Keutamaan Ibadah di Bulan Ramadhan
Keutamaan Ibadah di Bulan Ramadhan
Dari Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
untuk seluruh kaum muslimin. Semoga Allah memberikan taufiq-Nya kepada kita
semua untuk selalu mengambil kebaikan dan menjadikan kita semua orang yang
selalu bersegera menuju amal shalih. Amin.
Semoga kesejahteraan, rahmat dan
barakah-Nya selalu tercurahkan untuk kita semua.
Amma ba’du.
Saudara-saudara kaum muslimin,
sesungguhnya saat ini kita berada pada suatu bulan yang agung dan penuh barakah,
yaitu bulan Ramadhan. Suatu bulan dimana kita harus bersungguh-sungguh dalam berpuasa,
shalat malam, dan membaca quran. Bulan pembebasan dan pengampunan, bulan untuk
memperbanyak shadaqah dan berbuat ihsan. Pada bulan ini dibukakan pintu-pintu
surga, dilipat-gandakan pahala kebaikan, dan dimaafkan kesalahan. Bulan
dikabulkannya doa umat manusia, diangkat derajat mereka dan diampuni dosa-dosa.
Allah memberi hamba-hamba-Nya berbagai kemurahan dan melimpahkan kepada para
wali-Nya berbagai pemberian. Suatu bulan yang Allah jadikan berpuasa pada bulan
itu sebagai salah satu rukun Islam. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berpuasa dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa. Beliau memberi
kabar gembira bahwa barang siapa yang berpuasa dengan berlandaskan keimanan dan
mengharapkan pahala dari Allah, maka akan diampuni semua dosa-dosanya yang
telah lalu. Dan barang siapa yang shalat malam dengan penuh keimanan dan
berharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Pada bulan ini terdapat suatu malam yang ibadah pada malam tersebut pahalanya
lebih baik daripada ibadah selama seribu bulan. Barang siapa yang dihalangi
dari kebaikan maka dia akan dihalangi dari kebaikannya.
Maka agungkanlah kehadirannya dengan
niat yang lurus dan bersungguh-sungguhlah dalam menjaga puasa dan dan shalat
malamnya. Berlomba-lombalah dalam meraih berbagai kebaikannya. Dan bersegera
untuk bertaubat dengan benar-benar dari segala dosa dan kesalahan.
Bersemangatlah untuk saling menasehati diantara kalian dan saling
tolong-menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan. Juga saling menasehati dalam
amar ma’ruf dan nahi mungkar. Serta mengajak kepada hal-hal yang baik. Agar
selepas Ramadhan kita menjadi orang yang menang dengan kemuliaan dan pahala
yang agung.
Di dalam puasa terkandung manfaat
yang banyak dan hikmah yang agung. Diantaranya membersihkan dan mensucikan jiwa
dari akhlak yang buruk dan sifat yang tercela seperti sifat boros, sombong dan
kikir. Serta membiasakan diri untuk berakhlak mulia, misalnya sabar, lemah
lembut, pemurah dan dermawan. Melatih jiwa untuk selalu bersungguh-sungguh
mengerjakan segala perbuatan yang diridhai Allah dan bisa mendekatkan diri
kepada-Nya.
