Haji dan Dzikir
Haji dan Dzikir
Allah
telah mensyariatkan ibadah haji atas hamba-hambaNya untuk mengingatNya. Dzikir
adalah tujuan dari haji juga tujuan dari semua ketaatan. Ibadah tidak
disyariatkan kecuali karena-Nya. Tidaklah seseorang mendekatkan diri kepada
Allah kecuali dengan mengingat-Nya, dan ibadah haji seluruhnya adalah mengingat
Allah. Allah ta’ala berfirman:
“dan berserulah kepada manusia untuk
mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan
mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya
mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama
Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan
kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan
(sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan
fakir.”[1]
Allah juga berfirman:
“tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia
(rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari
'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. dan berdzikirlah (dengan
menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya
kamu sebelum itu benar-benar Termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian
bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafah) dan
mohonlah ampun kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, Maka berdzikirlah
dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan)
nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di
antara manusia ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami
(kebaikan) di dunia", dan Tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di
akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami,
berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari
siksa neraka. Mereka Itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang
mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. Dan berdzikirlah
(dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa yang
ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, Maka tiada dosa baginya.
dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu),
Maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa. dan bertakwalah
kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.”[2]
Renungkanlah
wasiat dan perintah yang agung dan mulia
ini dengan senantiasa mengingat Allah azza wa jalla dalam semua ibadah
haji seperti wukuf di arafah yang diperintahkan untuk berdzikir, di masy’aril
haram juga diperintahkan untuk berdzikir, ketika menyembelih kurban, dan pada
hari tasyriq pun juga diperintahkan untuk berdzikir. Dzikir adalah tujuan dari
amalan-amalan tersebut, bahkan amalan tersebut tidak disyariatkan kecuali untuk
mengingat Allah.
Diriwayatkan
dari Abu Dawud dan selainnya dari Nabi bahwasanya beliau bersabda, “
Sesungguhnya thawaf di ka’bah, sa’i antara shafa dan marwah juga melempar
jumroh diadakan untuk mengingat Allah azza wajalla.[3]
Hadits tersebut menunjukkan atas tingginya kedudukan dzikir dan kemuliaannya,
dan bahwa dzikir adalah tujuan dari semua ibadah dan intinya. Allah azza wa
jalla berfirman tentang kedudukan shalat:
“…. dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku”[4]
Maksudnya, dirikanlah shalat
untuk mengingat Allah. Allah menamakan shalat sebagai dzikir dalam firmanNya:
“Hai
orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah”[5]
karena
mengingat Allah adalah ruhnya shalat, inti, dan juga hakikatnya. Demikianlah
kedudukan dzikir dalam semua ibadah. Orang yang paling besar pahalanya dalam
setiap ibadah yaitu orang yang paling banyak berdzikir dalam ibadahnya.
Diriwayatkan
dari Imam Ahmad dan Thabrani dari jalan Abdullah bin Lahi’ah berkata:
حدَّثنا زبَّان بن فائد، عن سهل بن معاذ بن أنس
الجهني، عن أبيه، عن رسول الله أنَّ رجلاً سأله فقال: أيُّ الجهاد أعظمُ أجراً یا
رسول الله، فقال: (( أكثرُھم لله تبارك وتعالى ذكراً، قال: أيُّ الصائمین أكثرھم أجراً؟ قال: أكثرُھم لله ذكراً، ثم ذكر لنا الصلاة والزكاة والحجَّ والصدقة كلُّ ذلك
رسول الله یقول: أكثرھم لله ذكراً، فقال أبو بكر لعمر: یا أبا حفص ذھب الذاكرون بكلِّ خیر، فقال رسول الله : أجل.
“ Zabban bin Faid bercerita kepada kami, dari Sahl bin Mu’adz
ibnu Anaas Al-Juhni dari ayahnya dari Rasulullah bahwa ada seorang lelaki
bertanya kepadanya. Ia berkata: jihad apakah yang paling besar pahalanya wahai Rasulullah?
Rasulullah menjawab, “yang paling banyak mengingat Allah”. Ia berkata: “Orang
puasa yang seperti apa yang paling banyak pahalanya?” Beliau menjawab, “yang
paling banyak mengingat Allah”, kemudian beliau menyebutkan kepada kami shalat,
zakat, haji, dan shadaqah. Semua dari itu. Rasulullah berkata: “yang paling
banyak mengingat Allah”. Abu Bakr
berkata kepada Umar: “ Wahai Abu Hafs orang-orang yang selalu berdzikir mereka
pergi dengan setiap kebaikan”. Rasulullah bersabda: “ Tentu”.[6]
Berkata
Al-Haitsami: “ Didalamnya terdapat Zabban bin Faid dan ia dhaif, dan telah
dikuatkan begitu juga Ibnu Lahi’ah”[7]
Akan
tetapi dalam hadits tersebut terdapat syaahid (penguat) yang mursal dengan
sanad yang shahih diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam Az-Zuhd berkata: “
Beritahukan kepadaku. Beliau berkata: telah bercerita kepadaku Zuhrah bin
Ma’bad bahwasanya beliau mendengar Abu Sa’id Al-Almaqburi berkata: “ Dikatakan:
wahai Rasulullah, orang haji seperti apakah yang paling besar pahalanya?
