Lanjutan 30 Langkah Cara Mendidik Anak
LANGKAH 21
INTILAQ (MEMULAI)
Semestinya setiap ayah dan ibu
memberi kebebasan anak untuk bergerak. Mereka butuh berjalan, berlari,
berbicara, memanjat, melompat dan itu adalah tabiat anak-anak yang normal. Yang
saya maksud banyak bergerak. Merupakan kesalahan mengekang tabiat tersebut. Ini
penting sekali dari sisi kesehatan, karena bergerak bermanfaat bagi pertumbuhan
fisik, naluri dan memicu kecerdasannya.
* * *
LANGKAH 22
PERSIAPKAN UNTUK MEREKA
TEMAN-TEMAN YANG SALEH
Manusia secara tabiat naluriah
suka bersosialisasi dan butuh kepada orang lain yang mempergauli, berbicara
dengannya, menyertai kegelisahan, kesedihan dan kegembiraannya. Teman memiliki
pengaruh yang amat besar dalam pembentukan kepribadian anak. Orang dahulu
mengatakan:
"Katakan kepadaku siapa
temanmu akan aku katakan siapa engkau."
Dalam sebuah syair:
Jangan bertanya kepada
seseorang tentang dirinya tetapi tanyalah
setiap temannya, dengan
temannya kamu akan mengetahuinya
Sudah seharusnya para ayah dan
ibu membenamkan putra putri mereka dalam lingkungan yang saleh, agar dapat
menyerap kebaikan dan tumbuh di atasnya. Teman memiliki pengaruh yang
menakjubkan dalam mempengaruhi perangai dan memotivasi temannya. Sehingga amat
penting bagi anak kita memiliki teman yang berakhlak dan beragama. Tidaklah
cukup pengetahuan kita akan bapaknya menjadikan kita tenang bahwa anak kita
telah memiliki teman yang sesuai. Sebagaimana pula wajib ditanamkan bahwa
pertemanan itu hendaknya terikat dengan ikatan syariat.
* * *
Contoh Realisasi Dan
Kisah-Kisah Yang Menunjukkan Pentingnya Teman Yang Saleh
1.
Dari Abu Musa al-Atsari –radiallahu'anhu- dari Rasulullah -salallahu alaihi wasallam-, beliau
bersabda:
((إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ
كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ
يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا
طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ
تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً))
"Sesungguhnya
permisalan teman duduk yang saleh dan yang jelek adalah seperti penjual minyak
wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi boleh jadi memberimu minyak,
menjualnya kepadamu atau engkau dapati bau wanginya. Sedangkan pandai besi
boleh jadi membakar bajumu atau engkau dapati bau tak sedap darinya."[1]
2.
Nabi -shalallahu alaihi
wasallam- mempersaudarakan Salman dengan Abu Darda -radiallahu'anhu-.
Suatu kali Salman mengunjungi Abu Darda dan
didapatinya Umu Darda dalam keadaan murung.
"Ada apa denganmu?" Tanya Salman.
"Saudaramu, Abu Darda sudah tidak berhajat
dengan dunia..." Jawab Umu Darda.
Abu Darda pun muncul. Salman dibuatkan makanan.
Abu Darda berkata:
"Makanlah! Adapun aku, aku sedang puasa."
"Aku tidak mau makan hingga engkau mau
makan bersamaku." Jawab Salman.
Abu Darda akhirnya ikut makan.
Ketika datang malam, Abu Darda bangun dari
tidurnya hendak melakukan shalat malam. Salman berkata kepadanya:
"Tidurlah!"
Abu Darda pun tidur lagi.
Tidak lama kemudian Abu Darda bangun lagi hendak
melakukan shalat malam.
"Tidurlah!" Perintah Salman lagi.
Ketika masuk akhir malam Salman berkata:
"Bangun dan salatlah sekarang..!"
Keduanya pun shalat.
Salman berkata kepada Abu Darda:
"Sesungguhnya Tuhanmu memiliki hak atas
dirimu, tubuhmu juga memiliki hak atas dirimu dan keluargamu pun memiliki hak
atas dirimu. Berikanlah setiap pemilik hak akan hak-haknya.’
