30 Langkah Cara Mendidik Anak
LANGKAH 10
MEMBERI JAWABAN ATAS SEGALA
PERTANYAAN DAN MENGARAHKAN DENGAN PENGARAHAN YANG SESUAI
Yang juga merupakan
keistimewaan anak pada fase pertama adalah banyak bertanya dengan pertanyaan
yang memenatkan. Bagi setiap ayah dan ibu jangan menghardik putra-putri mereka
karenanya. Keistimewaan ini memiliki banyak manfaat:
1.
Membuka wawasan akal anak.
2.
Anak akan lebih dekat kepada
orang tua.
* * *
Contoh Praktis Pentingnya
Jawaban Atas Seluruh Pertanyaan Serta Arahan Yang Sesuai Dalam Membina
Kepribadian Anak
Jika anak anda bertanya
tentang api, maka jawab dan katakan:
“Api diciptakan oleh Allah. Jika Allah
berkehendak maka akan mengatakan 'Jadi! maka jadilah apa yang dikehendaki-Nya.'
Setelah itu mulailah mengarahkan mereka dengan bertanya: 'Apakah engkau tahu,
kemana tempat kembalinya orang yang memaksiati Allah?' Anak anda tentu tidak
tahu kemana, maka sampaikan bahwa siapa saja yang memaksiati Allah akan masuk
ke dalam neraka, tempat yang panasnya melebihi panas api dunia.
LANGKAH 11
SUKA BERKOMPETISI
Pada fase pertama, anak
memiliki keistimewaan menyukai kompetisi di antara mereka. Kita hendaknya
mengarahkan kompetisi itu dalam perkara yang mulia
“Untuk
yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS.al-Muthaffifîn:26)
Seperti berkompetisi dalam
ketaatan semisal: shalat, puasa dan amalan-amalan sunah lain. Semua itu kita
jadikan ajang kompetisi.
* * *
Contoh Praktis Dan Kisah Yang
Menunjukkan Pentingnya Kompetisi Ketaatan Dalam Membangun Kepribadian Anak
1.
Samuroh Ibn Jundab -radiallahu'anhu-
berkata:
Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam- mengumpulkan remaja-remaja Anshar. Jika beliau menganggap
ada dari mereka yang telah balig, beliau akan mengizinkannya ikut berperang.
Pada suatu tahun aku mengajukan diriku. Turut pula mengajukan diri seorang
remaja lain dari Anshar. Beliau mengizinkan remaja itu dan menolakku. Aku pun
berkata:
“Engkau telah mengizinkan anak yang jika aku
gulati niscaya aku akan mengalahkannya.”
Nabi berkata: “Gulati dia.”[1]
2.
Abdurrahman Ibn Auf -radiallahu'anhu-
berkata:
“Aku tengah berada dalam saf peperangan Badar.
Ketika menoleh ke kanan dan kiriku ada dua orang pemuda. Aku merasa cemas
dengan keberadaan mereka dalam peperangan. Seorang dari mereka berbisik
kepadaku:
“Wahai paman, tunjukkan
kepadaku yang mana Abu Jahal!”
“Wahai putra saudaraku, apa yang akan engkau
lakukan dengannya?” Tanyaku.
“Wahai paman, aku telah berjanji kepada Allah,
jika melihatnya aku akan membunuhnya atau mati karenanya.” Jawab pemuda itu.
Seorang lagi berbisik seperti itu pula.
Masing-masing tidak mau yang lain mengetahuinya. Sehingga tidak ada yang
membuatku senang, selain berada di antara keduanya. Aku pun menunjukkan yang
mana Abu Jahal. Keduanya pun melesat seperti dua ekor elang dan menyerang Abu
Jahal. Kedua pemuda itu adalah putra Afro’.”[2]
* * *
3.
Disebutkan oleh Ibnu Jarir
dalam kitab tarikhnya dari jalan Saif dari Abdullah Ibn Syabramah dari Syaqiq,
dia berkata:
“Kami menyerbu al-Qodisiah tengah hari. Ketika
mundur waktu telah masuk waktu shalat, sedangkan muazin dalam keadaan terluka.
