Faktor-faktor Pendorong Mengingat Kematian dan Zuhud Terhadap Dunia
Faktor-faktor
Pendorong Mengingat Kematian dan Zuhud Terhadap Dunia
Kematian bagi setiap manusia adalah
sebuah kepastian yang tak mungkin dihindarkan. Berapapun panjangnya usia
seseorang, bila saatnya tiba, malaikat maut pasti akan datang kepadanya di saat
ajalnya sudah sampai. Namun, tetap saja sebagian manusia lupa terhadap sesuatu
yang pasti seperti kematian ini, buktinya tidak ada persiapan untuk
menghadapinya dan terus berlomba mengejar fatamorgana kenikmatan dunia yang
tidak pernah berakhir. Mengingat mati adalah suatu kemestian bagi setiap muslim
agar lebih giat beribadah dan tidak terbuai dengan segala kehidupan dunia dari
dua sisinya, senang dan sedih, kaya dan miskin, bahagia dan derita. Selalu
sabar dalam menghadapai berbagai cobaan hidup dan tidak terbuai dengan segala
kenikmatan dunia, karena ia selalu ingat bahwa semua itu pasti akan
ditinggalkannya bila saat tiba.
Berikut ini adalah beberapa hal yang
mengingatkan terhadap mati dan mendorong bersifat zuhud dalam dunia.
Imam Muslim rahimahullah
meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah RA , ia berkata, 'Nabi berziarah ke kubur
ibunya, lalu beliau menangis dan membuat menangis orang-orang yang ada di
sekitarnya, maka beliau bersabda:
اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي أَنْ
أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِي وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِى أَنْ أَزُوْرَ
قَبْرَهَا فَأَذِنَ لِي فَزُوْرُوْا اْلقُبُوْرَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ
"Aku meminta ijin kepada Rabb-ku
untuk memintakan ampunan untuknya, maka aku tidak diijinkan. Dan aku meminta
ijin untuk ziarah ke kuburnya, maka Dia mengijinkan, maka ziarahlah ke kuburan,
sesungguhnya ia mengingatkan mati."[1]
Dari Abdullah bin
Mas'ud RA , ia berkata, 'Sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda:
كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ
الْقُبُوْرِ فَزُوْرُوْهَا فَإِنَّهَا تُزَهِّدُ فِى الدُّنْيَا وَتُذَكِّرُ
اْلآخِرَةَ
"Dahulu aku melarangmu ziarah kubur, maka sekarang
ziarahlah, sesungguhnya ia membuat zuhud terhadap dunia dan mengingatkan
akhirat."[2]
Dalam hadits di atas
dijelaskan bahwa salah satu pendorong agar selalu ingat terhadap kematian
adalah melakukan ziarah kubur, karena hal itu sangat membantu bagi setiap orang
agar selalu ingat terhadap mati dan tidak mungkin lagi kembali lagi ke dunia
yang fana ini.
Ziarah kubur bagi laki-laki adalah
sunnah menurut kesepakatan para ulama dan diperselisihkan bagi wanita, dan
pendapat yang shahih adalah haramnya ziarah bagi perempuan, karena kutukan bagi
wanita yang ziarah kubur yang dijelaskan oleh Nabi SAW. Wallahu A'lam.
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib RA , bahwa dia pergi ke kuburan, tatkala sudah
sampai ia berkata, 'Wahai para penghuni kubur, ceritakanlah kepada kami tentang
kamu atau kami menceritakan kepadamu. Adapun berita orang yang sebelum kami:
maka harta (yang dulu kamu kumpulkan) telah dibagi, wanita-wanita (yang dulu
menjadi istrimu) telah menikah, dan tempat tinggal telah dihuni oleh kaum
selain kamu.' Kemudian ia berkata, 'Demi Allah, jika mereka sanggup niscaya
mereka berkata, 'Kami tidak melihat bekal yang lebih baik dari pada
taqwa."