Ketika Nabi -shalallahu alaihi wasallam-
datang dan diceritakan kepadanya, beliau bersabda:
"Salman benar."[2]
3.
As-Syafi'i -rahimahullah-
berkata:
"Tersesatnya orang berilmu dikarenakan
tidak memiliki teman, tersesatnya orang bodoh karena kepicikan akalnya, dan
yang paling sesat adalah mereka yang berteman dengan orang yang tidak ada
akalnya.[3]
4.
As-Sho’lûki berkata:
"Jika rida makhluk keterbatasannya tidak
dapat diketahui, maka rida Allah keluasannya tidak ada batasnya. Kita
membutuhkan 10 teman untuk 10 waktu."[4]
LANGKAH 23
JADIKAN ANAK MANDIRI
Hendaknya para orang tua
membiasakan putra-putrinya mandiri dalam urusan-urusan pribadi mereka dengan
cara mereka sendiri. Merupakan kesalahan melayani segala keperluan anak yang
mampu mereka lakukan sendiri tanpa perlu batuan orang tua. Karena akan
berdampak pada:
1.
Ketergantungan kepada orang
tua dalam memenuhi segala kebutuhannya.
2.
Menghidupkan dalam diri anak
kemalasan dan suka menyuruh. Setiap yang mereka butuhkan senantiasa datang
kepada mereka tanpa kesulitan dan penat.
3.
Berbenturan dengan kenyataan.
Karena pada kenyataannya tidaklah segala yang diinginkan bisa didapat tanpa
upaya untuk mendapatkannya.
* * *
Contoh praktis dan Kisah-Kisah
Pentingnya Kemandirian Dalam Membangun Karakter Anak
1.
Sofiah, Ibu az-Zubair Ibn
al-Awwam pernah memukul az-Zubair dengan keras. Az-Zubair adalah anak yatim
(ayahnya sudah meninggal). Maka ada yang berkata kepada ibunya:
"Engkau membunuhnya, engkau
membinasakannya!"
Sofiah membaca bait syair:
Sesungguhnya aku memukulnya agar kuat
Dan menjadi memimpin tentara yang besar
(pemberani)[5]
Pelajaran yang dapat dipetik
dari kisah:
Ibu az-Zubair, Sofiah sangat
perhatian akan pengasuhan putranya agar menjadi anak mandiri dan pemberani.
2.
Kisah yang sebelumnya kami
ceritakan antara Abdurrahman Ibn Auf dan Sa'ad Ibn Ubadah yang menyebutkan:
"Ketika kaum Muhajirin tiba di Madinah,
Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-
mempersaudarakan antara Abdurrahman Ibn Auf dengan Sa'ad Ibn ar-Rabi'.
Sa'ad berkata kepada Abdurrahman Ibn Auf:
"Aku adalah orang Anshar yang paling
berharta. Hartaku aku bagi dua denganmu. Aku juga memiliki dua istri, lihat
mana yang engkau sukai dari keduanya dan katakan kepadaku, aku akan
menceraikannya. Jika selesai masa iddahnya[6]
nikahilah dia."
Abdurrahman menjawab:
"Semoga Allah memberkahi dirimu, keluarga
dan hartamu. Di mana pasar kalian?"
Orang-orang pun menunjuk pasar Bani Qoinuqo.
Tidak berselang waktu, Abdurrahman sudah
memiliki kelebihan sandang dan makanan."
(Al-Bukhari no.3780 dan Fathul Bâri 7/486)
Pelajaran dari kisah:
“Abdurrahman Ibn Auf mandiri
dalam mencari nafkah dan mencari rezeki sehingga mendapatkan apa yang
diinginkannya.”
* * *
LANGKAH 24
MENJADIKANNYA DAI KECIL
Sugestikan pada diri anak
jalan dakwah kepada Allah -azzawajalla-. Agar anak kita menjadi dai
kecil yang akan memancarkan cahaya dan penerangan. Kenapa tidak, banyak contoh
dalam terbitnya fajar Islam kisah anak-anak kecil yang memiliki kontribusi
cemerlang dalam berdakwah kepada Allah.
