Apakah Anda Serius Dalam Belajar Agama?
Apakah Anda Serius Dalam Belajar Agama?
Makalah
singkat: Menjelaskan pentingnya serius dalam menuntut ilmu disertai
ungkapan-ungkapan para ulama terkait hal itu, dan menerangkan bahwa memahami
ilmu agama menuntun kepada kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat, kemudian
menyebutkan tahapan-tahapan dalam menunut ilmu....
الحمد لله تعالى الذي علم
الإنسان. وهدى إلى الفرقان. والصلاة والسلام على النبي المرسل
بالقرآن. وعلى آله وأصحابه سادة أهل الإيمان.
Saudaraku: Sesungguhnya
beribadah kepada Allah SWT adalah tujuan utama penciptaan makhluk di dunia hanya
untuk itu mereka diciptaka dan orang yang bahagia diantara mereka adalah orang
yang sibuk dengan tugas ibadah.
Ibadah tidak menjadi benar
kecuali jika dilakukan dengan pengetahuan yang jelas, karena itu Allah SWT
mengutus para rasul a.s., diturunkanya kitab-kitab, semua itu agar membimbing
manusia kepada jalan yang lurus. Para pengikut rasul berada di atas pengetahuan
yang jelas, mereka adalah manusia yang paling mengerti bagaimana beribadah
kepada Tuhanya, karena mereka telah mempelajari wahyu, adapun orang yang buta
akan ilmu wahyu, maka itulah orang yang bingung dan tidak akan dapat menyembah
Tuhanya dengan pengetahuan yang jelas.
Wahai saudaraku, marilah
kita merenungi muhasabah ini:
Seriuskah anda dalam
belajar tentang agama anda?
Ini adalah tema muhasabah
kita, dan ini adalah pertanyaan yang harus ditanyakan oleh setiap muslim kepada
dirinya…
Saudaraku, keseriusan anda dalam mempelajari agama anda
adalah awal keberuntungan anda..karena anda akan meniti jalan menuju surga
Imam Hasan Al-Bashri
mengatakan: “ Sesungguhnya seseorang belajar satu bab tentang masalah agama,
lalu ia mengamalkan, itu lebih baik dari dunia dan segala isinya”
Sofyan Al-Tsauri mengatakan:”
Tiada sesuatu yang dimaksudkan untuk Allah yang lebih utama dari menuntut ilmu,
dan tidak ada menuntut ilmu di suatu masa yang lebih baik dari masa sekarang,
alangkah membutuhkanya anda wahai saudaraku muslim akan ilmu yang bermanfaat
yang denganya anda mengenal Tuhanmu, lalu kamu meng-Esakan-Nya(tidak
menyekutukan-Nya) dalam beribadah dan menyembah-Nya dengan pengetahuan yang
jelas, dan kemulian ilmu itu sesuai dengan kemulian yang dipelajari, dan ilmu
syar’i itu mulia semata-mata karena kemuliaan agama, dan itu adalah harta yang
termahal.
Rasulullah saw bersabda:
((الدنيا ملعونة، ملعون ما فيها، إلا ذكر الله
وما والاه، أو عالماً أو متعلما)) (رواه الترمذي وابن ماجه وغيرهما:السلسلة
الصحيحة:2797(
“
Dunia itu berisi laknat, seluruh isinya terlaknat, kecuali zikir kepada Allah
dan yang terkait denganya, atau orang yang berilmu atau terpelajar.” (HR: Tirmizi, Ibnu Majah dll).
Wajib atasmu wahai orang
muslim, untuk mengetahui bahwa mempelajari agama bagi anda adalah kebutuhan
yang jauh lebih penting dari sekedar makan dan minum!
Sebagaimana anda serius
dalam mencari rezki untuk hidup, maka hendaklah anda juga serius dalam
mempelajari agama anda, karena itulah kehidupan yang sebenarnya yang tanpanya
anda ibarat mati.
Imam Ahmad bin Hambal
mengatakan: ” Manusia lebih membutuhkan ilmu dari sekedar membutuhkan makan dan
minum, karena makan dan minum dibutuhkan sekali atau dua kali sehari, sedang
ilmu senantiasa dibutuhkan selama nafas masih dikandung badan.”