Sungguh indah ungkapan
Abul 'Atahiyah dalam sebuah sya'ir:
Sungguh mengherankan bagi manusia jika
mereka berfikir - menghisab diri mereka
sendiri lagi melihat
Mereka melewati dunia menuju negeri yang
lain – sesungguhnya dunia bagi mereka hanyalah tempat menyeberang
Tidak ada kebanggaan kecuali kebanggan
orang yang taqwa – besok apabila padang
mahsyar mengumpulkan mereka
Sungguh agar manusia mengetahui bahwa
taqwa - dan kebaikan adalah sebaik-baik simpanan
Aku merasa heran terhadap manusia dalam
kebanggaannya – sedang dia esok hari akan dimakamkan di dalam kuburnya
Apakah perkara orang yang asal mulanya
adalah setetes mani – dan akhirnya menjadi bangkai (kenapa ia berani) berbuat
fasik
Jadilah ia tidak memiliki apa-apa yang
bisa diharapkan – dan tidak bisa menunda apa-apa yang ditakutkan
Dan jadilah perkara kepada selainnya –
dalam setiap yang diputuskan dan ditentukan.
Para
ulama berkata: tidak ada yang paling berguna untuk hati selain ziarah kubur,
terutama hati yang keras, maka orang yang memiliki hati yang keras harus
mengobatinya dengan empat perkara, salah satunya adalah ziarah kubur ini :
Pertama, menghentikan kebiasaan
buruknya di masa lalu dengan cara menghadiri majelis-majelis ilmu, nasehat, dan
zikir, mendengarkan ancaman dan anjuran, serta cerita orang-orang shalih.
Sesungguhnya hal itu termasuk yang melembutkan hati.
Kedua, ingat terhadap mati,
maka ia memperbanyak ingat terhadap yang menghancurkan kenikmatan, meninggalkan
jamaah, dan membuat anak-anak menjadi yatim piatu. Diriwayatkan bahwa seorang
perempuan datang kepada 'Aisyah radhiyallahu 'anha mengadukan hatinya
yang keras. Maka ia berkata, 'Perbanyaklah ingat mati, niscaya hatimu menjadi
lembut.' Lalu ia melakukan dan hatinya menjadi lembut. Maka ia datang kepada
'Aisyah radhiyallahu 'anha untuk mengucapkan terima kasih kepadanya. Para ulama berkata: ingat terhadap mati menghentikan
berbuat maksiat, melembutkan hati yang keras, menghilangkan kesenangan dunia,
dan memudahkan segala musibah dunia.
Ketiga, menyaksikan orang yang
menjelang kematian (saat sakaratul maut). Sesungguhnya memperhatikan mayat dan
menyaksikan saat sakaratul mautnya, membayangkan rupanya setelah matinya adalah
yang memutuskan kenikmatannya dari jiwa, mengusir kesenangannya dari hati, dan
menghalangi kelopak mata untuk tidur, serta menghalangi badan untuk
beristirahat, mengbangkitkan semangat beramal, dan menambah bersungguh-sungguh
dalam ibadah.
Diriwayatkan bahwa al-Hasan al-Bashri
menengok orang sakit, ternyata dia sedang sakaratul maut, lalu ia memperhatikan
kesusahannya dan beratnya yang dialaminya. Lalu ia pulang kepada keluarganya
dengan raut muka yang berbeda saat ia keluar rumah meninggalkan mereka, maka
mereka bertanya kepadanya: 'Apakah engkau ingin makan semoga Allah SWT memberi rahmat kepadamu.' Ia menjawab,
'Wahai keluargaku, ambilah makanan dan minumanmu, demi Allah, sesungguhnya aku
telah melihat kematian, aku akan terus beribadah hingga bertemu dengan-Nya.'
