HAJI MABRUR, AKAN TETAPI BAGAIMANA SETELAH HAJI?
HAJI MABRUR, AKAN TETAPI BAGAIMANA SETELAH
HAJI?
Segala
puji bagi Allah I yang telah memberikan petunjuk kepada
hamba-hamba-Nya jalan yang lurus, shalawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi r pemilik telaga dan kedudukan yang
agung, demikian pula keluarga, sahabat,
dan orang-orang yang mengikuti mereka kepada jalan yang lurus.
Dan
sesudah itu, wahai saudaraku yang melaksanakan haji: apabila para haji telah
berniat pulang kembali ke tanah air mereka, mereka teringat bapak, ibu, istri,
anak, dan saudara, maka ia membawakan hadiah untuk mereka. Dan siapa yang
memiliki harta yang banyak, ia membawa berbagai macam barang untuk perdagangan,
dan orang yang berhaji dibolehkan melakukan hal itu, berdasarkan firman Allah I:
لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن
تَبْتَغُوا فَضْلاً مِّن رَّبِّكُمْ فَإِذَآ أَفَضْتُم مِّنْ عَرَفَاتٍ
فَاذْكُرُوا اللهَ عِندَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ
وَإِن كُنتُم مِّن قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّآلِّينَ
Tidak ada dosa
bagimu mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Rabbmu. Maka apabila kamu
telah bertolak dari 'Arafat, berzikirlah kepada Allah di Masy'aril haram. Dan
berzikirlah (dengan menyebut) Allahsebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu;
dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang -orang yang sesat.
(QS. Al-Baqarah:198)
Imam
al-Qurthubi rahimahullah berkata, 'Ayat tersebut merupakan dalil boleh
melakukan bisnis bagi orang yang melaksanakan ibadah haji saat berhaji sambil
melakukan ibadah, dan sesungguhnya hal itu bukan merupakan perbuatan syirik dan
tidak keluar dari tuntutan keikhlasan yang dibebankan kepadanya. Ad-Daraquthni
rahimahullah meriwayatkan dalam sunannya dari Abu Umamah at-Taimi, ia
berkata,'Aku berkata kepada Ibnu Umar t,
'Sesungguhnya aku seorang laki-laki yang bekerja di jalur ini, dan sesungguhnya
orang-orang berkata, 'Sesungguhnya tidak ada haji untukmu'. Ibnu Umar t
berkata, 'Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah r,
lalu bertanya kepada beliau seperti yang engkau tanyakan. Maka Rasulullah r
diam sampai turun ayat:
لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن
تَبْتَغُوا فَضْلاً مِّن رَّبِّكُمْ
Tidak ada dosa bagimu mencari
karunia (rezki hasil perniagaan) dari Rabbmu…
Maka Rasulullah
r
bersabda: 'Sesungguhnya ada pahala haji untukmu.'
Saudaraku yang berhaji, sesungguhnya
mengambil dari dunia sekadar kebutuhan tidak mempengaruhi keikhlasan, akan
tetapi bagaimana perasaanmu saat meninggalkan tempat-tempat suci tersebut?
Apakah engkau mengetahui wahai saudaraku, bahwasanya Rasulullah r
memerintahkan kepada setiap orang agar tidak meninggalkan kota Makkah sebelum melaksanakan thawaf wada'
(thawaf perpisahan)? Dari Abdullah bin Abbas t, ia berkata,
'Orang-orang berpaling (meninggalkan kota
Makkah) dari segenap penjuru. Maka Rasulullah r bersabda:
لاَيَنْفِرَنَّ
أَحَدٌ حَتَّى يَكُوْنَ آخِرَ عَهْدِهِ بِاْلبَيْتِ
"Janganlah seseorang pergi (meninggalkan Makkah)
sehingga akhir ibadahnya di Baitullah (thawaf wada')." HR. Muslim.
Saudaraku yang berhaji, seperti inilah
Rasulullah r
memerintahkan kepada para sahabat saat akan meninggalkan Baitullah yang mulia,
agar mereka melakukan thawaf terakhir sebelum meninggalkan kota Makkah, saat itu hati dan pandangan mata
mereka telah dipenuhi keagungan Baitullah tersebut–semoga Allah I
menambah kemuliaannya-.