Berikut fajar cemerlang itu:
Contoh Praktis Dan Permisalan
Dai Kecil
Ketika kaum Anshar tiba di
Madinah setelah hijrahnya Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- dan Islam bangkit di sana. Sisa-sisa pelaku
kesyirikan masih ada di Madinah, di antaranya Amr Ibn al-Jamûh. Adapun
putranya, Mua'dz merupakan salah seorang yang turut dalam bait 'aqobah[7]
dan membaiat Rasulullah.
Amr Ibn al-Jamûh adalah tokoh
dari Bani Salamah dan termasuk pembesar mereka. Di rumahnya ada berhala dari
kayu yang disebut dengan Manah, sebagaimana yang juga dilakukan para
pembesar-pembesar lainnya. Berhala itu mereka jadikan sebagai tuhan dan
disucikan.
Ketika beberapa pemuda dari
Bani Salamah memeluk Islam; seperti Mu'âdz Ibn Jabal, Mu'âdz putra Amr Ibn
Jamûh beserta beberapa pemuda lain yang turut dalam bait 'Aqobah, tatkala malam
tiba mereka mengambil berhala milik Amr dan memindahkannya ke parit Bani
Salamah, tempat orang-orang membuang hajat yang penuh dengan tinja, dengan
membenamkan wajah berhala itu.
Ketika pagi hari Amr terkejut
dan berkata:
"Celaka! Siapa yang telah menculik tuhan
kita tadi malam!?"
Dia pun mencari-cari
berhalanya. Ketika didapatkannya, dicucinya berhala itu dan diberinya
wangi-wangian seraya berkata:
"Demi Allah. Seandainya aku tahu siapa yang
telah melakukannya kepadamu akan aku ganjar dia atas perbuatannya."
Ketika
hari gelap dan Amr telah tertidur, pemuda-pemuda itu melakukan lagi hal serupa
seperti yang mereka lakukan sebelumnya terhadap berhala milik Amr.
Hal
itu terjadi berulang-ulang, hingga suatu kali diambilnya lagi berhalanya dari
tempat pembuangan, dimandikan dan diberi wewangian. Kemudian diambilnya pedang
miliknya dan digantungkan pada berhala itu seraya berkata:
"Demi Allah, sungguh aku tidak tahu siapa
yang telah memperlakukanmu sedemikian seperti yang kau tahu. Jika pada dirimu
ada kebaikan, maka belalah dirimu
sendiri, ini aku sertakan pedang bersamamu.”
Ketika
malam dan Amr telah tertidur, anak-anak muda itu kembali beraksi, mengambil
pedang yang tergantung di leher berhala, mengikat berhala dengan tali bersama
bangkai anjing dan melemparkannya ke parit Bani Salamah yang berisi tinja
manusia.
Pagi
harinya Amr Ibn al-Jamûh kembali tidak mendapati berhalanya pada tempatnya. Dia
pun kembali mencari hingga mendapatinya tersungkur di parit terikat bersama
bangkai anjing. Melihat hal itu dan menyadari akan kebodohannya serta
berdiskusi dengan kaum muslimin dari kaumnya, dia pun akhirnya memeluk Islam,
mengikrarkan keislamannya dan bersungguh-sungguh dalam keislamannya.[8]
* * *
LANGKAH 25
KENALKAN ANAK DENGAN MUSLIHAT
MUSUH-MUSUH AGAMA INI
Penting mengenalkan
putra-putri kita apa yang menjadi muslihat musuh-musuh agama ini yang sesuai dengan
daya nalarnya. Hal ini memiliki berbagai manfaat, di antaranya:
1.
Agar dia mengetahui keburukan,
sehingga dapat menghindari dan menjauh darinya.
2.
Menghidupkan loyalitas pada
diri anak, dengan mengenalkan mereka bahwa motivasi muslihat musuh adalah kedengkian
terhadap Islam.