Ibnu Al-Qayim mengatakan:” Orang-orang
yang memilki pengetahuan tentang Tuhan-Nya dan tentang perintah-Nya, mereka
itulah ruh kehidupan sebenarnya, mereka senantiasa dibutuhkan dan tidak pernah
tidak walau sekejap, kebutuhan hati akan ilmu tidak sama dengan kebutuhan nafas
akan udara, ia lebih besar!, secara umum ilmu bagi hati ibarat air bagi ikan,
jika ia kehilangan maka ia mati, ilmu yang datang kepada hati ibarat cahaya
datang kepada mata.”
Wahai saudaraku, Berangkat
dari kebutuhan yang besar inilah, maka wajib bagi setiap muslim untuk belajar
tentang agamanya sesuatu yang dapat membimbingnya agar beribadah kepada Allah
SWT dengan pengetahuan yang jelas.
Rasulullah saw bersabda:
((طلب العلم فريضة على كل مسلم) (رواه
ابن ماجه:صحيح ابن ماجه للألباني:184)
“ Menuntut
ilmu itu wajib atas setiap muslim” ( HR: Ibnu Majah; sahih Ibnu Majah milik
Al-Albani: 184).
Imam
Malik pernah ditanya tentang menuntut ilmu, apakah wajib? Ia menjawab:“ Adapun
pengetahuan tentang syariat-syariatnya, sunah-sunahnya dan fiqhnya yang nampak
maka hal itu wajib, dan yang selainya termasuk darinya, barang siapa lemah
(tidak ada kemampuan) dalam mengetahuinya maka tidak ada kewajiban atasnya“
Ibnu
Abdul Barr mengatakan: “ Para ulama
bersepakat bahwa ilmu ada yang fardhu ain atas setiap orang, dan ada yang
fardhu kifayah, yaitu jika ada yang telah melaksanakanya maka kewajibanya gugur
atas yang lain, dan mereka berbeda pendapat dalam perincianya , adapun yang wajib atas semua orang dari hal tersebut adalah kewajiban-kewajiban yang
tidak ada keleluasaan bagi manusia untuk tidak mengetahuinya.“
Ia
menyebutkan diantara hal tersebut adalah: Ma’rifatullah (mengenal Allah),
tauhid, shalat lima waktu beserta pekerjaan-pekerjaan yang wajib untuk
dilakukan di dalamnya, puasa ramadhan dan syarat-syarat syah maupun
syarat-syarat yang membatalkanya, haji jika memiliki kemampuan untuk
melakukanya, zakat jika memiliki harta, dan segala hal yang tidak ada udzur
untuk tidak mengetahuinya, seperti; haramnya zina, riba, khamr, memakan daging
babi, memakan bangkai, ghasab, menyogok, persaksian palsu, memakan harta orang
dengan cara batil, haramnya berbuat zalim, dan keharaman-keharaman yang lain.
Wahai
saudaraku, perkara-perkara di atas adalah hal-hal yang tidak layak bagi seorang
muslim untuk tidak mengetahuinya, intropeksilah diri anda: seberapa bagian ilmu
syar’i yang telah anda milki?
Manusia
berbeda-beda tingkat keseriusanya dalam belajar agama, saya akan menyebutkan
tingkatan-tingkatan tersebut dari perkataan para ulama, lihatlah diri anda ada
tigkatan manakah?
Imam
Ali r.a. berkata: “ Manusia itu ada tiga; ulama robbani, pelajar yang meniti
jalan keselamatan, dan orang yang hina yang mengikuti setiap seruan(baik
ataupun buruk) terombang-ambing oleh angin“
Ibnu
Mas’ud berkata:“ Jadilah kamu ulama atau pelajar, dan jangan menjadi antara
keduanya“
Dari
Humaid dari Al-Hasan bahwasanya Abu Darda‘ berkata: “ Jadilah kamu ulama atau
pelajar, atau pecinta, atau pengikut,dan jangan menjadi yang kelima, karena
kamu akan binasa!
Humaid
berkata: Aku bertanya kepada Al-Hasan: Apa yang kelima?
Ia
menjawab: Mubtadi‘ (Ahli bid’ah).
Saudaraku,
Hisablah dirimu; kamu berada digolongan mana dari golongan-golangan tersebut?
Jangan sekali-kali kamu termasuk golongan
orang-orang yang tidak memperdulikan aturan agama dan fiqh!