Dan engkau, wahai saudaraku, apakah
yang engkau rasakan, saat engkau bersiap-siap meninggalkan tempat yang suci
tersebut?
Saudaraku, tidak diragukan lagi,
sesungguhnya meninggalkan tempat yang suci tersebut terasa sangat berat di
hati, terutama jiwa yang ikhlas karena Allah I saat
menunaikan ibadah haji.
Kemudian wahai saudaraku yang berhaji,
ingatlah saat engkau meninggalkan Baitullah yang agung, sesungguhnya engkau
tadinya berada di hari-hari taat dan musim-musim ibadah serta saat-saat yang
sangat membahagiakan. Akan tetapi wahai saudaraku, apakah ibadah menjadi
terhenti saat engkau pulang ke tanah airmu? Dan engkau teringat dirimu di
hadapan Allah I
di sisi bait-Nya yang agung, hari Arafah dan kehebatannya, serta hari-hari Mina
dan keagungannya.
Saudaraku, bagaimana bisa engkau
gantikan kondisimu dengan yang lain? Teruskanlah berbuat ibadah, bukalah
lembaran baru dalam kehidupanmu, agar engkau mendapatkan ciri-ciri haji yang
mabrur. Al-Hasan al-Bashari rahimahullah berkata: 'Haji mabrur adakah
bahwa pelakunya pulang, zuhud terhadap dunia dan senang terhadap akhirat.'
Sebagian dari salaf berkata, 'Di antara tanda haji mabrur adalah bahwa hal itu
nampak di akhirnya. Jika ia pulang menjadi lebih baik dari sebelumnya,
diketahuilah bahwa ia mabrur.
Kemudian, ada hal lain wahai saudaraku
yang berhaji, saat engkau meninggalkan Baitullah, memohonlah kepada Allah I
agar ini bukanlah saat terakhirmu di Baitullah, maka sesungguhnya meneruskan
taat termasuk sebab-sebab ketetapan (iman dan ibadah), sebagaimana meneruskan
maksiat termasuk sebab-sebab kesesatan dan penyimpangan.
Saudaraku, istiqamah engkau di dalam ibadah
merupakan kunci keberuntungan engkau di hari persidangan besar. Dan Nabi kita
Muhammad r
pernah ditanya, 'Amal apakah yang paling utama? Beliau menjawab:
أدومه وإن قلّ [رواه مسلم].
'Yang terus menerus,
sekalipun sedikit." HR. Muslim.
Saudaraku yang telah berhaji,
sesungguhnya di antara tanda keshalihan adalah terus menerus (istiqamah) di
atas taat, sekalipun sedikit. Saudaraku, inilah permata yang tak ternilai,
yaitu hendaklah engkau memperbanyak amal shaleh dan menekuninya, janganlah
engkau menganggap remeh hal tersebut, semoga Allah I
menetapkan husnul khatimah untukmu, dan memelihara untukmu keberkahan hajimu.
Saudaraku, janganlah engkau seperti orang-orang
yang tidak pernah mengingat ibadah kecuali di musim-musim tertentu, dan apabila
musim itu telah berlalu, mereka kembali kepada kondisi mereka sebelumnya.
'Alqamah t
bertanya kepada 'Aisyah radhiyallahu 'anha, maka ia berkata, 'Wahai Ummul
Mukminin, bagaimana amalan Rasulullah r,
apakah beliau r
menentukan hari tertentu (untuk beribadah)?' Ia menjawab:
" لا, كان عمله ديمة وأيكم يستطيع ما كان رسول الله - صلى
الله عليه وسلم -؟! " [رواه البخاري].
'Tidak, ibadahnya terus
menerus, siapakah di antaramu yang mampu seperti Rasulullah r?
HR. al-Bukhari.
Muhammad bin al-Qasim meriwayatkan
dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa sesungguhnya apabila dia (Aisyah)
mengamalkan sesuatu, ia menekuninya.
