Kebersihan Hati
Kebersihan Hati
Segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurah
atas nabi kita Muhammad, keluarga beserta shahabat beliau.
Ummat
Islam adalah ummat yang murni dan suci dalam perkara akidah, ibadah dan
muamalah. Nabi shallallahu'alaihiwasallam
melarang hal-hal yang dapat membangkitkan amarah serta menimbulkan permusuhan
dan kebencian. Beliau bersabda: "Janganlah kalian saling bermusuhan,
saling iri, saling membelakangi, dan janganlah kalian saling memutuskan
hubungan. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi
seorang muslim untuk memutuskan hubungan dengan saudaranya lebih dari tiga
hari". (H.R Muslim)
Beliau
juga menganjurkan untuk saling mencintai dan berkasih sayang. "Demi Dzat
yang jiwaku ada di tangannya, kalian tidak akan masuk surga sampai kalian
beriman dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai ... (H.R
Muslim)
Ketika
Nabi shallallahu'alaihiwasallam ditanya
manusia yang paling utama, beliau menjawab: "Setiap orang yang makhmul
al-qalb dan shaduq al-lisan (sangat benar ucapannya). Para shahabat lalu bertanya: Kami mengetahui tentang Shaduqul
lisan, akan tetapi apa maksud dari makhmul al-qalb ? Maka beliau
menjawab: Yaitu orang yang bertakwa lagi bersih (jiwanya), tidak mempunyai
dosa, kedzaliman, dendam, maupun rasa iri dengki". (H.R Ibnu Majah).
Jiwa
yang bersih merupakan salah satu nikmat yang dianugrahkan kepada ahli surga
ketika mereka masuk ke dalamnya.
وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِم مِّنْ
غِلٍّ إِخْوَاناً عَلَى سُرُرٍ مُّتَقَابِلِينَ
"Dan
Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka
merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan" (Q.S Al-Hijr
47)
Kebersihan
jiwa memberikan ketenangan di dunia dan keberuntungan di akherat serta
merupakan salah satu sebab masuk ke dalam surga. Ibnu Hazm menceritakan keadaan
orang-orang yang dengki dan bermusuhan, yang hati mereka dalam keadaan sakit:
"Aku memperhatikan kebanyakan manusia – kecuali yang Allah pelihara dan
jumlah mereka sedikit – menyegerakan kesengsaraan, gundah gulana serta
keletihan bagi diri mereka di dunia, lalu memikul dosa yang besar di akherat
sehingga menyebabkan (mereka) masuk ke dalam neraka dengan sesuatu hal yang
sama sekali tidak mendatangkan manfaat, seperti menginginkan harga barang yang
melambung yang menyengsarakan masyarakat, dan mereka yang tidak berdosa. Begitu
pula mengangan-angankan datangnya musibah yang dahsyat terhadap orang yang ia
benci. Padahal mereka sadar kalau keinginan buruk tadi tidak akan menyegerakan
(kemudharatan) sedikitpun.
Seandainya
niat mereka bersih dan mereka perbaiki, tentulah ketenangan akan mereka
dapatkan dan mereka menyibukkan diri untuk kebaikan urusan mereka. Pahala yang
besar juga akan mereka raih di akherat dengan tanpa mengakhirkan atau
menghalangi sedikitpun dari apa yang mereka inginkan. Maka adakah tipuan yang
lebih besar keadaannya dari apa yang telah kami peringatkan? Dan kebahagian
mana yang lebih besar dari apa yang telah kita anjurkan ?
Banyak
orang pada saat ini yang tidak memakan barang yang haram atau memandang pada
apa yang diharamkan, akan tetapi ia membiarkan hatinya bergelimang dalam rasa
dendam dan kedengkian. Berkata Fath bin Syakhraf: Abdullah al-Antaki berkata
padaku: "Wahai Khurasani: Kunci segala perkara itu hanya ada empat, tidak
lebih: Pandanganmu, lisanmu, hatimu dan nafsumu. Maka perhatikanlah matamu,
jangan sampai memandang pada apa yang tidak halal, dan perhatikan lisanmu, jangan
mengucapkan sesuatu yang Allah mengetahui apa yang tidak bersesuaian dengannya
dalam hatimu. Perhatikan juga hatimu, jangan sampai tersimpan rasa dendam dan
dengki pada salah seorang dari kaum muslimin. Perhatikan pula nafsumu, jangan
sampai menginginkan sedikitpun dari kejahatan. Jika dirimu tidak memiliki empat
hal di atas maka tuangkanlah abu di atas kepalamu, karena engkau telah celaka".