Dengan puasa seorang hamba lebih bisa
mengendalikan hawa nafsu dan keinginannya. Menyadari kelemahan dan
kekurangannya di hadapan Allah. Mengingatkan akan luasnya nikmat Allah dan juga
mengingatkan betapa banyak saudara-saudaranya yang lebih membutuhkan uluran
tangan. Sehingga hal itu akan membuatnya menjadi hamba yang selalu bersyukur
kepada Allah subhanahu wata’ala. Nikmat yang dia peroleh akan mengantarkannya
untuk menjadi hamba yang ta’at. Dan merasakan penderitaan saudara-saudaranya
yang miskin sehingga dia berbuat baik kepadanya. Allah mengisyaratkan tentang hikmah
puasa ini dalam firman-Nya:
Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183)
Allah menjelaskan bahwa Dia
mewajibkan puasa kepada kita agar kita bertaqwa kepada-Nya. Hal itu menunjukkan
bahwa puasa merupakan wasilah/jalan menuju ketaqwaan. Dan taqwa mengandung
makna meng-esa-kan Allah subhanahu wata’ala dan beriman kepada-Nya,
kepada rasul-Nya dan kepada segala yang dikabarkan oleh Allah dan rasul-Nya. Kemudian
mentaati-Nya dan rasul-Nya dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya dengan ikhlas semata karena Allah azza wajalla. Dibarengi dengan
rasa cinta, harap dan takut hanya kepada-Nya. Maka dengan itu menjadi takutlah
seorang hamba dari adzab dan murka Allah ta’ala.
Puasa adalah cabang yang agung dari
cabang-cabang ketaqwaan. Cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan wasilah
yang kuat menuju taqwa dalam semua perkara agama dan urusan dunia. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam telah mengisyaratkan sebagian hikmah puasa ini dalam
sebuah hadist beliau:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ
مِنْكُمُ البَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ
لِلْفَرجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
Wahai para pemuda. Siapa
diantara kalian yang sudah mampu (menikah), maka menikahlah, karena menikah
dapat menundukan pandangan dan menjaga kemaluan, siapa yang tidak mampu
(menikah) maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa merupakan perisai. (HR. Bukhari dan Muslim).
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
menjelaskan bahwa puasa adalah perisai bagi seorang muslim dan sarana untuk
meraih ’iffah (menjaga kehormatan). Karena sesungguhnya setan mengganggu
manusia melalui aliran darah. Dan puasa akan mempersempit peredarannya. Dan
dengan berdzikir kepada Allah dan mengagungkannya akan lemahlah kekuatan setan.
Sebaliknya keimanan semakin mantap, ketaatan semakin meningkat serta memudarlah
segala maksiat. Manfaat lain yang didapat dari puasa adalah mensucikan badan
dari zat-zat beracun dan menjadikan badan sehat dan kuat. Hal itu telah diakui
oleh para pakar kedokteran dengan keberhasilan mereka dalam menyembuhkan pasien
dengan cara puasa cukup banyak.
Allah subhanahu wata’ala telah
memberitakan di dalam al Quran bahwa puasa diwajibkan kepada kita sebagaimana
telah diwajibkan kepada umat sebelum kita. Dan Allah menjelaskan bahwa
kewajiban kita adalah berpuasa pada bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam memberitahukan bahwa puasa beliau adalah salah satu dari
rukun Islam yang lima. Allah berfirman:
Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. (QS.
Al-Baqarah: 183-184).
Hingga firman-Nya:
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)
bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Baqarah: 185).
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ
عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ
اللهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ وَحَجِّ
الْبَيْتِ
Islam dibangun diatas lima
perkara pokok: Bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah dengan benar
melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat,
mengeluarkan zakat, puasa Ramadhan dan haji ke baitullah. (HR. Bukhari dan Muslim).
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah…
Puasa adalah amal shalih yang agung,
pahalanya berlipat ganda. Terlebih puasa pada bulan Ramadhan. Puasa yang
diwajibkan Allah ta’ala kepada seluruh hamba-Nya dan menjadikannya sebab
kemenangan di sisi-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah subhanahu wata’ala
berfirman:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ
آدَمَ لَهُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلاَّ
الصِّيَامَ فَإِنَهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ إنَّه تَرَكَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
مِنْ أَجْلِى. لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ
لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيحِ
الْمِسْكِ
Setiap amal yang dilakukan anak
Adam adalah untuknya, setiap satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali
lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang
langsung membalasnya. Dia tidak makan dan tidak minum karena Aku. Orang yang
berpuasa akan mendapat dua kebahagiaan: kebahagiaan saat berbuka dan
kebahagiaan saat bertemu dengan Rabbnya kelak. Sungguh bau mulut orang yang
puasa itu lebih harum di sisi Allah daripada aroma minyak kesturi. (HR. Bukhari
dan Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
إِذَا دَخَلَ
رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ
وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ
Apabila telah datang Ramadhan,
maka pintu-pintu surga akan dibuka, pintu-pintu neraka akan ditutup, dan para
setan dibelenggu. (HR. Bukhari dan Muslim).
Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda:
إِذَا كَانَ أَوَّلُ
لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ
أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ
الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ
الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلهِ عُتَقَاءُ مِنَ
النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
Apabila datang awal malam bulan
Ramadhan, para setan dan jin yang sangat jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka
ditutup dan tidak ada satu pintupun yang terbuka, sedangkan pintu-pintu surga
dibuka dan tidak ada satu pintupun yang ditutup. Suatu suara berseru: “Wahai
orang yang menginginkan kebaikan, kemarilah. Wahai orang-orang yang mencari
kejelekan, tahanlah”. Dan Allah membebaskan orang-orang dari neraka, dan itu
terjadi setiap malam.
Dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu
‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ
شَهْرُ بَرَكَةٍ يُغْشَاكُمُ اللهُ فِيْهِ فَيُنْزِلُ الرَّحْمَةَ، وَيُحِطُّ الْخَطَايَا،
وَيَسْتَجِيْبُ فِيْهِ الدُّعَاءَ، يَنْظُرُ اللهُ تَعَالَى إِلَى تَنَافُسِكُمْ فِيْهِ
وَيُبَاهِيْ بِكُمْ مَلَائِكَتَهُ فَأَرُوْا اللهَ مِنْ أَنْفُسِكُمْ خَيْراً فَإِنَّ
الشَّقِيَّ مَنْ حُرِمَ فِيْهِ رَحْمَةُ اللهِ (مجمع الزوائد للهيثمي، وقال رواه
الطبراني)
Ramadhan telah datang kepada
kalian. Bulan penuh barakah yang dicurahkan oleh Allah kepada kalian, maka Ia
menurunkan rahmat-Nya, menghapuskan segala dosa dan mengabulkan doa-doa. Allah
melihat kalian berlomba-lomba dalam mencari kebaikannya, dan membanggakan
kalian di hadapan para malaikat-Nya. Maka tunjukkanlah kepada Allah kebaikan
yang ada di jiwa, karena orang yang celaka adalah orang yang diharamkan rahmat
Allah padanya. (Majma’ Zawa’id karya Haitsami.
Dia berkata: diriwayatkan oleh Thabrani).
Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَرَضَ صِيَامَ رَمَضَانَ عَلَيْكُمْ وَسَنَنْتُ لَكُمْ
قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ
ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
Sesungguhnya Allah ta’ala telah
mewajibkan puasa Ramadhan kepada kalian. Dan aku mensunnahkan kepada kalian
untuk mengerjakan shalat malam (tarawih). Maka barang siapa melakukan puasa dan
mengerjakan shalat malam karena keimanan dan berharap pahala-Nya, maka
keluarlah dia dari dosa-dosanya seperti saat dilahirkan oleh ibunya. (HR.
Nasa’i).
Mengerjakan qiyam Ramadhan (tarawih)
tidak dibatasi oleh bilangan tertentu. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam tidak pernah menentukan kepada umatnya tentang bilangannya sedikitpun. Rasulullah hanya menganjurkan untuk selalu
mengerjakan qiyam Ramadhan tanpa menentukannya dengan jumlah rakaat tertentu.
Ketika beliau ditanya tentang shalat malam, beliau menjawab:
مَثْنَى مَثْنَى
فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمْ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً تُوتِرُ لَهُ مَا
قَدْ صَلَّى
Dua rakaat-dua rakaat, apabila
salah seorang khawatir tiba waktu subuh, shalatlah satu rakaat witir bagi shalat
yang telah ia kerjakan. (HR. Bukhari dan
Muslim).