Saudaraku yang berhaji, engkau harus
sabar dalam ibadah, sedangkan engkau meneruskan perjalanan hidupmu yang baru.
Dan bersabarlah pula dalam meninggalkan maksiat, maka sesungguhnya sabar dalam
melaksanakan ibadah dan meninggalkan maksiat merupakan tingkatan sabar yang
tertinggi. Maimun bin Mihran rahimahullah berkata, 'Sabar terbagi dua: sabar di
atas musibah merupakan suatu kebaikan, dan yang lebih utama dari hal itu adalah
sabar dalam meninggalkan maksiat.'
Dan janganlah engkau, wahai saudaraku
yang berhaji, termasuk orang-orang yang dikatakan oleh Ibnu al-Qayyim
rahimahullah: 'Orang-orang yang tercela adalah mereka yang paling sabar dalam
mentaati hawa nafsu dan syahwat mereka, dan paling tidak sabar dalam ibadah
kepada Rabb mereka. Ia memiliki kesabaran yang luar biasa dalam menuruti
keinginan syetan, dan tidak sabar berkorban dalam beribadah kepada Allah I.
Ia sangat sabar memikul beban yang berat untuk mengikuti hawa nafsunya agar
mendapatkan ridha musuhnya dan ia tidak sanggup menahan sabar untuk mendapatkan
ridha Rabb-nya.
Ia adalah orang yang paling sabar
berkorban untuk menuruti kemauan syetan dan hawa nafsunya, dan ia paling tidak
sabar dalam hal itu pada Allah I.
Ini adalah celaan yang paling besar, ia tidak akan mulia di sisi Allah I,
tidak akan berdiri bersama orang-orang yang mulia saat dipanggil di hari kiamat
di atas pandangan para saksi, agar semua yang berkumpul mengetahui, siapakah
yang paling mulia pada hari ini,di mana orang-orang yang bertaqwa.
Saudaraku yang berhaji, sesungguhnya
kesudahan orang-orang yang sabar adalah surga:
وَالَّذِينَ
صَبَرُوا ابْتِغَآءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا
رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلاَنِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ
أُوْلَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ . جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَن
صَلَحَ مِنْ ءَابَآئِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلاَئِكَةُ
يَدْخُلُونَ عَلَيْهِم مِّن كُلِّ بَابٍ . سَلاَمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ
فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
Dan
orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabbnya, mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebagian rejeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi
atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang
itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), * (yaitu) surga 'Adn yang
mereka masuk kedalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari
bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk
ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; * (sambil mengucapkan):"Salamun
'alaikum bima shabartum".Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (QS.
Ar-Ra'ad:22-24)
Dan dalam
firman-Nya (Salamun
'alaikum bima shabartum), Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah berkata,
'Mereka sabar terhadap apa-apa yang diperintahkan kepada mereka dan sabar
meninggalkan apa-apa yang mereka dilarang darinya.'
Saudaraku, tabi'at nafsu adalah
menyukai sifat malas dan istirahat, maka janganlah engkau memberikan kepadanya
keinginannya, supaya syetan tidak mendapatkan jalan kepadamu. Al-Hasan
al-Bashari berkata, 'Apabila syetan memperhatikanmu, lalu ia melihatmu tekun
dalam ibadah kepada Allah I,
maka ia menghendakimu dan menghendakimu, maka ia melihatmu tekun dalam ibadah,
maka ia jemu dan menolakmu. Dan apabila engkau terkadang seperti ini dan
terkadang seperti ini, niscaya ia sangat berharap padamu.'
Saudaraku
yang berhaji, engkau datang dari hajimu, dan engkau masih dekat masamu dengan
ibadah kepada Allah I, maka teruskanlah semangatmu dalam ibadah sebelum
datangnya rasa malas dan jemu. Dan apabila engkau merasa cenderung kepada rasa
malas, niscaya nafsu ammarah menguasaimu
untuk berbuat keburukan, maka sirnalah hajimu bersama angin. Dari Huraisy bin
Qais rahimahullah, ia berkata, ‘Apabila engkau ingin melakukan kebaikan, maka
janganlah engkau tunda sampai besok hari. Dan apabila engkau mengerjakan urusan
dunia, maka perlahanlah. Dan apabila engkau melaksanakan shalat, lalu syetan
berkata kepadamu, ‘Engkau riya di dalam shalat.’ Maka panjangkanlah shalatmu.’