Berapa
banyak orang shalat sedang ia tidak mengetahui cara shalat yang benar
sebagaimana shalatnya Rasulullah saw!
Dan
berapa banyak orang berpuasa yang melakukan banyak pelanggaran sedang ia tidak menyadarinya!
Dan
berapa banyak orang yang berangkat haji ke baitul haram sedang ia tidak
mengetahui bagaimana manasik yang benar.!
Dan
berapa banyak pelaku bid’ah yang yang melakukan berbagai perbuatan bid’ah
sedang ia menyangkah hal itu bagian dari sunah!
Dan
berapa banyak pedagang yang mempraktekan berbagai macam bentuk muamalah yang
haram, sedang ia menyangka hal itu adalah halal!
Dan
berapa banyak orang yang memakan harta manusia secara batil dalam keadaan ia
tidak mampu membedakan antara yang halal dan yang haram!
Dalam
semua itu anda akan mendapatkan bahwa mayoritas penyebabnya adalah kebodohan
akan hukum syariat, dan yang aneh lagi adalah anda akan menemukan fakta di atas
terjadi pada sekelompok orang dalam usia yang tidak layak bagi mereka untuk
tidak mengetahui hukum-hukum syariat, khususnya dalam situasi yang banyak
didapatkan berbagai sarana untuk belajar hukum-hukum syariat, sehingga menjadi
mudah bagi muslim untuk mengenal agamanya.
Abdullah
bin Al-Mubarak pernah ditanya: Sampai kapan seseorang masih harus belajar? Ia
menjawab: selama kebodohan itu tidak pantas baginya, ia masih harus belajar.“
Muhamad
bin Al-Fadhl As-Samarqandi Al-Wa’idz berkata: Berapa banyak orang bodoh
mendapatkan ilmu maka ia selamat, dan berapa banyak ahli ibadah yang beramal
dengan amalan orang bodoh maka ia binasa, hadirlah, berilmulah, jika niat tidak
hadir kepadamu, maka sesungguhnya engkau dapat mencarinya dengan ilmu, dan
sesungguhnya sesuatu yang nampak pertama kali dari hamba adalah lisanya, dan
sesuatu yang pertama kali nampak dari akalnya adalah kedewasaanya.“
Wahai
saudaraku, antusiaslah dalam mempelajari agamamu, hilangkan segala hambatan
yang yang menghambatmu darinya, sesungguhnya ilmu itu diperoleh dengan belajar.
Dan hambatan pertama yang menghalangi seseorang dari belajar ilmu syar’i: malu
dan sombong.
Mujahid
berkata: “ Tidak akan belajar orang yang malu dan sombong.“
Adapun
malu, maka setiap rasa malu yang mencegah seseorang dari kemuliaan, maka itu
bukanlah malu, karena malu adalah perangai yang mencegah seseorang dari
keburukan, sedang orang yang tidak datang kepada majlis-majlis ilmu, dan tidak
bertanya kepada ulama tentang sesuatu yang tidak ia fahami, maka ia berada
dalam bahaya yang besar! Karena ia akan melakukan sesuatu tanpa ilmu!
Dan adapun orang sombong, Maka ia terjatuh ke
dalam dosa besar, terkait orang sombong Rasulullah saw bersabda:
)) لا يدخل الجنة من في قلبه خردلة من كبر ) ((رواه
الحاكم والطبراني:صحيح الترغيب للألباني:2910(
“ Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam
hatinya ada sebiji sawi dari kesombongan” (HR: Al-Hakim dan At-Tabrani: Shahih at-targib imam al-bani)
Saudaraku, sungguh faham agama adalah indikasi
kebaikan dan keberuntunganmu, karena jika kamu memiliki pehaman tentang
agamamu, maka kamu akan menjadi orang yang dapat beribadah kepada Allah dengan
pengetahuan yang jelas, sehingga kamu akan semakin dekat kepada-Nya.
