Dakwah kepada jalan Allah
Dakwah
kepada jalan Allah
Kebutuhan umat kepada agama ini
seperti butuhnya jasad kepada ruh. Ketika jasad kehilangan ruh, maka jasad tersebut ikut menjadi rusak dan busuk; begitu
pula dengan umat ini, ketika dia kehilangan agamanya maka hancurlah umat ini.
Rahmat Allah I
itu luas meliputi segalanya, dan di antara rahmat (kasih sayang) Allah terhadap
para hamba Nya adalah Dia mengutus para rasul, menurunkan kepada mereka
kitab-kitab; supaya mengenal siapakah Tuhan mereka, siapakah yang telah menciptakan
mereka, siapakah yang menurunkan rezeki kepada mereka, dan dijelaskan pula
kepada mereka apa-apa yang diridhai oleh Nya, menyerukan mereka agar
menta'atiNya dan beribadah hanya kepada Nya dan tidak menyekutukan Nya (dengan
sesuatu apapun). Dan Allah telah menyediakan pahala dan ganjaran bagi mereka
yang taat, serta menyediakan siksaan bagi yang bermaksiat kepada-Nya.
﴿ ........ فَمِنۡهُم
مَّنۡ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنۡهُم مَّنۡ حَقَّتۡ عَلَيۡهِ ٱلضَّلَٰلَةُۚ .......... ﴾ [النحل: ٣٦]
"Maka di antara umat itu ada
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan ada pula di antaranya
orang-orang yang telah pasti kesesatannya." (QS. Al-Anhl': 36).
Ketika keimanan umat manusia telah
melemah dan terjerumus melaksanakan kesyirikan, maka Allah I
mengutus seorang rasul untuk menyeru mereka kepada tauhid dan mengesakan Nya
dalam beribadah. Kemudian diikuti dengan mengutus rasul-rasul setelahnya, dan
setiap rasul itu diutus kepada kaum-kaum tertentu, hingga Allah I
menutup nubuwah dan risalahNya (dengan mengutus) baginda nabi kita Muhammad r.
Allah I memilih
Muhammad sebagai utusan Nya, dengan membawa petunjuk dan agama yang hak bagi
seluruh manusia, menyampaikan risalah, menunaikan amanat yang dibebankan
kepadanya, menasehati umat, dan berjihad di jalan Allah, meninggalkan umat
Islam dalam keadaan terang, siangnya sebagaimana malamnya, dan tidaklah orang
yang berpaling (dari risalahnya) kecuali ia akan binasa
Rasulullah r
adalah rasul yang terakhir dan paling mulia dari para nabi dan rasul lainnya,
dan umat rasulullah r
adalah umat yang terakhir dan paling unggul dari umat-umat sebelumnya. Allah I
menganugerahkan kepada umat Muhammad r
ini tugasnya para nabi dan rasul (yaitu dakwah). Dan rasulullah r
telah berdakwah di kawasan jaziroh arab, dalam jangka duapuluh tiga tahun.
Dengan kemampuan yang dimilikinya beliau berdakwah, sehingga pada masa itu,
agama Islam merata tersebar. Beliau memulai berdakwah dari keluarganya,
kemudian sanak kerabatnya, lalu kaum-kaumnya, kepada penduduk mekkah dan
sekitarnya, kemudian kepada bangsa arab secara keseluruhan. Dan kepada manusia
semuanya; beliau menjelaskan bahwa dirinya adalah utusan Allah I
kepada seluruh umat manusia dan sebagai rahmat bagi semesta alam; lalu manusia
berbondong-bondong masuk agama Islam.
Allah I
berfirman:
﴿ وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا كَآفَّةٗ لِّلنَّاسِ
بَشِيرٗا وَنَذِيرٗا وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ٢٨ ﴾ [سبا: ٢٨]
"Dan Kami tidak mengutus kamu,
melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan
sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui."
(QS. Saba': 28).
Allah I
berfirman:
﴿ وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ
١٠٧ ﴾ [الانبياء: ١٠٧]
"Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam." (QS. Al-Aniya': 107).
Sebab-sebab
hidayah:
Di zaman
nabi r,
banyak orang yang masuk ke dalam agama Islam karena beberapa sebab, di
antaranya:
Ajakan yang dilakukan secara lisan
oleh Rasulullah r,
sebagaimana rasul r
menyeru kepada Abu Bakar, Khadijah, Ali bin Abi Thalib dan sahabat yang lainnya
untuk masuk Islam, dan mereka pun (menyambut dengan) masuk Islam –semoga Allah
meridhai mereka–
Dengan mengajarkan Islam (ta'lim),
sebagaimana Umar t
yang dikasih hidayah karena terpengaruh oleh bacaan Al-Qur'an yang didengar dan
dibaca di rumah saudarinya; Fatimah bersama suaminya Sa'id bin Zaid dan Khabab
bin Al-Arat (semoga Allah I
meridhai mereka). Di mana pada saat itu, mereka semua sedang belajar Al Quran.
