Apakah Anda Serius Dalam Belajar Agama?



Apakah Anda Serius Dalam Belajar Agama?
            Makalah singkat: Menjelaskan pentingnya serius dalam menuntut ilmu disertai ungkapan-ungkapan para ulama terkait hal itu, dan menerangkan bahwa memahami ilmu agama menuntun kepada kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat, kemudian menyebutkan tahapan-tahapan dalam menunut ilmu....
الحمد لله تعالى الذي علم الإنسان. وهدى إلى الفرقان. والصلاة والسلام على النبي المرسل بالقرآن. وعلى آله وأصحابه سادة أهل الإيمان.
Saudaraku: Sesungguhnya beribadah kepada Allah SWT adalah tujuan utama penciptaan makhluk di dunia hanya untuk itu mereka diciptaka dan orang yang bahagia diantara mereka adalah orang yang sibuk dengan tugas ibadah.
Ibadah tidak menjadi benar kecuali jika dilakukan dengan pengetahuan yang jelas, karena itu Allah SWT mengutus para rasul a.s., diturunkanya kitab-kitab, semua itu agar membimbing manusia kepada jalan yang lurus. Para pengikut rasul berada di atas pengetahuan yang jelas, mereka adalah manusia yang paling mengerti bagaimana beribadah kepada Tuhanya, karena mereka telah mempelajari wahyu, adapun orang yang buta akan ilmu wahyu, maka itulah orang yang bingung dan tidak akan dapat menyembah Tuhanya dengan pengetahuan yang jelas.
Wahai saudaraku, marilah kita merenungi muhasabah ini:
Seriuskah anda dalam belajar tentang agama anda?
Ini adalah tema muhasabah kita, dan ini adalah pertanyaan yang harus ditanyakan oleh setiap muslim kepada dirinya…
Saudaraku, keseriusan anda dalam mempelajari agama anda adalah awal keberuntungan anda..karena anda akan meniti jalan menuju surga
Imam Hasan Al-Bashri mengatakan: “ Sesungguhnya seseorang belajar satu bab tentang masalah agama, lalu ia mengamalkan, itu lebih baik dari dunia dan segala isinya”
Sofyan Al-Tsauri mengatakan:” Tiada sesuatu yang dimaksudkan untuk Allah yang lebih utama dari menuntut ilmu, dan tidak ada menuntut ilmu di suatu masa yang lebih baik dari masa sekarang, alangkah membutuhkanya anda wahai saudaraku muslim akan ilmu yang bermanfaat yang denganya anda mengenal Tuhanmu, lalu kamu meng-Esakan-Nya(tidak menyekutukan-Nya) dalam beribadah dan menyembah-Nya dengan pengetahuan yang jelas, dan kemulian ilmu itu sesuai dengan kemulian yang dipelajari, dan ilmu syar’i itu mulia semata-mata karena kemuliaan agama, dan itu adalah harta yang termahal.
Rasulullah saw bersabda:
((الدنيا ملعونة، ملعون ما فيها، إلا ذكر الله وما والاه، أو عالماً أو متعلما)) (رواه الترمذي وابن ماجه وغيرهما:السلسلة الصحيحة:2797(
“ Dunia itu berisi laknat, seluruh isinya terlaknat, kecuali zikir kepada Allah dan yang terkait denganya, atau orang yang berilmu atau terpelajar.” (HR: Tirmizi, Ibnu Majah dll).
Wajib atasmu wahai orang muslim, untuk mengetahui bahwa mempelajari agama bagi anda adalah kebutuhan yang jauh lebih penting dari sekedar makan dan minum!
Sebagaimana anda serius dalam mencari rezki untuk hidup, maka hendaklah anda juga serius dalam mempelajari agama anda, karena itulah kehidupan yang sebenarnya yang tanpanya anda ibarat mati.
Imam Ahmad bin Hambal mengatakan: ” Manusia lebih membutuhkan ilmu dari sekedar membutuhkan makan dan minum, karena makan dan minum dibutuhkan sekali atau dua kali sehari, sedang ilmu senantiasa dibutuhkan selama nafas masih dikandung badan.”
