Bagaimanakah kita Memanfaatkan Waktu?
Bagaimanakah kita Memanfaatkan Waktu?
Segala puji
hanya bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah atas Nabi yang
tidak ada Nabi setelahnya, amma ba'du:
Barang siapa
yang mengikuti kabar tentang umat manusia dan memperhatikan keadaan mereka, dia
akan mengetahui bagaimana mereka menghabiskan waktu, bagaimana mereka
menghabiskan umur, sehingga dia akan mengetahui bahwa kebanyakan dari mereka
menyia-nyiakan waktunya, mereka terhindar dari kenikmatan dapat memanfaatkan
umur dan menggunakan waktu, oleh karena itu kita melihat mereka menafkahkan
waktunya dan menghabiskan umurnya dengan apa-apa yang tidak mendatangkan
manfaat baginya.
Sesungguhnya
seseorang ada yang merasa heran dari kesenangan mereka dengan berjalannya hari
serta berbahagia dengan berlalunya ia, mereka lupa bahwa setiap menit bahkan
setiap saat yang telah berlalu dari umurnya akan mendekatkan dirinya kepada
kubur dan akherat, serta menjauhkannya dari dunia.
Sesungguhnya kita senang akan hari yang dilalui ***
setiap hari
akan berlalu sebagian dari umur ini
Apabila
waktu adalah kehidupan dan dia adalah umur yang sebenarnya bagi manusia, dan
bahwa penjagaannya merupakan pokok setiap kebaikan, penyia-nyiaannya merupakan
pokok setiap kejelekan, maka ia mengharuskan suatu renungan yang menjelaskan
tentang berharganya waktu dalam kehidupan seorang Muslim, apa yang diwajibkan
bagi seorang Muslim terhadap waktunya, apa saja penyebab-penyebab yang dapat
membantu untuk menjaga waktu, dan dengan apa seorang Muslim dapat memanfaatkan
waktunya.
Kita
meminta kepada Allah Ta'ala agar menjadikan kita termasuk dari dia yang
dipanjangkan umur dan baik amalannya, serta mengaruniai kita dengan kebaikan
dalam memanfaatkan waktu, karena Dia-lah sebaik-baik yang diminta.
v Keberhargaan
waktu dan kepentingannya:
Apabila
manusia mengetahui keberhargaan sesuatu dan kepentingannya, niscaya dia akan
menjaga dan menghindar dari menyia-nyiakan serta kehilangannya, dan ini
merupakan suatu yang lazim. Oleh karena itu apabila seorang Muslim mengetahui
akan keberhargaaan serta kepentingan waktunya, maka dia akan lebih berhati-hati
dalam menjaga dan memanfaatkannya pada apa-apa yang mendekatkan dirinya kepada
Allah, inilah Imam Ibnul Qoyyim yang menjelaskan akan hakekat ini dengan
perkataannya: [waktu manusia adalah umur dia pada hakekatnya, ia adalah unsur
kehidupan yang kekal dalam kenikmatan yang abadi, dan unsur kehidupannya yang
sempit dalam adzab yang pedih, ia akan berlalu secepat berlalunya awan, barang
siapa yang waktunya untuk Allah dan pada Allah, maka itulah kehidupan dan
umurnya, dan yang selain itu tidak akan dihisab dari kehidupannya… apabila dia
habiskan waktunya dalam kelalaian, kesia-siaan dan angan-angan yang batil, yang
mana suatu terbaik yang dia habiskan adalah tidur dan kekosongan, maka kematian
bagi orang ini akan lebih baik dari kehidupannya].
Ibnul
Jauzi berkata: [setiap manusia berkewajiban untuk mengetahui kemuliaan zaman
dan keberhargaan waktunya, sehingga tidak ada yang hilang darinya sedikitpun
selain dari taqarrub, dia akan mengedepankan padanya apa yang terbaik dari
perkataan dan perbuatan, hendaklah niatnya tegak berada pada kebaikan tanpa
henti dengan apa yang tidak melemahkan badan dari beramal].
Al-Qur'an
dan Sunnah sangat perhatian terhadap waktu dari berbagai sisi dan dengan
gambaran yang bermacam-macam, Allah telah bersumpah dengannya pada awal
beberapa surah dalam beberapa juz yang berbeda, seperti: demi malam, demi
siang, demi waktu fajar, demi waktu dhuha, demi masa, sebagaimana firman-Nya:
"Demi malam apabila menutupi (cahaya siang) (1) dan
siang apabila terang benderang" [QS.
