Kedudukan Shalat dalam Islam
Kedudukan Shalat dalam
Islam
Segala
puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla,
shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Shalallhu’alaihi
wa sallam, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah
dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku
bersaksi bahwa Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam adalah
hamba dan utusan
-Nya.. Amma Ba’du:
Islam
telah mengagungkan kedudukan shalat, menempatkannya dalam posisi yang mulia dan
meninggikan derajatnya, dia adalah rukun Islam yang paling agung setelah dua
kalimat syahadat. Dari Ibnu Umar radhiallahu
anhuma bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam bersabda, "Islam itu
didirikan atas lima pondasi, bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah
dengan sebenarnya kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla dan bersaksi bahwa
Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam adalah utusan Allah Shubhanahu wa ta’alla,
mendirikan shalat, menunaikan zakat , berhaji dan melaksnakan puasa ramadhan”.[1]
Shalat
adalah ibadah pertama yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Shubhanahu wa
ta’alla pada hari kiamat. Dari Abdullah bin Qarth radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Amal ibadah yang pertama yang akan dihisab oleh Allah pada
hari kiamat adalah shalatnya, jika shalatnya baik maka baiklah seluruh
amalannya yang lain dan jika shalatnya rusak maka rusaklah seluruh amalannya
yang lain”.[2]
Shalat adalah pembeda antara seorang muslim dengan orang yang kafir.
قال الله تعالى : â فَإِن
تَابُواْ وَأَقَامُواْ الصَّلاَةَ وَآتَوُاْ الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي
الدِّينِ وَنُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ 11á [
التوبة: 11]
Jika mereka bertobat,
mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah
saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu
bagi kaum yang mengetahui. QS.
At-Taubah: 11.
Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu
anhu bahwa Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam bersabda, "Di
antara seseorang dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat”.[3]
Shalat
sebagai pembatas antara seseorang dengan kemaksiatan.
قال الله تعالى : â إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ 45á
[ العنكبوت: 45]
"dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. QS. Al-Ankabut: 45
Dan
akhir pesan Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam pada saat beliau menghadapi sakaratul maut adalah: “Jagalah
shalat, jagalah shalat dan budak-budak yang kalian miliki”.[4]
Ibadah shalat memilki keutamaan yang sangat agung, yaitu
Sebagai penghapus dosa
dan kesalahan.
قال الله تعالى : â وَأَقِمِ الصَّلاَةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ اللَّيْلِ
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّـيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ 114á [ هود: 114]
Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua
tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan
daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang
baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.
Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
QS. Hud: 114.
Dari Abi
Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi
Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam bersabda: Bagaimanakah
pendapat kalian jika ada sebuah sungai di hadapan pintu salah seorang di antara
kalian dan dia mandi padanya lima kali sehari, maka apakah akan ada daki yang
tertinggal pada badannya?.Para shahabat berkata: Tidak ada daki yang tertinggal
pada jasadnya. Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda, "Itulah
perumpamaan shalat lima waktu di mana Allah Ta’ala menghapuskan kesalahan
dengannya”.[5]
Di antara
keutamaan shalat ini adalah bahwa dia akan menjadi cahaya yang menerangi seorang
hamba. Dari Abi Malik Al-Asy’ari radhiallahu
anhu bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam bersabda, "Kebersihan itu adalah sebagian dari iman,
al-hamdulillah memenuhi mizan, ucapan subhanallah dan alhamdulillah memenuhi
jarak yang ada di antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya, shadaqah adalah
bukti keimanan, kesabaran adalah cahaya, Al-Qur’an adalah pembela bagimu atau
sebagai penuntutmu, setiap manusia keluar pada pagi harinya, maka dia menjual
dirinya atau memerdekakannya atau membinasakannya”.[6]
Di
antara keutamaan shalat ini adalah bahwa dengan shalat, zakat dan puasa
seseorang akan sampai pada tingkat shiddiqin dan syuhada’. Dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa dua orang lelaki
dari suku Bali asal Qudha’ah masuk Islam di hadapan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan salah
seorang di antara mereka masuk Islam sementara lelaki yang lain diakhirkan
sehingga satu tahun. Thalhah bin Ubaidillah berkata, "Maka surga
diperlihatkan kepadaku dan aku melihat bahwa orang yang mati syahid belakangan
dimasukkan ke dalam surga terlebih dahulu sebelum
temannya yang mati syahid. Maka akupun terheran-heran dengan apa yang
aku saksikan di dalam mimpiku tersebut atau kejadian tersebut diceritakan
kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi
wa sallam dan beliau bersabda, "Bukankah dia telah berpuasa pada
bulan ramadhan, dan dia telah shalat sejumlah enam ribu rekaat, dan shalat
sunnah ini dan ini?.[7]
Shalat
wajib dikerjakan pada waktu yang telah ditentukan oleh syara’. Allah Ta’ala
berfirman:
قال الله تعالى : â إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا
103á [ النساء: 103]
Sesungguhnya
shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman. QS. Al-Nisa’: 103.