Hal itu menunjukkan bahwa masalah
jumlah rakaat itu longgar. Barang siapa ingin mengerjakannya sebanyak 20 rakaat
dengan witir 3 rakaat tidak masalah. Bagi yang ingin mengerjakannya sebanyak 10
rakaat saja dengan witir 3 rakaat juga boleh. Dan yang ingin mengerjakannya 8
rakaat dan witir 3 rakaat pun boleh. Juga tidak apa-apa mengerjakannya dengan
jumlah kurang atau lebih dari itu. Yang utama adalah mengerjakannya
sebagaimana yang sering dilakukan oleh Rasulullah, yaitu 8 rakaat dengan salam
pada setiap 2 rakaat. Lalu diakhiri dengan witir 3 rakaat. Kerjakan dengan
khusyu’ dan tenang, serta membaguskan bacaan shalatnya. Berdasarkan penuturan
Aisyah radhiyallahu ‘anha
berikut:
مَا كَانَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ
عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسْأَلْ عَنْ
حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسْأَلْ عَنْ
حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثًا
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam tidak pernah shalat malam melebihi sebelas raka’at baik di bulan
Ramadhan atau diluar Ramadhan. Beliau shalat empat raka’at yang khusyu’ dan
lamanya tidak perlu dipertanyakan. Lalu beliau shalat empat raka’at lagi yang
khusyu’ dan lamanya tidak perlu dipertanyakan. Lalu shalat tiga raka’at.
Dalam shahih Bukhari dan Muslim masih
dari Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan:
أَنَّ النَّبِيَّ صلى
الله عليه وسلم كَانَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ عَشْرَ رَكَعَاتٍ, يُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ
اثْنَتَيْنِ وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ
Sesungguhnya rasulullah
melaksanakan shalat malam sebanyak sepuluh rakaat, beliau salam pada setiap dua
rakaat dan witir satu rakaat.
Disebutkan juga dalam beberapa hadits
lain, bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersungguh-sungguh
melakukkan shalat pada sebagian malam kurang dari sebelas. Disebutkan pula
bahwa beliau shalat pada sebagian malam dengan tiga belas rakaat dengan salam
pada setiap dua rakaat.
Semua hadits-hadits shahih tersebut
menunjukkan bahwa memang masalah jumlah rakaat dalam shalat tarawih tidak
dibatasi, alhamdulillah. Tidak ada batasan tertentu sehingga tidak dilarang
mengerjakannya dengan jumlah rakaat berapa saja. Hal itu merupakan kemurahan
dan rahmat dari Allah ta’ala. Dia memudahkan hamba-Nya untuk mengerjakan amalan
mana saja yang dia sanggupi. Baik di dalam Ramadhan maupun di luar Ramadhan.
Justru yang penting untuk diketahui oleh setiap muslim dalam mengerjakan
shalat, baik di bulan Ramadhan ataupun tidak adalah menghadapkan shalatnya
dengan khusyu’, tuma’ninah dalam duduk, ruku’ dan sujud. Membaguskan bacaannya
dan tidak tergesa-gesa. Karena inti shalat adalah memperhatikannya dengan menghadirkan
hati, khusyu’ dalam menegakkannya, dan melaksanakannya sebagaimana
diperintahkan oleh Allah dengan ikhlas dan jujur. Penuh harap dan cemas dan
menghadirkan hati. Sebagaimana firman Allah:
Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya.(QS. Al-Mukminun: 1-2)
Nabi bersabda:
جُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِيْ
فِي الصَّلاَةِ
Dijadikan indah pandangan mataku
dengan shalat. (HR. Ahmad dan Nasa’i).