Dan sebagaimana masuk Islamnya Usaid bin Hudhair dan Sa'ad bin Mu'adz (semoga
Allah meridhai mereka berdua) dalam halaqah ta'lim yang dibimbing oleh Mush'ab
bin Umair (semoga Allah meridhai-Nya) di Madinah.
Dengan (pemandangan saat mendirikan)
suatu ibadah. Hindun binti Utbah masuk Islam setelah dia melihat orang-orang
muslim sholat pada tahun kemenangan yaitu tahun pembukaan Makkah, begitu pula
dengan Islamnya Tsumamah bin Atsal al hanafi (semoga Allah meridhainya) yang
masuk Islam di Mesjid Nabawi, karena terpengaruh oleh pemandangan ibadah yang
dilakukan oleh orang-orang muslim dan lain sebagainya.
Dengan berinfaq dan sikap dermawan.
Rasulullah r
pada tahun pembukaan kota Mekah memberikan harta yang sangat banyak kepada
Shofwan bin Umayyah, Muawiyah dan yang lainnya, sehingga mereka masuk Islam,
sebagaimana masuk Islamnya seorang lelaki yang diberi kambing pada sebuah
tempat di antara dua gunung, akhirnya dengan masuk Islamnya lelaki tersebut
maka kaumnyapun ikut masuk Islam.
Berdakwah atau menyeru manusia
adalah kewajiban umat.
Ketika Allah I
telah memberikan dan memuliakan umat ini dengan tugas para nabi yaitu dakwah,
maka Allah I
pun juga menentukan daerah, wilayah dan hamba-hamba Nya yang akan dijadikan
sebagai sasaran berdakwahnya umat ini, baik itu di belahan bumi bagian timur
atau bagian barat sampai hari kiamat nanti.
Rasulullah r
telah bersungguh-sungguh dalam mengerahkan kemampuannya dalam membina para
shahabat (semoga Allah I
meridhai mereka), sehingga tertanam dalam jiwa mereka dua perkara: menjalankan
tunutnan agama dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat. Merekapun paham bahwa
semua wilayah dan para hamba Allah yang ada padanya adalah tanggung jawab umat
hingga akhir kiamat. Sebab, sungguh seorang muslim akan bertanggung jawab pada
saat dirinya tidak menunaikan tugas pribadinya yaitu ibadah, dan akan
bertanggung jawab pula ketika dirinya meninggalkan tugas sosialnya yaitu
berdakwah, hingga Allah mencabut nyawanya.
1. Allah I
berfirman:
﴿ كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ
تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ
............ ﴾ [ال عمران: ١١٠]
"Kamu adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah". (QS. Ali Imron: 110).
2. Allah I
berfirman:
﴿ وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى
ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ
هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٠٤ ﴾ [ال عمران: ١٠٤]
"Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imron: 104).
3. Allah I
berfirman:
﴿ قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى
ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ
أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ١٠٨ ﴾ [يوسف: 108]
"Katakanlah:
"Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada
termasuk orang-orang yang musyrik.". (QS. Yusuf: 108).
Bashirah mencakup tiga hal, yaitu:
berilmu sebelum berdakwah, bersikap bijak dan lemah lembut ketika berdakwah,
sabar setelah berdakwah.
Para sahabat telah mendapat
pendidikan dan bimbingan dari Nabi r
tentang sarana dan metode-metode dalam berdakwah. Lalu setelah beliau r
wafat para shabatlah yang memikul tanggung jawab dakwah ini. Para shahabat
(semoga Allah meridhai mereka) telah mengorbankan saat-saat senang dan
mengekang syahwat mereka (demi dakwah), dan mereka tak segan-segan mengorbankan
harta, waktu dan jiwa mereka demi tersebarnya agama ini di muka bumi.
Merekalah yang telah menyiarkan
dakwah ilallah, mengemban kalimat laa ilaaha illallah sehingga merasuk ke dalam
setiap rumah di belahan bumi timur dan barat, di kawasan Syam dan Iraq, Mesir
dan Afrika utara, di Rusia dan kawasan di sebarang sungai dan yang lainnya.
Dan negari ini (Kerjaan Arab Saudi)
dimenangkan hingga Islam tersiar dan tauhid tersebar sebagai ganti dari
kesyirikan, kekufuran diganti dengan keimanan, dan bermunculan pula di negari
ini para ulama dan da'i, orang-orang yang suka beribadah dan zuhud, orang-orang
sholeh, para mujahid, yang semuanya ini menyenangkan bagi setiap orang muslim.
Merekalah orang-orang yang terbaik,
termulia dan merekalah yang telah diridhai Allah I dan
merekapun ridha kepada Allah, merekalah orang-orang yang jujur dan benar dalam
menepati janjinya dengan Allah I
.