Al-Bukhari
berkata, "Waktu tertentu yang telah ditentukan bagi mereka. Dan shalat
pada waktunya adalah amal ibadah yang paling disenangi oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu
berkata: Aku bertanya kepada Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam: Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla?. Shalat pada
waktunya”. Kemudian apa lagi?.
Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda: Berbakti kepada kedua orang tua”. Kemudian amal apa
lagi?. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam menjawab: Jihad di jalan Allah”.[8]
Di antara hadits
yang menjelaskan tentang ancaman terhadap orang yang mengakhirkan shalat adalah
hadits panjang yang menjelaskan tentang mimpi Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan di dalam hadits tersebut dijelaskan, "Aku didatangi oleh dua
orang pada malam ini dan mereka berdua menyuruh aku pergi dan mereka berdua
berkata kepadaku: Pergilah, maka akupun pergi bersama mereka berdua dan kami
mendatangi seorang lelaki yang berbaring terlentang, sementara lelaki lain
berdiri dengan membawa sebuah batu besar. Lelaki itu mengambil batu tersebut
lalu memukulkannya pada kepalanya sehingga kepala lelaki yang tertidur tersebut
terpecah lalu kepalanya menggelinding ke sana kemari, lelaki itu mengikuti gelindingan batu lalu
mengambilnya dan dia tidak kembali kepada lelaki yang terbaring tersebut
sehingga kepalanya kembali seperti semula dan dia kembali kepadanya dan lelaki
melakukan seperti apa yang dilakukannya sebelumnya. Kemudian dua orang yang
mengikutiku berkata kepadanya, "Adapun lelaki pertama yang engkau datangi
dan memecah kepalanya dengan batu, itulah lelaki yang membaca Al-Qur’an lalu
meninggalkannya dan tertidur terhadap shalat yang diwajibkan”.[9]
قال الله تعالى : â وَإِذَا
كُنتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلاَةَ فَلْتَقُمْ طَآئِفَةٌ مِّنْهُم
مَّعَكَ وَلْيَأْخُذُواْ أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُواْ فَلْيَكُونُواْ مِن
وَرَآئِكُمْ وَلْتَأْتِ طَآئِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يُصَلُّواْ فَلْيُصَلُّواْ مَعَكَ
وَلْيَأْخُذُواْ حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ وَدَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ لَوْ
تَغْفُلُونَ عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُم
مَّيْلَةً وَاحِدَةً وَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِن كَانَ بِكُمْ أَذًى مِّن
مَّطَرٍ أَوْ كُنتُم مَّرْضَى أَن تَضَعُواْ أَسْلِحَتَكُمْ وَخُذُواْ حِذْرَكُمْ
إِنَّ اللّهَ أَعَدَّ لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُّهِينًا 102á [ النساء: 102]
Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu
dan
menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang
shalat besertamu) sujud (telah
menyempurnakan satu rakaat), maka hendaklah mereka pindah dari
belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang
golongan yang kedua yang belum shalat, lalu shalatlah mereka
denganmu dan hendaklah mereka bersiap
siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin
supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu
mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu
meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu
kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan
siap-siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang
menghinakan bagi orang-orang kafir itu.QS. Al-Nisa’: 102.