Saudaraku
yang berhaji, segeralah, segeralah,
janganlah engkau katakan: Akan saya lakukan, akan saya kerjakan.
Tsumamah bin Bajad as-Salami berpesan kepada kaumnya:’Wahai kaumku, aku
memperingatkan kamu: saya akan mengerjakan, saya akan shalat, saya akan puasa.’
Saudaraku
yang berhaji, ‘Berjihadlah terhadap dirimu, dan janganlah engkau menjadi lemah,
sebagaimana engkau berjihad di hari-hari engkau berada di tempat yang suci
tersebut.
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا
لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan)
Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Ankabuut:69)
فَأَمَّا
مَن طَغَى . وَءَاثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا . فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ
الْمَأْوَى . وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ
الْهَوَى . فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
Adapun orang
yang melampaui batas, * nerakalah
tempat tinggal(nya). * Dan adapun
orang-orang yangtakut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan
hawa nafsunya. * maka
sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (QS. An-Nazi’aat:37-41)
Saudaraku
yang berhaji, perbanyaklah berdoa kepada Allah I agar selalu menetapkan engkau dalam taat
kepada-Nya. Maka perbanyaklah menghadap kepada-Nya agar Dia meluruskan
langkahmu dan engkau senantiasa menjalani jalur agama-Nya yang benar. Dan
Rasulullah r memperbanyak doa kepada Allah I agar menetapkannya di atas agama-Nya. Ummu
Salamah radhiyallahu ‘anha ditanya tentang banyaknya doa beliau, ia
berkata: ‘Kebanyakan doa beliau:
يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
“Wahai yang
membolak-balikan hati, tetap hatiku di atas agama-Mu.” Maka beliau ditanya
tentang hal itu? Beliau menjawab, ‘
إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِيٌ إِلاًّ قَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ
أَصَابِعِ الرَّحْمنِ, فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ
“Sesungguhnya tidak
ada manusia kecuali hatinya berada di antara dua jari di antara jemari
ar-Rahman, maka barangsiapa yang Dia kehendaki, Dia menetapkan)di
atas kebenaran), dan barangsiapa yang
dikehendaki-Nya, dia menyimpang (dia menyimpang dari jalan kebenaran).” HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Abi
Syaibah, Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah. 2091
Dan dalam satu
riwayat: Nabi r
bersabda:
يَا مُثَبِّتَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ
‘Wahai yang menetapkan
semua hati, tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu.’ HR. Ibnu Majah, Shahih
Sunan Ibnu Majah, karya al-Albani, 166.
Wahai saudaraku yang berhaji, apakah
Nabi r
selalu meminta kepada Rabb-nya agar menetapkannya di atas agama-Nya, dan beliau
melihat dari tanda-tanda Rabb sesuatu yang cukup dalam menetapkan hatinya di dalam agama Allah I. Maka bagaimana dengan kita? Sedangkan
engkau, wahai saudaraku, berada di zaman yang banyak sekali fitnah dan
sebab-sebab penyimpangan, di era yang mungkin saja engkau tidak menemukan para
penolong di atas kebenaran. Bahkan apabila mereka melihat engkau istiqamah
dalam agama, mereka memperolok engkau dan menyebutkan keburukan engkau. Akan tetapi
orang beriman yang yakin berada dalam janji Rabb, ia tidak menoleh hal itu.
Tidak ada pilihan bagimu, engkau harus memperbanyak doa kepada Allah I agar menetapkan engkau di atas agama-Nya.
Hendaklah doamu dengan hati yang ikhlas. Nikmatilah ketaatan kepada Allah I dan senangilah beribadah kepada-Nya.
Janganlah engkau berdoa seperti doa orang yang lupa, yang tidak memahami apa
yang diucapakan. Sesungguhnya engkau, wahai saudaraku yang telah berhaji,
membutuhkan ketatapan di atas taat kepada Allah I, sehingga engkau memetik buah hajimu dan
merasakan berkahnya.