Ibnu Al-Qayim mengatakan:” Orang-orang yang memilki pengetahuan tentang Tuhan-Nya dan tentang perintah-Nya, mereka itulah ruh kehidupan sebenarnya, mereka senantiasa dibutuhkan dan tidak pernah tidak walau sekejap, kebutuhan hati akan ilmu tidak sama dengan kebutuhan nafas akan udara, ia lebih besar!, secara umum ilmu bagi hati ibarat air bagi ikan, jika ia kehilangan maka ia mati, ilmu yang datang kepada hati ibarat cahaya datang kepada mata.”
Wahai saudaraku, Berangkat dari kebutuhan yang besar inilah, maka wajib bagi setiap muslim untuk belajar tentang agamanya sesuatu yang dapat membimbingnya agar beribadah kepada Allah SWT dengan pengetahuan yang jelas.
Rasulullah saw bersabda:
((طلب العلم فريضة على كل مسلم)  (رواه ابن ماجه:صحيح ابن ماجه للألباني:184)
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” ( HR: Ibnu Majah; sahih Ibnu Majah milik Al-Albani: 184).
Imam Malik pernah ditanya tentang menuntut ilmu, apakah wajib? Ia menjawab:“ Adapun pengetahuan tentang syariat-syariatnya, sunah-sunahnya dan fiqhnya yang nampak maka hal itu wajib, dan yang selainya termasuk darinya, barang siapa lemah (tidak ada kemampuan) dalam mengetahuinya maka tidak ada kewajiban atasnya“
Ibnu Abdul Barr mengatakan: “  Para ulama bersepakat bahwa ilmu ada yang fardhu ain atas setiap orang, dan ada yang fardhu kifayah, yaitu jika ada yang telah melaksanakanya maka kewajibanya gugur atas yang lain, dan mereka berbeda pendapat dalam perincianya , adapun yang wajib atas semua orang dari hal tersebut adalah kewajiban-kewajiban yang tidak ada keleluasaan bagi manusia untuk tidak mengetahuinya.“
Ia menyebutkan diantara hal tersebut adalah: Ma’rifatullah (mengenal Allah), tauhid, shalat lima waktu beserta pekerjaan-pekerjaan yang wajib untuk dilakukan di dalamnya, puasa ramadhan dan syarat-syarat syah maupun syarat-syarat yang membatalkanya, haji jika memiliki kemampuan untuk melakukanya, zakat jika memiliki harta, dan segala hal yang tidak ada udzur untuk tidak mengetahuinya, seperti; haramnya zina, riba, khamr, memakan daging babi, memakan bangkai, ghasab, menyogok, persaksian palsu, memakan harta orang dengan cara batil, haramnya berbuat zalim, dan keharaman-keharaman yang lain.
Wahai saudaraku, perkara-perkara di atas adalah hal-hal yang tidak layak bagi seorang muslim untuk tidak mengetahuinya, intropeksilah diri anda: seberapa bagian ilmu syar’i yang telah anda milki?
Manusia berbeda-beda tingkat keseriusanya dalam belajar agama, saya akan menyebutkan tingkatan-tingkatan tersebut dari perkataan para ulama, lihatlah diri anda ada tigkatan manakah?
Imam Ali r.a. berkata: “ Manusia itu ada tiga; ulama robbani, pelajar yang meniti jalan keselamatan, dan orang yang hina yang mengikuti setiap seruan(baik ataupun buruk) terombang-ambing oleh angin“
Ibnu Mas’ud berkata:“ Jadilah kamu ulama atau pelajar, dan jangan menjadi antara keduanya“
Dari Humaid dari Al-Hasan bahwasanya Abu Darda‘ berkata: “ Jadilah kamu ulama atau pelajar, atau pecinta, atau pengikut,dan jangan menjadi yang kelima, karena kamu akan binasa!
Humaid berkata: Aku bertanya kepada Al-Hasan: Apa yang kelima?
Ia menjawab: Mubtadi‘ (Ahli bid’ah).
Saudaraku, Hisablah dirimu; kamu berada digolongan mana dari golongan-golangan tersebut?
 Jangan sekali-kali kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak memperdulikan aturan agama dan fiqh!
