SERING MENYEBUT NIKMAT-NIKMAT ALLAH, BAIK YANG NAMPAK MAUPUN TERSEMBUNYI
SERING MENYEBUT NIKMAT-NIKMAT ALLAH, BAIK YANG NAMPAK MAUPUN
TERSEMBUNYI
Mengenal nikmat-nikmat
Allah dan selalu menyebutnya merupakan salah satu faktor yang dapat mengusir
keresahan dan kesedihan, mendorong seorang hamba untuk bersyukur yang hal itu
merupakan derajat syukur yang paling tinggi, walaupun ia tertimpa kefakiran,
sakit atau musibah lainnya. Karena jika
dia bandingkan antara nikmat Allah kepadanya yang tidak terhitung baik
kwantitas ataupun kwalitasnya dengan apa yang dideritanya dari berbagai
kesulitan, niscaya kesulitan tersebut tidak seberapa jika dibanding nikmat
Allah ta’ala.
Justeru kesulitan dan
musibah yang dihadapi seorang hamba, lalu ia menghadapinya dengan kesabaran,
ridha dan menerima, niscaya akan berkurang tekanannya, ringan bebannya dan
harapannya hanyalah pahala dan ganjaran dari Allah ta’ala. Jadi beribadah
kepada Allah dengan bersikap sabar dan ridha akan menjadikan sesuatu yang pahit
menjadi manis, sehingga manisnya pahala
akan melupakan pahitnya kesabaran.
MELIHAT
ORANG-ORANG YANG BERADA DI BAWAHNYA DAN TIDAK MELIHAT ORANG YANG DI ATASNYA.
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits shahih:
(( اُنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ
أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا
نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ ))
“Lihatlah orang yang berada di bawah kalian dan janganlah melihat orang-orang yang berada di atas,
karena hal tersebut lebih memungkinkan untuk tidak mengabaikan nikmat-nikmat
Allah atas kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hal ini sangat besar
manfaatnya dalam menghilangkan perasaan gelisah dan sedih, karena bila seseorang melihat
pemandangan yang menyedihkan yang menimpa seseorang di depan matanya yang
menimpa orang lain, maka dia akan melihat dirinya jauh lebih beruntung, baik
dalam kesehatan dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya, atau dalan hal
rizki betapapun keadaannya sehingga hilanglah kegelisahan, kegundahan dan
keresahannya, bahkan semakin bertambah dalam dirinya kegembiraan dan keinginan
terhadap nikmat-nikmat Allah ta’ala yang tak diperoleh oleh orang-orang yang
berada di bawahnya.
Maka setiap kali seorang
hamba memperhatikan nikmat-nikmat Allah, baik yang nampak ataupun yang
tersembunyi, baik dalam urusan agama maupun dunia, dia akan melihat bahwa
Rabbnya telah memberinya kebaikan yang banyak dan menjauhkannya dari aneka
macam keburukan. Tidak diragukan lagi bahwa hal semacam ini akan mampu mengusir
kegundahan dan keresahan serta mendatangkan kebahagiaan dan kegembiraan.
MELUPAKAN
BERBAGAI PENDERITAAN MASA LALU YANG TIDAK DAPAT DITOLAK
Di antara upaya
menyingkirkan sebab-sebab yang mendatangkan kegelisahan dan meraih sebab–sebab
yang mendatangkan kebahagiaan adalah melupakan berbagai kesulitan yang telah
berlalu yang tidak dapat ditolak. Dia harus memahami bahwa menyibukkan diri
dengan memikirkan hal tersebut merupakan perbuatan orang bodoh yang sia-sia.
Oleh karena itu dia harus berusaha memalingkan hatinya untuk tidak memusatkan
pikiran terhadap masalah tersebut dan agar tidak khawatir terhadap masa
depannya dari dugaan kefakiran dan ketakutan atau kesulitan-kesulitan lain yang
dia bayangkan.