Dan beliau pernah menegur orang yang
shalatnya jelek:
إِذَا قُمْتَ إِلَى
الصَّلاَةِ فَأَسْبِغِ الْوُضُوْءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ، ثُمَّ اقْرَأْ بِمَا تَيَسَّرَ
مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعاً، ثُمَّ ارْفَعْ
حَتَّى تَسْتَوِيَ قَائِماً، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِداً، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِساً، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِداً، ثُمَّ افْعَلْ
ذَلِكَ فِيْ صَلاَتِكَ كُلِّهَا
Jika engkau akan shalat, sempurnakanlah
wudhu’, lalu menghadap kiblat, kemudian bacalah ayat Al-Quran yang mudah, lalu
ruku’lah dengan tuma’ninah, lalu bangunlah hingga berdiri sempurna, lalu sujudlah
dengan tuma’ninah, lalu duduklah dengna tuma’ninah, lalu sujudlah kembali
dengan tuma’ninah. Lakukan hal itu setiap kali engkau shalat. (HR. Bukhari dan Muslim).
Banyak sekali orang yang shalat di
bulan Ramadhan tidak perhatian terhadap shalatnya dan tidak tuma’ninah.
Shalatnya seperti ayam yang sedang mematuk makanan. Cepat sekali. Ini tidak
boleh. Bahkan suatu bentuk kemungkaran yang membuat shalatnya tidak sah. Karena
tuma’ninah adalah rukun shalat yang harus dilaksanakan. Dalilnya adalah hadits
diatas. Maka wajib untuk memperhatikan hal tersebut.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
“Pencuri yang paling buruk
adalah orang yang mencuri shalatnya”. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah,
bagaimana dia mencuri shalatnya?” Beliau menjawab, “Dia tidak menyempurnakan
ruku’ dan sujudnya”. (HR. Ahmad dan Darimi).
Rasulullah juga pernah memerintahkan
orang yang shalat seperti mematuk untuk mengulang shalatnya.
Saudara-saudara kaum muslimin,
agungkanlah shalat dan laksanakanlah sebagaimana yang diperintahkan. Manfaatkan
bulan yang agung ini dan muliakanlah dengan melakukan berbagai bentuk ibadah
dan dekatkan diri pada Allah. Bersegeralah menuju keta’atan. Bulan yang agung
ini Allah jadikan untuk hamba-Nya sebagai ladang untuk berlomba-lomba
memperbanyak amal ketaatan, maka perbanyaklah amalan shalat dan bersedekah.
Membaca alquran dengan memahami maknanya. memperbanyak bertasbih, bertahmid,
tahlil, takbir, istighfar, dan memperbanyak bershalawat kepada nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, berbuat baik kepada fakir miskin dan anak yatim. Mengajak
kepada kebaikan dan mencegah hal-hal yang mungkar. Mengajak orang kepada Allah subhanahu
wata’ala dengan lembut dan nasehat yang halus. Jika terpaksa berdebat, maka
debatlah dengan cara yang baik.
Rasulullah adalah sosok yang paling
dermawan. Dan kedermawanan beliau akan bertambah pada bulan Ramadhan. Maka
selayaknyalah kita mencontoh beliau dalam meningkatkan kedermawanan dan perbuatan
baik selama bulan Ramadhan. Bantulah saudara kalian yang kurang mampu untuk
dapat melaksanakan puasa dan tarawih. Carilah pahala dibalik semua yang kalian
lakukan itu di hadapan Allah. Jagalah puasa kalian dari segala bentuk perbuatan
dosa yang diharamkan oleh Allah kepada kalian.
Ada sebuah hadits shahih dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, bahwasanya beliau bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ
قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ ِلله ِحَاجَةً فِيْ أَنْ يَدَعَ
طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Barang siapa yang tidak
meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta, serta hal-hal bodoh, maka Allah tidak
butuh dia meninggalkan makan dan minumnya. (HR.
