Penawar Kebingungan dan Kebimbangan
Penawar
Kebingungan dan Kebimbangan
Segala
puji hanya bagi Allah subhanahu wata’ala, shalawat dan salam semoga
tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam,
dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya
selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.
Amma Ba’du:
Terkadang,
didalam kehidupan seorang yang beriman tidak terlepas dari kebimbangan dan
kesedihan yang mengeruhkan kebeningan kehidupannya dan mematahkan kenikmatannya.
Perkara ini akan menghapuskan dosa-dosanya dan mengangkat derajatnya. Selain
itu, dia akan mendapat manfaat yang lain, yang paling penting adalah bahwa
semua cobaan hidup ini akan mengarahkan seorang yang beriman untuk kembali
kepada Allah subhanahu wata’ala, bersimpuh di hadapan -Nya, bertdharru’
kepada -Nya, sehingga dengannya hati akan mendapatkan ketenangan dan
ketentraman, serta akan merasakan kebahagiaan dan merasa dekat dengan Allah
Azza Wa Jalla, yaitu sebuah kebahagiaan yang tidak bisa terlukiskan.
Selain
itu, semua perkara yang mengeruhkan hidup
akan menjadikan seorang mu’min mengetahui kehinaan duniawi. Perasaan ini
akan membawanya kepada zuhud dengan dunia dan tidak cendrung kepadanya, dia
akan mementingkan akherat dengan penuh keyakinan bahwa dia lebih baik dan lebih
kekal abadi, sebab tidak ada kebimbangan di dalam surga dan tidak pula
kesedihan sebagaimana ditegaskan di dalam firman Allah subhanahu wata’ala:
Dan
mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari
kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar
Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (35)Yang
menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia -Nya; di dalamnya
kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu".
(QS. Fathir: 34-35)
Alangkah
agungnya manfaat yang didapatkan bagi orang yang mengetahui hikmah Allah yang
terakandung di dalamnya. Dan di bawah ini beberapa langkah yang bermanfaat
untuk menghalau rasa bimbang, bingung, sedih dan berencana bagi orang yang
menggunakannya secara baik:
Pertama: Beriman dan beramal shaleh.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
Barang
siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS.
Al-Nahl: 97)
Ini adalah janji Allah subhanahu
wata’ala kepada orang yang beriman dan beramal shaleh bahwa Dia akan
menganugarahkan kepada mereka kehidupan yang baik. Diriwayatkan oleh Muslim di
dalam kitab shahihnya dari Shuhaib RA berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: Sungguh
menakjubkan perkara seorang yang beriman, sesungguhnya segala perkara orang
yang beriman itu baik, dan hal itu tidak terjadi kecuali bagi orang yang
beriman, jika dia mendapatkan kebaikan maka dia bersyukur maka itu adalah lebih
baik baginya, dan apabila mendapat musibah dia bersabar dan itu lebih baik
baginya”.[1]
Kedua: Kegembiraan seorang muslim
karena apa yang diperolehnya berupa pahala yang agung, upah yang besar, sebagai
balasan atas kesabaran dan harapan pahala dari Allah subhanahu wata’ala
atas bencana-bencana yang menimpanya itu baik berupa kebimbangan duniawi dan
segala bentuk musibahnya.
Diriwayatkan
oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda: Apa apa
yang menimpa seorang muslim baik keletihan, penyakit yang akut, kebimbangan,
kesedihan, gangguan, kebingungan bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah
akan menghapuskan dengannnya kesalahan-kesalahannya”, [2]
di dalam riwayat yang lain disebutkan:
Bahkan kecemasan kecuali Allah subhanahu
wata’ala akan menghapuskan dengannya segala keburukan-keburukannya”,[3]
di dalam riwayat yang lain disebutkan oleh Imam Muslim: Apapun yang menimpa seorang muslim baik duri atau yang lebih kecil
darinya kecuali Allah akan mengangkat derajatnya dengan musibah tersebut atau
dia akan dihapuskan kesalahannya”.[4]
Akhirnya seorang muslim
menyadari bahwa apapun musibah yang menimpanya, baik kebimbangan dan kecemasan
pada hakekatnya hal itu sebagai penghapus bagi kesalahan-kesalahannya dan
tabungan bagi kebaikannya. Seorang ulama salaf berkata: Seandainya bukan karena
musibah maka kita akan datang pada hari kiamat sebagai orang yang merugi.