Berapa banyak orang shalat sedang ia tidak mengetahui cara shalat yang benar sebagaimana shalatnya Rasulullah saw!
Dan berapa banyak orang berpuasa yang melakukan banyak pelanggaran sedang ia tidak menyadarinya!
Dan berapa banyak orang yang berangkat haji ke baitul haram sedang ia tidak mengetahui bagaimana manasik yang benar.!
Dan berapa banyak pelaku bid’ah yang yang melakukan berbagai perbuatan bid’ah sedang ia menyangkah hal itu bagian dari sunah!
Dan berapa banyak pedagang yang mempraktekan berbagai macam bentuk muamalah yang haram, sedang ia menyangka hal itu adalah halal!
Dan berapa banyak orang yang memakan harta manusia secara batil dalam keadaan ia tidak mampu membedakan antara yang halal dan yang haram!
Dalam semua itu anda akan mendapatkan bahwa mayoritas penyebabnya adalah kebodohan akan hukum syariat, dan yang aneh lagi adalah anda akan menemukan fakta di atas terjadi pada sekelompok orang dalam usia yang tidak layak bagi mereka untuk tidak mengetahui hukum-hukum syariat, khususnya dalam situasi yang banyak didapatkan berbagai sarana untuk belajar hukum-hukum syariat, sehingga menjadi mudah bagi muslim untuk mengenal agamanya.
Abdullah bin Al-Mubarak pernah ditanya: Sampai kapan seseorang masih harus belajar? Ia menjawab: selama kebodohan itu tidak pantas baginya, ia masih harus belajar.“
Muhamad bin Al-Fadhl As-Samarqandi Al-Wa’idz berkata: Berapa banyak orang bodoh mendapatkan ilmu maka ia selamat, dan berapa banyak ahli ibadah yang beramal dengan amalan orang bodoh maka ia binasa, hadirlah, berilmulah, jika niat tidak hadir kepadamu, maka sesungguhnya engkau dapat mencarinya dengan ilmu, dan sesungguhnya sesuatu yang nampak pertama kali dari hamba adalah lisanya, dan sesuatu yang pertama kali nampak dari akalnya adalah kedewasaanya.“
Wahai saudaraku, antusiaslah dalam mempelajari agamamu, hilangkan segala hambatan yang yang menghambatmu darinya, sesungguhnya ilmu itu diperoleh dengan belajar. Dan hambatan pertama yang menghalangi seseorang dari belajar ilmu syar’i: malu dan sombong.
Mujahid berkata: “ Tidak akan belajar orang yang malu dan sombong.“
Adapun malu, maka setiap rasa malu yang mencegah seseorang dari kemuliaan, maka itu bukanlah malu, karena malu adalah perangai yang mencegah seseorang dari keburukan, sedang orang yang tidak datang kepada majlis-majlis ilmu, dan tidak bertanya kepada ulama tentang sesuatu yang tidak ia fahami, maka ia berada dalam bahaya yang besar! Karena ia akan melakukan sesuatu tanpa ilmu!
 Dan adapun orang sombong, Maka ia terjatuh ke dalam dosa besar, terkait orang sombong Rasulullah saw bersabda:
)) لا يدخل الجنة من في قلبه خردلة من كبر ) ((رواه الحاكم والطبراني:صحيح الترغيب للألباني:2910(
“ Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya ada sebiji sawi dari kesombongan” (HR: Al-Hakim dan At-Tabrani: Shahih at-targib imam al-bani)
Saudaraku, sungguh faham agama adalah indikasi kebaikan dan keberuntunganmu, karena jika kamu memiliki pehaman tentang agamamu, maka kamu akan menjadi orang yang dapat beribadah kepada Allah dengan pengetahuan yang jelas, sehingga kamu akan semakin dekat kepada-Nya.