Wahai
saudaraku yang berhaji, ada persoalan penting yang ingin saya sebutkan
kepadamu, dan engkau pulang ke tanah airmu, janganlah engkau memandang kepada
dirimu seperti pandangan orang-orang yang tertipu, yang mereka sedikit sekali
melaksanakan ibadah, lalu menganggap diri mereka seolah-olah manusia paling
mulia di muka bumi. Akan tetapi wahai saudaraku, lihatlah kepada dirimu dengan
pandangan kekurangan. Karena sesungguhnya engkau, sebanyak apapun engkau
melaksanakan amal shalih, engkau tidak bisa bersyukur kepada Allah I terhadap nikmat terkecil yang diberikan
kepadamu. Apabila engkau ingin mengetahui, wahai saudaraku, keadaan orang-orang
shalih setelah mereka melaksanakan ibadah, maka renungkanlah bersama saya
tentang cerita-cerita mereka, supaya engkau mengetahui bahwa hamba-hamba Allah I yang ikhlas selalu mengakui kekurangan.
Inilah Abu Bakar t setelah memangku jabatan khalifah, ia memberikan
pidatonya yang terkenal setelah pelantikannya: ‘Wahai manusia, aku telah
diangkap sebagai pemimpin kamu, sedangkan aku bukanlah yang terbaik darimu...”
Al-Hasan
al-Bashari berkata, ‘Bahkan, demi Allah, dia adalah yang terbaik di antara
mereka, akan tetapi orang beriman mengaku kekurangan atas dirinya sendiri.’
Muhammad
bin ‘Atha menceritakan kepada kita, ia berkata, ‘Aku sedang duduk-duduk bersama
Abu Bakar t, lalu ia melihat burung, ia berkata,
‘Alangkah beruntungnya engkau, wahai burung, engkau makan dari pohon ini,
kemudian engkau mengeluarkannya (buang air besar), kemudian engkau tidak
menjadi sesuatu, tidak ada hisab atasmu. Aku ingin sepertimu.’ Aku berkata
kepadanya, ‘Apakah engkau mengatakan hal ini, sedangkan engkau adalah orang
terdekat dengan Rasulullah r.
Inilah
al-Faruq Umar bin Khaththab t, ia berkata, ‘Jikalau penyeru berseru di hari kiamat,
‘Wahai sekalian manusia, masuklah ke dalam surga kecuali satu orang,’ niscaya
aku menduga bahwa satu orang itu adalah aku.’
Wahai
saudaraku yang berhaji, inilah Rasulullah r, mengajarkan kepada kita, bagaimana
beribadah kepada Allah I. Beliau beribadah di malam hari hingga bengkak kedua
tumitnya. Maka apabila mereka bertanya, beliau menjawab
أَفَلَا أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا
‘Apakah aku tidak mau menjadi hamba yang sangat bersyukur?’ HR. Al-Bukhari.
Dan Nabi r
bersabda, ‘
وَاللهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ الله وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ
أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً
“Demi Allah, sesungguhnya meminta ampun dan bertaubat kepada
Allah swt dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.’
HR. al-Bukhari.
Bagaimana
pendapatmu, wahai saudaraku yang berhaji, apabila Rasulullah r,
padahal Allah I
telah mengampuni dosanya yang terdahulu dan yang akan datang, sedangkan beliau
beribadah kepada Rabb-nya dengan cara seperti ini, apakah kita pantas
mengatakan, ‘Aku telah beribadah kepada Allah I dengan
sebenarnya?
Wahai saudaraku, tekanlah nafsumu
dengan sebenarnya niscaya ia menjadi lurus untukmu, dan apabila engkau
memandang kepadanya dengan pandangan sempurna niscaya ia melakukan kelalaian
denganmu, hingga kekurangan memasukimu dalam menunaikan ibadah.