Al-Lail: 1-2], "Demi fajar (1) dan malam
yang sepuluh" [QS. Al-Fajr: 1-2], "Demi waktu matahari sepenggalahan naik (1) dan demi malam"
[QS. Adh-Dhuha: 1-2],
"Demi masa (1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian"
[QS. Al-'Ashr: 1-2].
Sudah diketahui
bahwasanya apabila Allah bersumpah dengan sesuatu dari makhluk-Nya, maka ia
menunjukkan kepentingan dan keagungannya, dan juga untuk menarik perhatian
kepadanya serta menyadari akan besarnya manfaat yang ada padanya.
Sunnah
datang untuk lebih menekankan tentang pentingnya waktu serta berharganya zaman,
dan telah diulang-ulang bahwa manusia akan bertanggung jawab atasnya pada hari
kiamat. Dari Muadz bin Jabal bahwa Rasulullah r bersabda:
" لا تزول قدم عبد يوم القيامة حتى يُسأل عن أربع خصال: عن
عمره فيم أفناه, وعن شبابه فيم أبلاه, وعن ماله من أين اكتسبه وفيم أنفقه, وعن
علمه ماذا عمل فيه "
"Tidak akan bergerak kaki seorang hamba pada hari kiamat
sampai dia ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya pada apa dia
habiskan, tentang masa mudanya pada apa dia luangkan, tentang hartanya darimana
dia dapatkan dan untuk apa dia pergunakan, dan tentang ilmunya apa yang dia
amalkan padanya" [HR. Tirmidzi dan dihasankan oleh
Al-Albani].
Dan Nabi-pun mengabarkan bahwa waktu merupakan salah satu dari nikmat-nikmat
Allah terhadap makhluk-Nya, seorang hamba diharuskan untuk mensyukuri nikmat
yang dia dapat, dan jika tidak maka ia akan ditarik dan hilang darinya.
Mensyukuri nikmat waktu dilakukan dengan menggunakannya pada keta'atan dan
memanfaatkannya pada amal-amal saleh, bersabda Rasulullah r:
" نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس: الصحة والفراغ "
"Dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu padanya:
kesehatan dan waktu luang" [HR. Bukhori]
v Kewajiban
seorang Muslim terhadap waktunya:
Selama
untuk waktu terdapat seluruh kepentingan-kepentingan ini, bahkan sampai
dianggap kalau ia adalah kehidupan yang sebenarnya, maka bagi setiap Muslim
terdapat kewajiban-kewajiban sekitar waktunya, dia harus meraihnya dan meletakkan
dihadapan matanya, diantara kewajiban-kewajiban tersebut:
- Menjaga untuk selalu mengambil manfaat dari waktu:
Apabila
manusia sangat perhatian sekali terhadap hartanya, sangat menjaga dan
memanfaatkannya, dan dia mengetahui bahwa harta itu akan datang dan pergi, maka
dia harus memperhatikan waktu dan memanfaatkan seluruhnya pada apa yang akan
bermanfaat baginya dalam agama dan dunianya, karena apa yang akan kembali
kepadanya dari kebaikan dan kebahagiaan akan lebih besar, terutama jika dia ketahui
bahwa apa yang telah pergi darinya tidak akan kembali. Orang-orang saleh
terdahulu selalu sangat perhatian sekali terhadap waktunya; karena mereka
adalah orang-orang yang paling mengetahui akan keberhargaannya, mereka menjaga
dengan sebenarnya agar tidak melewati satu hari atau satu saat dari zaman
walaupun sangat pendek, tanpa menambah padanya dengan ilmu yang bermanfaat,
amal saleh, melawan hawa nafsu atau memberikan manfaat terhadap orang lain,
berkata Al-Hasan: saya telah mendapati beberapa orang yang terhadap waktunya
lebih sangat menjaga daripada kalian terhadap uang dirham dan dinar yang kalian
miliki.
- Pengaturan waktu:
Diantara
kewajiban-kewajiban seorang Muslim terhadap waktunya adalah menyusunnya antara
kewajiban-kewajiban dengan amalan-amalan yang berbeda, baik itu secara agama
ataupun keduniawiaan, sehingga sebagiannya tidak mengalahkan sebagian yang
lain, dan tidak pula yang tidak penting mengalahkan yang penting.
