YAKIN DENGAN PERTOLONGAN ALLAH
YAKIN DENGAN PERTOLONGAN ALLAH
الإسلام يعلو ولايعلى
Islam
itu tinggi dan tidak ada yang melebihi
Hakikat yakin kepada Allah
nampak dalam beberapa tahapan lemah, karena yang
memiliki keyakinan bukanlah orang yang cerah sanubarinya, lapang dadanya dan
berseri mukanya saat melihat kekuatan islam, kemuliaan penganutnya dan berita
gembira kemenangannya. Yakin adalah milik orang yang percaya kepada Allah
bila kegelapan telah hitam pekat, sangat sempit, kesulitan sudah
bertumpuk-tumpuk, dan semua umat saling menyatakan sikap permusuhan dengan
terang-terangan. Karena sesungguhnya harapannya kepada Allah Isangat besar dan dia yakin bahwa kesudahan bagi orang-orang yang bertaqwa dan
masa depan untuk agama ini.
Dan karena sesungguhnya mujahid
(pejuang) berusaha untuk menegakan agama Allah di muka
bumi, maka sesungguhnya jalannya menuju hal itu adalah sabar dan yakin. Ibnul
Qayyim rahimahullah berkata: 'Aku mendengar Syaikhul Islam rahimahullah
berkata: 'Dengan kesabaran dan keyakinan dicapai kepemimpinan dalam agama,
kemudian dia membaca firman Allah I:
وَجَعَلْنَا
مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا
بِئَايَاتِنَا يُوقِنُونَ
Dan
Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk
dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat
Kami. (QS. as-Sajdah :24)[1]
Pemberian paling penting yang
diberikan kepada seseorang adalah yakin, sebagaimana dalam hadits:
وَسَلُوْا اللهَ
الْيَقِيْنَ وَاْلمُعَافَاَة فَإِنَّهُ لَمْ يُؤْتَ أَحَدٌ خَيْرًا مِنَ
الْمُعَافَاةِ
"Mintalah kepada Allah I
yakin dan afiyat, maka sesungguhnya seseorang tidak diberikan setelah yakin
yang lebih baik dari pada afiyah."[2]
Tidak binasa umat ini kecuali ketika
anak-anaknya tidak mau menyumbangkan kesungguhan yang diberikan untuk
kemenangannya, kemudian meneguk beberapa gelas harapan tanpa bekerja. Karena
itulah Rasulullah r
bersabda:
صَلاَحُ أَوَّلِ
هذِهِ اْلأُمَّةِ بِالزُّهْدِ وَالْيَقِيْنِ وَيَهْلِكُ آخِرُهَا باِلْبُخْلِ
وَاْلأَمَلِ
"Kebaikan generasi pertama
umat ini adalah dengan zuhud dan yakin, dan binasa yang terakhirnya dengan
bakhil dan angan-angan."[3]
Dan karena hanya Allah I
sajalah yang mengetahui perkara gaib, maka kita tidak mengetahui kapan datang
pertolongan? Dan kita tidak mengetahui di manakah kebaikan? Akan tetapi yang
kita ketahui sesungguhnya umat kita adalah umat yang baik –dengan ijin Allah I-
diharapkan baginya pertolongan dari Allah I
-walaupun setelah beberapa masa-, dan Rasulullah r
mengisyaratkan kepada hal itu dengan sabdanya r:
مثل أمتي مثل
المطر لا يدرى أوله خير أم آخره
"Perumpamaan umatku seperti
hujan, tidak diketahui apakah permulaannya yang baik atau akhirnya."[4]
Kita
tidak tahu lewat tangan generasi manakah Allah I akan
menyingkap awan dan mengangkat perkara umat ini, akan tetapi yang kita ketahui
sesungguhnya sunnatullah di alam ini adalah sebagaimana yang dikabarkan
Rasulullah r:
لاَيَزَالُ اللهُ
يَغْرِسُ فِى هذَا الدِّيْنِ غَرْسًا يَسْتَعْمِلُهُمْ فِيْهِ بِطَاعَتِهِ إِلَى
يَوْمِ الْقِيَامَةِ
"Allah I
senantiasa menanamkan di dalam agama ini, mempekerjakan mereka untuk taat
kepada-Nya hingga hari kiamat."[5]
Banyak sekali kabar gembira dalam
