Adab di Dalam Rumah
Adab di Dalam Rumah
·
Ketahuilah bahwa
Rasulullah SAW berada dalam tuntunan yang paling sempurna,
jalan beliau adalah jalan yang paling terbaik, pada saat beliau menyadari bahwa
dunia adalah tempat untuk berjalan bukan tempat menetap, maka beliau
menjadikannya tempat tinggal sebatas kebutuhan, baik untuk menutupi diri dari
pandangan orang, menghindarkan diri dari bahaya panas, dingin, hujan dan angin
serta menjaga apa yang hidup padanya dari binatang piaraan dan yang lainnya,
beliau tidak menghiasi dan membangunnya, rumah beliau bukanlah rumah yang megah
sehingga orang lain takut jika dia hancur dan tidak pula menjulang tinggi
sehingga menjadi tempat bagi sarang binatang, menjadi sasaran hembusan angin
kencang, dan bukanlah ia rumah bawah tanah sehingga menyerupai rumah para
diktator-diktator terdahulu, bahkan mungkin mengganggu orang yang tinggal
padanya karena minim dan kosongnya oksigen, sinar matahari dan diselimuti
kegelapan atau menjadi hunian mahluk-makhluk, rumah Nabi Muhammad SAW adalah rumah
sederhana yang baik, harum karena keringat atau bau beliau sendiri.[1]
·
Umar RA berkata
di atas mimbar: Wahai sekalian manusia perbaikilah tempat tinggalmu, dan
jauhilah binatang yang selalu bersembunyi ini (ular) sebelum dia menjadikan
kamu takut…)
·
Sesungguhnya
Allah SWT menjadikan bagi rumah-rumah tersebut kehormatan, firman Allah SWT:
وَيَسْأَلُوْنَكَ عَنِ
اْلأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيْتُ ِللنَّاسِ وَاْلحَجِّ وَلَيْسَ الْبِرَّ
بِأَنْ تَأْتُوْا اْلبُيُوْتَ مِنْ ظُهُوْرِهَا وَلكِنَّ اْلبِرَّ مَنِ اتَّقَى
وَأْتُوْا اْلبُيُوْتَ مِنْ أَبْوَابِهَا وَاتَّقُوْااللهَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُوْنَ
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah:
“Waktu bagi manusia dan (bagi ibadat hajji); Dan bukanlah kebajikan memasuki
rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan
orang-orang bertaqwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya, dan
bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung”.[2]
·
Saat keluar dari rumah dianjurkan membaca:
بِسْمِ اللهِ تَـوَكَّلْتُ
عَلىَ اللهِ وَلاَحَوْلَ وَلاَ قُـوَةَ إِلاَّ بِاللهِ
“Dengan menyebut nama
Allah, aku berserah diri kepada Allah dan tiada daya dan upaya kecuali seizin
Allah”.[3]
·
Saat memasuki rumah mengucapkan:
بِسْمِ اللهِ وَلَجْنَا بِسْمِ
اللهِ خَرَجْنَا وَعَلىَ رَبِّنَا تَوَكَّلْنَا
“Dengan menyebut nama Allah kami memasuki rumah, dengan menyebut nama Allah
kami keluar dan kepada Allah kami berserah diri”. Kemudian mengucapkan salam
kepada keluarganya.[4]
·
Tidak bermegah-megah
dalam membangun rumah, berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW:
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَطَاوَلَ
النَّاسُ فِي الْبُنْيَانِ
“Hari
kiamat tidak akan terjadi sampai manusia bermegah-megahan dalam membangun”.[5]
·
(Dianjurkan) membangun rumah yang
luas, berdasarkan sabda Nabi:
سَعَادَةُ
اْلمَرْءِ اْلمَسْكَنُ الْوَاسِعُ وَالْجَارُ الصَّالِحُ وَالْمَرْكَبُ الْهَنِي
“Kebahagian
seseorang pada rumah yang luas, tetangga
yang shaleh dan kendaraan yang menyenangkan”.[6]
·
Aktifitas seorang lelaki
di rumahnya, Aisyah radhiallahu anha pernah ditanya tentang: Apakah yang
dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW di dalam rumah keluarganya?