Berkata
salah seorang saleh: [waktu seorang hamba ada empat dan tidak ada yang kelima
darinya: nikmat, cobaan, ta'at dan maksiat. Untuk Allah atas anda, pada setiap
waktu darinya anda harus menyisihkan untuk ibadah yang dilakukan dengan hak
sebagai hukum Rububiyyah: barang siapa yang waktunya pada keta'atan, maka
jalannya adalah persaksian karunia dari Allah yang telah memberinya hidayah dan
memberinya kemudahan ketika melaksanakannya, barang siapa yang waktunya pada
kenikmatan maka jalannya adalah bersyukur, barang siapa yang waktunya pada
kemaksiatan maka jalannya adalah bertaubat dan meminta ampunan, dan barang
siapa yang waktunya pada cobaan maka jalannya adalah keridhoan dan kesabaran].
- Memanfaatkan waktu luangnya:
Waktu
luang adalah kenikmatan yang dilalaikan oleh kebanyakan orang, sehingga kita
melihat mereka dalam keadaan tidak menunaikan rasa syukurnya dan tidak pula
menghargai dengan sebenarnya. Dari Ibnu Abbas: bahwa Nabi r bersabda:
" نعمتان من نعم الله مغبون فيهما كثير من الناس: الصحة
والفراغ "
"Dua nikmat diantara nikmat-nikmat Allah yang kebanyakan
manusia tertipu pada keduanya: kesehatan dan waktu luang" [HR.
Bukhori].
Dan Nabi-pun telah menganjurkan untuk memanfaatkannya dalam sabda beliau:
"Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara…",
beliau menyebutkan diantaranya: "waktu luangmu sebelum waktu sibukmu"
[HR.
Al-Hakim dan dishahihkan oleh Al-Albani]
Berkata salah seorang saleh:
[Kosongnya waktu dari pekerjaan merupakan kenikmatan yang sangat besar,
sehingga apabila seorang hamba mengkufuri nikmat ini dengan membuka dirinya
kepada pintu hawa nafsu dan terjerumus dalam syahwat maka Allah akan balikkan
kenikmatan hatinya, serta mengambil apa yang dia dapati dari kebersihan hati].
Seorang yang berakal harus menyibukkan
waktu luangnya dengan kebaikan, dan jika tidak maka nikmat luangnya akan
berbalik menjadi malapetaka terhadap dirinya, oleh karena itu dikatakan: [waktu
luang bagi laki-laki adalah kelalaian dan bagi wanita adalah ghulmah"
atau penggerak syahwat.
v
Beberapa
penyebab yang membantu dalam menjaga waktu:
- Muhasabah diri: ia termasuk perantara terpenting yang dapat membantu seorang Muslim untuk memanfaatkan waktunya dalam keta'atan kepada Allah. Ia adalah perbuatan orang-orang saleh dan jalannya mereka yang bertaqwa. Oleh karena itu hisablah diri anda wahai saudaraku yang Muslim dan tanyakanlah kepadanya apa yang telah ia lakukan pada hari yang telah dilaluinya? Pada apa ia nafkahkan waktunya? Dan pada apa saja anda habiskan jam-jam keseharian anda? Apakah bertambah padanya kebaikan ataukah bertambah padanya kejelekan?
- Mendidik jiwa atas tingginya harapan: barang siapa yang membiasakan dirinya untuk selalu bergantung pada perkara-perkara yang tinggi dan menjauh dari kerendahannya, maka dia akan menjadi yang paling menjaga dalam memanfaatkan waktunya, barang siapa memiliki ketinggian harapan, maka dia tidak akan merasa puas dengan kekurangan, dan sesuai dengan ukurannya, harapan akan datang seperti apa yang diharapkannya:
Apabila
tidak tinggi harapan seseorang, akan dilempar ia ***
dan merasa cukup dengan kerendahan dia
yang rendah
- Berteman dengan mereka yang menjaga waktunya: karena sesungguhnya berteman dan bergaul bersama mereka, serta berusaha mendekati dan mengikutinya akan dapat membantu anda dalam memanfaatkan waktu, juga menguatkan diri dalam memanfaatkan usia untuk keta'atan kepada Allah, semoga Allah merahmati dia yang berkata:
Jika
anda berada pada suatu kaum maka gaulilah yang terbaiknya ***
janganlah
berteman dengan yang rendah sehingga anda menjadi rendah
Tentang
seseorang janganlah ditanyakan tapi tanya siapa temannya ***
karena
setiap pendamping akan mencontoh pendampingnya
- Mengetahui keadaan salaf bersama waktu: karena mengetahui keadaan mereka serta dengan membaca sejarahnya merupakan bantuan terbesar bagi seorang Muslim dalam memanfaatkan waktu, karena mereka adalah orang-orang terbaik yang memahami keberhargaan waktu dan kepentingan usia, mereka adalah contoh terbaik dalam memanfaatkan setiap menitnya dari umur dan memanfaatkan setiap nafasnya dalam keta'atan kepada Allah.