Bukhari, Tirmidzi, Abu Daud dan Ibnu Majah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam juga bersabda:
Puasa adalah perisai, maka
apabila seseorang melakukan puasa janganlah dia berkata jorok ataupun mencela. Apabila
ada orang yang menghinanya atau mengajaknya bertengkar, maka katakanlah: “Aku
sedang puasa”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebuah riwayat yang datang dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda:
ليسَ الصيامُ عَن الطَعَامِ واَلشرَابِ وَإِنَّمَا الصيامُ مِن اللَغْو
والرَّفَثِ
Puasa itu bukan saja menahan
diri dari makan dan minum. Tetapi juga menahan diri dari hal yang sia-sia dan
kotor. (Dikeluarkan oleh Baihaqi.)
Ibnu Hibban juga meriwayatkan di dalam
kitab Shahihnya, dari Abu Said radhiyallahu ‘anhu dia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ
وَعَرَفَ حُدُوْدَهُ وَتَحْفَظُ مِمَّا يَنْبَغِيْ لَهُ أَنْ يَتَحَفَّظَ مِنْهُ كَفَّرَ مَا كَانَ قَبْلَهُ
Barang siapa berpuasa Ramadhan,
dengan mengetahui batas-batasnya dan menjaga hal-hal yang mesti dijaga, maka
akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR.
Ahmad).
Jabir bin Abdullah al Anshar radhiyallahu
‘anhuma berkata:
إذا صمت فليصم سمعك،
وبصرك ولسانك عن الكذب والمحارم، ودع أذى الجار، وليكن
عليك وقار وسكينة، ولا
تجعل يوم صومك ويوم فطرك سواء
Jika engkau berpuasa, maka
hendaklah pendengaranmu ikut berpuasa, demikian juga penglihatan dan lisanmu
dari dusta dan semua yang haram. Janganlah mengganggu tetangga, dan hendaklah
kalian bersikap tenang dan tawadhu’. Dan janganlah kau samakan antara hari
berpuasa dengan hari biasa”.
Salah satu hal terpenting yang harus
diperhatikan dan dijaga oleh setiap muslim baik selama bulan Ramadhan atau pun
di luar Ramadhan adalah shalat lima waktu sesuai waktunya. Karena shalat adalah
tiang agama, sekaligus kewajiban terbesar setelah dua kalimat syahadat. Sungguh
Allah ta’ala begitu mengagungkannya dan menyebutkannya dengan sangat banyak di
dalam al Quran. Allah berfirman:
Peliharalah semua shalat(mu),
dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu)
dengan khusyu'. (QS. Al-Baqarah: 238).
Dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat. (QS. An-Nuur: 56).
Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang
semakna.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
العهد الذي بيننا
وبينهم الصلاة فمن تركها فقد كفر
Perjanjian yang memisahkan
antara kita dan mereka adalah shalat. Barang siapa yang meninggalkannya maka
telah kafir. (HR. Ahmad dan pemilik kitab Sunan
yang empat dengan sanad yang shahih).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam juga bersabda:
بين الرجل وبين الشرك
والكفر ترك الصلاة
Pembeda antara seseorang dengan
kesyirikan dan kekafiran adalah tidak mengerjakan shalat. (HR. Ahmad. Dikeluarkan oleh imam Muslim dalam kitab Shahihnya).
Dan juga dalam sebuah hadits shahih
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
من حافظ على الصلاة
كانت له نوراً وبرهاناً ونجاة يوم القيامة، ومن لم يحافظ عليها لم يكن له نور ولا برهان ولا نجاة،
وكان يوم القيامة مع فرعون وهامان وقارون وأُبي
بن خلف
Barang siapa menjaga shalatnya
maka dia memperoleh cahaya, petunjuk dan keselamatan pada hari kiamat. Dan
barang siapa yang tidak menjaganya dia tidak mempunyai cahaya, tidak juga
petunjuk ataupun keselamatan. Dan kelak pada hari kiamat dia dibangkitkan
bersama Fir’aun, Haman, Qarun dan Ubai bin Khalaf. (HR. Darimi dan Ahmad dengan sanad shahih).
Dan diantara kewajiban yang paling
penting bagi setiap laki-laki adalah mengerjakannya secara berjama’ah.
Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bahwa beliau bersabda:
Barang siapa mendengar panggilan
adzan lalu dia tidak datang, maka dia tidak akan mendapat pahala shalat.