﴿ وَٱلسَّٰبِقُونَ
ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم
بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ
جَنَّٰتٖ تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ
١٠٠﴾ [التوبة: 100]
"Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang
Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (QS. Al-Taubah:
100).
Apa yang harus didahulukan dan apa
yang akhirkan
Nabi r dan
para shahabatnya mengedepankan berjuang dan berdakwah dari mencari uang dan
sesuatu yang mubah. Oleh karena itulah kehidupan mereka serba kekurangan baik
harta atau lainnya. Namun, bersamaan dengan itu keimanan dan amalan-amalan
sholeh mereka naik dan bertambah, tampaklah akhlak mulia yang sebenarnya pada
diri mereka dan banyak kemenangan (yang diraih) agama Islam. Akan tetapi,
banyak orang-orang muslim saat sekarang ini, lebih mengedepankan bekerja
mencari usaha dari perjuangan (bagi agama) dan dakwah lalu uang mereka menambah
jumlah harta mereka, bersamaan dengan itu keimanan dan amal sholeh mereka
menjadi berkurang. Dua sikap yang tertanam dalam kehidupan para shahabat: Orang
yang perhatiannya hanya terfokus dalam mengumpulkan harta adalah seperti orang
Yahudi, dan orang yang perhatiannya hanya terfokus dalam memuaskan nafsunya
adalah seperti Nashroni. Oleh karenanya, ketika tujuan (seseorang yang
sebenarnya) berubah akan berakibat menguatnya sisi dunia dan jasmani sehingga
melemah sisi agama dan ruh, sementara perhatian dan kesungguhannya hanya
tertuju untuk dunia bukan agama, dan agama (diposisikan) seperti orang miskin
yang berkeliling menghiba dan mengharap dari manusia, tetapi tidak ada yang
memberi dan mengasihinya, karena orang-orang sedang sibuk dengan urusan dunia
dan syahwat mereka.
Agama ini akan tetap dan terus
eksisis sampai hari qiamat, akan tetap ada sekelompok dari umat Nabi Muhammad r
yang selalu dan terus menjalankan syariat agama ini, hingga datang ketentuan
dari Allah dan mereka tetap seperti itu.
(لاَ
تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي قَائَمَة ًبِأَمْرِ اللهِ لاَ يَضُرّهُمْ مَنَ
خَذَلَهُمْ أَوْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُالله ِوَهُمْ ظَاهِرُوْنَ
عَلَى النَّاسِ)
"Akan
senantiasa ada sekelompok dari umatku yang menjalankan perintah Allah, tidak
memadhoratkan mereka orang yang menyelisihinya sampai datang ketentuan Allah
dan mereka tetap tampak seperti itu di tengah-tengah manusia". (Muttafaq
alaihi).
Fadhilah
dakwah ilallah I:
Setiap orang yang beriman dan
menjalankan ibadah serta berdakwah ilallah, memuliakan oleh Allah dengan
memberikan beberapa karomah, di antaranya: Sesungguhnya Allah akan
memuliakannya, meskipun ia tidak mempunyai sebab-sebab kemuliaan. Seperti Bilal
dan Salman (semoga Allah meridhai mereka berdua). Allah akan menanamkan pada
dirinya cinta kepada semua tunutnan agama dan dia cinta dalam melaksanakan
serta menyeru kepadanya. Allah menjadikan baginya kecintaan dihati para makhluk
Nya, dan Allah akan menghilangkan bentangan kebathilan di sekitarnya, Allah
menguatkan dan membantunya dengan pertolongan yang ghaib dari sisi Nya, Allah
mengabulkan setiap do'anya, Allah menjadikannya mulia dan dihormati, Allah
memberikan baginya pahala dan pahala orang-orang yang diserunya serta orang
yang telah mendapat hidayah karena dakwahnya.
1. Allah I
berfirman:
﴿ وَمَنۡ أَحۡسَنُ قَوۡلٗا مِّمَّن دَعَآ إِلَى
ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ ٣٣ ﴾ [فصلت: ٣٣]
"Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan
mengerjakan amal yang sholeh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri". (QS. Fushilat: 33).
2. Dari Abu Hurairah t
bahwasanya Rasulullah r
bersabda:
(مَنْ
دَعَا إِلىَ هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذِلكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ
عَلَيْهِ مِنَ اْلإِثْمِ مِثْلُ آَثاَمِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلكَ مِنْ
آثَاِمهِمْ شَيْئًا)
'Barangsiapa
yang mengajak kepada hidayah, maka baginya pahala sebagaimana pahala-pahala
orang yang mengikutinya, dan tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan
barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa sebagaimana
dosa-dosa orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka
sedikitpun". (HR. Muslim).
3. Dari Sahl bin Sa'ad t
bahwa rasulullah r
bersabda kepada Ali bin Abu Thalib t
di hari khaibar.
