@ SURAT UNTUK PARA JAMA’AH HAJI BAITULLAH AL-HARAM
@ SURAT
UNTUK PARA JAMA’AH HAJI BAITULLAH AL-HARAM
Dari
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz kepada para jama’ah haji baitullah al-haram,
semoga Allah berkenan menganugerahiku dan para jama’ah haji sekalian berupa
petunjuk kepada kesalihan dalam bertutur kata dan berperilaku, serta berkenan
untuk melindungi kita semua dari segala penyimpangan kesesatan dan bujuk rayu
setan. Amin …
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi wa Barakatuh, wa ba’du :
Sesungguhnya
Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan
kepada seluruh hamba-hamba-Nya yang beriman untuk tolong menolong dalam
mengerjakan kebajikan dan ketakwaan, serta mengharamkan bentuk tolong menolong
di dalam berbuat dosa dan permusuhan. Allah Azza wa Jalla berfirman
dalam Kitab-Nya yang mulia :
﴿ وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ
وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُواْ اللّهَ
إِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴾ [المائدة:2].
“Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS.05:02)
Dan diantara bentuk implementasi dari at-ta’awun
(tolong menolong) dalam mengerjakan kebajikan dan ketakwaan adalah saling
menasehati dan berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran. Sebagaimana Allah Azza
wa Jalla berfirman :
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلاَّ الَّذِينَ
آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
﴾ [العصر].
001. Demi masa. 002. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
berada dalam kerugian,003. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS.103:1-3).
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan di dalam
surat yang agung ini bahwa golongan manusia berada dalam kerugian. Ia Subhanahu
wa Ta’ala bersumpah atas hal itu (padahal kita tahu bahwa Allah Subhanahu
wa Ta’ala adalah al-Haqq (Yang Maha Benar) meskipun tanpa Dia Subhanahu
wa Ta’ala harus bersumpah sekalipun) sebagai penegasan dan motivasi agar menyifati diri dengan 4 (empat)
sifat sebagai faktor penyebab kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Telah
diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
{ الدين النصيحة، الدين النصيحة
} قالوا: لمن يا رسول الله؟ قال: { لله، ولكتابه، ولرسوله، ولأئمة المسلمين وعامتهم
}
“Agama
adalah nasehat, agama adalah nasehat. Mereka (para sahabat) bertanya, ‘Kepada
siapa Wahai Rasulullah?’. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda, ‘Kepada Allah, dan kitab-Nya, Rasul-Nya dan
kepada pemimpin kaum muslimin dan rakyatnya’.”
Dalam Ash-Shahihain dari Jarir bin Abdullah
al-Bajali menuturkan, “Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam membaiat kami untuk menegakkan shalat, membayar zakat dan
nasehat kepada setiap muslim.”
Masih dalam Ash-Shahihain juga, dari Anas Radhiyallahu
‘Anhu menuturkan, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
{ لا
يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه }
‘Tidak (sempurna) iman seorang dari kalian hingga ia
(dapat) mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri’.”
Dari ayat-ayat yang agung dan hadist-hadits yang berasal
dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menunjukkan akan kewajiban
bagi seluruh kaum muslimin, baik sebagai haji maupun selainnya untuk bertakwa
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan untuk saling menasehati diantara
mereka, tolong menolong dalam mengerjakan kebajikan dan ketakwaan dimana pun
mereka berada. Setiap orang muslim (mestinya) menyenangi kebaikan dan membenci
kejahatan untuk saudaranya, memerintahkannya kepada kebajikan dan mencegahnya dari
kemungkaran dengan cara yang hikmah dan pelajaran yang baik, berdebat dengan
cara yang paling baik di saat hal itu diperlukan, tidak diragukan lagi bahwa
kesemua ini merupakan bagian dari tujuan dan manfaat dari pelaksanaan haji yang
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sitir dalam firman-Nya :
﴿ لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ ﴾ [الحج:28]
“Supaya
mereka menyaksikan berbagai manfa`at bagi mereka.” (QS.22:28)
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang lainnya
:
﴿ ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ
بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ
رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴾ [النحل:125].