- Meragamkan apa yang dipergunakan dari waktu: karena jiwa ini menurut tabiatnya adalah cepat bosan dan selalu menghindar dari segala sesuatu yang diulang-ulang. Peragaman pekerjaan akan membantu jiwa dalam memanfaatkan bagian yang sebesar mungkin dari waktu.
- Memahami bahwa apa yang telah lalu dari waktu tidak akan kembali dan tidak pula bisa diganti: setiap hari yang telah dilampaui, setiap jam yang telah lewat dan setiap saat yang telah berlalu tidak mungkin untuk dapat dikembalikan, oleh karena itu tidak mungkin untuk dapat diganti, inilah arti dari perkataan Al-Hasan: [Tidak ada suatu haripun yang berlalu dari anak Adam kecuali ia akan berkata: wahai anak Adam, aku adalah hari baru dan akan menjadi saksi atas amalanmu, apabila telah pergi darimu aku tidak akan kembali lagi, maka hidangkanlah sesuai kehendakmu karena kamu akan mendapatkannya dihadapanmu, dan akhirkanlah sesuai kehendakmu karena ia tidak akan kembali kepadamu selamanya].
- Mengingat kematian dan saat menjelang kematiaan: tatkala manusia meninggalkan dunia, menghadap akherat dan berharap jika seandainya dia diberi sedikit saja kesempatan untuk memperbaiki yang telah rusak dan meraih apa yang telah terlewat, akan tetapi betapa tidak mungkinnya hal tersebut, karena masa beramal telah habis dan telah tiba masa perhitungan dan pembalasan. Maka teringatnya seseorang akan ini menjadikannya perhatian terhadap pemanfaatan waktunya dalam keridhoan terhadap Allah Ta'ala.
- Menjauh dari teman yang menyia-nyiakan waktu: sesungguhnya berteman dengan orang-orang malas serta bergaul bersama mereka yang suka membuang-buang waktu merupakan penyia-nyiaan terhadap kemampuan manusia dan waktu, sedangkan seseorang diukur dari teman dan pendampingnya, oleh karena itu berkata Abdullah bin Mas'ud: [Anggaplah seseorang itu dengan siapa dia berteman, karena seseorang akan berteman dengan yang semisalnya].
- Mengingat akan pertanyaan tentang waktu pada hari kiamat: tatkala seseorang berdiri dihadapan Rabb-nya pada hari yang menakutkan tersebut, dia akan ditanya tentang waktu dan umurnya, bagaimana dia habiskan? Untuk apa dia pergunakan? Pada apa dia manfaatkan? Dan dengan apa dia penuhi? Bersabda Rasulullah r:
" لن تزول قدما عبد حتى يسأل عن خمس: عن عمره فيم أفناه؟ وعن
شبابه فيم أبلاه؟... "
"Tidak akan bergerak kedua kaki
seorang hamba hingga ditanya tentang lima
perkara: tentang umurnya pada apa dia habiskan? Tentang masa mudanya pada apa
dua luangkan?..." [HR. Tirmidzi dan dihasankan oleh
Al-Albani].
Mengingat terhadap permasalahan seperti ini akan membantu seorang Muslim dalam
menjaga waktunya, serta memanfaatkannya pada apa yang Allah ridhoi.
v Diantara
keadaan-keadaan salaf bersama waktu:
¨
Berkata
Al-Hasan Al-Bashri: [Wahai anak cucu Adam, sesungguhnya kamu ini hanya beberapa
hari, apabila berlalu satu hari maka telah pergi sebagian darimu]. Dalam
kesempatan lain berkata pula: [Wahai anak cucu Adam, sesungguhnya siangmu
merupakan tamu untukmu, oleh karena itu berbuat baiklah kepadanya, karena
apabila kamu berbuat baik kepadanya, maka ia akan pergi dengan memujimu,
sedangkan jika kamu berbuat buruk kepadanya, ia akan pergi sambil mencelamu, begitu
pula dengan malammu]. Pada saat lain dia berkata: [Dunia ini tiga hari: adapun
kemarin, maka sesungguhnya ia telah pergi dengan apa yang ada padanya, adapun
besok bisa jadi anda tidak akan mendapatkannya, sedangkan hari ini adalah
untukmu, maka beramalah padanya].