(اُنْفُذْ
عَلىَ رِسْلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلىَ اْلإِسْلاَمِ
وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ فَوَاللهِ َلأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ
رَجُلاً خَيْرٌ لَكَ ِمنْ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ حُمُرُ النِّعَمِ)
"Berjalanlah
dengan tenang kemudian serulah mereka untuk masuk Islam, dan beritahukan kepada
mereka beberapa kewajiban atas mereka, demi Allah seandainya Allah memberikan
hidayah kepada seseorang dengan perantaraan kamu, itu lebih baik bagimu
daripada onta merah' (Bukhori dan Muslim).
Manusia
dalam beramal terbagi menjadi dua golongan:
Di antara mereka, ada yang
bersungguh-sungguh beramal dan bekerja untuk kehidupan duniawi sehingga larut
di dalamnya, lalu pergi meninggalkannya (dengan kamatian). Di antara mereka ada
yang bersungguh-sungguh dalam beramal untuk kehidupan akherat kemudian
meninggal dan mendapatkan apa yang telah dikerjakannya, merekalah orang-orang
yang beriman. Orang-orang yang beramal untuk kehidupan akherat. Mereka ini
terbagi menjadi dua golongan:
Orang yang sibuk dengan ibadahnya
semata. (Golongan ini) ketika meninggal terputuslah seluruh amalnya kecuali
tiga perkara: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anaknya yang sholeh
yang selalu mendo'akannya.
Orang yang menyibukkan dirinya
dengan beribadah dan berdakwah ilallah I,
di mana dia berkorban dan bersungguh-sungguh demi tegaknya kalimat Allah, maka
amal baiknya akan terus mengalir kepadanya dari setiap orang yang mendapat
hidayah yang disebabkan oleh dakwahnya, maka baginya pahala sebagaimana pahala
orang yang mengikutinya sampai hari kiamat.
Allah I
berfirman:
﴿ ۞أَجَعَلۡتُمۡ
سِقَايَةَ ٱلۡحَآجِّ وَعِمَارَةَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ كَمَنۡ ءَامَنَ
بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَجَٰهَدَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ لَا يَسۡتَوُۥنَ
عِندَ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ١٩ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ
وَأَنفُسِهِمۡ أَعۡظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ
ٱلۡفَآئِزُونَ٢٠ يُبَشِّرُهُمۡ رَبُّهُم بِرَحۡمَةٖ مِّنۡهُ وَرِضۡوَٰنٖ وَجَنَّٰتٖ لَّهُمۡ فِيهَا نَعِيمٞ مُّقِيمٌ
٢١ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥٓ أَجۡرٌ عَظِيمٞ ٢٢﴾ [التوبة: 19، 22]
"Apakah
(orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan
mengurus masjidilharam, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada
Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di
sisi Allah; dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zhalim.(19)
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan
harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan
itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.(20) Tuhan mereka menggembirakan
mereka dengan memberikan rahmat daripada Nya, keridhaan dan syurga, mereka
memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal.(21) mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah pahala yang besar.(22)" (QS.
At-Taubah: 19-22).
5.
Kewajiban berdakwah ilallah
Pentingnya berdakwah ilallah:
Allah I telah
menjelaskan seluruh hukum-hukum syariat secara global di dalam Al-Quran lalu
dijelaskan secara terperinci oleh rasulullah r di
dalam sunah-sunah beliau r.
Akan tetapi, khusus masalah dakwah dijelaskan oleh Allah I
secara terperinci, lengkap dan menyeluruh di dalam Al-Quran. Allah I
tidak menerangkan tentang tata cara beribadahnnya para nabi (secara rinci),
tidak menerangkan bagaimana cara sholatnya Nabi Ibrahim, bagaimana tata cara
hajinya Nabi Adam, bagaimana cara puasa yang dilakukan oleh Nabi Daud. Semuanya
di terangkan oleh Allah di dalam Al-Quran secara umum. Dan Allah I
tidak menjelaskan secara terperinci di dalam Al-Quran satupun kisah tentang
hamba Nya yang suka beribadah. Akan tetapi, Allah I
menjelaskan di dalam Al-Quran tentang bagaimana dakwahnya para nabi, Allah
menjelaskan dengan mendetail bagaimana kisah nabi Musa dalam duapuluh sembilan
juz di Al-Qur'an, juga menjelaskan secara terperinci bagaimana para nabi yang
lain berdakwah kepada kaum mereka, disebutkan kisah nabi Nuh, Ibrahim, Musa,
Isa, Hud, Shaleh, Syu'aib, Luth, Yusuf, dan yang lainnya; karena sesungguhnya
umat ini d iutus untuk berdakwah ilallah, dengan melihat suri tauladan para
nabi (semoga rahmat dan salam bagi mereka).