Bahkan salah seorang di antara mereka senang jika ditimpa musibah sebagaimana
kesenangan mereka hidup dalam suasana sentosa.
Ketiga: Mengetahui hakekat dunia,
bahwa dia fana, kesenangan yang ada padanya sangatlah sedikit, kelezatannya
bisa mendatangkan kekeruhan, tidak pernah menjanjikan kecerahan bagi siapapun,
jika seseorang tertawa di dunia dalam sesaat, maka orang itu menangis di dunia
dalam waktu yang panjang, jika dia seseorang gembira di dunia dalam waktu yang
pendek maka dia juga membuat seseorang, banyak bersedih. Allah subhanahu
wata’ala berfirman:
Dan
masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia
(agar mereka mendapat pelajaran);. (QS. Ali Imron: 140). Maka hari-hari bergilir satu
hari untuk kemenangan dan di hari yang lain penderitaan. Diriwayatkan oleh
Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda: Dunia ini
adalah penjara bagi orang yang beriman dan surga bagi orang kafir”.[5]
Dunia juga sebagai ladang
kelelahan, gangguan, kebingungan, kecemasan maka seorang yang beriman akan
merasa tenang setelah meninggalkannya. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim
di dalam kitab shahihnya dari Abi Qotadah bahwa jenazah seseorang melewati Nabi
Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda: Tenang dan orang lain tenang darinya”. Para
shahabat bertanya: Wahai Rasulullah apa yang anda maksudkan dengan kata tenang
dan orang lain tenang darinya?. Maka beliau bersabda: Seorang hamba yang beriman akan tenang terlepas dari keletihan duniawi
dan gangguannya menuju rahmat Allah sementara hamba yang bejat akan membuat
manusia, negeri, pohon dan hewan akan tenang dengan kepergiannya”.[6]
Inilah
makna tentang hakekat dunia yang disadari oleh orang yang beriman maka dengan
kesadaran ini segala musibah dan kebimbangan akan menjadi enteng, sebab dia
menyadari bahwa itulah hakekat dunia.
Keempat: Kebimbangan dan kecemasan yang
terjadi dunia ini akan membuat jiwa ini tercerai berai, memporak-porandakan
kekuatannya, namun jika seseorang menjadikan orientasinya mengarah kepada
akherat maka Allah subhanahu wata’ala akan mengumpulkan kekuatannya dan
tekadnya akan dimantapkan. Diriwayatkan oleh Al-Turmudzi di dalam kitab
sunannya dari Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: Barangsiapa yang menjadikan negeri akherat sebagai orientasinya maka
Allah akan menjadikan kekayaan di dalam hatinya dan Dia akan mengumpulkan
segala kekuatannya sementara dunia ini akan datang mengejarnya dengan penuh
ketundukan, dan barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai orientasinya maka
Allah akan menjadikan kefakiran di hadapannya dan mencerai beraikan kekuatannya
dan dunia tidak datang kepadanya kecuali apa yang telah ditetapkan baginya”.[7]
Kelima: Berdo’a. Langkah ini adalah
penawar yang paling ampuh dalam menghilangkan kebimbangan dan kebingungan.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
Dan
apabila hamba-hamba -Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada -Ku, (QS. Al-Baqarah: 186).
Allh subhanahu wata’ala
berfirman:
Berkata
Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku. (QS. Thaha:
25).
Dan Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam meminta perlindungan kepada Allah subhanahu wata’ala
dari segala kebimbangan dan kesedihan. Diriwayatkan oleh Al-Buhkari di dalam
kitab shahihnya dari Anas bin Malik berkata : Aku menjadi pembantu Nabi
Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam di dalam rumah tangganya dan
apabila beliau memasuki rumah keluarganya maka beliau bersabda:
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحُزْنِ،
وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ
الرِّجَالِ))
“Ya Allah! Sesungguhnya aku
berlindung kepada -Mu dari (hal yang) menyedihkan dan menyusahkan, lemah dan
malas, bakhil dan penakut, lilitan hutang dan penindasan orang.”[8]
Diriwayatkan oleh Abu
Dawud di dalam kitab sunannya dari hadits riwayat Abdurrahman bin Abi Bakroh
bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Do’a orang
yang kesusahan adalah;
(( اَللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى
نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ
أَنْتَ )).