Rasulullah saw bersabda:
))من يرد الله به خيراً يفقهه في الدين... )  ((رواه البخاري ومسلم(
“ Barang siapa dikehendaki Allah suatu kebaikan, niscaya ia akan diberi pehaman tentang agama” (HR; Bukhari Muslim)
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan:“ Maksud hadits di atas adalah barang siapa tidak bertafaquh(belajar/memahami) agama atau tidak mempelajari kaidah-kaidah islam dan cabang-cabang yang terkait denganya, maka ia tercegah dari mendapatkan kebaikan, karena orang yang tidak mengenal perkara-perkara tentang agamanya tidak dikatakan faqih (ahli fiqh/agama), tidak pula dikatakan thalib fiqh(pelajar fiqh/agama), sehingga pantas untuk dikatakan sebagai orang yang tidak dikehendaki padanya kebaikan, hal itu menunjukan dengan jelas keutamaan para ulama atas manusia selainya, disamping menunjukan bahwa tafaquh fi ad-din (belajar agama) lebih utama atas belajar ilmu-ilmu yang lain.
Intropeksilah diri kalian wahai orang yang berakal, tidakah anda menginginkan untuk masuk ke dalam barisan orang-orang yang dikehendaki padanya kebaikan ini!
Sungguh tidak sama antara orang yang faham agamanya dengan orang yang bodoh tentang agamanya!
قُل هَلْ يَسْتوِي الذِينَ يَعْلَمُونَ وَالذيِنَ لا يَعْلَمُونَ إنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الأَلبَابِ ) الزمر:9(
“ Katakanlah, apakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?, sesungguhnya orang yang berakalah yang dapat menerima pelajaran“ (QS: Az-Zumar: 9).
Abu Darda’ mengatakan:” Allah SWT memberikan rezki kepada orang-orang yang bahagia, dan mencegahnya dari orang-orang yang sengsara.”
Ibnu Qayim berkata:” Kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan jiwa, ruh dan hati, yakni kebahagiaan ilmu yang membuahkan manfaat, dialah yang kekal dalam kondisi apapun, dan dialah yang selalu menyertai hamba dalam seluruh perjalananya, dan dalam tiga waktunya( pagi, siang dan malam), denganya ia naik ke tangga keutamaan dan derajat kesemurnaan, semakin lama akan semakin kuat dan tinggi.”
Akan tetapi alangkah banyaknya jumlah orang-orang yang lengah dari mencari kebahagiaan ini!. Anda melihat diantara mereka ada yang berambisi dalam mengeruk dinar dan dirham, serius dalam mempelajari sarana-sarana dalam mendapatkan rezki dan menumpuk harta, namun anda mendapatkanya zuhud dalam mempelajari agamanya dan dalam menumpuk tabungan ilmu yang bermanfaat!
Mereka cemas jika rugi dalam hartanya, meski sedikit…. namun tidak pernah cemas saat rugi besar dalam agamanya.
Mereka gembira jika mendapatkan sedikit harta….. namun tidak merasa gembira ketika mendapatkan ilmu tentang agamanya.
عن عقبة بن عامر قال: خرج رسول الله ونحن في الصفة، فقال: أيكم يحب أن يغدو كل يوم إلى بطحان، أو إلى العقيق؛ فيأتي منه بناقتين كوماوين، في غير إثم ولا قطع رحم؟!  فقلنا: يا رسول الله نحب ذلك، قال: أفلا يغدو أحدكم إلى المسجد؛ فيعلم أو يقرأ آيتين من كتاب الله عز وجل خير له من ناقتين، وثلاث خير له من ثلاث، وأربع خير له من أربعٍ، ومن أعدادهن من الإبل؟ (رواه مسلم)
 “ Dari Uqbah bin Amir, ia berkata: Rasulullah saw keluar ketika kami berada di shuffah(tempat di masjid nabawi), lalu bersabada:” Siapa diantara kalian yang mau pergi setiap hari ke bath’han(saluran air sungai yang berpasir dan berkerikil) atau lembah, lalu ia datang darinya dengan membawa dua ekor unta yang besar punuknya, tanpa melalui dosa maupun memutuskan tali kekerabatan?, kami berkata: Ya Rasulullah kami mau itu, ia bersabda: “ kenapa salah seorang dari kalian tidak pergi ke masjid, lalu ia belajar atau membaca dua ayat dari kitab Allah SWT, itu lebih baik dari dua unta, dan tiga lebih baik dari tiga, dan empat lebih baik dari empat, dan begitu seterusnya lebih baik dari jumlah unta seterusnya”. (HR: Muslim).