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS.16:125)
Dan kalian, wahai para rombongan haji Baitullah
al-Haram! Kalian datang ke negeri yang aman ini untuk tujuan mulia dan dan
amal shalih, yaitu untuk menunaikan manasik haji. Maka wajib atas kalian untuk
beradab dengan adab syar’i dan berakhlaq dengan akhlaq yang ridhai untuk
kalian. Aku berwasiat kepada kalian dengan hal yang demikian tadi, yang termuat
di dalam ayat-ayat yang telah disinyalir sebelumnya dan yang disabdakan oleh
lisannya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam hadits-haditsnya
yang telah disebutkan di atas. Firman
Allah Azza wa Jalla :
﴿ الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ
فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ
وَمَا تَفْعَلُواْ مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللّهُ وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ
التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ ﴾ [البقرة:197].
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi,
barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka
tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa
mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah
mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan
bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS.2:197)
Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
{ العمرة إلى العمرة كفارة لما
بينهما، والحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة } [متفق على صحته].
“Umrah ke umrah (berikutnya) sebagai pelebur (dosa) yang
terjadi di antara keduanya, dan bagi haji yang mabrur tidak ada balasan kecuali
surga.” (Muttafaqun ‘Alaihi).
Sedang haji mabrur itu adalah haji yang dalam
pelaksanaannya tidak terdapat rafats (kata-kata jorok yang mengundang
nafsu birahi) dan perbuatan fasiq (maksiat), sebagaimana Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda :
{ من
حج ولم يرفث ولم يفسق رجع كيوم ولدته أمه }.
“Barangsiapa yang berhaji dan tidak melakukan rafats dan
tidak berbuat fasiq, maka dia kembali (bersih) dari dosa-dosanya
sebagaimana hari ia dilahirkan oleh ibunya.”
Sedang ar-rafats itu adalah bersetubuh sebelum tahallul
dari ihram, dan (termasuk) segala perkataan birahi yang sehubungan dengan
wanita. Adapun al-fusuq adalah kemaksiatan, termasuk dalam konteks ini
adalah semua bentuk kemaksiatan, termasuk kezaliman, penghinaan, mencederai
kaum muslimin tanpa alasan yang benar, mengolok-olok, dusta, menggunjing,
mengadu domba, durhaka kepada kedua orang tua, memutuskan tali silaturahmi,
memakan uang riba. Menzalimi orang dengan menumpahkan darah, menistakan
kehormatan dan merampas hartanya, serta melakukan segala hal yang dilarang oleh
Allah dan Rasul-Nya. Juga termasuk dalam konteks al-fusuq adalah
mencederai kaum muslimin dengan ucapan dan sikapnya di tempat-tempat ibadah
haji dan di jalan-jalan, saat thawaf dan sa’i, ketika melontar jumrah, dan di
segala tempat lainnya. Demikian pula termasuk di dalam konteks tersebut adalah
berdemonstrasi, berteriak-teriak dalam mendoakan suatu komunitas dan mendoakan
orang lain, sehingga membuat musim haji sebagai tempat yang rusuh, perselisihan
dan demonstasi, serta mengeluarkan dari segala yang telah disyariatkan oleh
Allah di dalam pelaksanaan haji seperi dalam menegakkan zikrullah, dakwah kepada
jalan-Nya, saling menasehati sesama kaum muslimin, tolong menolong dalam
mengerjakan kebajikan dan ketakwaan, serta menjalankan manasik haji dengan
penuh keikhlasan, kenyamanan, ketenangan, dan segala hal yang disenangi di sisi
Allah Ta’ala, serta terhindar dari siksa-Nya. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman di dalam al-Qur`an al-‘Azhim :
﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
لاَ يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْراً مِّنْهُمْ وَلاَ نِسَاء
مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْراً مِّنْهُنَّ وَلاَ تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلاَ
تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإِيمَانِ وَمَن لَّمْ
يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴾[الحجرات:11].