sunnah Rasulullah r,
membangun kembali semangat dan meneguhkan keyakinan. Di antaranya janji Allah I
bahwa kerajaan umat ini akan mencapai Timur dan Barat, dan masih banyak wilayah
yang belum jatuh di bawah kekuasaan kaum muslimin, dan Islam harus
menaklukkannya, sebagaimana di dalam hadits:
"Sesungguhnya
Allah I
memperlihatkan bumi untukku, maka aku melihat Timur dan Baratnya, dan sesungguhnya
kekuasaan umatku akan mencapai yang dilipat untukku darinya."[6]
Apabila kita mengetahui bahwa asal di
dalam Islam adalah tinggi, memimpin, dan kuat, maka kita tidak berputus asa
karena lemahnya kaum muslimin dalam satu kurun waktu. Rasulullah r
bersabda:
الإِسْلاَمُ
يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى
"Islam itu tinggi dan tidak
ada yang melebihi.'[7]
Rasulullah
r
mengabarkan terus menerus bertambahnya Islam:
وَلاَيَزَالُ
اْلإِسْلاَمُ يَزِيْدُ, وَيَنْقُصُ الشِّرْكُ وَأَهْلُهُ, حَتىًّ تَسْيُر
الْمَرْأَتَانِ لاَتَخْشَيَانِ إِلاَّ جوْرًا, وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ
لاَتَذْهَبُ اْلأَيَّامُ وَاللَّيَالِي حَتَّى يَبْلُغَ هذَا الدِّيْنُ مَبْلَغَ
هذَا النَّجْمَ
"Islam senantiasa bertambah,
syirik dan penganutnya berkurang, sehingga dua orang wanita berjalan dan tidak
takut kecuali perbuatan aniaya. Demi (Allah I)
yang diriku berada di tangan-Nya, tidak berlalu hari dan malam sehingga agama
ini mencapai tempat bintang ini."[8]
Harapan
tetap ada dan meluasnya kekuasaan kaum muslimin terus berlanjut –dengan ijin
Allah I-.
Rasulullah r
telah memberikan kabar dengan berita-berita gembira yang melunakkan segala
keputus asaan, menetapkan setiap orang yang mendapat cobaan, melapangkan hati
setiap orang yang kehilangan harapan dengan para penganut agama ini, ketika ia
tidak mendapatkan secercah harapan yang berkilau untuknya, di mana beliau r
bersabda:
بشّر هذِهِ
اْلأُمَّةُ باِلسَّنَاءِ وَالدّيْنِ وَالرِّفْعَةِ وَالنَّصْرِ وَالتَّمْكِيْنِ
فِى اْلأَرْضِ...
"Umat ini diberi kabar
gembira dengan keluhuran, agama, ketinggian, kemenangan dan keteguhan di muka
bumi…"[9]
Jihad terus berlanjut hingga hari
kiamat. Dan golongan yang nampak di atas kebenaran tidak membahayakannya orang
yang menghinanya, ia terus berlanjut hingga datang perkara Allah I.
Dalam hal itu Nabi r
bersabda:
لَنْ يَبْرَحَ
هذَا الدِّيْنُ قَائِمًا يُقَاتِلُ عَلَيْهِ عصَابَةٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ حَتىَّ
تَقُوْمَ السَّاعَةُ
"Agama ini senantiasa tegak,
berperang atasnya segolongan dari kaum muslimin hingga terjadi hari kiamat."[10]
Standar di sisi Allah I
bukan standar manusia, sesungguhnya Allah I
menjadikan kekuatan dari yang lemah. Hal itu jelas dalam merenungkan sabda
Rasulullah r:
إِنَّ اللهَ
يَنْصُرُ هذِهِ اْلأُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا, بِدَعْوَتِهِمْ وَصَلاَتِهِمْ
وَإِخْلاَصِهِمْ
"Sesungguhnya Allah I
menolong umat ini dengan yang lemahnya, dengan doa, shalat dan ikhlas mereka."[11]
Sesungguhnya
seorang muslim yang diseret dengan belenggu, ditahan di sel, diburu di setiap
tempat, tidak punya senjata, fakir yang papa, dengan do'a, shalat dan ikhlasnya
Allah I
menolong umat ini. Sekalipun dengan segala kelemahan yang tergambar padanya.