3.
Menambah kecintaan terhadap
agama.
* * *
LANGKAH 26
PUTUS ASA ADALAH JALAN
KEGAGALAN
Kepada para ayah dan ibu
janganlah mengenalkan jalan keputusasaan di hati anak-anak. Karena orang tua
memikul amanah yang besar, hendaknya bersabar dan berjalan ke depan dalam
mendidik putra-putrinya pendidikan Islami yang benar, yang menuntun mereka untuk mengamalkan
agama ini dan merealisasikan cita-cita dari keberadaan mereka yaitu mengibadahi
Allah semata tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu.
Hidup senantiasa diselimuti
banyak kendala dan kekurangan. Ketenangan abadi hanyalah di negeri yang kekal
akhirat. Adapun dunia, ia adalah negeri amal dan cobaan. Kita hanyalah
melintasinya untuk menuju negeri akhirat yang merupakan negeri perhitungan dan
balasan. Oleh sebabnya kenapa kita harus berputus asa?!
Contoh Praktis Dan Kisah Yang
Menunjukkan Ketidakputusasaan
1.
Aisyah -radiallahu'anha-
bertanya kepada Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- :
"Adakah hari yang lebih
sulit yang engkau lalui dari hari perang
Uhud?"
Nabi menjawab:
"Aku telah mengalami segala perlakuan yang
dilakukan oleh kaummu terhadapku. Yang paling berat dari yang aku alami adalah
peristiwa Aqobah. Aku telah menyampaikan keadaanku kepada Ibnu Abduyâlail Ibn
Abdul Kilab, tetapi dia tidak menggubris apa yang menjadi keinginanku. Aku pun
pergi dengan kesedihan di wajahku. Ketika tersadar aku telah berada di Qorn
ats-Tsa'âlib. Ketika kuangkat kepalaku, ternyata awan telah menaungiku. Ketika
aku tatap ternyata ada malaikat Jibril, yang kemudian menyapaku, dan berkata:
"Allah telah mendengar perkataan kaummu
kepadamu serta sikap mereka. Malaikat gunung telah diutus kepadamu supaya
engkau perintah sekehendakmu.”
Malaikat gunung menyapa dan
memberi salam kepadaku, lalu berkata:
"Wahai Muhammad, sekarang terserah padamu.
Jika engkau berkehendak aku akan timpakan kepada mereka dua gunung ini."
Nabi -shalallahu alaihi
wasalam- menjawab:
"(Tidak), bahkan aku berharap akan keluar
dari keturunan mereka orang-orang yang akan menyembah Allah semata dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun."[9]
* * *
LANGKAH 27
HENDAKNYA BERSABAR
Kata sabar di dalam al-Quran
disebut lebih dari 70 kali. Ini menunjukkan betapa penting dan besarnya
kesabaran. Cita-cita dan harapan tidak akan tercapai tanpa kesabaran menapaki
kesulitan dan beratnya beban mendidik. Ia merupakan jalan panjang yang dipenuhi
kesulitan dan kepenatan. Para orang tua hendaknya menyadari bahwa tanggung
jawab ini berat, tidak sekadar menyediakan makan dan minum saja, lebih dari
itu. Hendaknya menghiasi diri dengan kesabaran, mengenakannya dan menjadikannya
moto dalam mendidik. Orang tua mendapat pahala manakala disertai dengan niat
yang saleh.
* * *
Contoh Praktis Dan Kisah Yang
Menunjukkan Pentingnya Kesabaran
Urwah Ibn az-Zubair dan
putranya, Muhammad mendatangi Walid Ibn Abdul Malik. Muhammad putra Urwah
adalah anak yang amat tampan wajahnya. Suatu hari dia datang kepada al-Walid
mengenakan pakaian bordir bermotif warna dengan rambut dikepang dua sambil
menepuk tangannya. Walid berkata:
"Beginilah semestinya
pemuda Quraisy!” dia pun terkena ain[10].