“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok)
lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita
(mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang
diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah
kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.” (QS.49:11)
Di dalam ayat yang mulia ini, Allah Subhanahu wa
Ta’ala melarang orang-oang mukmin laki-laki dan wanita dari 3 (tiga)
perkara, yaitu (1) as-sukhriyah yaitu mengolok-olok, (2) al-lamzu yaitu
saling mencela, (3) at-tanabuz bil alqab yaitu saling panggil dengan
gelar-gelar yang tidak disukai dan (orangnya) tidak rela jika dipanggil dengan
sebutan tersebut, seperti jika dipanggil, “Hai orang durhaka (si fajir)”,
“Hai orang yang buruk (si khabits)”, “Hai musuh Allah ( si ‘aduwallah).”
Tidaklah kesemuanya itu melainkan jika digunakan ketiga hal perkara ini
diantara kaum muslimin dapat menimbulkan kedengkian, permusuhan dan memicu
kerusuhan, serta yang demikian itu berakibat tidak terpuji. Kemudian Allah Subhanahu
wa Ta’ala mengakhiri ayat dengan menetapkan hukum wajibnya bertaubat dari
segala bentuk kemaksiatan dan bahwa sikap mereka yang terus menerus atas
perbuatan tersebut merupakan suatu bentuk kezaliman yang berakibat tidak
terpuji. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda di dalam
khutbahnya di hari Kurban saat Haji Wada’ :
{ إن دماءكم وأموالكم وأعراضكم
عليكم حرام كحرمة يومكم هذا، في بلدكم هذا، في شهركم هذا، ألا هل بلغت }
“Sesungguhnya telah diharamkan atas kalian darah, harta
dan kehormatan kalian sebagaimana haramnya hari kalian ini, di negeri kalian
ini, di bulan kalian ini, ketahuilah bukankah telah aku sampaikan (pernyataan
ini)?”.
Dan telah diriwayatkan pula dari Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bahwa ia bersabda :
{ من ضار مسلماً ضاره الله، ومن شقَّ على مسلم شقَّ الله عليه }
“Barangsiapa yang menyusahkan seorang muslim, niscaya
Allah akan menyusahkannya. Dan barangsiapa yang menghimpit seorang muslim maka
kelak Allah akan menghimpitnya.”
Ayat-ayat dan hadits-hadits yang memotivasi para haji dan
selain mereka untuk berpegang teguh dengan agama mereka, istiqomah di jalannya,
dan komitmen terhadap al-Qur`an al-Karim serta berhukum dan berloyalitas
kepadanya disertai Sunnah Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
saling belas kasih dan bersikap lembut di antara mereka, dan bentuk-bentuk
berbuat ihsan yang dapat diimplementasikan diantara mereka masih sangat
banyak lagi.