“Ya Allah! Aku mengharapkan (mendapat) rahmat -Mu,
oleh karena itu, jangan Engkau biarkan diriku sekejap mata (tanpa pertolongan
atau rahmat dari -Mu). Perbaikilah seluruh urusanku, tiada Tuhan yang berhak
disembah selain Engkau.”[9]
Apabila
seorang hamba mendengungkan do’a ini dengan hati yang sadar, niat yang benar
dan dibarengi dengan usaha-usaha yang menyebabkan do’a tersebut diterima maka
Allah pasti memberikan apa-apa yang dimintanya dan dia berbuat untuk mewujudkan
keinginannya serta kecemasan akan berbuah kesenangan dan kegembiraan.
Keenam: Bertawakkal kepada Allah subhanahu wata’ala. Dia berfirman:
Dan barang siapa yang
bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. (QS.
Al-Thalaq: 3)
Artinya mencukupkan
keperluannya baik dari perkara dunia atau akherat. Syekh Abdurrahman As-Sa’di
berkata: Maka pada saat hati ini bergantung kepada Allah subhanahu wata’ala,
berserah diri kepada -Nya, tidak menyerah pada kecemasan, tidak pula
dikendalikan oleh hayalan-hayalan yang buruk, maka dia akan percaya kepada
Allah, mengharap pada karunia -Nya, dengannya pula segala serpihan-serpihan
kebimbangan dan kebingungan akan terusir, serta akan terbebas dari banyak jenis
penyakit hati dan jasad. Hati akan merasakan kekuatan, kelapangan dan
kegembiraan yang tidak bisa terlukiskan….”.[10]
Langakah-langkah untuk
menggapai kebahgiaan itu ternyata sangat banyak bagi mereka yang menyadarinya,
dan aku hanya menyebutkan beberapa langkah yang penting saja, dan semua langkah
ini akan bertumpu pada membaca Al-Qur’an yang dibarengi dengan perenungan, dia
adalah pelipur hati, cahaya bagi dada, penghapus kesedihan, penghilang segala
kebimbangan dan kebingungan, obat bagi segala macam penyakit baik penyakit
badan atau hati. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
Katakanlah: "Al Qur'an itu adalah petunjuk
dan penawar bagi orang-orang yang
beriman”. QS. Fushilat: 44).
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
Dan
Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman”. (QS. Al-Isro’: 82)
Maka barangsiapa yang membaca
Al-Qur’an ini dengan penuh perenungan dan meresapi maknanya maka segala
kecemasan dan kebimbangan akan hilang dari dirinya. Allah subhanahu
wata’ala berfirman:
(yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi
tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingat Allah -lah hati
menjadi tenteram. (QS.
Al-Ra’du: 28).
Segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan
kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut
beliau.
[1] HR. Muslim: no: 2999
[2] Al-Bukhari: no: 5642
[3] Muslim: no: 2573
[4] Muslim: no: 2572
[5] HR. Muslim: No: 2956
[6] Al-Bukhari: no; 1248 dan
Muslim: 950
[7] Al-Turmudzi di dalam sunannya
no: 2465 dan dishahihkan oleh Albani di dalam shahihul jami’us Shagir: 2/1111
no: 6516
[8] HR.
Al-Bukhari 7/158. Rasulullah dan
senantiasa membaca doa ini, lihat kitab Fathul Baari 11/173.
[9] HR.
Abu Dawud 4/324, Ahmad 5/42. Menurut pendapat Al-Albani, hadits di atas adalah
hasan dalam Shahih Abu Dawud 3/959.
[10] Al-Asbab AL-Mufidah lil
hayatis sa’idah: halaman: 24-25
Post a Comment