Orang-orang pun ingin menggantikan muazin, hingga hampir-hampir saling
berperang. Saad -radiallahu'anhu- akhirnya melakukan undian di antara
mereka, sehingga terpilih salah seorang dari mereka dan dikumandangkanlah
adzan.[3]
LANGKAH 12
MENJADI DERMAWAN DENGAN LEBIH
MENDAHULUKAN SAUDARANYA KETIMBANG DIRINYA SENDIRI
Anak-anak pada fase pertama
memiliki keistimewaan menyukai kepemilikan. Itu merupakan naluri yang melekat
pada setiap anak manusia. Oleh karena itu kedua orang tua hendaknya mengarahkan
naluriah tersebut dengan menanamkan kebaikan kaum Anshar, yang dipuji Allah
dalam firman-Nya:
“Dan mereka mengutamakan (orang-orang
Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.” (QS.al-Hasyr:9)
Yaitu dengan itsar
(mendahulukan orang lain). Menanamkannya pada diri mereka dengan praktek
langsung maupun tidak langsung, seperti dengan menyampaikan kisah-kisah yang
mendorong untuk melakukan itsar.
* * *
Contoh Praktis Dan Kisah Yang
Menunjukkan Pentingnya Membekali Anak Dengan Itsar Dalam Membangun
Kepribadian
1. "Ketika kaum
Muhajirin tiba di Madinah, Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam- mempersaudarakan
antara Abdurrahman Ibn Auf dengan Sa'ad Ibn ar-Rabi'. Berkatalah Sa'ad kepada
Abdurrahman Ibn Auf:
"Aku adalah orang Anshar yang paling
berharta. Hartaku aku bagi dua denganmu. Aku juga memiliki dua istri, lihat
mana yang engkau sukai dari keduanya dan katakan kepadaku, aku akan
menceraikannya, jika selesai masa iddahnya[4]
nikahilah dia."
Abdurrahman menjawab:
"Semoga Allah memberkahi dirimu, keluarga
dan hartamu[5]
. Di mana pasar kalian?"
Orang-orang menunjuk pasar Bani Qoinuqo. Tidak
berselang waktu, Abdurrahman sudah memiliki kelebihan sandang dan
makanan."[6]
Dikeluarkan oleh al-Bukhari
dari Abu Hurairah -radiallahu'anhu-, dia berkata:
“Orang-orang Anshar berkata kepada Nabi -shalallahu
alaihi wasallam-:
‘Bagikanlah pohon-pohon kurma kami kepada
saudara-saudara kami Muhajirin!’
Nabi berkata: “Cukup bagi kami pengayoman dari
hasil buahnya?”
Para Anshar berkata: “Kami dengar dan kami
taati.”[7]
Contoh Praktis
Putra anda memiliki uang di
tabungannya. Pada suatu hari ajaklah dia bersama anda mengunjungi lembaga
sosial yang memberikan bantuan dan pertolongan kepada orang fakir dan
terlantar. Berinfaklah anda di hadapannya. Diperjalanan sekembalinya dari sana,
ceritakan mengenai penderitaan anak-anak yang seumur dengannya, kemudian
usulkan bagaimana jika besok dia sendiri yang berinfak walau sedikit. Anda akan
dapatkan dia begitu peduli tanpa ragu. Hal itu karena dia melihat praktek nyata
di hadapannya.
* * *
LANGKAH 13
PERHATIKAN PAKAIAN ANAK ANDA
Pakaian penting dalam
membentuk kepribadian anak. Sudah seharusnya kita memperhatikannya agar sesuai
dengan standar syariat yang sudah jelas tanpa berlebih-lebihan maupun
menyepelekannya. Karena itulah para Salafussoleh begitu perhatian dalam hal ini
dan tidak melalaikannya.
* * *
Contoh Praktis Dan Kisah Yang
Menunjukkan Pentingnya Pakaian
Dalam Pembentukan Kepribadian Anak
Dalam Pembentukan Kepribadian Anak
1.
Imam Malik berkata:
“Aku berkata kepada Ibuku: ‘Aku akan pergi untuk
mencatat ilmu?”
“Kemari, pakailah pakaian penuntut ilmu!” Beliau
pun memakaikanku pakaian musyammar[8]
dan memakaikan kopiah dengan serban di atasnya, kemudian berkata:
‘Sekarang pergilah!’ Dan berkata: ‘Pergilah
kepada Robi’! Pelajarilah adabnya (akhlaknya) sebelum mempelajari ilmunya.”[9]
* * *
2.
Muhammad Ibn Auf berkata:
“Aku bermain bola. Bola masuk ke tempat al-Muafa
Ibn Imran al-Hamsha. Aku pun masuk ke tempat al-Muafa untuk mengambilnya. Imran
bertanya:
“Putra siapakah engkau?”
“Putra Auf Ibn Sofyan.” Jawabku.
“Sesungguhnya ayahmu itu adalah saudara kami,
yang menulis Hadits dan ilmu. Ia mirip denganmu. Ikutilah apa yang dahulu
ayahmu lakukan!...”