Kecuali orang yang punya udzur. (HR. Daru
Quthni, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim dengan sanad shahih).
Suatu ketika, seorang laki-laki buta
datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu berkata:
“Wahai Rasulullah, rumahku jauh dari masjid
dan tidak ada orang yang menuntunku. Apakah aku mendapat keringanan untuk
shalat di rumahku saja?”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Apakah kamu mendengar adzan?”, “Ya”, jawab laki-laki itu. Maka Nabi berkata,
“Datangilah adzan itu”. (Dikeluarkan oleh
Muslim dalam Shahihnya).
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu berkata:
Sungguh aku telah memperhatikan,
bahwa tidak ada orang yang tertinggal dari shalat jamaah melainkan orang
munafik yang telah diketahui kemunafikannya. (HR.
Muslim).
Maka bertakwalah wahai hamba Allah
dalam shalat kalian. Jagalah shalat dengan senantiasa berjamaah. Nasehatilah
sesama kalian untuk menjaga shalat. Baik dalam Ramadhan ataupun tidak. Dan menangkanlah
dengan memperoleh ampunan dan pahala yang berlipat. Selamatkanlah diri kalian
dari murka Allah ta’ala dan siksa-Nya. Dan hindarkanlah dari menyerupai
musuh-musuh dari kalangan orang munafik.
Hal terpenting setelah shalat adalah
zakat. Zakat adalah rukun Islam yang ketiga. Yang merupakan “pendamping” shalat
dalam al-Quran dan hadits. Maka agungkanlah sebagaimana Allah telah
mengagungkannya. Bergegaslah untuk mengeluarkan zakat pada saat diwajibkannya
dan berikanlah kepada mereka yang berhak menerimanya dengan ikhlas mengharap
ridha Allah, dengan hati bersih dan penuh rasa syukur kepada Allah sang pemberi
nikmat.
Dan ketahuilah bahwa zakat adalah
pembersih dan pensuci bagi diri dan harta kalian. Juga merupakan ungkapan rasa
syukur kepada zat yang telah memberikan nikmat harta kepada kalian. Untuk turut
merasakan kesusahan yang dirasakan oleh saudara kalian yang fakir. Sebagaimana
Allah ta’ala berfirman:
Ambillah zakat dari sebagian
harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. At-Taubah: 103).
Bekerjalah hai keluarga Daud
untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang
berterima kasih. (QS. Saba’: 13).
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
berkata kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu tatkala beliau
mengutusnya untuk berdakwah ke Yaman.
))إنك تأتي قوماً أهل كتاب فادعهم إلى شهادة أن لا إله إلا الله وأني رسول الله، فإن هم أطاعوك لذلك
فأعلمهم أن الله افترض عليهم خمس صلوات في كل يوم
وليلة، فإن هم أطاعوك لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم صدقة في أموالهم تؤخذ من أغنيائهم وترد على فقرائهم،
فإن هم أطاعوك لذلك فإياك وكرائم أموالهم، واتق دعوة
المظلوم فإنه ليس بينها وبين الله حجاب ((
Sesungguhnya engkau akan datang
kepada suatu kaum ahli kitab, maka hendaklah dakwah yang pertama kali engkau
serukan adalah mengajak mereka mengucapkan syahadat bahwa tidak ada ilah yang
berhak diibadahi dengan benar selain Allah, dan bahwasanya aku adalah utusan
Allah, jika mereka menerima seruanmu itu maka sampaikan kepada mereka bahwa
Allah mewajibkan mereka mengerjakan shalat lima waktu dalam sehari semalam,
jika mereka menerima seruanmu itu, maka sampaikan kepada mereka bahwa Allah
mewajibkan zakat kepada mereka yang diambil dari orang kaya mereka dan
diberikan kepada orang yang miskin di kalangan mereka. Jika mereka menerima
seruanmu itu maka janganlah kau ambil harta-harta berharga mereka. Hati-hatilah
dari doa orang yang teraniaya. Karena tidak ada penghalang antara dia dengan
Allah. (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).