Terdapat jarak yang panjang antara
keimanan dengan turunnya hukum-hukum syariat. Akan tetapi tidak terdapat jarak
waktu antara keimanan dengan dakwah; karena umat ini telah di utus untuk
berdakwah ilallah sebagaimana para nabi. Dahulu, setiap nabi mengajarkan hukum
syari'at kepada umatnya setelah menanamkan keimanan, akan tetapi setelah Allah I
mengutus nabi Muhammad r,
Dia memerintahkan kepada umat ini untuk berdakwah kepada din Allah setelah
mereka mengajarkan keimanan, barulah setelah itu beliau mengajarkan hukum-hukum
syariat di Madinah, karena umat ini di utus sebagaimana diutusnya para nabi.
Allah telah memilih umat ini di
antara umat-umat sebelumnya, dan memuliakan umat ini dengan agama Islam dan
berdakwah kepadanya, berdakwah ilallah adalah kewajiban bagi setiap muslim
laki-laki dan perempuan sebatas kemampuan dan keilmuannya. Dakwah ilallah
adalah tanggungjawab umat, dan kebutuhan umat.
1. Allah I
berfirman:
﴿ قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى
ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ
أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ١٠٨ ﴾ [يوسف: ١٠٧]
"Katakanlah: 'Inilah jalan
(agama)ku, aku dan orang-oarng yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah
dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang
yang musyrik" (QS. Yusuf: 108).
Nash tersebut umum, tidak terikat
waktu: malam dan siang, tidak terikat tempat: utara selatan, timur dan barat,
tidak terikat kebangsaan: orang arab atau selain arab, tidak terikat jenis
kelamin: laki-laki dan perempuan, tidak terikat umur: orang dewasa dan
anak-anak, tidak terikat warna: putih hitam, tidak terikat tingkatan: penguasa,
budak, kaya dan miskin.
Berdakwah kepada mereka adalah
wajib, karena mereka merupakan bagian dari umat manusia, dan agama ini untuk
seluruh manusia. Dan wajib bagi mereka berdakwah ketika mereka telah memeluk
agama Islam, karena mereka juga adalah umat Muhammad dan pengikutnya.
2. Allah I
berfirman:
﴿ هَٰذَا بَلَٰغٞ لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُواْ
بِهِۦ وَلِيَعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا هُوَ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞ وَلِيَذَّكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ
٥٢ ﴾ [ابراهيم: ٥٢]
"(Al
Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka
diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mngetahui bahwasanya Dia adalah
Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambail
pelajaran." (QS. Ibrahim: 52).
3. Rasulullah r
bersabda dalam khutbahnya di hari nahr ketika haji wada' kepada semua
orang-orang yang beriman; baik para shahabat beliau yang dari arab maupun
'ajam, laki-laki dan perempuan, yang berkulit putih dan hitam, yang kaya dan
miskin, penguasa dan para budak:
(لِيُبَلِّغِ
الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَإِنَّ الشَّاهِدَ عَسَى أَنْ يُبَلِّغَ مَنْ هُوْ أَوْعَى
لَهُ مِنْهُ)
"Yang mendengar supaya
menyampaikan kepada yang tidak hadir, karena bisa jadi yang menyampaikan itu
lebih paham dari yang mendengar". (Muttafaq alaihi).
4. dari Abdullah bin Amru (semoga
Allah meridha mereka berdua) bahwa Nabi r
bersabda:
(بَلِّغُوْا
عَنِّي وَلَوْ آيَةً وَحَدِّثوْا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيْلَ وَلاَ حَرَجَ وَمَنْ
كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ)
"Sampaikanlah
dariku walau satu ayat, dan tidaklah mengapa untuk mengambil hadist dari bani
israil, dan barangsiapa yang berbohong atas namaku, maka bersiap-siaplah
menempati api neraka". (HR. Bukhori).
5. Berkorban dan berusaha demi
tegaknya kalimat Allah serta menyebarkannya dapat membuahkan hidayah,
sebagaimana firman Allah I
﴿ وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ
سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ٦٩ ﴾ [العنكبوت: ٦٩]
"Dan orang-orang yang berjihad
untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik." (QS. Al-Ankabut: 69).
Hakekat perjuangan adalah:
Berusaha untuk sempurna dalam beramal, berkorban dengan apa saja demi
perjuangan, selalu istiqomah sampai meninggal dunia. Dan hal yang sangat
berharga dalam perbendaharaan Allah adalah Hidayah. Karena Allah tidak
memberikannya kecuali kepada hamba-hamba Nya yang terpilih, di antaranya ada
yang meminta kepada Allah dan berusaha di jalanNya, sehingga berhasil
mendapatkannya. Di antaranya ada yang telah Allah ketahui bahwa dirinya yang
berhak, merekalah orang-orang yang beriman. Oleh karenanya Allah I
memerintahkan kepada kita untuk berdo'a dan meminta hidayah kepada Allah I
dalam sehari semalam sebanyak tujubelas kali dalam sholat yang wajib. Sebagaimana
firman Allah:
﴿ ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ٦ صِرَٰطَ
ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
٧ ﴾ [الفاتحة: ٦، ٧]
"Tunjukilah
kami jalan yang lurus.(6) (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau
anugerahkan ni'mat kepada mereka; Bukan (jalan) mereka yang dimurkai (Yahudi),
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (Nasrani)". (QS. Al-Fatihah).