¨
Berkata
Ibnu Mas'ud: [Tidak ada penyesalan bagiku yang melebihi penyesalanku atas suatu
hari yang mataharinya telah terbenam, umurku telah berkurang, namun amalanku
tidak bertambah padanya].
¨
Berkata
Ibnul Qoyyim: [Penyia-nyiaan terhadap waktu lebih berbahaya dari kematian,
karena penyia-nyiaan waktu memutuskan hubungan antara anda dengan Allah dan
akherat, sedangkan kematian memutuskan anda dari dunia dan penghuninya].
¨
Berkata
As-Surri bin Al-Muflis: [Jika anda bersedih dari apa yang berkurang dari
hartamu maka menangislah atas apa yang berkurang dari usiamu].
v Dengan
apa kita dapat memanfaatkan waktu?
Sesungguhnya
kesempatan-kesempatan untuk memanfaatkan waktu sangatlah banyak, bagi seorang
Muslim hendaklah dia memilih darinya apa yang sesuai dan lebih pantas untuknya,
diantaranya:
¨
Menghafal
Kitab Allah dan mempelajarinya: ini adalah kesibukkan terbaik yang
dapat dimanfaatkan dari waktunya oleh seorang Muslim, dan Nabi r telah memberi
semangat untuk mempelajari Kitab Allah dalam sabdanya:
" خيركم من
تعلم القرآن وعلّمه " رواه البخاري
"Yang
terbaik diantara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya"
[HR.
Bukhori]
¨
Menuntut
ilmu:
pada zaman dahulu para salafus sholeh lebih banyak menjaga untuk memanfaatkan
waktunya dalam menuntut ilmu dan mempelajarinya; karena mereka mengetahui bahwa
mereka membutuhkannya melebihi kebutuhan mereka terhadap makanan dan minuman.
Memanfaatkan waktu dalam menuntut ilmu serta mempelajarinya memiliki beberapa
gambaran, diantaranya: menghadiri ceramah-ceramah penting, mendengarkan
kaset-kaset bermanfaat, membaca serta membeli buku-buku yang menghasilkan
faedah.
¨
Berdzikir
kepada Allah:
tidak ada suatu amalanpun yang mencukupi segala waktu seperti dzikir, ia adalah
kesempatan yang bermanfaat dan mudah, tidak membebani seorang Muslim baik dari
segi harta maupun pengorbanan, dan telah berwasiat Nabi r kepada salah
seorang sahabatnya seraya bersabda: "Hendaklah lidah kamu selalu basah
oleh dzikir kepada Allah" [HR. Ahmad dan
dishahihkan oleh Al-Albani].
Betapa indahnya jika hati seorang Muslim dimakmurkan oleh dzikir kepada
Penciptanya, apabila berbicara maka dibarengi oleh dzikir kepada-Nya, dan jika
bergerak karena perintah-Nya.
¨
Memperbanyak
amalan sunnah:
ia merupakan kesempatan penting untuk memanfaatkan waktu dalam keta'atan kepada
Allah, juga merupakan perbuatan penting dalam mendidik jiwa dan mensucikannya,
yang mana ia merupakan kesempatan untuk menggantikan kekurangan yang terjadi
pada saat melaksanakan ibadah yang fardhu, dan yang lebih besar dari semua itu
adalah bahwa ia merupakan penyebab untuk mendapatkan kecintaan Allah "Terus-menerus
hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan sunnah sehingga Aku
mencintainya" [HR. Bukhori].
¨
Berdakwah
kepada Allah, Amar ma'ruf, Nahi munkar dan menasehati kaum Muslimin: semua ini adalah
kesempatan-kesempatan berharga untuk memanfaatkan usia. Berdakwah kepada Allah
termasuk kepentingan para Rasul dan risalah para Nabi, Allah Ta'ala telah
berfirman:
" قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ
أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي "
"Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang
yang mengikutiku" [QS. Yusuf: 108]. Jagalah wahai
saudaraku untuk selalu memanfaatkan waktu anda untuk berdakwah, baik melalui
ceramah, pembagian buku, kaset ataupun dengan mendakwahi keluarga, kerabat
maupun tetangga.
¨
Mengunjungi
kerabat dan bersilaturrahmi:
ia merupakan penyebab masuknya surga, medapatkannya rahmat serta menambah umur
dan melapangkan rejeki, bersabda Rasulullah r:
" من أحب أن يبسط له في رزقه,
وينسأ له في أثره, فليصل رحمه " ( رواه البخاري )
"Barang
siapa yang ingin dilapangkan rejekinya dan diakhirkan ajalnya, maka hendaklah
dia menyambung tali silaturrahminya" [HR. Bukhori].