Kemudian wahai saudaraku yang berhaji,
aku ingin menunjukkan kepadamu obat mujarab untuk mengobati penyakit malas
dalam beribadah. Maka sesungguhnya jika engkau mengambilnya, niscaya memberikan
pengaruh yang mengagumkan. Tahukah engkau, obat apakah itu? Sesungguhnya ia
adalah kematian. Ingatlah wahai saudaraku, sesungguhnya engkau akan berangkat
meninggalkan dunia ini menuju suatu negeri yang akan dibalas padanya
orang-orang yang berbuat baik dan yang berbuat jahat. Apabila engkau ingin
terus merasakan berkah hajimu, maka ingatkanlah dirimu dengan kematian, maka
sesungguhnya ia pada saat itu segera melaksanakan amal shalih dan giat
beribadah kepada Allah I.
Nabi r
mengajarkan kepada Abdullah bin Umar t
tentang obat yang ajaib ini, maka beliau memegang bahunya dan bersabda
kepadanya:
كُنْ فِى الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَاِبرُ سَبِيْلٍ
“Jadikanlah dirimu di dunia bagaikan orang asing atau yang
sedang melewati jalan.”
Dan Ibnu Umar t
berkata, ‘Apabila engkau ada di sore hari, maka janganlah menunggu pagi, dan
apabila engkau ada di pada hari maka janganlah engkau menunggu sore. Ambilah
kesempatan sehatmu untuk saat sakitmu, dan ambilah kesempatan hidupmu untuk
saat matimu.’ HR. al-Bukhari.
Iman an-Nawawi
rahimahullah berkata, ‘Pengertian hadits tersebut bahwa janganlah engkau cenderung
kepada dunia, dan janganlah engkau jadikan dunia sebagai tanah airmu, janganlah
engkau berbicara kepada dirimu untuk selama-lamanya, dan janganlah engkau
bergantung darinya sebagaimana orang asing (pengelana) tidak bergantung kepada
selain tanah airnya.
Saudaraku, Hasan al-Bashari berkata,
‘Bersegerah-bersegeralah, sesungguhnya itulah napasmu. Jika telah dihisab,
niscaya terputuslah darimu amal ibadahmu yang dengannya kamu mendekatkan diri
kepada Allah I.
Semoga Allah I
memberikan rahmat-Nya kepada seseorang yang merenungkan dirinya dan menangisi
dosanya, kemudian ia membaca firman Allah I:
إِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمْ عَدًّا
karena
sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan
perhitungan yang teliti. (QS. Maryam:84)
Kemudian ia
menangis dan berkata, ‘Saudaraku, hitungan: keluarnya ruhmu. Hitungan yang
lain: engkau berpisah dengan keluargamu. Hitungan yang lain: masuknya engkau ke
dalam kuburmu.
Saudaraku yang telah berhaji, Inilah
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah, beliau berkata, ‘Kematian ini menekan
penduduk dunia terhadap kenikmatan dunia dan perhiasaannya yang mereka nikmati.
Maka tatkala mereka dalam keadaan seperti itu, kematian datang menjemput
mereka, maka celaka dan rugilah orang yang tidak takut mati dan tidak
mengingatnya di saat senang, lalu ia bisa memberikan kebaikan untuk dirinya
setelah ia meninggalkan dunia dan para penghuninya.’ Kemudian ia dikalahkan
tangisnya dan berdiri.
Saudara-saudaraku, kemanakah engkau
menunda amalmu, sampai kapan engkau ingin mencapai angan-angan, dan engkau
tertipu oleh kesempatan serta engkau melupakan serangan kematian? Apa yang kamu
lahirkan maka untuk tanah, apa yang kamu bangun untuk kehancuran, apa yang kamu
kumpulkan hanya untuk kesirnaan, dan apa yang kamu amalkan maka tetap tersimpan
dalam kitab catatan amal hingga hari penghitungan.
Saudaraku yang telah berhaji, aku
telah memaparkan kepadamu apa yang tersimpan dalam sanubariku, dan aku telah
memberikan kepadamu hadiah yang berharga ini, maka renungkanlah. Kemudian,
sesungguhnya aku memohon kepada Allah I
agar menetapkan aku dan engkau di atas agama-Nya yang benar, dan memberikan
kepadaku dan engkau kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Allahu
A'lam.
Post a Comment