Dia juga memahami bahwa
kehidupan masa depan tidak ada yang mengetahui, apakah dia akan mengalami
kebaikan atau keburukan, terpenuhinya harapan atau kepedihan. Karena
sesungguhnya semua itu berada di tangan Yang Maha Perkasa dan Bijaksana,
manusia tidak berwenang sedikitpun di dalamnya kecuali berusaha untuk
mendapatkan kebaikan masa depannya dan menghindari segala sesuatu yang
membahayakan. Seseorang yang mengetahui
bahwa ketenangan dapat diraih jika dia menyingkirkan pikirannya dari
kekhawatiran terhadap masa depannya, kemudian bertawakkal kepada Allah dengan
memperbaiki nasib kehidupannya, maka hatinya akan tenang, kondisinya akan
membaik serta rasa gundah dan kekhawatiran dalam hatinya akan hilang.
BERDOA DENGAN DOA YANG DIPANJATKAN RASULULLAH
Di antara doanya adalah:
(( اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِيَ الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي
وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيْهَا
مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِيَ الَّتِي إِلَيْهَا مَعَادِي وَاجْعَلِ
الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَالْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ
شَرٍّ ))
“Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku yang merupakan pelindung
perkaraku, perbaikilah bagiku duniaku yang merupakan tempat kehidupanku,
perbaikilah akhiratku yang di sana tempat kembaliku, jadikanlah kehidupan ini
sebagai sarana bagiku untuk menambah kebaikan, dan kematianku sebagai tempat
istirahat dari segala keburukan”.
(HR. Muslim).
Demikian pula dengan doa berikut:
(( اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو
فَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ،
لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ ))
“Ya Allah, rahmat-Mu aku harapkan, maka janganlah Engkau
serahkan (urusan)-ku kepada diriku walau sekejap mata, perbaikilah semua
urusanku, tiada ilah selain Engkau.”
(HR. Abu Daud dengan sanad yang shahih).
Maka jika seorang hamba
meratap dengan doa tersebut yang di dalamnya terdapat kebaikan masa depannya,
baik agamanya maupun dunianya dengan menghadirkan hati dan niat yang benar
serta kesungguhan bekerja untuk mewujudkannya, niscaya akan Allah kabulkan doa,
harapan dan usahanya, hingga rasa gundah berganti dengan kesenangan dan
kegembiraan.
MEMPERKIRAKAN
KEMUNGKINAN TERBURUK YANG AKAN MENIMPANYA KEMUDIAN MENGUATKAN DIRI UNTUK SIAP
MENERIMANYA
Berupaya menganggap ringan
beban kesulitan yang ditanggungnya dengan memperkirakan kemungkinan terburuk
yang akan menimpanya, kemudian dia kuatkan dirinya untuk menerima hal
tersebut. Jika hal tersebut telah
dilakukan maka selanjutnya dia berupaya untuk memperingan problema yang
dihadapi sedapat mungkin. Dengan
kemantapan jiwa dan upaya yang bermanfaat tersebut, akan hilanglah perasaan
gundah dan resah, berganti dengan upaya nyata untuk mendatangkan kemanfaatan
dan menolak kesulitan yang mudah bagi seorang hamba.
Jika hal tersebut mampu
menggantikan penyebab ketakutan, kepedihan dan kekhawatiran akan kefakiran,
karena kecintaannya terhadap aneka ragam kesenangan, maka dia dapat menerima
semua itu dengan perasaan tenang dan kemantapan jiwa, bahkan sekalipun
musibahnya lebih hebat dari itu. Karena kemantapan jiwa dalam menanggung
kesulitan dapat meringankan kesulitan itu sendiri dan menghilangkan
goncangannya, khususnya jika dia menyibukkan dirinya dengan menyingkirkannya
sedapat mungkin. Maka dalam dirinya akan berkumpul kemantapan jiwa dan upaya
nyata untuk mengatasi problemnya yang sekaligus dapat menghindarinya dari
sekedar memikirkan musibah itu serta membantu dirinya untuk memperbaharui
kekuatan dalam mengatasi masalah seraya bertawakkal dan percaya kepada Allah
ta’ala.
Tidak diragukan lagi bahwa
hal-hal semacam ini sangat besar manfaatnya untuk meraih kebahagiaan dan
kelapangan dada di samping adanya harapan seorang hamba atas ganjaran yang
setimpal dari Allah ta’ala baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini dapat
disaksikan dan dialami oleh banyak orang.