Inilah tiga resep yang sepantasnya bagi
orang yang keras hatinya dan selalu berlumur dosa, agar meminta bantuan
dengannya dan meminta tolong dengannya terhadap berbagai fitnah syetan dan
penyesatannya. Jika hal itu bermanfaat maka itulah yang terbaik. Dan jika karat
hati sudah terlalu besar dan pendorong berbuat dosa terlalu kuat, maka ziarah
kubur adalah faktor penyembuh yang paling kuat, melebihi yang pertama, kedua,
dan ketiga. Nabi SAW bersabda:
لَيْسَ الْخَبَرُ كَالْمُعَايَنَةِ
"Kabar itu tidak seperti kenyataan.'[3]
Menyaksikan orang yang
hampir meninggal dunia adalah saat-saat yang sangat menyentuh hati, namun
mengambil pelajaran dengan orang yang sakaratul maut tidak bisa dilakukan
setiap saat. Berbeda dengan ziarah kubur, adanya lebih cepat dan mengambil
manfaat dengannya lebih pantas dan sangat pasti. Maka yang melakukan ziarah
hendaknya disertai adab-adab dan menghadirkan hatinya dalam mendatanginya,
jangan hanya berkeliling pemakaman tanpa makna, hal seperti itu tidak berbeda
dengan binatang –kita berlindung kepada Allah SWT dari hal itu-. Tetapi
hendaklah ia berniat karena menjunjung perintah Allah SWT dan bertujuan
memperbaiki rusak hatinya, menghindari berjalan di atas kuburan dan duduk di atasnya
bila memasuki pemakaman, melepas sendalnya, seperti disebutkan dalam beberapa
hadits. Hendaklah ia juga memberi salam kepada para penghuni kubur dan
berbicara kepada mereka seperti kepada orang yang masih hidup seraya membaca:
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ
مُؤْمِنِيْنَ
Semoga kesejahteraan
tercurah kepadamu, wahai negeri orang-orang yang beriman.
Seperti itulah yang
dibaca Rasulullah SAW. Dan apabila ia
telah sampai ke kubur seseorang yang dikenal dan ingin diziarahinya, ia
membaca: 'Alaikas salaam. Sebagaimana diriwayatkan oleh at-Tirmidzi
dalam sunannya, sesungguhnya seorang laki-laki berkunjung kepada Rasulullah SAW seraya berkata, 'Alaikas salaam.'
Maka Nabi SAW bersabda, 'Janganlah engkau mengatakan: 'Alaikas
salaam, karena 'alaikas salaam itu adalah penghormatan kepada
mayit."[4]
Hendaklah orang yang ziarah menghadapkan
wajahnya kepada mayit, seperti semasa hidupnya. Kemudian ia mengambil pelajaran
dengan orang yang telah berada di bawah tanah, terputus dari keluarga dan
orang-orang yang dicintai. Setelah sebelumnya ia memimpin tentara, bersaing
dengan teman dan handai taulan, dan mengumpulkan harta dan simpangan. Lalu
kematian datang menjemputnya di saat yang tidak diduganya. Peziarah hendaknya
merenungkan keadaan teman-teman dan saudara-saudaranya yang telah mencapai
cita-cita dan mengumpulkan harta. Bagaimana terputus cita-cita mereka dan harta
sudah tidak berguna lagi. Tanah sudah menghapus keindahan wajah mereka dan
sendi-sendi tubuh terpisah-pisah di dalam kubur.
Wallahu A'lam.
المرجع:
التذكرة في أحوال الموتى وأمور الآخرة للإمام القرطبي ، دار
الحديث - القاهرة تحقيق عصام الدين الصبابطي، ط 1 -1424هـ
Dikutip dari kitab:
- at-Tadzkiran fi
ahwalil mauta wa umuril akhirah (Peringatan tentang keadaan orang-orang
yang mati dan keadaan akhirat), bab: maa yudzakkirul maut wa lil akhirat,
dan yuzahhidu fid dunya (Sesuatu yang mengingatkan mati dan akhirat, serta
membuat zuhud terhadap dunia).
[2] HR. Ibnu Majah, jilid
1/1571), dalam sanadnya ada Ayyub bin Hani, didha'ifkan oleh Ibnu Ma'in. hadits
ini didha'ifkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah.
[3] Hadits shahih yang
diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Ahmad, al-Bazzar, ath-Thabrani, dan al-Hakim.
[4] HR. at-Tirmidzi no. 2721
dan 2722, diriwayatkan juga oleh Abu Daud dalam sunannya dan an-Nasa`i dalam
'amalul yaumi wal lailah. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan
at-Tirmidzi.
Post a Comment