Sebagian
orang menyangka bahwa tanda hati yang selamat itu adalah gampang tertipu dan
ditertawakan, ini adalah tidak benar. Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah:
"Perbedaan antara jiwa yang selamat dan lemah fikiran serta lalai adalah
bahwa jiwa yang selamat tidak menginginkan kejahatan setelah mengetahuinya,
sehingga hatinya terbebas dari keinginan melakukannya dan bukan mengetahui
kejahatan lalu melakukannya. Ini berbeda dengan orang yang bodoh dan lalai yang
mana ia jahil dan sedikit pengetahuannya. Hal seperti ini tidak terpuji, karena
merupakan suatu kekurangan. Manusia memuji orang semacam ini, karena mereka selamat
darinya. Merupakan suatu kesempurnaan bila seseorang mengetahui segala bentuk
kejahatan dan selamat dari keinginan
melakukannya. Berkata Umar bin Khattab r.a: "Aku bukan seorang penipu dan tidak bisa dikelabui oleh
penipu". Beliau lebih arif dari tipuan dan lebih wara' dari perbuatan
menipu.
Jiwa
yang selamat adalah salah satu sebab masuknya seseorang ke dalam surga. Anas
bin Malik r.a menceritakan: "Suatu hari kami duduk di majlis Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam, lalu beliau
bersabda: "Sebentar lagi akan akan muncul dihadapan kalian salah satu
calon penghuni surga. Lalu datanglah salah seorang dari kaum Ansar yang
janggutnya meneteskan air dari bekas wudhu, sedang tangan kirinya memegang
kedua terompahnya. Keesokan harinya nabi saw. mengabarkan lagi, dan muncullah
orang tadi. Pada hari yang ketiga, nabi saw. mengabarkan lagi, dan muncullah
orang tadi, sebagaimana keadaan datangnya pada kali yang pertama. Ketika nabi saw.
berdiri, Abdullah bin Al-'Amr bin Al-'Ash r.a membuntuti orang tadi kemudian
mengatakan: "Aku berselisih dengan ayahku, dan aku bersumpah untuk tidak
menemuinya dalam waktu tiga hari. Jika engkau mengizinkan aku untuk menginap
(di rumahmu) sampai berlalu tiga hari". Maka orang tersebut menjawab:
"Baiklah".
Berkata Anas r.a : Abdullah
menceritakan bahwa ia bermalam di rumah orang tadi selama tiga malam, akan
tetapi ia tidak mendapatinya shalat malam. Hanya saja apabila ia terbangun dari
tidurnya, ia berdzikir dan mengagungkan Allah sampai Shalat Fajar. Abdullah
melanjutkan, namun aku tidak pernah mendengarnya mengatakan sesuatu kecuali
kebaikan. Setelah tiga hari berlalu, dan hampir saja aku meremehkan amalannya,
aku katakan padanya: "Wahai Abdullah, sebenarnya tidak terjadi apa-apa
antara aku dan ayahku, tetapi aku mendengar rasulullah saw. bersabda tentang
engkau sebanyak tiga kali: "Akan hadir pada kalian seorang penghuni surga",
lalu engkau muncul pada ketiga saat tersebut. Lantas aku ingin untuk bermalam
di rumahmu untuk menyaksikan lebih dekat amalanmu, sehingga aku bisa meneladaninya.
Tetapi aku tidak mendapatimu banyak beramal. Amalan apakah gerangan yang
menyampaikan pada apa yang disabdakan nabi saw. ? Lalu orang tersebut menjawab:
"Tidak ada selain yang engkau lihat sendiri, hanya saja aku tidak pernah
merasa iri dengki pada seseorang yang diberi kebaikan oleh Allah. Maka Abdullah
berkata: "Inilah yang menyampaikan engkau, dan inilah yang tidak mampu
kami lakukan" (H.R Ahmad)
Faktor
pendorong timbulnya sikap saling membenci:
1.
Mentaati setan.
Allah
berfirman:
وَقُل
لِّعِبَادِي يَقُولُواْ الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ
بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإِنْسَانِ عَدُوّاً مُّبِيناً
"Dan
katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di
antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi
manusia" (Q.S
Al-Israa 53)
Rasulullah saw. bersabda: "Setan
berputus asa untuk disembah di jazirah arab, tetapi ia berusaha menaburkan
benih permusuhan diantara mereka"
(H.R Muslim)
2. Marah:
adalah kunci setiap kejahatan. Nabi saw. telah berpesan pada seseorang untuk
menjauhi sikap marah dengan sabda beliau: "Janganlah engkau marah".
Beliau mengulanginya berkali-kali. (H.R
Bukhari).
Marah akan menjurus pada sikap
mengejek orang lain, mengurangi hak serta mengganggu mereka yang pada akhirnya
menyebabkan permusuhan dan perpecahan.
3. Namimah:
Adalah salah satu pemicu percekcokan dan pintu terputusnya hubungan, serta
jalan timbulnya fitnah diantara manusia dan faktor perusak hati-hati mereka.