Sebagaimana Rasulullah r
mengisyaratkan:
رُبَّ أَشْعَثَ
مَدْفُوْع بِاْلأَبْوَابِ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ َلأَبَرَّهُ
"Berapa banyak orang yang
berambut kusut, ditolak di depan pintu (kalau ia meminta atau melamar, pent),
jika ia bersumpah kepada Allah I
niscaya Dia mengambulkannya." [12]
Sungguh
kita melihat pada hari ini kekuatan berada di tangan musuh-musuh kita dan
kemenangan untuk mereka terhadap kita…akan tetapi kita tidak lupa bahwa Allah I
yang mengatur alam ini dan mata-Nya tidak lalai dari hamba-hamba-Nya yang
beriman, Dia I
tidak akan ridha mereka selalu hina dan terus menerus dikuasai. Sebagaimana
sabda Rasulullah r:
المِيْزَانُ
بِيَدِ الرَّحْمنِ يَرْفَعُ أَقْوَامًا وَيَضَعُ آخَرِيْنَ
"Timbangan (neraca) berada
di tangan ar-Rahman, Dia mengangkat suatu kaum dan merendahkan yang lain."[13]
Dia
I
pasti akan mengangkat kita setelah merendahkan kita, apabila Dia melihat dari kita
kesungguhan usaha untuk mendapat ridha-Nya.
Di setiap abad, Allah I
mengembalikan rasa yakin di dalam jiwa umat, dengan menjadikan padanya
orang-orang yang berlomba dalam kebaikan, tidak memperdulikan berbagai cobaan,
manusia mengikuti mereka, seperti dalam hadits:
فِى كُلِّ قَرْنٍ
مِنْ أُمَّتِي سَابِقُوْنَ
"Dalam setiap abad dari
umatku ada orang orang yang berlomba (dalam kebaikan)."[14]
Sebagaimana
Dia I
menjadikan dalam umat ini orang yang meluruskan pemahaman baginya, berjalan
dengannya di atas kesungguhan, membimbingnya menuju petunjuk, memperbaharui
baginya perkara agamanya. Rasulullah r
memberi kabar gembira dengan hal itu, dia I
bersabda:
إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ
لِهذِهِ اْلأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا أَمْرَ
دِيْنِهَا
"Sesungguhnya Allah I
membangkitkan untuk umat ini di atas setiap seratus tahun orang yang
memperbaharui baginya agamanya."[15]
Bisa
jadi kelapangan itu datang lewat tangan para pendahulu, dan bisa jadi lewat
tangan para pembaharu, akan tetapi kesusahan tidak akan kekal.
Semua musuh Islam jatuh dalam
lingkaran ancaman Allah I
dengan berperang. Dan siapa yang Allah I
memeranginya, maka tidak ada takut darinya dan tidak ada harapan terus berlangsung
kekuasaanya terhadap kita. Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi:
مَنْ عَادَى لِي
وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ...