TIDAK PANIK DAN LARUT
DALAM BAYANGAN-BAYANGAN BURUK
Menenangkan hati dan tidak tenggelam pada
kepanikan atau bayangan dan pikiran-pikiran buruk sangat besar pengaruhnya
untuk menghindari tekanan jiwa bahkan penyakit fisik. Karena jika seseorang tenggelam dalam bayangan
ketakutan, dan hatinya terpengaruh oleh berbagai perubahan, baik dari rasa
takut akan penyakit atau yang lainnya, marah dan perasaan tak menentu karena
memperkirakan terjadinya kesulitan dan hilangnya berbagai kenikmatan. Semua itu
dapat mendatangkan perasaan gundah, penyakit hati dan penyakit fisik serta
ketegangan saraf yang dapat berakibat buruk. Hal ini sering disaksikan.
BERGANTUNG
KEPADA ALLAH DAN BERTAWAKKAL KEPADANYA
Jika hati selalu
bergantung kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya, tidak larut dalam
bayang-bayang ketakutan serta pikiran-pikiran buruk diiringi kepercayaan kepada
Allah ta’ala seraya mengharap karunia-Nya, maka semua itu akan mengusir
perasaan gundah dan sedih, dan menghilangkan berbagai penyakit jiwa maupun
fisik. Hati akan kembali mendapatkan
kekuatan, ketentraman dan kebahagiaan yang tak terlukiskan.
Betapa banyak rumah sakit
yang dipenuhi oleh orang-orang yang sakit karena dihantui bayangan-bayangan
buruk, betapa banyak masalah ini mempengaruhi mereka-mereka yang kuat hatinya
apalagi jika dia orang lemah. Betapa hal ini sering mendatangkan tindakan bodoh
dan gila.
Orang yang sehat adalah
orang yang Allah sehatkan dan Allah berikan taufiq untuk berjuang melawan hawa
nafsunya untuk mendapatkan sumber-sumber kekuatan bagi hatinya yang dapat
menyingkirkan kekhawatiran yang menimpanya. Allah ta’ala berfirman:
“Siapa yang bertawakkal
kepada Allah maka niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”(At Thalaq: ayat: 3).
Artinya: Allah mencukupkan
segala keperluan agama dan dunianya.
Orang yang bertawakkal
kepada Allah, hatinya kuat dan tidak terpengaruh oleh bayang-bayang (ilusi) dan
tidak goncang oleh berbagai kenyataan, karena dia tahu bahwa sikap tersebut
menunjukkan kelemahan jiwa, ketakutan dan kegelisahan yang tidak beralasan. Di
samping itu diapun mengetahui bahwa Allah ta’ala akan menanggung beban orang
yang bertawakkal kepadanya dengan kecukupan yang sempurna. Maka dia percaya
kepada Allah dan tenang dengan janji-Nya sehingga hilanglah kegelisahan dan
kekhawatirannya, kesulitan berganti kemudahan, kesedihan berganti kegembiraan
dan ketakutan berganti keamanan.
Kita mohon kepada Allah
ta’ala kesehatan dan keselamatan dan memberikan kita karunia berupa kekuatan
hati dan keteguhannya dengan tawakkal yang sempurna yang dengan itu akan Allah
tanggung segala kebaikannya dan menyingkirkan segala kesulitan dan keburukan
yang menimpanya.
PANDAI
DALAM BERGAUL
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
(( لاَ يَفْرُكُ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً
إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقاً رَضِيَ مِنْهَا خُلُقا آخَرَ ))
“Hendaklah seorang mu’min laki-laki (suami) tidak mencela mu’min
wanita (istri), jika dia membenci salah satu prilakunya, masih ada prilaku
lainnya yang dia ridhai.” (HR. Muslim).