Allah Ta'ala mencela mereka yang memiliki sifat tercela ini dengan firman-Nya:
هَمَّازٍ
مَّشَّاء بِنَمِيمٍ
"Yang banyak mencela, yang kian kemari
menghambur fitnah" (Q.S
Al Qalam 11).
Nabi bersabda: "Tukang adu domba
itu tidak akan masuk surga".
4. Hasad:
Yaitu mengaharapkan hilangnya nikmat dari seseorang. Sifat ini merupakan gangguan
terhadap kaum muslimin yang Allah dan Rasul-Nya telah melarangnya dengan sabda
beliau saw.: "Jauhilah sikap hasad, karena ia akan memakan kebaikan
sebagaimana api memakan kayu bakar" (H.R Abu Dawud). Hasad juga melahirkan
ghibah dan namimah serta tuduhan yang tidak benar pada kaum muslimin,
begitupula kedzaliman dan kesombongan.
5. Berlomba-lomba
dalam hal duniawi: Terutama di zaman ini, sehingga hati menjadi gelap. Ada yang merasa dendam karena gaji kawannya lebih
tinggi. Seorang wanita iri karena saudara perempuannya mendapat pekerjaan yang mapan. Padahal perkaranya
adalah lebih rendah dari itu, dan semuanya akan berlalu.
Dunia
tidak lain ibarat bangkai yang menipu
Dikerumuni sekawanan anjing yang hendak
menariknya
Jika
engkau menjauhinya, engkau akan selamat
Tapi jika engkau menariknya, anjing-anjing
akan berebutan denganmu
6. Ingin popularitas dan jabatan:
Sebuah penyakit berbahaya dan sulit terobati. Al-Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah
berkata: "Seseorang itu tidak akan cinta jabatan melainkan ia akan
bersikap hasud, memusuhi, dan mencari-cari kesalahan manusia serta tidak suka
bila ada orang lain yang disebut kebaikannya". Ucapan beliau ini memang
nyata di kalangan para pegawai dan mereka yang bekerja.
7. Banyak canda :
Berlebihan dalam hal ini akan menyebabkan permusuhan dan menyeret pada
perbuatan tercela. Ibarat garam, sedikitnya pada makanan adalah cukup, adapun
jika terlalu banyak, bisa merusak dan membinasakan.
(Di samping faktor-faktor di atas)
masih ada sebab-sebab lainnya. Seorang muslim di tuntut untuk membersihkan
dirinya dan menjauhi sikap iri dengki dan dendam.
Kiat
mewujudkan kebersihan jiwa:
1. Ikhlas : Shahabat Zaid bi Tsabit r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam
bersabda: "Ada
tiga hal yang tidak akan menjadikan hati seorang mukmin dengki: Ikhlas dalam
beramal, menasehati para pemimpin, dan berpegang pada jama'ah kaum muslimin …… (H.R Ahmad dan Ibnu Majah)
Sudah sewajarnya orang yang
mengikhlaskan agama-Nya untuk Allah, tidak akan muncul dalam dirinya melainkan
rasa cinta yang murni pada kaum muslimin. Jika kaum muslimin mendapatkan
kebaikan baik dalam hal duniawi maupun akherat, ia bahagia dan sebaliknya jika
mereka di timpa musibah, ia bersedih.
2. Keridhaan seorang hamba pada
Tuhannya:
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata
tentang masalah ridha: "Keridhaan membuka pintu keselamatan pada seorang
hamba". Hatinya akan terbebas dari sikap menipu, dan iri dengki. Tidak
akan selamat dari adzab Allah kecuali siapa yang datang pada Allah dengan hati
yang selamat. Adalah hal yang mustahil selamatnya hati jika masih ternodai oleh
rasa marah dan tidak ridha. Setiap kali keridhaan seorang hamba meningkat, maka
hatinya akan lebih selamat. Kekejian, iri dengki dan menipu adalah senada
dengan sifat tidak ridha. Sedang hati yang selamat, kebaikan dan nasehatnya
adalah sejalan dengan ridha. Demikian pula hasad yang merupakan buah dari
kemarahan. Selamatnya hati dari rasa hasad adalah buah dari keridhaan.
3. Membaca Al-Qur'an dan
mentadabburinya:
Adalah obat segala penyakit. Orang
yang diharamkan (kebaikan darinya) adalah siapa yang tidak berobat dengan
Al-Qur'an. Allah berfirman:
قُلْ
هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاء
"Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan
penawar bagi orang-orang yang beriman"
(Q.S Fushshilat: 44)
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ
شِفَاء وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلاَ يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إَلاَّ خَسَاراً
"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu
yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian" (Q.S Al-Israa': 82)
Ibnul Qayyim berkata:
"Pendapat yang benar adalah bahwa ""مِنْ
disini adalah untuk menjelaskan keseluruhan dari Al-Qur'an dan bukan sebagiannya.