Berusaha dengan sungguh-sungguh demi
tegaknya kalimat Allah
Ada tiga tahapan dalam berjuang demi
tegaknya kalimat Allah:
1. Berjuang atas orang kafir dengan
harapan supaya mereka mendapatkan hidayah, sebagaimana firman Allah:
﴿ أَمۡ يَقُولُونَ ٱفۡتَرَىٰهُۚ بَلۡ هُوَ ٱلۡحَقُّ
مِن رَّبِّكَ لِتُنذِرَ قَوۡمٗا مَّآ أَتَىٰهُم مِّن نَّذِيرٖ مِّن قَبۡلِكَ لَعَلَّهُمۡ
يَهۡتَدُونَ ٣ ﴾ [السجدة : ٣]
"Tetapi mengapa mereka
(orang-orang kafir) mengakatan: "Dia Muhammad mengada-adakannya. Sebenarnya
al quran itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu memberi
peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi
peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk" (QS.
Al-Sajdah: 3).
2. Berjuang kepada orang-orang
muslim yang bermaksiat agar mereka berubah menjadi taat, berubah dari lalai
menjadi ahli dzikir. Sebagaimana firman Allah I
﴿ وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى
ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ
هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٠٤ ﴾ [ال عمران: ١٠٤]
"Dan hendaklah ada di antara
kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf
dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung." (QS.
Ali Imran: 104).
3. Berjuang atas orang-orang sholeh
agar menjadi pembaharu dalam agama dan berjuang terhadap yang suka berdzikir
agar bisa menasehati orang lain.
a. Allah I
berfirman:
﴿ وَٱلۡعَصۡرِ ١ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ
٢ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ
وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣ ﴾ [العصر: ١، ٣]
"Demi masa.(1) Sesungguhnya
manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. (2) Kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati, supaya mentaati
kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al-Ashr:
1-3).
b. Allah I
berfirman:
﴿ فَذَكِّرۡ إِنَّمَآ أَنتَ مُذَكِّرٞ ٢١ ﴾ [الغاشية: ٢١]
"Maka
berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi
peringatan". (QS. Al-Ghasyiah: 21).
Ketika para shahabat (semoga Allah
meridhai mereka) mengetahui akan wajibnya berdakwah ilallah dan keutamaan
berdakwah, maka mereka bergegas berlomba dalam berdakwah serta mengadakan
ta'lim dan berjihad demi tegaknya kalimat Allah, menyebarkannya di muka bumi
ini. Mereka berdakwah ilallah dengan penuh hikmah dan menasehati dengan cara
yang baik. Tertanam dalam hati mereka kasih sayang dan lemah lembut terhadap
manusia. Saksi-saksi dan bukti dalam kitab-kitab, hadist dan sejarah memberikan
kesaksian (tentang perjuangan) mereka.
Allah I
berfirman:
﴿ ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ
وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ
هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ١٢٥ ﴾ [النحل: ١٢٥]
"Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.". (QS. Al-Nahl: 125).
Tugas
umat
Berdakwah ilallah adalah merupakan
tugas bagi setiap umat, adapun berfatwa dalam permasalahan hukum, bagi yang
mengetahui hukum secara pasti berfatwalah dengannya, dan bagi yang tidak
mengtahui akan hukum tertentu, maka tunjukilah orang yang meminta fatwa
tersebut ulama yang lebih mengetahui dari segi keilmuan, kefiqihan, hafalan
serta kepahaman. Orang yang menunjukkan kepada kebaikan seperti orang yang
mengerjakan kebaikan tsb. Dahulu di antara
para sahabat pada enggan untuk berfatwa. Mufti dari kalangan sahabat bisa
dihitung dengan jari, seperti: Muadz, Ali, Zaid bin Tsabit, Ibnu Abbas dan yang
lainnya (semoga Allah meridhai mereka).
Berfatwa bukan suatu hal yang
diperbolehkan bagi siapa saja, adapun dakwah ilallah wajib bagi setiap insan
sesuai dengan kemampuan dan keilmuannya, paling tidak satu ayat.
Para ulama dan ahli fiqih, merekalah
yang berfatwa, sebagaimana firman Nya:
﴿ .......... فَسَۡٔلُوٓاْ
أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ ٤٣ ﴾ [النحل: ٤٣]
"Maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui." (QS. Al-Nahl: 43).