Aku pun pulang mendatangi ibuku dan aku
sampaikan apa yang baru saja terjadi. Ibu berkata:
“Benar, dia adalah sahabat ayahmu.” Ibu pun
memakaikanku kemeja dan sarung. Kemudian aku mendatangi al-Muafa untuk belajar
dengan membawa tempat tinta dan kertas.”[10]
* * *
LANGKAH 14
TERAPILAH EMOSI ANAK
Pada fase pertama, anak
memiliki keistimewaan emosional baik pada perkara penting maupun sepele. Di
antara perkara penting yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1.
Takut.
Di antara kesalahan fatal yang
dilakukan oleh kebanyakan orang tua adalah menakut-nakuti anak dengan kegelapan
atau pencuri misalnya. Ini adalah perkara yang salah. Tidak seharusnya
ditakut-takuti seperti itu, karena akan berdampak buruk. Hal itu akan
menyebabkan gangguan kejiwaan, mengompol, depresi dan kelabilan. Justru
semestinya menciptakan suasana aman ketika bersama kita dan mengaitkan perasaan
takut hanya kepada Allah saja.
* * *
2.
Marah
Terkadang anak marah kepada
ayah dan ibunya. Di antara bentuk ekspresi dari kemarahan itu bisa dengan tidak
mau makan. Pemicunya bisa jadi hinaan dan kritik. Kemarahan seperti ini tidak
termasuk kedurhakaan, karena pada fase ini mereka belum mumayiz[11].
Jika putra dan putri anda marah, tinggalkan dia dan jangan ditanggapi.
Merupakan kesalahan besar memenuhi segala keinginannya hanya karena
kemarahannya. Yang semestinya adalah menjelaskan kepadanya mengenai
kesalahannya dengan cara yang sederhana ketika dia sudah mulai tenang.
Kita juga mesti mendidik anak
kita jika kita marah. Kita akan marah jika berhubungan dengan hak-hak Allah.
Raut wajah akan berubah jika melihat kemungkaran yang tidak bisa diubah baik
dengan lisan ataupun tangan.
Contoh Praktis Dan Kisah Dalam
Hal Ini
1. Abdulaziz Ibn Marwan
mengutus putranya, Umar ke Madinah untuk belajar adab. Ia menugaskan
pengajarannya kepada Solah Ibn Kaisan dengan kesepakatan harus melaksanakan
shalat. Suatu hari Umar terlambat shalat, sehingga ditanya oleh Solah:
“Apa yang membuatmu terlambat?”
“Tukang sisirku menyisiriku.” Jawabnya.
“Hanya menyisir rambut sampai mengganggu
shalatmu?” Ungkap Solah kesal. Solah pun menulis surat kepada ayahnya. Sehingga
ayahnya mengirim utusan dan tidak berbicara sampai menggunduli rambut Umar
putra khalifah.[12]
* * *
3.
Kecemburuan
Cemburu merupakan salah satu
sifat yang melekat dalam jiwa. Ada anak berkata: “Ayah lebih sayang kepada adik
bungsuku...” Itu merupakan gambaran kecemburuan.
Kedua orang tua mestilah
memperhatikan sisi ini dengan perhatian yang besar, dengan cara memberikan
setiap anak hak-haknya tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain. Agar tidak
lahir permusuhan dan kedengkian di antara mereka.
LANGKAH 15
DIDIK AGAR MEMILIKI
KECEMBURUAN TERHADAP AGAMA
Sudah semestinya para orang
tua mendidik putra-putrinya agar memiliki kecemburuan terhadap agama ini, dan
itu adalah metode yang dilakukan oleh generasi salaf[13]
umat ini dahulu.
Langkah-langkah praktis
menghidupkan kecemburuan terhadap agama pada jiwa putra-putri kita:
1.
Menceritakan kisah-kisah dan
permisalan-permisalan anak-anak kecil di masa Sahabat dan Tabi’in akan betapa
besarnya kecemburuan mereka terhadap agama ini.
2.
Biarkan mereka menyaksikan apa
yang dilakukan musuh-musuh agama ini terhadap anak-anak seusia mereka dari
anak-anak kaum muslimin; seperti yang terjadi pada anak-anak di Palestina.
3.
Menyemangati dan memotivasi
dengan pemberian hadiah.
* * *
Contoh Praktis Dan Kisah Yang
Menunjukkan Pentingnya Menanamkan Kecemburuan Terhadap Agama Dalam Jiwa Anak
1.
Abdurrahman Ibn Auf -radiallahu'anhu-
berkata:
Ketika berada dalam saf pada
peperangan Badar, aku mendapatkan di kanan dan kiriku dua orang pemuda belia
dari kalangan Anshar. Aku berharap berada dekat dengan keduanya. Salah seorang
memberi isyarat kepadaku dan berkata:
“Wahai paman, tahukah engkau yang mana Abu
Jahal?”