Allah juga berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءتْكُم
مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاء لِّمَا فِي الصُّدُورِ
"Hai manusia,, sesungguhnya telah datang
kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada" (Q.S
Yunus: 57)
Al-Qur'an adalah obat yang sempurna
dari segala penyakit hati dan badan serta penyakit duniawi maupun ukhrawi.
4. Mengingat Hari Perhitungan dan
pembalasan: Mereka yang menyakiti kaum muslimin
dengan kekejian pada dirinya dan keburukan niatnya berupa rasa iri dengki,
menggunjing, adu domba dan melecehkan dll.
5. Doa:
Seorang hamba senantiasa berdoa pada Allah agar dijadikan hatinya sebagai hati
yang selamat terhadap kaum muslimin dan juga mendoakan mereka. Inilah kebiasaan
orang-orang yang sholeh. Allah berfirman:
وَالَّذِينَ
جَاؤُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا
الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً
لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
"Dan orang-orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri
ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari
Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap
orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun
lagi Maha Penyayang" (Q.S Al Hasyr: 10)
6. Bersedekah:
Sedekah dapat mensucikan hati dan membersihkan jiwa. Karena itulah Allah
berfirman tentang nabi-Nya:
خُذْ
مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا
"Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka"
(Q.S
At Taubah:103)
Nabi bersabda:
"Obatilah orang-orang yang sakit diantara kalian dengan
bersedekah" (Shahih Al-Jami').
Orang sakit yang paling layak untuk
diobati adalah orang yang sakit hatinya. Dan hati yang paling layak untuk
diobati adalah hati yang ada pada diri anda.
7. Ingatlah bahwa mereka yang akan terkena racun dan panahmu adalah seorang
muslim, bukan orang yahudi atau nasrani. Yang itu diikat oleh ikatan Islam.
Kalau demikian halnya, mengapa engkau menyakitinya.
8. Menyebarkan salam
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Demi
Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga sampai kalian
beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah
kalian aku tunjukkan suatu hal yang jika kalian melakukannya, kalian akan
saling mencintai ? Sebarkanlah salam diantara kalian" (H.R Muslim).
Ibnu 'Abdil Barr berkata: "Dalam
hadits ini terdapat keutaman salam, karena dengan hal itu akan menghilangkan
kebencian dan melahirkan rasa cinta".
9. Tidak banyak bertanya
dan suka menyelidiki hal ihwal orang lain
Nabi bersabda: "Termasuk
kebagusan keislaman seseorang, yaitu bila ia meninggalkan perkara yang bukan
urusannya" (H.R Tirmidzi)
10. Menyukai kebaikan yang ada pada
kaum muslimin
Nabi bersabda: "Demi Dzat yang
jiwaku ada di Tangan-Nya, seorang hamba tidak akan beriman hingga ia mencintai
saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri" (H.R
Bukhari dan Muslim)
11. Tidak
mendengarkan gunjingan dan adu domba. Dengan demikian hati seseorang akan
terjaga kesehatannya. Nabi shallallahu'alaihiwasallam
bersabda: "Janganlah seseorang menyampaikan sesuatu padaku tentang salah
satu dari shahabatku, karena aku ingin menemui kalian dengan hati
bersih" (H.R Ahmad). Banyak orang yang mengatakan sepatah dua
patah kata yang membikin hati terluka, terutama di kalangan wanita, ibu rumah
tangga, dll.
12. Senantiasa
memperbaiki hati
Nabi bersabda: "Ketauhilah bahwa
dalam tubuh terdapat sepotong daging yang jika baik, akan baiklah seluruh
jasad. Dan jika rusak, maka akan rusaklah seluruh tubuh. Ketauhilah bahwa ia
adalah hati". (H.R Bukhari dan Muslim).
13. Mendamaikan orang yang bersengketa
Allah berfirman:
فَاتَّقُواْ
اللّهَ وَأَصْلِحُواْ ذَاتَ بِيْنِكُمْ
"Sebab itu bertakwalah kepada
Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu (H.R Al-Anfal: 1) Ibnu 'Abbas berkata: "Ini adalah
pengharaman dari Allah dan Rasul-Nya agar mereka bertakwa dan mendamaikan orang
yang bersengketa".
Nabi shallallahu'alaihiwasallam
bersabda: "Maukah kalian aku tunjukkan amalan yang lebih baik dari puasa,
shalat dan sedekah? Para shahabat menjawab:
"Tentu" Maka beliau bersabda: "Mendamaikan orang yang
bersengketa". (H.R Abu Dawud)
Semoga
Allah menjadikan hati kita sebagai hati yang selamat, yang tidak menyimpan rasa
iri, dengki pada kaum muslimin. Semoga shalawat dan salam tetap tercurah pada
nabi kita Muhammad, keluarga serta para shahabat beliau.
Post a Comment