Abu Ganiah Al-Khaulani berkata:” Bisa jadi satu kata lebih baik dari memberi harta, karena harta menjadikanmu lalim, sedang kata  menjadikanmu mendapatkan petunjuk.”
Saudaraku, Sesungguhnya sebaik-baik ilmu yang kamu pelajari adalah ilmu yang menunjukanmu kepada ma’rifatullah dan menuntunmu beribadah kepada-Nya dengan pengetahuan yang jelas, dan kamu tidak akan pernah mendapatkan harta yang lebih mahal darinya.
Nabi saw bersabda:
((خيركم من تعلم القرآن وعلمه))  ( رواه البخاري(
“ Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-qur’an dan mengajarkanya” (HR: Bukhari)
Dan dari Ali Al-Azdi, ia berkata:” Aku bertanya kepada Ibnu Abas tentang jihad, ia menjawab:  “ Tidakah kamu mau aku tinjukan kepadamu sesuatu yang lebih baik dari jihad? Kamu bangun masjid yang di dalamnya kamu mengajar al-qur’an dan sunah-sunah rasul saw, dan fiqh (ilmu agama).
Saudaraku, sesungguhnya bertanya kepada orang-orang yang berilmu adalah tangga menuju pemahaman akan ilmu agama, Allah SWT telah menganjurkan kalian agar bertanya kepada para ulama jika anda menemukan permasalahan. Dia berfirman:
))فَاسْألوا أهْل الذَكْرِ إن كُنُتْم لا تَعْلَمُونَ )  الأنبياء:7(
“ Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.”
Ibnu Abas r.a. pernah ditanya: Bagaimana aku bisa mendapatkan ilmu ini?
Ia menjawab:” Dengan lisan yang senantiasa bertanya dan hati yang selalu memahami.”
Bertanya kepada orang yang berilmu adalah obat bagi kebodohan, janganlah kamu sekali-kali melakukan satu perkara agama dalam keadaan kamu tidak mengetahui hukumnya, karena sesungguhnya beribadah kepada Allah SWT dengan kebodohan hanya akan menambah jauh seorang hamba dari Tuhanya.
Ibnu Mas’ud r.a. berkata:” Ilmu itu bertambah dengan pencarian, dan didapatkan dengan pertanyaan, pelajarilah apa yang tidak kamu ketahui, dan amalkanlah apa yang kamu ketahui.”
Abu Darda’ r.a. berkata:” Ilmu itu diperoleh dengan belajar, dan kedewasaan itu dicapai dengan latihan, barang siapa berusaha mencari kebaikan, pasti akan diberi, dan barangsiapa menjauhi keburukan pasti dijauhkan darinya.”
Ibnu Al-Mubarak ditanya: Apakah yang tidak ada keluasan bagi orang mukmin kecuali harus mencarinya? Dan apa yang wajib dipelajarinaya? Ia menjawab: “ tidak boleh baginya untuk melakukan sesuatu melainkan dengan ilmu, dan tidak ada keluasan baginya hingga ia bertanya.”
Dan ketahuilah wahai saudaraku, dintara kemuliaan bagi orang yang antusias dalam belajar ilmu yang bermanfaat adalah bahwasanya rasulullah saw mewasiatkan itu, dan cukuplah itu sebagai kemuliaan bagi setiap orang yang bersungguh-sungguh dalam belajar agama.
Rasulullah saw bersabda:
))سيأتيكم أقوام يطلبون العلم، فإذا رأيتموهم فقولوا لهم: مرحباً مرحباً بوصية رسول الله واقنوهم ((
“ Akan datang kepada kalian beberapa kaum yang menuntut ilmu, jika kalian melihat mereka, maka katakanlah kepada mereka: marhaban, selamat datang wasiat rasulullah saw, dan ajarilah mereka.” (HR: Ibnu Majah; sahih Ibnu Majah, Al-Bani: 203)
Saudaraku, sungguh ilmu yang sedikit yang kamu bersungguh-sungguh dalam menuntutnya agar faham agama, lebih baik dari berlipat-lipat amal shalih yang kamu kerjakan, bagaimana tidak? Sesungguhnya ilmu itu membimbing kepada ibadah yang benar, tidak ada ibadah tanpa ilmu.