“Apa yang ingin engkau lakukan dengan Abu Jahal
wahai putra saudaraku?” Tanya Abdurrahman.
“Aku dengar dia mencerca Rasulullah. Demi Allah
yang jiwaku di tangan-Nya, jika aku melihatnya tidak akan aku biarkan dia lepas
dari dariku hingga terbunuh.” Jawab pemuda itu.[14]
Point dari cerita di atas:
“Aku mendengar dia mencerca
Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-.”
* * *
2.
Anak-Anak
Bahrain
Diriwayatkan bahwa anak-anak
Bahrain bermain kasti. Seorang kepala uskup duduk menyaksikan. Ketika bola
terjatuh mengenai dadanya, si uskup mengambilnya. Anak-anak meminta agar bola
dikembalikan kepada mereka, tetapi sang uskup menolak. Salah seorang anak
berkata:
“Aku memintamu mengembalikannya demi Zat yang
telah mengutus Muhammad sebagai Rasul.”
Sang kepala uskup tetap
menolak, bahkan mulai mencemooh Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-.
Anak-anak itu pun naik pitam dan menyatroni sang kepada uskup dengan stik
mereka dan memukulinya hingga tewas.
Kejadian itu disampaikan
kepada Umar Ibn al-Khatthab -radiallahu'anhu-. Sungguh Umar tidak pernah
segembira mendengar penaklukan atau mendapatkan hasil rampasan perang seperti
kegembiraannya ketika mendengar apa yang dilakukan anak-anak Islam itu dan
berkata:
“Sekarang Islam telah mulia. Anak-anak kecil
Islam ketika Nabinya dilecehkan murka dan membelanya.”[15]
* * *
LANGKAH 16
KECENDERUNGAN UNTUK MEMILIKI
KETERAMPILAN
Pada fase pertama, anak
memiliki karakteristik kecenderungan menguasai keterampilan. Hendaknya kita
memanfaatkan kesiapan itu untuk menumbuhkan beberapa keterampilan seperti
keterampilan berpidato, menulis atau keterampilan-keterampilan lain yang
bermanfaat bagi kemajuan umat. Tidak mengapa jika orang tua mengkhususkan waktu
walau sehari seminggu untuk mengadakan suatu acara yang dapat meransum dan
memotivasi keterampilan itu. Memberikan hadiah agar anak lebih merespons acara
atau program itu.
* * *
LANGKAH 17
MEMPERKAYA PERKEMBANGAN BAHASA
DENGAN CEPAT
Anak menikmati masa awal hidup
mereka dengan menyerap secara cepat kosakata bahasa yang diucapkan orang
tuanya. Karenanya kedua orang tua harus bersemangat untuk memperkaya
putra-putri mereka dalam sisi ini. Baik dalam pembicaraan di antara mereka atau
ketika bercerita tentang kisah-kisah Islami yang dikisahkan dengan bahasa
formal sehingga dapat menambah perbendaharaan bahasa mereka. Tidaklah lenyap
bahasa Arab melainkan ketika kita melalaikannya.
Pengetahuan anak akan bahasa
Arab membantu mereka dalam memahami makna kitab dan sunah. Oleh karena itu kita
harus konsentrasi pada sisi ini dengan perhatian yang besar.
* * *
LANGKAH 18
PENEMU KECIL
Anak-anak pada fase pertama
suka membongkar pasang barang. Itu menyerupai perangai seorang penemu dalam
membongkar dan merangkainya kembali. Hal itu jangan membuat kita menjadi emosi
jika mereka membongkar atau merusak sesuatu. Hal itu terjadi karena kita tidak
memberi mereka alternatif yang sesuai. Semestinya kita mengarahkan
karakteristik tersebut dengan menanamkan kepada mereka hal-hal penting, seperti
keterkaitan kepada rumah Allah. Membongkar pasang dapat membuka wawasan nalar
dan akal mereka dan menjadikan mereka bersandar pada diri sendiri sewaktu
membongkar sesuatu dan memasangnya kembali.
Contoh Praktis Pentingnya Hal
Itu Dalam Membangun Kepribadian Anak
Belilah mainan berbentuk
masjid. Minta anak untuk menyusunnya. Hal itu akan menanamkan kecintaan kepada
rumah Allah dalam jiwa mereka, karena secara naluriah anak-anak mencintai
mainan mereka. Itu terjadi dengan cara tidak langsung. Demikian halnya dengan permainan seperti
menyusun gambar, teka-teki atau puzzle.