¨
Memanfaatkan
waktu kosong pada setiap harinya: seperti setelah shalat, antara adzan
dan iqamah, sepertiga malam terakhir, pada saat mendengar adzan dan setelah
shalat subuh sampai terbit matahari. Setiap waktu tersebut memiliki
ibadah-ibadah utama yang dianjurkan oleh syari'at untuk dilakukan padanya agar
seorang hamba bisa mendapatkan ganjaran yang besar dan pahala yang agung.
¨
Mempelajari
segala sesuatu yang bermanfaat: seperti computer, berbagai jenis
bahasa, mekanik, listrik, perkayuan dan lain sebagainya, dengan tujuan agar dia
yang beragama Islam mendapat manfaat dan begitu pula dengan
saudara-saudaranya..
Saudaraku
Muslim, inilah beberapa kesempatan berharga, perantara yang banyak dan
kesempatan beragam yang telah kami sebutkan untuk anda sebagai contohnya
–sedangkan pintu kebaikan tidaklah terbatas- agar anda dapat memanfaatkan waktu
padanya disamping kewajiban-kewajiban utama yang diharuskan atas anda.
v Rintangan
yang membunuh waktu:
Disana
terdapat beberapa rintangan dan kendala cukup banyak yang menyebabkan seorang
Muslim menyia-nyiakan waktunya, bahkan hampir sampai menghabiskan seluruh
umurnya jika dia tidak memahaminya dan berlepas diri darinya, diantara
rintangan dan kendala-kendala ini adalah:
- Kelalaian: ia merupakan penyakit berbahaya yang menjadi cobaan bagi kebanyakan kaum Muslimin, sampai mereka kehilangan perasaan yang memiliki perhatikan terhadap waktu, Al-Qur'an telah memperingati tentang kelalaian ini dengan peringatan yang keras, bahkan sampai menjadikan pelakunya sebagai kayu bakar neraka jahanam, Allah berfirman:
" وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ
كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا
وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا
أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ "
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai" [QS.
Al-A'raaf: 179]
- Berandai-andai: ia merupakan rintangan yang menghancurkan waktu dan membunuh usia, namun sangat disayangkan, kata "seandainya" telah menjadi ciri khas bagi kebanyakan kaum Muslimin dan menjadi kebiasaan bagi mereka.
Al-Hasan
berkata: [Hati-hatilah anda dengan andai-andai, karena anda berada pada hari
ini dan tidak sedang berada pada esok hari].
Hati-hatilah
anda wahai saudara Muslimku dari berandai-andai, karena anda tidak bisa
menjamin untuk bisa hidup sampai esok hari, dan jika anda dapat menjamin akan
dapat hidup sampai esok hari, namun tidak dapat menjamin dari
rintangan-rintangan yang seperti sakit mendadak, pekerjaan yang menghadang
ataupun musibah yang datang. Ketahuilah bahwa setiap hari ada pekerjaan dan
setiap waktu ada kewajiban-kewajibannya, tidak ada yang namanya waktu luang
dalam kehidupan seorang Muslim, sebagaimana juga andai-andai dalam melaksanakan
keta'atan akan menjadikan jiwa menjadi terbiasa untuk meninggalkannya, jadilah
seperti yang dikatakan oleh seorang penya'ir"
Berbekalah
ketakwaan karena kamu tidak tahu ***
apabila
datang malam akankah hidup sampai subuh
Berapa
banyak dari yang sehat meninggal tanpa sebab ***
dan berapa banyak dari yang sakit
hidup lebih lama
Berapa
banyak dari pemuda yang sore dan paginya aman ***
dan telah disulam kafannya sedang dia
tidak ketahui
Oleh
karena itu bersegeralah wahai saudaraku dengan memanfaatkan waktu dalam usiamu
untuk ta'at kepada Allah, dan berhati-hatilah dari berandai-andai dan
bermalas-malasan, berapa banyak di kuburan yang terbunuh oleh angan-angan. Andai-andai
adalah pedang yang memotong seseorang dari pemanfaatan nafasnya dalam menta'ati
Rabb-nya, berhati-hatilah untuk menjadi orang terbunuh dan korbannya.
Wasallallahu 'ala
Nabiyyihi Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi wa sallam
Post a Comment