Rasulullah menjawab: yang paling banyak mengingat Allah. Berkata: orang shalat
seperti apakah yang paling banyak pahalanya? Beliau menjawab: yang paling
banyak mengingat Allah. Berkata: orang puasa seperti apa yang paling besar
pahalanya? Beliau menjawab: yang paling banyak mengingat Allah. Berkata:
pejuang seperti apakah yang paling besar pahalanya? Beliau menjawab: yang
paling banyak mengingat Allah. Zuhrah berkata: Abu Sa’id Al-Maqburi
menceritakan kepadaku bahwa Umar berkata keepada Abu Bakr: “ orang-orang yang
selalu berdzikir mereka pergi dengan setiap kebaikan”.[8]
Juga
terdapat syahid lain yang dibawakan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Wabilush
Shaib : Ibnu Abi Dunya menyebutkan hadits mursal: “ Bahwasanya Nabi ditanya
oleh seseorang: “Ahli masjid seperti apa yang baik?” Beliau menjawab: “yang
paling banyak mengingat Allah azza wa jalla”. Ia berkata:
“Jenazah seperti apakah yang baik?” Beliau menjawab: “yang paling banyak
mengingat Allah azza wa jalla”. Ia bertanya: “Pejuang seperti apa yang
baik?” Beliau menjawab: “yang paling banyak mengingat Allah azza wa jalla”.
Ia berkata: “ Orang haji seperti apakah yang baik?” Beliau menjawab: “yang
paling banyak mengingat Allah azza wa jalla”. Ia berkata: “ Orang yang
berbuat kebaikan seperti apakah yang baik?” Beliau menjawab: “yang paling
banyak mengingat Allah azza wa jalla”. Abu Bakr berkata: “ Orang yang
selalu berdzikir pergi dengan semua kebaikan”.[9]
Ibnul
Qayyim berkata: “ Sesungguhnya ahli ibadah yang paling utama yaitu yang paling
banyak mengingat Allah azza wa Jalla. Orang yang berpuasa yang paling
utama yaitu yang paling banyak mengingat Allah dalam puasanya. Yang paling
utama diantara oraang-orang yang bershadaqah yaitu orang yang paling banyak
mengingat Allah. Orang haji yang paling utama yaitu yang paling banyak
mengingat Allah. demikian juga seluruh amalan yang lain.[10]
Jika
engkau tahu hal tersebut maka bersunguh-sungguhlah untuk senantiasa berdzikir
kepada Allah dalam setiap ketaatan. Dalam shalatmu, puasamu, hajimu, dan
seluruh ibadahmu. Sesungguhnya pahalamu disetiap ibadahmu tergantung dengan
dzikirmu kepada Allah.
Dzikir
adalah bentuk ketaatan yang paling mulia dan ibadah yang paling utama. Buah
dari dzikir banyak dan tidak terhitung bagi pelakunya. Kemuliaan buahnya
menjadi wasilah yang berbarokah untuk menghidupkan hati, mendidik jiwa, dan
mensucikan hati. Hati yang selalu berdzikir akan mendapatkan kebahagiaan dan
ketenangan, sebagaimana Allah berfirman:
“ (yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”[11]
sebagai obat hati, penawar dari penyakitnya, dan
menghilangkan noda hitamnya. Dalam hati terdapat noda hitam yang tidak akan hilang kecuali dengan
berdzikir kepada Allah. Datang seorang lelaki kepada Hasan Al-Basri
berkata: “ Wahai Abu Sa’id aku mengadu
kepadamu akan noda hitam pada hatiku. Beliau berkata: “Hilangkan dengan
dzikir”.[12]
Dzikir
kepada Allah memudahkan segala perkara dan memudahkan semua perkara yang sulit.
Tidaklah seseorang berdzikir kepada Allah atas kesulitannya kecuali Allah
mudahkan, tidak pula seseorang berdzikir dalam kesempitannya kecuali Allah
lapangkan, tidak pula orang berdzikir dalam kesusahannya kecuali Allah
hilangkan.
Semoga
Allah menjadikan kami dan kalian semua termasuk dari orang-orang yang berdzikir
dan menjauhkan kami dari kelalaian. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar do’a.
Allah adalah tempat berharap, dan sebaik-baik penolong.
[1] Al
Hajj : 27-28
[2] Al
Baqarah : 198-203
[3]
Sunan Abu Dawud (1888), Sunan at Tirmidzi (902) dan ia berkata: “Hasan Shahih”
[4]
Thaha : 14
[5] Al
Jumuah : 9
[6] Al Musnad (15614), Al Mu’jam Al Kabir oleh At
Thabrani (20/407)
[7]
Mu’jam Az Zawaid (X/74)
[8] Az
Zuhd (1429)
[9] Al
Waabil Ash Shaib (152)
[10]
Al Waabil Ash Shaib (152)
[11]
Ar Ra’du : 28
[12]
Disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Al Waabil Ash Shaib (142)
Post a Comment