Ketika keluar dia menjadi linglung, terjatuh pingsan di penambatan kuda dan
terinjak-injak kuda hingga tewas. Sementara ayahnya, Urwah terjangkit kusta di
kakinya. Para tabib didatangkan. Mereka berkata: “Jika tidak dipotong, kustanya
akan menggerogoti bagian tubuh yang lain dan akan membinasakannya.” Akhirnya
diputuskan memotong kakinya. Pemotongan dilakukan dengan gergaji. Ketika gergaji diletakkan di kakinya dia meletakkan
kepalanya ke bantal. Selang satu jam dia pun pingsan. Ketika sadar, keringat
bercucuran di wajahnya, dan dia terus mengucap tahlil dan takbir. Seusai
pemotongan Urwah mengambil potongan kakinya, membolak-baliknya dengan tangannya
seraya berkata:
"Sungguh yang membuatku lega dan engkau
mengetahuinya, bahwa aku tidak pernah membawamu ke tempat haram dan maksiat,
tidak pula pada apa yang tidak diridai Allah."
Kemudian dia memerintahkan
memandikan, meminyaki, mengafani potongan itu dengan beludru dan dikuburkan di
pekuburan muslimin. Ketika tiba di Madinah dan berada bersama al-Walid, karib
kerabat dan para sahabatnya menyambutnya dan berbela sungkawa terhadapnya.
Namun dia berkata:
"...Sesungguhnya kita
telah merasa letih karena perjalanan kita ini". (QS. Al-Kahfi:62)
Tidak lebih dari itu.
Ibnul Qoyyim -rahimahullah-
berkata:
"Ketika kakinya akan
dipotong orang-orang berkata: ‘Jika boleh, kami akan memberimu suatu minuman
agar tidak berasa sakit!"
Namun Urwah berkata:
"Sesungguhnya aku diuji untuk melihat kesabaranku. Apakah kemudian aku
akan berpaling darinya."[11]
* * *
LANGKAH 28
BERKONSULTASI (BERMUSYAWARAH)
Berkonsultasi amatlah penting
dalam pendidikan anak. Ia merupakan tahapan pendidikan terpenting dan salah
satu fondasi pokok. Yang demikian karena ia memiliki banyak manfaat dan hasil
yang paripurna bagi yang mempraktekkan dan memperhatikannya. Ia menjauhkan kita
dari problematika yang sebetulnya solusi dari problematika tersebut kita
miliki. Oleh karena itu, kita hendaknya berkonsultasi kepada spesialis dalam
perkara ini dari para alim ulama yang
terpercaya agama dan amalnya.
Al-Hasan al-Bashri -rahimahullah-
berkata:
"Demi Allah, tidaklah
suatu kaum bermusyawarah, melainkan diberi petunjuk kepada yang lebih baik dari
keadaan mereka semula." Kemudian dia membaca:
"...Sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka..." (QS.Syuro:38)[12]
* * *
Contoh Praktis Dan Kisah Yang
Menunjukkan Pentingnya Musyawarah
1.
Dahulu kaum Anshar sebelum
datangnya Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- jika hendak melakukan
suatu urusan mereka bermusyawarah, baru kemudian dilaksanakan. Sehingga Allah
memuji mereka dan Rasulullah memerintahkan mereka melakukannya.[13]
2.
Nabi -shalallahu alaihi
wasallam- berkonsultasi kepada para sahabatnya mengenai perseteruan dengan
musyrikin Quraisy. Abu Bakar -radiallahu'anhu- berdiri dan berkata dengan perkataan yang
terbaik. Berdiri pula Umar Ibn al-Khatthab -radiallahu'anhu- dan berkata dengan perkataan yang baik.
Al-Miqdad Ibn Amr pun berdiri pula dan berkata:
"Wahai Rasulullah, titahkan apa yang hendak
engkau perintahkan sebagaimana yang Allah perlihatkan kepadamu. Kami bersamamu.