Berdakwah dengan menyeru kepada yang
ma'ruf dan mencegah kepada yang mungkar bagi umat ini sesuai dengan tingkat
kemampuan dan keilmuan mereka. Para shahabat telah menjalankan misi da'wah ini
dari mulai sejak sebelum turunnya hukum-hukum tentang sholat, zakat, shaum dan
yang lainnya. Inilah umat yang menyatukan antara pengorbanan serta jihad demi
tegaknya kalimat Allah, dan baik dalam beramal bukan banyak beramal.
1. Allah I
berfirman:
﴿ قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى
ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ
أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ١٠٨ ﴾ [يوسف: ١٠8]
"Katakanlah: "Inilah jalan
(agama)ku, aku dan orang-oarng yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah
dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang
yang musyrik". (QS. Yusuf: 108).
2. Allah I
berfirman:
﴿ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ
وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ
وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ
وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ سَيَرۡحَمُهُمُ ٱللَّهُۗ إِنَّ
ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ ٧١﴾ [التوبة: 71]
"Dan
orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan
mereka ta'at kepada Allah dan Rasul Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh
Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Taubah: 71).
Hal yang pertama kali akan tercabut
dari kehidupan umat ini adalah: kesungguhan dalam berdakwah, kemudian jiwa
berkorban, lalu hidup yang sederhana. Musuh-musuh Islam telah menyadari hal ini
dan berusaha untuk mencabutnya dari umat Islam. Akhirnya, keadaan menjadi
terbalik di mana pengorbanan dan kerja keras hanya untuk dunia, seseorang
berubah menjadi insan yang bekerja keras untuk kehidupan dan kesenangannya. Sehingga
masyarakat mengingkari perzinahan, riba, minum arak, tapi tidak mengingkari
ditinggalkannya dakwah ilallah yang telah terlepas dari kehidupan umat.
Pada zaman Rasulullah dan para
shahabat, setiap pribadi umat ini konsisten dengan ibadah dan dakwah, dan pada
generasi berikutnya hanya ibadah yang tersisa di dalam umat ini, sementara
berdakwah hanya dilakukan oleh sebagian atau orang tertentu dari umat ini. Dan
tidak akan menjadi baik umat yang terakhir ini kecuali dengan mengikuti apa
yang telah dilakukan oleh umat yang terdahulu.
Ada dua kewajiban bagi setiap muslim
baik laki-laki dan perempuan:
1. Kewajiban pertama:
mengamalkan agama, beribadah kepada Allah saja dan tidak menyekutukannya,
mentaati Allah dan rasul Nya, serta mengerjakan apa yang diperintahkan oleh
Allah, dan menjauhi apa yang dilarangNya
a. Allah I
berfirman:
﴿ ۞وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ
بِهِۦ شَيۡٔٗاۖ ....... ﴾ [النساء : ٣٦]
"Sembahlah Allah dan jangan
menyekutukan Nya dengan apa pun." (QS. Al-Nisa': 36).
b. Allah I
berfirman:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ
ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَوَلَّوۡاْ عَنۡهُ وَأَنتُمۡ تَسۡمَعُونَ ٢٠ ﴾ [الانفال: ٢٠]
"Hai orang-orang yang beriman,
ta'atlah kepada Allah dan Rasul Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada Nya,
sedang kamu mendengar (perintah-perintah Nya)". (QS. Al-Anfal: 20).
2. Kewajiban kedua:
berdakwah ilallah, menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran
a. Allah I
berfirman:
﴿ وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى
ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ
هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٠٤ ﴾ [ال عمران: ١٠٤]
"Dan hendaklah ada di antara
kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf
dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (QS.
Ali Imran: 104).
b. Dari Abdullah bin Amru (semoga
Allah meridhai mereka berdua) bahwa rasul r
bersabda:
((بَلِّغوْا
عَنِّي وَلَوْ آيَةً))
"Sampaikan dariku walau hanya
satu ayat". (HR. Bukhari).
c. Dari Abu Sa'id al Khudriy t ia
berkata: bahwa Rasulullah r
bersabda:
(مَنْ
رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإْنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ فَإْنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذلِكَ أَضْعَفُ
اْلإِيْمَانِ)
"Barangsiapa
yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, apabila ia tidak
sanggup maka rubahlah dengan lisannya, dan apabila masih tidak sanggup maka
ingkarilah dalam hati, dan itu adalah selemah-lemahnya iman". (HR.
Muslim).
Waktu seorang muslim
Allah I telah
membeli dari orang-orang yang beiman; diri mereka, harta-harta mereka, dan
Allah menjanjikan bagi mereka syurga.