“Beliau mengerjakan apa yang dikerjakan oleh keluarganya dan jika waktu shalat
telah tiba maka beliau keluar (menuju shalat)”.[7] Jawab Aisyah. Beliau juga berkata: “Beliau
adalah seorang manusia biasa, mencuci pakaiannya dan memerah susu kambingnya”.[8]
·
Nabi Muhammad SAW bersabda:
مَنْ أَنْـفَقَ نَفَقَـةً عَلىَ
أَهْلِهِ وَهُـوَ يَحْتَسِبُهَا كَانَتْ لَهُ صَدَقَةً
“Barangsiapa yang memberikan nafkah bagi keluarganya dan dia mengharapkan
pahala dengannya maka hal itu shadaqah baginya”.[9]
·
Beliau juga bersabda:
إِنَّكُمْ لَنْ تُنْفِقَ
نَفَقَةً تَبْتَغَِي بِهَا وَجْهَ اللهِ
إِلاَّ أُجِّرْتَ بِهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فَمِ امْرَأَتِكَ
“Sesungguhya kalian tidak memberikan
nafkah (kepada keluargamu) untuk mengharap pahala dari Allah kecuali engkau
pasti diberikan pahala karenanya sampai pada apa yang engkau letakkan pada
mulut istrimu”.[10]
·
Mematikan lampu,
berdasarkan sabda Nabi muhammad SAW:
أَغْلِقُـوْا اْلأَبْوَابَ
وَأَوْكُوْا السِّقَاءَ وَاكْـفِئُوْا اْلإِنَاءَ
وَخَمِّرُوْا اْلإِنَاءَ
وَأَطْفِـئُوْا الْمِصْبَاحَ إِنَّ الشَّـيْطَانَ لاَ يَفْتَـحُ غَلْقًا
وَلاَ يُحِلُّ وِكَاءً وَلاَ يَكْشِفُ إِنَاءً وَإِنَّ الْفُوَيْسِقَةَ تَضْرِم
ُعلَىَ النَّاسِِ بَيْتَهُمْ
“Tutuplah pintu, baringkanlah botol
tempat minummu, baliklah bejanamu, padamkanlah lampu, sesungguhnya setan tidak
membuka yang tertutup, tidak menempati tempat minum (yang dibaringkan) dan
tidak pula membuka bejana (yang dibalik) sesungguhnya bintang kecil yang nakal
(tikus) bisa menybebkan kebakaran pada rumah seseorang”.[11]
·
Tidak membiarkan api menyala di dalam rumah
pada waktu akan tidur, suatu malam sebuah rumah penduduk kota Madinah terbakar,
lalu Nabi menceritakan tentang kejadian tersebut, maka beliau mengingatkan:
إِنَّ هذِهِ
النَّارَ عَدُوٌّ لَكُمْ فَإِنْ نِمْتُمْ فَأَطْفِئُوْهَا عَنْكُمْ
“Sesungguhnya api ini adalah musuh bagimu,
maka jika kalian tidur padamkanlah api tersebut dari rumahmu”.[12]
·
Dianjurkan menggantungkan cemeti di rumah,
sesungguhnya Nabi memerintahkan untuk menggantungkan cemeti di rumah.
·
Menutup pintu pada malam
hari tiba, sebab Nabi SAW bersabda:
كُفُّوْا صِبْيَانَكُمْ عِنْدَ
فَحْمَةِ اْلعِشَاءِ وَإِيَّاكُمْ وَالسَّمْرَ بَعْدَ هِدْأَةِ الرِّجْلِ
فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْرُوْنَ مَا يَبُثُّ اللهُ مِنْ خَلْقِهِ ؟ فَأَغْلِقُوْا
اْلأَبْوَابَ وَأَطْفِئُوْا اْلمِصْبَاحَ وَأَكْفِـئُوْا اْلإِنَاءَ وَأَوْكُوا
السِّقَاءَ
“Tahanlah anak-anakmu berkeliaran pada saat kegelapan waktu
isya’ dan berjaga-jaga setelah tenangnya gerakan kaki, sesungguhnya kalian
tidak mengetahui apa yang dimunculkan oleh Allah dari mahluk ciptaan -Nya, maka
tutuplah pintu-pintu, matikanlah lampu-lampu, baliklah bejana-bejanamu dan
baringkanlah botol-botol minummu”.[13]
·
Menahan anak-anak kecil pada waktu isya’, berdasarkan
sabda Nabi Muhammad SAW:
كُفُّوْا صِبْيَانَكُمْ حَتَّى
تَذْهَبَ فَحْمَةُ أَوْ فَوْرَةُ الْعِشَاءِ
سَاعَةً تَهُبُّ الشَّيَاطِيْنُ
“Tahanlah anak-anakmu sampai berlalunya
malam atau menghilangnya waktu isya’; pada saat setan-setan sedang
bergentayangan”.[14]
·
Imam Bukhari rahimhullah menulis: Babut
Tabarruz fil Buyut (Bab membuang hajat di dalam rumah). Ibnu Hajar rahimhullah
berkata: Pengarang menulis bab ini untuk memberikan penjelasan bahwa keluarnya
wanita untuk membuang hajat di luar rumah tidak berlangsung secara terus
menerus, akan tetapi pada masa selanjutnya dibangunlah WC di dalam rumah,
akhirnya tidak dibutuhkan kembali keluar rumah untuk membuang hajat.
[1]
Al-Adabu Syar’iyah 3/411.
[2]
QS.Al-Baqarah: 189.
[3] HR. Abu Dawud no: 4349, Al-Turmudzi
no: 3666.
[4] HR. Abu Dawud no: 1091.
[5] Dishahihkan oleh Albani dalam kitab
shahihul adab no: 350.
[6] Dishahihkan oleh Albani dalam kitab
Shahihul Adab no: 355.
[9]
Dishahihkan oleh Albani dalam kitab Shahihul Adab no: 576
[10]
Dishahihkan oleh Albani dalam kitab Shahihul Adab
[11] Dishahihkan oleh Albani dalam kitab
Shahihul Adab no: 927
[12] Dishahihkan oleh Albani dalam kitab
Shahihul Adab no: 931
[13]
Sanadnya shahih dengan syarat Muslim, dan dishahihkan oleh Albani dalam
Al-Silsilatus Shahihah no: 3454.
[14] Dishahihkan leh Albani dalam kitab
Shahihul Adab
Post a Comment