Demi Allah, kami tidak akan mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Bani Israel kepada Musa:
“...Pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan
berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (al-Maidah: 24)
Akan tetapi pergilah engkau bersama dengan
Tuhanmu dan berperanglah, sesungguhnya kami bersamamu turut berperang. Demi Zat
yang telah mengutusmu dengan kebenaran, jika engkau berjalan membawa kami ke tempat
yang jauh, niscaya kami akan menetapinya hingga engkau mencapainya. Rasulullah
-shalallahu alaihi wasallam- mengatakan kebaikan dan mendoakannya,
kemudian berkata:
((أشيروا عليّ أيها الناس))
“Berilah saran kepadaku wahai manusia!”
Yang beliau maksud adalah kaum Anshar. Yang
demikian karena Anshar mayoritas, dan ketika Baiat Aqobah telah berikrar:
“Wahai Rasulullah, kami berlepas diri dari
celaanmu hingga engkau sampai ke tempat kami. Jika engkau tiba di tempat kami,
engkau dalam perlindungan kami. Kami akan membelamu sebagaimana kami membela
anak-anak dan istri-istri kami.”
Mendengar Rasulullah -shalallahu alaihi
wasallam- berujar demikian, Saad Ibn Mu’adz, salah seorang tokoh Anshar
berkata:
“Demi Allah, engkau
memaksudkan kami wahai Rasulullah?”
“Ya.” Jawab Rasulullah.
“Sungguh kami telah beriman
dan mempercayaimu wahai Rasulullah.”[14]
LANGKAH 29
ISTIKHARAH (Meminta Petunjuk
Kepada Allah)
Ia merupakan petunjuk nubuat
yang diajarkan Rasulullah kepada kita. Sebagaimana yang dikatakan oleh Jabir
Ibn Abdullah -radiallahu'anhuma-:
"Rasulullah mengajarkan
kami istikharah dalam setiap perkara sebagaimana mengajarkan kami surat
dari surat-surat al-Quran dan bersabda:
"Jika salah seorang dari
kalian ragu dalam suatu perkara, hendaknya melakukan shalat dua rakaat sunah,
lalu mengucapkan :
((اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ
بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ
الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ
أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا
الأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي - أَوْ قَالَ
عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ - فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي
فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا
الأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي - أَوْ قَالَ فِي
عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ - فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ
أَرْضِنِي))
[Allahumma inni astakhiruka bi
ilmika, wa astaqdiruka bi qudrotika, wa as aluka min fadhlikal adzhim, fa
innaka taqdiru walaa aqdir, wa ta'lamu walaa a'alam, wa anta 'allamul ghuyuub.
Allahumma in kunta ta'lamu anna hadzal amro khairun lii fii diinii wa ma'aasyi
wa 'aaqibatu amrii –'aajili amrii wa aajilihi- faqdurhu lii, wa yassirhu li
tsumma baarik lii fiihi, wa in kunta ta'lamu anna hadzal amro syarrun lii fii
diini wa ma'aasyi wa 'aaqibatu amri –'aajili amrii wa aajilihi- fashrifhu 'anni
washrifnii 'anhu, waqdir lialkhairo haitsu kaana tsumma ardhinii bihi. <Lalu
menyebutkan hajatnya> ][15]
Tidak akan menyesal siapa pun
yang beristikharah (meminta petunjuk) kepada Sang Pencipta dan
bermusyawarah kepada kaum mukminin serta mempelajari permasalahannya. Allah -subhânahu
wata'âla- berfirman:
"…dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam urusan itu. Apabila kamu telah membulatkan tekad,
bertawakkallah kepada Allah."
(QS. Ali Imran:159)
LANGKAH 30
BERDOA KEMUDIAN BERDOA
Wahai para ayah yang baik dan
ibu yang penyayang, atas kalian berdoa, kemudian berdoa; agar Allah memberi
kalian taufik dalam mendidik anak-anak kalian dengan pendidikan yang saleh yang
mengarahkan mereka berkhidmat kepada agama yang agung ini.
Doa memiliki peran yang amat
penting dalam kesalehan dan kebaikan anak. Berapa banyak doa yang bertepatan
dengan waktu pengabulan menjadi sebab kebahagiaan anak di dunia dan akhirat.