* * *
LANGKAH 19
DICINTAI, DITERIMA DAN
DIHARGAI
Anak-anak butuh dicintai,
diterima oleh kedua orang tua dan guru mereka. Sudah semestinya ia merasakan
bahwa dirinya adalah sumber kebahagiaan, pujian, kebanggaan ibu, ayah, keluarga
dan pengajarnya. Jika bicara, yang lain diam mendengar pembicaraannya dan
memberinya kesempatan luas. Dengan demikian ia akan merasa diterima, dihargai
dan terlihat kecintaan kedua orang tuanya padanya.
* * *
Contoh Dan Kisah Yang
Menunjukkan Pentingnya Cinta, Penerimaan Dan Penghargaan
1.
Dari Usamah Ibn Zaid -radiallahu'anhu-,
dari Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bahwa Nabi
membawanya beserta Hasan dan berkata:
((اللهم إني أحبُّهما فأحبّهما))
“Ya Allah, aku mencintai
keduanya, maka cintailah keduanya.”
Atau sebagaimana yang
dikatakan Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-.[16]
* * *
2.
Ibnu Juraij berkata dari Atma:
“Seorang lelaki berbicara kepadaku dan aku diam
mendengarkan seolah belum pernah mendengarnya. Padahal aku telah mendengarnya
sebelum dia dilahirkan.[17]
Ini pada orang dewasa. Lalu
bagaimana dengan anak-anak, tentu lebih lagi.
3.
Aisyah
-radiallahu'anha- bercerita tentang Fathimah, putri Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam-:
“Jika Fathimah datang kepada Nabi -shalallahu
alaihi wasallam-, Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- menyambut
dan menciumnya. Demikian pula yang dilakukan Fathimah kepada Nabi -shalallahu
alaihi wasallam-.[18]
Aisyah -radiallahu'anha-
berkata:
“Kami, istri-istri Nabi -shalallahu alaihi
wasallam- berkumpul bersama beliau dan tidak ada seorang pun yang tidak
hadir. Kemudian Fathimah datang. Cara berjalannya seperti Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam-. Ketika Rasulullah melihatnya beliau menyambutnya dan
berkata: “Selamat datang putriku.” Kemudian mendudukkannya di sampingnya.[19]
LANGKAH 20
MENYUGESTI KEBERHASILAN ANAK
Setiap ayah dan ibu haruslah
memiliki target. Targetnya adalah keberhasilan putra-putrinya dalam kehidupan
ini. Puncak keberhasilan dari keberadaan mereka adalah terealisasinya
penghambaan kepada Allah, Tuhan semesta alam sesuai dengan al-Quran dan sunah.
Tentu itu bukan berarti melalaikan keberhasilan mereka dalam perkara duniawi
قال الله تعالى: {رَبَّنَآ
ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ}
(البقرة : 201)
"Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka". (QS. Al-Baqarah:201)
Islam pertengahan dalam
kebutuhan ruh dan jasad. Tidak ada kerahiban (kependetaan) mutlak tidak
pula materialistik murni. Pertengahan dalam memenuhi ransum ruh dan jasad bagi
manusia. Anak-anak butuh motivasi keberhasilan hingga sampai kepada tujuannya.
Memang terkadang terdapat
beberapa kendala, seperti perbedaan kemampuan dan karakteristik setiap anak.
Ayah dan ibu hendaknya memperhatikan keadaan ini sehingga nantinya tidak
membebani anak-anak dengan sesuatu di luar kemampuan mereka.
Tidak boleh sama sekali
membebani anak dengan pekerjaan sulit melebihi kemampuannya yang akan
membuatnya gagal. Karena akibatnya ia akan merasa tidak mampu, kecewa, lemah
dan menahan diri untuk melanjutkan aktivitasnya, bahkan menghindarinya.
â Sekaligus
untuk tidak memberi kesempatan mereka mendapatkan maklumat salah yang mereka
serap dari sumber yang keliru seperti tv dan sebagainaya.
[4]
Iddah adalah masa
tunggu seorang wanita setelah cerai dari suaminya. Pada masa itu sang wanita
tidak boleh dipinang atau menikah. Waktunya tiga kali masa haidh atau suci dari
haidh.
[8]
Pakaian musyammar
maksudnya pakaian yang dipakai oleh orang yang akan melakukan pekerjaan serius,
lengan tergulung dan tidak menjuntai kelantai.
[13]
Salaf secara harfiah
artinya terdahulu. Maksudnya adalah tiga generasi pertama Islam; generasi sahabat
Nabi, Tabi’in dan Tabi’ut tabi’in -pent.
Post a Comment