tertuju senang kepada mereka. Rabi’ah
bin Kaltsum berkata: Al-Hasan memandangi kami pada saat kami masih muda dan
berkata: Apakah kalian tidak rindu kepada bidadari?”.[11]
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
Wahai yang
meminang bidadari jelita dan mencari
Bertemu dengan
mereka di dalam surga yang hidup
Seandainya engkau
menyadari siapa yang dipinang dan
Dicari, niscaya
engkau berkorban segala yang berharga
Atau dirimu
mengetahui di manakah dia bertempat tinggal
Niscaya engkau
berusaha meraihnya dengan mata terpejam
Telah diberitakan
tentang jalan tempat tinggalnya dan jika
Engkau ingin
sampai maka janganlah terlambat menerjangnya
Bergegaslah dan
paculah jalanmu serta berusahalah, sungguh
Usahamu ini satu
saat yang pendek dalam rentangan zaman
Rindukanlah dia,
bisikanlah jiwamu untuk segera meraihnya
Berikanlah
maharnya selama dirimu merasa mampu berjuang
Sempurnakanlah
puasamu sebelum bertemu dengannya dan
Dan Hari
pertemuanmu bagai hari idul fitri setelah ramadhan
Dan jadikanlah
kecantikannya sebagai motifasi dan berjalanlah
Engkau dapatkan
segala ketakutan berubah menjadi aman
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan
semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita
Muhammad SAW dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
[1] Tafsir Ibnu Katsir: 4/278
[2] Tafsir Ibnu Katsir: 4/292
[3] Al-Bukhari: no: 3245 dan Muslim: no: 2834
[4] Al-Bukhari no: 2796 dan
dikeluarkan oleh Muslim no: 1880. Dan Al-Gudwah adalah pergi keluar pada wakut
pagi untuk berperang di jalan Allah dan Al-Rauhah adalah pergi keluar untuk
berperang di jalan Allah pada waktu petang
[5] Tafsir Ibnu Katsir: 1/63
[6] Bada’iut Tafsir: 1/292
[7] Muslim: no: 2838 dan
Al-bukhari: 3243
[8] Al-mu’jamus Shagir: 2/68 no:
795 dan Al-Hafiz Abu Abdullah Al-Maqdisi berkata: Hadits ini bagiku berada
dalam koridor syarat hadits yang shahih, tafsir Ibnu Katsir: 4/292
[9] HR. Imam Ahmad: 36/417 no:
22101 dan para muhaqqiq berkata: sanadnya hasan, dan (dakhil yang bermkana orang yang mampir) maksudnya adalah orang yang
segera pergi.
[10] Shahih Muslim: no: 2833
[11] Lihat: sebuh risalah yang
berjudul: Busyrol Muhibbin bi Akhbaril Hurril In, karngan Sa’d Al-Hamdan
Post a Comment