Rasulullah saw bersabda:
))من يرد الله به خيراً يفقهه في الدين... ) ((رواه البخاري ومسلم(
“ Barang siapa dikehendaki
Allah suatu kebaikan, niscaya ia akan diberi pehaman tentang agama” (HR; Bukhari Muslim)
Al-Hafidz Ibnu Hajar
mengatakan:“ Maksud hadits di atas adalah barang siapa tidak bertafaquh(belajar/memahami)
agama atau tidak mempelajari kaidah-kaidah islam dan cabang-cabang yang terkait
denganya, maka ia tercegah dari mendapatkan kebaikan, karena orang yang tidak
mengenal perkara-perkara tentang agamanya tidak dikatakan faqih (ahli
fiqh/agama), tidak pula dikatakan thalib fiqh(pelajar fiqh/agama), sehingga
pantas untuk dikatakan sebagai orang yang tidak dikehendaki padanya kebaikan,
hal itu menunjukan dengan jelas keutamaan para ulama atas manusia selainya,
disamping menunjukan bahwa tafaquh fi ad-din (belajar agama) lebih utama atas
belajar ilmu-ilmu yang lain.
Intropeksilah diri kalian
wahai orang yang berakal, tidakah anda menginginkan untuk masuk ke dalam
barisan orang-orang yang dikehendaki padanya kebaikan ini!
Sungguh tidak sama antara
orang yang faham agamanya dengan orang yang bodoh tentang agamanya!
قُل هَلْ يَسْتوِي
الذِينَ يَعْلَمُونَ وَالذيِنَ لا يَعْلَمُونَ إنَّمَا
يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الأَلبَابِ ) الزمر:9(
“ Katakanlah, apakah sama
orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?, sesungguhnya orang
yang berakalah yang dapat menerima pelajaran“
(QS: Az-Zumar: 9).
Abu Darda’ mengatakan:”
Allah SWT memberikan rezki kepada orang-orang yang bahagia, dan mencegahnya
dari orang-orang yang sengsara.”
Ibnu Qayim berkata:”
Kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan jiwa, ruh dan hati, yakni kebahagiaan
ilmu yang membuahkan manfaat, dialah yang kekal dalam kondisi apapun, dan
dialah yang selalu menyertai hamba dalam seluruh perjalananya, dan dalam tiga
waktunya( pagi, siang dan malam), denganya ia naik ke tangga keutamaan dan
derajat kesemurnaan, semakin lama akan semakin kuat dan tinggi.”
Akan tetapi alangkah
banyaknya jumlah orang-orang yang lengah dari mencari kebahagiaan ini!. Anda
melihat diantara mereka ada yang berambisi dalam mengeruk dinar dan dirham,
serius dalam mempelajari sarana-sarana dalam mendapatkan rezki dan menumpuk
harta, namun anda mendapatkanya zuhud dalam mempelajari agamanya dan dalam menumpuk
tabungan ilmu yang bermanfaat!
Mereka cemas jika rugi
dalam hartanya, meski sedikit…. namun tidak pernah cemas saat rugi besar dalam
agamanya.
Mereka
gembira jika mendapatkan sedikit harta….. namun tidak merasa gembira ketika
mendapatkan ilmu tentang agamanya.
عن عقبة بن عامر قال: خرج رسول الله ونحن في الصفة، فقال: أيكم يحب أن يغدو كل يوم إلى بطحان، أو إلى العقيق؛
فيأتي منه بناقتين كوماوين، في غير إثم
ولا قطع رحم؟! فقلنا:
يا رسول الله نحب ذلك، قال: أفلا يغدو أحدكم إلى المسجد؛
فيعلم أو يقرأ آيتين من كتاب الله
عز وجل خير له من ناقتين، وثلاث خير له من ثلاث، وأربع خير له من أربعٍ، ومن أعدادهن من الإبل؟ (رواه مسلم)
“ Dari Uqbah bin Amir, ia berkata: Rasulullah
saw keluar ketika kami berada di shuffah(tempat di masjid nabawi), lalu
bersabada:” Siapa diantara kalian yang mau pergi setiap hari ke
bath’han(saluran air sungai yang berpasir dan berkerikil) atau lembah, lalu ia
datang darinya dengan membawa dua ekor unta yang besar punuknya, tanpa melalui
dosa maupun memutuskan tali kekerabatan?, kami berkata: Ya Rasulullah kami mau
itu, ia bersabda: “ kenapa salah seorang dari kalian tidak pergi ke masjid,
lalu ia belajar atau membaca dua ayat dari kitab Allah SWT, itu lebih baik dari
dua unta, dan tiga lebih baik dari tiga, dan empat lebih baik dari empat, dan
begitu seterusnya lebih baik dari jumlah unta seterusnya”. (HR: Muslim).