Seharusnya seorang muslim pada bulan
yang mulia ini untuk memperbanyak bersedekah dan membantu kepada kaum fakir dan
orang yang menjaga iffah (harga dirinya). Membantu mereka untuk dapat melaksanakan
puasa dan shalat malam (tarawih) sesuai yang dicontohkan oleh rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, dalam rangka mencari ridha Allah ta’ala dan mensyukuri nikmat-Nya.
Allah subhanahu
wata’ala telah berjanji dalam alquran:
$tBur
(#qãBÏds)è? /ä3Å¡àÿRL{
ô`ÏiB 9öyz
çnrßÅgrB yZÏã
«!$# uqèd
#Zöyz zNsàôãr&ur
#\ô_r& 4
(#rãÏÿøótGó$#ur ©!$#
( ¨bÎ) ©!$#
Öqàÿxî 7LìÏm§
ÇËÉÈ
Dan kebaikan apa saja yang kamu
perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai
Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan
kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Muzammil: 20).
Dan firman Allah subhanahu wata’ala:
!$tBur
OçFø)xÿRr& `ÏiB
&äóÓx« uqßgsù
¼çmàÿÎ=øä (
uqèdur çöyz
úüÏ%κ§9$# ÇÌÒÈ
Dan barang apa saja yang kamu
nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang
sebaik-baiknya. (QS. Saba: 39).
Jauhilah segala perbuatan maksiat yang
merusak puasa dan mengurangi pahala serta membuat murka Allah azza wajalla.
Seperti makan harta riba, berzina, mencuri, membunuh jiwa tak berdosa, memakan
harta anak yatim, macam-macam kedzaliman terhadap nyawa, harta dan kehormatan,
berdusta dalam bermuamalah, mengkhianati amanah, durhaka kepada orang tua,
memutuskan tali silaturahim, permusuhan, minum-minuman keras, menggunakan
narkotika, merokok, ghibah, adu domba, berdusta, kesaksian palsu, pengakuan batil,
sumpah palsu, mencukur jenggot atau memendekkannya, memanjangkan kumis,
sombong, memanjangkan pakaian, mendengarkan lagu dan alat musik, tabarruj
dan tidak berhijab di hadapan laki-laki asing, meniru gaya wanita kafir dalam
mengenakan pakaian mini, dan sebagainya yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya.
Bentuk-bentuk maksiat ini diharamkan
untuk dilakukan kapan saja dan dimana saja. Tetapi jika dilakukan di bulan Ramadhan,
kadar keharamannya akan menjadi lebih besar lagi karena keagungan dan kemuliaan bulan ini.
Maka bertakwalah kepada Allah dan
waspadalah agar tidak melanggar hal-hal yang telah diharamkan oleh Allah dan
Rasul-Nya. Istiqamahlah untuk selalu mentaatinya, baik dalam Ramadhan atau tidak.
Saling menasehati dan tolong-menolong untuk selalu mengerjakannya. Amar ma’ruf
dan nahi mungkar agar mencapai kemenangan dengan bahagia, kemuliaan dan
kesuksesan di dunia dan akhirat.
Allahlah sebaik-baik Dzat yang
dimintai pertolongan untuk melindungi kita semua dari hal-hal yang mendatangkan
kemarahan-Nya. Semoga Allah menerima puasa dan shalat kita semua, memperbaiki
pemimpin kaum musimin, menolong agama-Nya dan menghinakan musuh-musuh-Nya.
Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua untuk dapat memahami agama ini
dan tetap menapak di jalannya. Berhukum dan berlandaskan kepadanya dalam setiap
keadaan. Sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad, hamba dan rasul-Nya, beserta
keluarga, para sahabatnya dan setiap orang yang menempuh jalannya hingga hari
kiamat.
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wa
barakatuh.
Post a Comment