Dan berapa banyak pula doa yang menyimpangkan jalan anak yang menjadikannya
menapaki jalan sesat dan menyimpang. Sungguh demi Allah, berdoalah dengan doa
yang saleh dan jangan meninggalkan langkah-langkah yang telah disampaikan
sebelumnya.
Contoh Praktis Dan Kisah Yang
Menunjukkan Pentingnya Doa
1. Dari Imam ad-Dzahabi, bahwa
al-Hakim berkata:
“Abu Ali an-Naisaburi menceritakan kepada kami
dari syaikh-syaikhnya bahwa Ibnul Mubarok singgah di rumah Isa. Ketika itu
al-Hasan, putra Isa tengah berada di atas tunggangannya melintas, sedang Ibnul
Mubarok berada di majelis. Isa adalah pemuda yang memiliki paras yang tampan.
Ibnu Mubarok bertanya tentangnya. Maka dikabarkanlah bahwa Isa adalah seorang
Nasrani. Ibnu Mubarokpun berujar:
“Ya Allah, berilah dia rezeki
keislaman!”
Doa Ibnu Mubarok itu pun
dikabulkan Allah.[16]
2. Imam ad-Dzahabi berkata:
“Menceritakan kepada kami Abu Yahya Ibn ar-Râzi.
Katanya:
'Aku mendengar Sa’id ar-Râzi berkata: 'Kami
pergi bersama Ahmad Ibn al-Hanbal ke rumah al-Mutawakil. Ketika dia seorang
saja yang diperkenankan masuk melalui pintu khusus dia berkata kepada kami:
“Pulanglah kalian, semoga Allah memberi keafiatan kepada kalian.”
Setelah doa itu, tidak ada
dari kami yang terkena penyakit .”[17]
3.
Al-Waqidi berkata:
"Muawiah membekali Uqbah Ibn Nafi dengan 10 ribu dirham sebagai
perbekalan perang. Hasilnya Afrika dapat ditaklukkan. Mulailah wilayah itu
dipetakan. Wilayah tersebut adalah wilayah liar yang tidak pernah kosong dari
binatang buas dan ular. Dia pun mendoakan tempat itu hingga tidak ada seekor
pun hewan liar di sana. Semua
hewan-hewan itu pergi membawa semua anak keturunan mereka. [18]
PENUTUP:
Pada penutup tulisan ini “30
Langkah Praktis Mendidik Anak Agar Beramal Dengan Agama Ini” memang sedikit
halamannya, tetapi penuh makna. Saya meminta kepada Allah -azzawajalla-
menjadikan setiap yang tertulis sebagai timbangan yang baik pada hari pertemuan
dengan-Nya. Hari yang tidak bermanfaat lagi harta dan keturunan, kecuali bagi
mereka yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih, dan menjadikannya
pengilham kebaikan kepada kebenaran.
Apa yang benar adalah dari
Allah semata dan apa yang salah adalah dari diri pribadi dan setan, Allah dan
rasul-Nya berlepas diri, dan saya memohon ampunan kepada Allah dari padanya.
Salawat dan salam atas Nabi
kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
[6]
Iddah adalah masa
tunggu seorang wanita setelah cerai dari suaminya. Pada masa itu sang wanita
tidak boleh dipinang atau menikah. Waktunya tiga kali masa haidh atau suci dari
haidh.
[10]
Ain adalah suatu kondisi
buruk yang diakibatkan oleh pandangan takjub atau dengki orang lain terhadap
sesuatu itu ketika tidak disertakan pemberkatan. Nabi –salallahu alaihi wasallam-
bersabda: “Adanya Ain itu adalah benar. Diakibatkan oleh setan dan kedengkian anak
Adam.” (HR.
Al-Bukhari) –pent.
[15]
Al-Bukhari no.6382. Kitab
ad-Da'waat ( doa) bab: Du'a 'Inda Istikharah (doa ketika beristikharah).
Post a Comment