Dalam hadits ini terdapat
dua pelajaran yang sangat bermanfaat:
Pelajaran pertama adalah:
Petunjuk bagaimana bergaul dengan istri, sanak saudara, kawan, karib dan lingkungan pergaulan serta
semua orang yang antara anda dan dia memiliki hubungan dan komunikasi. Anda
harus menyadari bahwa pada diri tiap-tiap orang pasti terdapat cela, kekurangan
dan sesuatu yang tidak disenangi. Maka jika hal tersebut anda dapatkan,
bandingkanlah antara hal itu dengan adanya faktor-faktor yang mendukung anda
untuk tetap menjaga komunikasi dan saling mencintai, yaitu dengan mengingat
kebaikan-kebaikan dan niat-niat kebaikannya, baik yang bersifat khusus maupun
umum. Dengan melupakan keburukannya dan mengingat kebaikannya, maka
persahabatan dan komunikasi akan tetap terjaga dan ketenanganpun akan tercipta.
Pelajaran kedua adalah:
Hilangnya perasaan gundah dan resah, tetapnya kesucian hati serta kesinambungan
dalam menunaikan hak-hak orang lain, baik yang wajib maupun yang sunnah serta
terciptanya keharmonisan di antara kedua belah pihak.
Siapa yang tidak dapat
mengambil pelajaran atas apa yang telah disabdakan Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bahkan melakukan sebaliknya dengan selalu melihat
keburukan seorang serta melupakan kebaikan-kebaikannya, niscaya dia akan
gelisah, hubungan antara dirinya dan orang yang dicintainya pasti mengalami
kekeruhan dan mengabaikan banyak hak yang harus dijaga kedua belah pihak.
Banyak orang yang memiliki
kekuatan mental yang tinggi mampu menahan diri saat menghadapi cobaan dan
goncangan dengan kesabaran dan ketenangan. Akan tetapi dalam hal-hal yang
sepele dan ringan mereka sangat gundah dan tidak tenang. Penyebabnya
adalah mereka menjaga diri mereka pada
hal-hal yang besar dan mengabaikan hal-hal sepele sehingga merusak kondisi
mereka dan ketenangan mereka.
Orang yang bermental kuat
adalah mereka yang mampu mengatasi masalah besar maupun kecil seraya memohon
pertolongan kepada Allah dan berdoa kepada-Nya agar nasibnya tidak diserahkan
kepada dirinya walau sekejap mata, maka
dengan demikian akan mudah baginya perkara-perkara kecil sebagaimana ringan
baginya perkara-perkara besar, sehingga jiwanya tenang dan hatinya lapang.
TIDAK
TENGGELAM DALAM KESEDIHAN MENDALAM
MEMBANDINGKAN
KENIKMATAN YANG DITERIMA DENGAN KESULITAN YANG DIDERITA
Seseorang selayaknya jika
ditimpa kesulitan atau khawatir terhadapnya agar membandingkannya antara
kenikmatan yang telah dia raih baik dalam hal agama maupun dunia dengan
kesulitan yang ia derita, maka akan dia dapatkan betapa jauh lebih banyak
kenikmatan dalam dirinya daripada kesulitan dan musibah yang dia rasakan.
Begitu juga sebaiknya dia
membandingkan antara rasa khawatir akan berbagai kemungkinan buruk yang akan
menimpanya dengan kemungkinan keselamatan darinya. Maka hendaknya dia tidak
mengabaikan kemungkinan yang lebih banyak dan kuat (yang positif) demi membela
kemungkinan yang lemah (negatif), sehingga dengan demikian hilanglah rasa
gundah dan resahnya.
Diapun sebaiknya
memperkirakan berbagai hal yang lebih besar yang mungkin dapat menimpanya,
sehingga dia mempersiapkan diri jika memang hal itu terjadi serta berupaya
menghalau apa yang belum terjadi atau menyingkirkan musibah yang telah
terlanjur terjadi atau memperkecilnya.
PERILAKU BURUK ORANG LAIN TERHADAP ANDA SESUNGGUHNYA MERUGIKAN
DIRINYA SENDIRI
Hal bermanfaat yang dapat
dilakukan berkaitan dengan perilaku buruk orang lain terhadap anda –khususnya
yang berupa perkataan buruk- adalah adanya keyakinan bahwa semua perbuatan itu
tidak merugikan anda, tetapi justru merugikan pelakunya sendiri, kecuali jika
anda juga disibukkan dengan memikirkannya dan membiarkannya menguasai perasaan
anda, maka hal tersebut juga merugikan anda sebagaimana merugikan pelakunya.