Abu Hurairah r.a. berkata: “ Tiap seuatu ada tiangnya, dan tiang agama ini adalah fiqh(faham), Dan tidaklah Allah SWT disembah  dengan sesuatu yang lebih utama dari fiqh(faham) dalam masalah agama. Sungguh, satu orang faqih(berilmu) lebih berat untuk dihadapi setan daripada seribu ahli ibadah.”
Sesungguhnya kamu –wahai muslim-, tidak memerlukan banyak tenaga untuk dapat memahami agama, berikut inilah tahapan-tahapan belajar agama:
Pertama: Mulailah dengan kitab Allah SWT (al-qur’an), berupayalah membaguskan bacaan al-quran sesuai dengan tajwid, dan sarana untuk itu banyak sekali, yang paling utama adalah membaca dihadapan seorang syekh yang benar bacaanya, disamping mendengar tilawah yang bagus dari kaset-kaset, memperbanyak praktek baca al-qur’an, dan sebaiknya anda juga merujuk kepada kitab-kitab tafsir, agar dapat memadukan antara pengetahuan tentang cara membaca yang benar dengan pemahaman terhadap makna ayat yang anda baca.
Kedua: Membaca kitab-kitab fiqh yang mudah, khususnya dalam tema-tema yang kamu butuhkan sehari-hari, seperti tata-cara solat, wudhu’, mandi, tayamum, hukum-hukum terkait orang yang bepergian. Dan jika kamu termasuk orang-orang yang punya harta, maka kamu harus mempelajari hukum-hukum seputar zakat, jual-beli dan muamalat.
Ketiga: Membaca buku-buku yang ringkas seputar syarah hadits, dan ilmu-ilmu syar’i dalam tema-tema ringkas, urutan pertama adalah dalam hal ini adalah: ilmu tauhid, caranya dibaca dengan perlahan-lahan dan penuh pehaman, dan prinsip umum dalam belajar hal tersebut adalah meminta bimbingan dari syekh atau guru, jika tidak bisa sebagaimana kondisi  kebanyakan orang, maka belajar dengan menggunakan tahapan-tahapan di atas dengan kesungguhan dan kesabaran dapat mengantarkan kepada hasil yang diinginkan.
Keempat: Senantiasa bertanya kepada orang yang berilmu dalam setiap kali menjumpai permasalahan, memenej waktu luang dengan baik dan memanfaatkanya untuk mengambil pelajaran dari ceramah-ceramah.
Keinginan yang kuat adalah prinsip utama semua hal di atas, maka wajib atas setiap muslim untuk bersungguh-sungguh dalam belajar agama dan menguatkan niatnya, ia tidak akan penah kehilangan pertolongan dari Allah SWT.
Saudaraku, anda tidak harus menguasai seluruh ilmu syar’I, namun jika kamu memiliki kkesungguhan dan dorongam yang kuat untuk mencapai itu, maka itu adalah baik.
Adapun batas minimal yang wajib untuk anda pelajari dari ilmu syar’i telah anda ketahui dari ulasan sebelumnya, yaitu sesuatu yang yang tanpanya anda tidak akan dapat beribadah kepada Allah SWT dengan benar.
Maka bersungguh-sungguhlah dalam mempelajari agama anda, jangan sia-siakan waktu anda untuk sesuatu yang tida bermanfaat, dan memintalah kepada Allah agar Dia memberi pertolongan kepadamu.
Rasulullah saw bersabda:
))  سلوا الله علماً نافعاً، وتعوذوا بالله من علم لا ينفع))  (رواه ابن ماجه:صحيح ابن ماجه للألباني:3114 )
Mintalah kepada Allah ilmu yang bermanfaat, dan berlindunglah kepadanya dari ilmu yang tiada bermanfaat.“ (HR: Ibnu Majah; sahih Ibnu Majah; Albani: 3114).
والحمد لله تعالى.. والصلاة والسلام على النبي محمد وآله وصحبه

Tidak ada komentar