Maka wahai jama’ah haji baitullah al-haram
bertakwa, ta’ati, dan agungkanlah perintah-Nya dan jangan kalian
mendurhakai-Nya, berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah dan
janganlah kalian saling bercerai berai, bersungguh-sungguhlah dalam
melaksanakan manasik haji sesuai yang telah disyariatkan oleh Allah,
berlomba-lombalah kepada ketaatan dan amal-amal shalih, perbanyaklah shalat di
masjil haram dan thawaf, kerjakan apa yang dimudahkan bagimu dari tilawah
al-Qur`an, tasbih, tahlil, tahmid, takbir,
doa, istighfar, shalawat atas Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam. Dalamilah ilmu agama kalian, ambillah manfaat dari halaqah-halaqah
ilmu di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, bertanyalah kepada ahlul ilmi (ulama)
mengenai segala hal yang masih menjadi masalah bagi kalian, maka sungguh telah
diriwayatkan secara shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bahwa beliau bersabda :
{ من يرد الله به خيراً يفقهه في الدين }
“Barangsiapa yang hendak Allah limpahkan kebaikan yang
banyak, niscaya Allah jadikan ia sebagai seorang yang faqih (berpengetahuan)
dalam masalah agama.”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa
beliau bersabda :
{ من سلك طريقاُ يلتمس فيه علماُ سلك الله به طريقاُ إلى الجنة، وما اجتمع
قوم في بيت من بيوت الله يتلون كتاب الله ويتدارسونه بينهم إلا نزلت عليهم السكينة،
وغشيتهم الرحمة، وحفتهم الملائكة، وذكرهم الله فيمن عنده }
“Barangsiapa
yang menempuh perjalanan dalam rangka menuntut ilmu niscaya Allah mudahkan
baginya jalan menuju surga . Dan tidaklah berkumpul sekelompok orang di salah
satu rumah Allah (masjid), mereka membaca al-Qur`an dan saling mempelajarinya,
melainkan Allah (akan) menurunkan ketenangan kepada mereka, meliputi mereka
dengan rahmat-Nya, mereka dikelilingi oleh para Malaikat dan Allah menyebut
(membanggakan nama-nama) mereka dihadapan para Malaikat.”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa
beliau bersabda :
{ اقرأوا القرآن فإنه يأتي شفيعاً لأصحابه يوم القيامة }
“Bacalah al-Qur`an, maka sesungguhnya ia akan datang
sebagai syafa’at bagi para pembacanya pada hari kiamat kelak”
Yaitu mereka yang mengamalkan al-Qur`an dan istiqomah
terhadap pengajarannya.
Dan setiap orang dari kalian hendaknya membimbing
saudaranya dengan ilmu yang dimilikinya, dan mengarahkannya kepada kebaikan,
menolongnya dalam mengimplementasikan ayat-ayat dan hadits-hadits yang telah
dipaparkan di muka, dan berilah kabar gembira tentang ganjaran yang melimpah
dan pahala yang besar, sebagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
{ من دل على خير فله مثل أجر فاعـله }
“Barangsiapa yang menunjukkan (orang lain) kepada
kebaikan, maka baginya (pahala) seperti pahala orang yang melakukannya.”
Telah diriwayatkan pula dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bahwa beliau bersabda kepada Ali Radhiyallahu ‘Anhu saat
beliau mengutusnya kepada Kaum Yahudi di wilayah Khaibar :
{ ادعهم إلى الإسلام، وأخبرهم
بما يجب عليهم من الحق فيه، فو الله لأن يهدي الله بك رجلاً واحداً خير لك من حُمُر
النَّعَم }
“Ajaklah mereka kepada Islam, dan kabarkan kepada mereka
dengan hal yang diwajibkan atas mereka dari kebenaran yang terdapat di dalam
agama Islam. Maka Demi Allah, kalaulah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan
hidayah kepada seseorang perantaramu, (maka itu) lebih baik bagimu daripada
onta merah[1].”
Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
{ والله
في عون العبد ما كان العبد في عون أخيه }
“Dan Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba
tersebut menolong saudaranya.”
Hanya kepada Allahlah, kita bermohon agar berkenan
mengaruniakan taufik-Nya kepada kita dan kalian semua kepada segala hal yang
diridhai-Nya, dan memudahkan jalan bagi kita dan kalian sekalian kepada
jalan-Nya yang lurus, dan menolong kalian dalam melaksanakan manasik haji dalam
bentuk yang diridhai-Nya, dan semoga Dia berkenan menerima (amal shalih) kita
dan kalian semua, dan mengembalikan kalian ke negeri-negeri kalian dengan
selamat dan memperoleh keberuntungan yang besar. Sesungguhnya Allah Subhanahu
wa Ta’ala Maha Dermawan lagi Maha Pemurah.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada
hamba dan utusan-Nya, nabi kita Muhammad, juga kepada keluarga dan para sahabat
serta pengikutnya yang benar-benar loyal kepadanya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Post a Comment