Jika anda tidak
menghiraukan hal itu niscaya tidak akan merugikan anda.
BERPIKIR
POSITIF
Ketahuilah bahwa pola
pikir anda akan mempengaruhi kehidupan anda, jika pikiran anda selalu tertuju
kepada apa yang bermanfaat bagi agama maupun dunia, maka hidup anda akan bahagia dan sejahtera, jika tidak, maka
anda akan mengalami hal yang sebaliknya.
TIDAK MENGHARAP BALASAN
DAN PENGHORMATAN KECUALI DARI ALLAH
Hal bermanfaat dalam
rangka mengusir kegundahan dan kegelisahan adalah meyakinkan diri anda untuk
tidak meminta balasan dan penghormatan kecuali dari Allah ta’ala atas kebaikan
yang anda berikan kepada mereka, baik kepada mereka yang berhak mendapatkannya
dari anda ataupun tidak. Ketahuilah bahwa hal tersebut urusan anda dengan
Allah, jangan terlalu hiraukan pujian dan penghargaan orang yang anda berikan
kebaikan, sebagaimana firman Allah ta’ala tentang makhluknya yang paling
disayangi-Nya:
“Sesungguhnya kami memberi
makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak
menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.”(Al-Insan: 9).
Hal seperti itu lebih
ditekankan lagi dalam hubungan kita terhadap keluarga, anak-anak dan mereka
yang memiliki interaksi dengan anda. Ketika anda camkan diri anda untuk tidak
berbuat buruk terhadap mereka, niscaya anda merasa tenang dan tenteram.
Termasuk yang dapat membantu
terciptanya ketentraman hati adalah melakukan keutamaan-keutamaan amal
perbuatan berdasarkan tuntutan jiwa yang membuat anda gundah. Jika anda
menempuh jalan berliku-liku (jalan yang tidak benar) maka itu akan membuat anda
mundur ke belakang tanpa membawa kebaikan sedikitpun. Hal tersebut merupakan
hikmah dimana anda dapat mengambil sesuatu yang baik dan manis dari
perkara-perkara buruk, dengan begitu maka kelezatan akan semakin bertambah dan
kekeruhan akan hilang dari diri anda.
MENJADIKAN SEMUA HAL BERMANFAAT DI
DEPAN MATA ANDA DAN BERUSAHA UNTUK MEREALISASIKANNYA.
Jangan sekali-kali
menengok kepada hal-hal yang merugikan dan terlena dengannya, karena hal itu
dapat mendatangkan rasa gundah dan sedih, atasilah dengan ketenangan dan
memusatkan perhatian dengan melakukan perbuatan yang bermanfaat.
MENGATASI SEBUAH MASALAH SAAT ITU JUGA UNTUK
KEMUDIAN BERKONSENTRASI TERHADAP MASA DEPAN
Termasuk perkara yang
bermanfaat adalah langsung mengatasi sebuah masalah saat itu juga untuk
kemudian berkonsentrasi terhadap masa depan, karena jika permasalahan itu tidak
diatasi segera, maka dia akan bertumpuk dengan permasalahan-permasalahan yang
telah lalu dan yang akan datang, sehingga bebannya akan semakin berat.
Jika semuanya segera
diatasi pada waktunya, maka anda dapat menghadapi masa depan dengan pikiran
yang terpusat dan tindakan yang tepat.
MENDAHULUKAN
PERBUATAN YANG PALING PENTING DAN PALING DISUKAI
Selayaknya anda memilih di
antara perbuatan yang bermanfaat tersebut, mana yang paling penting dengan
mendahulukan perbuatan yang disukai dan lebih condong kepadanya. Karena jika
tidak, akan timbul kebosanan dan kekeruhan.
Carilah bantuan dengan
berfikir positif dan musyawarah, karena tidak akan menyesal orang yang
bermusyawarah, pelajari dengan teliti setiap tindakan yang akan anda ambil,
jika ternyata benar akan mendatangkan kebaikan dan anda telah bertekad maka
bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal.
والحمد لله رب العالمين
وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
Post a Comment