Abu Ganiah Al-Khaulani berkata:” Bisa jadi satu
kata lebih baik dari memberi harta, karena harta menjadikanmu lalim, sedang
kata menjadikanmu mendapatkan petunjuk.”
Saudaraku, Sesungguhnya sebaik-baik ilmu yang
kamu pelajari adalah ilmu yang menunjukanmu kepada ma’rifatullah dan menuntunmu
beribadah kepada-Nya dengan pengetahuan yang jelas, dan kamu tidak akan pernah
mendapatkan harta yang lebih mahal darinya.
Nabi saw bersabda:
((خيركم من تعلم القرآن وعلمه)) ( رواه
البخاري(
“
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-qur’an dan mengajarkanya” (HR:
Bukhari)
Dan dari Ali Al-Azdi, ia berkata:” Aku bertanya
kepada Ibnu Abas tentang jihad, ia menjawab:
“ Tidakah kamu mau aku tinjukan kepadamu sesuatu yang lebih baik dari
jihad? Kamu bangun masjid yang di dalamnya kamu mengajar al-qur’an dan
sunah-sunah rasul saw, dan fiqh (ilmu agama).
Saudaraku, sesungguhnya bertanya kepada orang-orang
yang berilmu adalah tangga menuju pemahaman akan ilmu agama, Allah SWT telah
menganjurkan kalian agar bertanya kepada para ulama jika anda menemukan
permasalahan. Dia berfirman:
))فَاسْألوا أهْل
الذَكْرِ إن كُنُتْم لا تَعْلَمُونَ )
الأنبياء:7(
“ Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang
yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.”
Ibnu Abas r.a. pernah ditanya: Bagaimana aku
bisa mendapatkan ilmu ini?
Ia menjawab:” Dengan lisan yang senantiasa
bertanya dan hati yang selalu memahami.”
Bertanya kepada orang yang berilmu adalah obat
bagi kebodohan, janganlah kamu sekali-kali melakukan satu perkara agama dalam
keadaan kamu tidak mengetahui hukumnya, karena sesungguhnya beribadah kepada Allah
SWT dengan kebodohan hanya akan menambah jauh seorang hamba dari Tuhanya.
Ibnu Mas’ud r.a. berkata:” Ilmu itu bertambah
dengan pencarian, dan didapatkan dengan pertanyaan, pelajarilah apa yang tidak
kamu ketahui, dan amalkanlah apa yang kamu ketahui.”
Abu Darda’ r.a. berkata:” Ilmu itu diperoleh
dengan belajar, dan kedewasaan itu dicapai dengan latihan, barang siapa
berusaha mencari kebaikan, pasti akan diberi, dan barangsiapa menjauhi
keburukan pasti dijauhkan darinya.”
Ibnu Al-Mubarak ditanya: Apakah yang tidak ada
keluasan bagi orang mukmin kecuali harus mencarinya? Dan apa yang wajib
dipelajarinaya? Ia menjawab: “ tidak boleh baginya untuk melakukan sesuatu
melainkan dengan ilmu, dan tidak ada keluasan baginya hingga ia bertanya.”
Dan ketahuilah wahai saudaraku, dintara
kemuliaan bagi orang yang antusias dalam belajar ilmu yang bermanfaat adalah
bahwasanya rasulullah saw mewasiatkan itu, dan cukuplah itu sebagai kemuliaan
bagi setiap orang yang bersungguh-sungguh dalam belajar agama.
Rasulullah saw bersabda:
))سيأتيكم أقوام يطلبون العلم، فإذا رأيتموهم فقولوا لهم: مرحباً مرحباً بوصية رسول
الله واقنوهم ((
“ Akan datang kepada kalian beberapa kaum yang
menuntut ilmu, jika kalian melihat mereka, maka katakanlah kepada mereka:
marhaban, selamat datang wasiat rasulullah saw, dan ajarilah mereka.” (HR: Ibnu
Majah; sahih Ibnu Majah, Al-Bani: 203)
Saudaraku, sungguh ilmu yang sedikit yang kamu
bersungguh-sungguh dalam menuntutnya agar faham agama, lebih baik dari
berlipat-lipat amal shalih yang kamu kerjakan, bagaimana tidak? Sesungguhnya
ilmu itu membimbing kepada ibadah yang benar, tidak ada ibadah tanpa ilmu.