"Barangsiapa
yang memusuhi wali-Ku, maka sungguh Aku memberitahukannya dengan berperang…"[16]
Maka hendaklah kita saling berwasiat
untuk tetap sabar di atas bala musibah, tetap teguh apabila terjadi qadha
(keputusan), hendaklah kita menjadi pemberi kabar gembira yang baik dan tidak
menjadi pemberi ancaman yang buruk, dan hendaknya kita mengatakan kepada
orang-orang yang putus asa setelah begitu lama menunggu seperti yang disabdakan
Nabi r
kepada para sahabatnya, saat mereka mengadu karena banyaknya bala musibah dan
beratnya:
وَاللهِ
لَيُتِمَّ اللهُ هذاَ اْلأَمْرَ...وَلكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُوْنَ
Sesungguhnya keyakinan yang
dikehendaki Allah I
dari hamba-Nya adalah keyakinan yang terwujud pada Ibu Nabi Musa u
dalam praktiknya, ketika Dia I
berfirman tentang dia:
فَإِذَا
خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلاَتَخَافِي وَلاَتَحْزَنِي
dan
apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil).Dan
janganlah kamu khawatir dan jangan (pula) bersedih hati,. (QS. al-Qashash:7)
seperti
inilah, dia melemparnya di sungai Nil dan tidak merasa takut dan tidak pula
bersedih hati, padahal biasanya sungai besar sangat berbahaya bagi anak kecil
yang masih menyusu, dan Allah I
menentukan keselamatan untuknya, dan
Fir'aun memungut bayi yang masih menyusu, dia tidak takut dari pemeliharaannya
di istananya, karena biasanya bayi yang masih menyusu tidak takut terhadap
orang yang mengasuhnya. Maka kebinasaan Fir'aun lewat tangannya. Seperti inilah
keajaiban kekuasaan Allah I.
Rasulullah r
menceritakan tentang tiga golongan manusia yang tidak ada kebaikan pada mereka:
"Tiga golongan, janganlah engkau bertanya tentang mereka …dan laki-laki
yang ragu terhadap perkara Allah I,
putus asa dari rahmat-Nya."[18]
Karena itulah, sesungguhnya umat yang diselimuti keraguan dan dililit
keputusasaan, tidak bisa diharapkan kebaikannya selama ia tidak membanyak
kembali rasa percaya diri dan keyakinan dengan pertolongan Allah I,
Rabb semesta alam.,
Sesungguhnya beriman kepada Qadar
(ketentuan Allah I)
adalah salah satu sumberi keyakinan bahwa kesudahan adalah untuk orang-orang
yang bertaqwa. Karena itulah Rasulullah r
bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ
شَيْئٍ حَقِيْقَةً وَمَا بَلَغَ عَبْدٌ حَقِيْقَةَ اْلإِيْمَانِ حَتىَّ يَعْلَمَ
أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَهُ وَمَا أَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ
لِيُصِيْبَهُ
"Sesungguhnya bagi setiap
sesuatu ada hakikat, dan seorang hamba tidak bisa mencapai hakikat iman
sehingga ia mengetahui bahwa sesuatu yang ditakdirkan akan menimpanya tidak
akan meleset darinya, dan sesuatu yang tidak ditakdirkan kepadanya tidak akan
menimpanya."[19]
Sungguh umat telah melewati beberapa
masa kelemahan, maka kita tidak lupa bahwa ia adalah taqdir Allah I
yang mampu mengembalikan kemuliaan yang hilang, mengembalikan kepemimpinan yang
telah berlalu, dan kondisi manusia naik dan turun, seperti dalam hadits:
مَثَلُ
الْمُؤْمِنِ مَثَلُ السُّنْبُلَةِ تَمِيْلُ أَحْيَانًا وَتَقُوْمُ أَحْيَانًا
"Perumpamaan seorang mukmin
seperti tangkai, terkadang miring dan terkadang berdiri."[20]
Yang
penting ia terkadang berdiri – dan itu adalah sunnah kauniyah- dan hari
ini pasti akan tiba –apabila semua sebab telah terpenuhi-.
Seperti inilah berlalu sunnatullah di
semua umat, seperti dalam hadits:
عُرِضَتْ عَلَيَّ
اْلأُمَمُ فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ الرُّهَيْطُ وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ
الرَّجُلُ وَالرَّجُلاَنِ وَالنَّبِيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ...
"Diperlihatkan
kepadaku semua umat, maka aku melihat seorang nabi dan bersamanya ada rombongan
kecil, seorang nabi dan bersamanya ada seorang dan dua orang laki-laki, dan
seorang nabi yang tidak ada seorangpun bersamanya…"[21]
Kendati
demikian dakwah terus berlangsung dan tetap ekses, sekalipun mengalami
kelemahan di sebagian waktu. Seorang nabi tidak akan dicela karena tidak ada
yang mengikutinya sekalipun ia telah mengorbankan segenap kemampuan dalam
dakwahnya. Sebagaimana seorang mujahid tidak dicela karena tidak bisa mencapai
kemenangan, sekalipun ia berjihad dalam waktu yang lama. Yang membuat kita
dicela adalah karena kurang melakukan sebab (usaha), tidak mau berjuang sebatas
kemampuan –sekalipun sedikit- dan yang tersisa diserahkan kepada Allah I
saat Dia menghendaki.