Allah Ta’ala menjelaskan di
dalam ayat ini tentang wajibnya mendirikan shalat berjama’ah baik dalam keadaan
perang, maka mendirikan shalat berjama’ah dalam keadaan damai lebih utama.
Dari Abi Hurairah radhiallahu anhu, bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi
wa sallam bersabda, "Sesungguhnya
shalat yang paling berat bagi orang-orang munafiq adalah shalat isya’ dan
shalat fajar, seandainya mereka mengetahui keutamaan yang terdapat padanya
niscaya mereka pasti mendatanginya walau dengan cara merangkak. Sungguh aku
ingin untuk memerintahkan mendirikan shalat kemudian memerintahkan seorang
lelaki untuk menjadi imam shalat, sementara aku pergi bersama sekelompok lelaki
lain yang membawa kayu bakar menuju kaum yang tidak menghadiri shalat
berjama’ah agar aku membakar rumah-rumah mereka dengan api”.[10]
Sebagian ahlul ilmi
berkata: Sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam tidak berangan-angan untuk mengancam orang yang
meninggalkan shalat berjama’ah kecuali karena mereka telah melakukan suatu dosa
yang besar.
Dan disebutkan di
dalam hadits yang menjelaskan tentang mereka yang akan dinaungi oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla pada hari kiamat pada
saat tidak ada naungan kecuali naungan dari -Nya bahwa di antara mereka adalah
seorang lelaki yang hatinya selalu bergantung dengan mesjid[11].
Dan mesjid adalah rumah Allah Shubhanahu wa ta’alla dan orang yang
memasukinya berarti dirinya adalah tamu bagi Allah Shubhanahu wa
ta’alla, Tuhannya, maka tidak ada hati yang paling baik, tidak ada jiwa
yang paling bahagia daripada seseorang yang menjadi tamu bagi Tuahnnya di dalam
rumah -Nya dan di bawah perlindungan -Nya. Dari Abi Darda’ radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Mesjid adalah rumah
bagi setiap orang yang bertaqwa, dan Allah Shubhanahu wa ta’alla menjamin bagi
setiap orang yang menjadikan mesjid sebagai rumahnya untuk mendapat rahmat dan
kasih sayang -Nya serta melewati titian shirat menuju keridhaan Allah
Shubhanahu wa ta’alla yang mengantarkannnya ke dalam surga”.[12]
Jamuan tamu ini terjadi
di dunia di mana orang yang menjadi tamu Allah Shubhanahu wa
ta’alla akan merasakan ketenangan, kebahagiaan dan kelapangan dada,
sementara di akherat kelak akan mendapat kemuliaan dan kenikmatan. Segala puji
bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan
kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut
beliau.
[1] Shahih Bukhari 1/20 no: 8 dan shahih Muslim
1/45 no: 16 no: 16
[2] HR. Al-Thabrani di dalam kitab Al-Ausath 2/240
no: 1859 dan dishahihkan oleh Al-Albani rahimahullah di dalam kitab Al-Shahih
no: 1358
[3] Shahih Muslim: 1/88 no: 82
[4] HR. Ibnu Majah: 2/900 no: 2697
[5] Shahih Bukhari 1/184 no: 528 dan shahih Muslim
1/463 no: 667
[6] Shahih Muslim 1/203 no: 223
[7] Musnad Imam Ahmad bin Hambal: 2/333
[8] Shahih Bukhari 1/184 no: 527 dan shahih Muslim
1/89 no: 85
[9] Shahih Bukhari 4/311 no: 7047
[10] Shahih Bukhari 1/218 no: 657 dan shahih Muslim
1/452 no: 632
[11] Shahih
Bukhari 1/219 no: 657 dan shahih Muslim 1/415 no: 1031
[12] Al-Thabrani di dalam kitab Al-Kabir 6/254 no:
6143 dan Al-Munziri berkata di dalam kitab targib wa Tarhib 1/298 diriwayatkan
oleh Al-Thabarni di dalam Al-Kabir wal
Ausath
dan Al-Bazzar. Dan dia berkata: Sanadnya hasan
seperti yang dikatakan oleh Al-Tabrani rahimhullah. Dihasankan oleh Al-Albani
rahimhullah di dalam kitab shahihut targib wa tarhib no: 1/253 no: 330
Post a Comment