Abu Hurairah r.a. berkata: “ Tiap seuatu ada
tiangnya, dan tiang agama ini adalah fiqh(faham), Dan tidaklah Allah SWT
disembah dengan sesuatu yang lebih utama
dari fiqh(faham) dalam masalah agama. Sungguh, satu orang faqih(berilmu) lebih
berat untuk dihadapi setan daripada seribu ahli ibadah.”
Sesungguhnya kamu –wahai muslim-, tidak
memerlukan banyak tenaga untuk dapat memahami agama, berikut inilah
tahapan-tahapan belajar agama:
Pertama: Mulailah dengan kitab Allah SWT
(al-qur’an), berupayalah membaguskan bacaan al-quran sesuai dengan tajwid, dan
sarana untuk itu banyak sekali, yang paling utama adalah membaca dihadapan
seorang syekh yang benar bacaanya, disamping mendengar tilawah yang bagus dari
kaset-kaset, memperbanyak praktek baca al-qur’an, dan sebaiknya anda juga
merujuk kepada kitab-kitab tafsir, agar dapat memadukan antara pengetahuan
tentang cara membaca yang benar dengan pemahaman terhadap makna ayat yang anda
baca.
Kedua: Membaca kitab-kitab fiqh yang mudah,
khususnya dalam tema-tema yang kamu butuhkan sehari-hari, seperti tata-cara
solat, wudhu’, mandi, tayamum, hukum-hukum terkait orang yang bepergian. Dan
jika kamu termasuk orang-orang yang punya harta, maka kamu harus mempelajari
hukum-hukum seputar zakat, jual-beli dan muamalat.
Ketiga: Membaca buku-buku yang ringkas seputar
syarah hadits, dan ilmu-ilmu syar’i dalam tema-tema ringkas, urutan pertama
adalah dalam hal ini adalah: ilmu tauhid, caranya dibaca dengan perlahan-lahan
dan penuh pehaman, dan prinsip umum dalam belajar hal tersebut adalah meminta
bimbingan dari syekh atau guru, jika tidak bisa sebagaimana kondisi kebanyakan orang, maka belajar dengan
menggunakan tahapan-tahapan di atas dengan kesungguhan dan kesabaran dapat
mengantarkan kepada hasil yang diinginkan.
Keempat: Senantiasa bertanya kepada orang yang
berilmu dalam setiap kali menjumpai permasalahan, memenej waktu luang dengan
baik dan memanfaatkanya untuk mengambil pelajaran dari ceramah-ceramah.
Keinginan yang kuat adalah prinsip utama semua
hal di atas, maka wajib atas setiap muslim untuk bersungguh-sungguh dalam
belajar agama dan menguatkan niatnya, ia tidak akan penah kehilangan
pertolongan dari Allah SWT.
Saudaraku, anda tidak harus menguasai seluruh
ilmu syar’I, namun jika kamu memiliki kkesungguhan dan dorongam yang kuat untuk
mencapai itu, maka itu adalah baik.
Adapun batas minimal yang wajib untuk anda
pelajari dari ilmu syar’i telah anda ketahui dari ulasan sebelumnya, yaitu
sesuatu yang yang tanpanya anda tidak akan dapat beribadah kepada Allah SWT
dengan benar.
Maka bersungguh-sungguhlah dalam mempelajari
agama anda, jangan sia-siakan waktu anda untuk sesuatu yang tida bermanfaat,
dan memintalah kepada Allah agar Dia memberi pertolongan kepadamu.
Rasulullah saw bersabda:
)) سلوا
الله علماً نافعاً، وتعوذوا بالله من علم
لا ينفع)) (رواه ابن ماجه:صحيح ابن
ماجه للألباني:3114 )
“ Mintalah
kepada Allah ilmu yang bermanfaat, dan berlindunglah kepadanya dari ilmu yang
tiada bermanfaat.“ (HR: Ibnu Majah; sahih Ibnu Majah; Albani: 3114).
والحمد لله تعالى..
والصلاة والسلام على النبي محمد وآله وصحبه
Post a Comment