Dan tatkala para syuhada merasa
khawatir terhadap orang-orang yang masih hidup sesudah mereka yaitu lemah
kepercayaan yang membawa kepada enggan berjihad, atau merasa putus asa dari
hasilnya, mereka berkata kepada Rabb mereka I:
مَنْ بَلَّغَ
إِخْوَانَنَا عَنَّا أَنَّا أَحْيَاءٌ فِى الْجَنَّةِ نُرْزَقُ لِئَلاَّ
يَزْهَدُوْا فِى الْجِهَادِ وَلاَينكلوا فِى الْحَرْبِ. فَقَالَ اللهُ سبحانه:
أَنَا أُبَلِّغُهُمْ عَنْكُمْ
"Siapakah
yang menyampaikan kepada saudara-saudara kami yang masih hidup tentang kami,
sesungguhnya kami tetap hidup di surga mendapat rizqi, agar mereka tidak enggan
berjihad dan tidak mundur saat berperang.' Allah I
berfirman: 'Aku menyampaikan kepada mereka tentang kamu…'[22]
Maka malam pasti akan berlalu, buih
pasti akan sirna, dan yang berguna bagi manusia pasti akan menetap di muka bumi
dan berlalulah taqdir Rabb semesta alam bahwa kesudahan adalah untuk orang-orang
yang beriman.
Kesimpulan:
- Orang
yang memiliki keyakinan percaya kepada Allah I
bilamana dunia menjadi sempit atasnya.
- Kepemimpinan
dalam agama diperoleh dengan sabar dan yakin.
- Yakin
adalah sebaik-baik yang diberikan kepada seseorang.
- Allah
I
senantiasa menanam untuk agama ini…dan kebaikan pasti akan tiba dengan ijin
Allah I.
- Di
antara kabar gembira dengan pertolongan Allah I:
·
Kerajaan umat akan mencapai Timur
dan Barat.
·
Islam itu tinggi dan tidak ada yang
melebihi, ia bertambah dan syirik berkurang.
·
Janji dengan keteguhan dan agama
senantiasa tetap tegak.
·
Allah I
menolong umat dengan orang yang lemah, mengangkat suatu kaum dan merendahkan
yang lain.
·
Di setiap masa/abad ada orang-orang
terdahulu/berlomba (dalam kebaikan) dan pembaharu, dan Allah I
mengabarkan musuh-musuhnya berperang.
·
Pertolongan pasti akan tiba, akan
tetapi manusia meminta segera atau ragu-ragu, dan iman mereka lemah kepada
taqdir.
·
Janji pasti akan tiba, akan tetapi
Allah I
yang menentukan waktunya.
·
Tidak mengapa sedikitnya pengikut,
akan tetapi kesalahan adalah tidak melakukan sebab (usaha).
[1] Tahdzib Madarijus
Salikin, manzilah shabr, hal 352.
[2] Shahih al-Jami' no.
4072 (Shahih).
[3] Shahih al-Jami' no.
3845 (Hasan).
[5] Shahih al-Jami' no.
7692 (hasan).
[7] Shahih al-Jami' no
1778 (hasan)
[12] Shahih Muslim, kitab
birr wa shilah, bab ke 40, hadits no 138/2622.
[16] Shahih al-Bukhari,
kitab riqaq, bab ke 38, hadits no. 6502
[18] Shahih al-Jami' no.
3059 (Shahih).
[19] Shahih al-Jami' no.
2150 (Shahih).
[20] Shahih al-Jami' no.
5845 (Shahih) dan no. 5844 yang berbunyi: Terkadang lurus dan terkadang
merunduk. (Shahih).
[22] Shahih Sunan Abu Daud
karya al-Albani, kitab jihad, bab ke 27, hadits no. 2199/2520 (Hasan), dan
dalam Shahih al-Jami no. 5205 (Shahih).
Post a Comment