Dan seyogyanya bagi setiap muslim
menggunakan waktunya sebagaimana Rasulullah r
menghabiskan waktu beliau. Beliau r
mengerjakan amalan-amalan yang diwajibkan oleh Allah I,
melaksanakan perintah Rabbnya dalam setiap keadaan dalam kesehariannya: ketika
berwudhu, makan, tidur dan dalam segala situasi dan keadaannya. Dan meluangkan
sedikit waktu untuk bekerja demi mencari nafkah, maka sebagian besar dari waktu
beliau dipergunakan untuk berdakwah kepada manusia; supaya mereka menyembah dan
mengesakan Allah. Ketika terdapat waktu yang luang dan ada halangan baginya
untuk berdakwah, maka (dipergunakannya waktu tersebut untuk) menimba ilmu atau
mengajarkan ilmunya kepada orang-orang muslim yang lain tentang hukum-hukum
agama. Dan ketika terdapat waktu yang luang dan dirinya terhalang melakukannya
(belajar dan mengajar), maka dia mengabdikan dirinya bagi kepentingan
saudara-saudaranya sesama muslim, membantu menyelesaikan semua kebutuhan
mereka, tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa. Dan apabila terdapat waktu
yang kosong sementara dirinya berhalangan mengerjakan hal tersebut, maka dia
bersegera melaksanakan amalan-amalan yang sunnah, seperti sholat sunah mutlak,
membaca al quran, berdzikir, dan amal-amal sholeh yang lain.
Begitulah semestinya, diutamakan
suatu amalan yang manfaatnya lebih besar bagi manusia dalam setiap keadaan.
Kategori obyek da'wah dan cara
berdakwah kepada mereka:
Manusia itu berbeda-beda, karena
keanekaragaman dan perbedaan pengetahuan serta amalan mereka itulah maka hukum
berdakwah kepada merekapun berbeda:
1. Orang yang kurang dalam
keimanannya serta bodoh dalam masalah hukum: maka kita harus bersabar atas
celaannya, dan kita terus menyeru serta mengajarkan kepadanya dengan penuh
kelembutan dan kasih sayang, membimbing dengan penuh perhatian, sebagaimana
perilaku Rasululllah r
kepada orang arab badwi.
Dari Anas t
bahwasanya ia berkata:
(بَيْنَمَا
نَحْنُ فِي الْمَسْجِدِ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ r إِذْ جَاءَ أَعْرَابِيٌّ فَقَامَ يَبُوْلُ
فِي الْمَسْجِدِ فَقَالَ أَصْحَابُ رَسُوْلُ اللهِ r: مَهْ مَهْ. قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ r لاَ تَزْرِمُوْهُ دَعُوْهُ فَتَرَكُوْهُ
حَتَّى بَالَ ثُمَّ إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ r دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ إِنَّ هذَهِ
الْمَسَاجِدَ لاَ تَصْلُحُ لِشَيْءٍ مِنْ هذَا الْبَوْلِ وَلا َالْقَذَرِ إِنَّمَا
ِهيَ ِلذِكِْرِ اللهِ U وَالصَّلاَةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ أَوِْ
كَمَا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ r قَالَ فَأَمَرَ رَجُلاً مِنَ الْقَوْمِ
فَجَاءَ بِدَلْوٍ مِنْ مَاءٍ فَشَنَّهُ عَلَيْهِ)
"Ketika
kami berada di mesjid bersama Rasulullah r,
datanglah seorang badui kemudian kencing di dalam masjid. Maka para shahabatpun
membentak: "mah mah" (Sebuah ungkapan bermakna membentak) Anas
bercerita: Rasulullh r
bersabda: "Janganlah marah kepadanya, biarakanlah dia". Maka para
shahabatpun meninggalknnya, sehingga ia meneruskan kencingnya sampai tuntas.
Kemudian rasulullah r
memanggil dan menasehatinya: "Sesungguhnya mesjid ini tak pantas untuk
kencing di dalamnya, atau buang kotoran, sesungguhnya mesjid ini adalah tempat untuk
mengingat Allah, sholat dan memabca Al-Qur'an". Atau sebagaimana yang
disabdakan oleh Rasulullah r.
Lalu beliau memerintahkan seorang lelaki untuk mengambil seember air lalu
dituangkan pada tempat kencingnya". (HR. Muslim).
2. Orang yang kurang dalam sisi
keimanannya dan kurang dari segi keilmuan serta hukum syar'I, menyeru orang
yang seperti ini harus dengan hikmah, memberikan nasehat dengan cara yang baik,
supaya keimanannya bertambah, taat kepada Rabbnya, dan bertaubat atas
dosa-dosanya.
(يَا
رَسوْلَ اللهِ اِئْذَنْ ِلي بِالزَّنَا فَأَقْبَلَ الْقَوْمُ عَلَيْهِ
فَزَجَرُوْهُ وَقَالُوْا مَهْ مَهْ فَقَالَ: أَدْنِهِ فَدَنَا مِنْهُ قَرِيْبًا
قَالَ: فَجَلَسَ. قَالَ أَتُحِبُّهُ ِلأُمِّكَ؟, قَالَ: لاَ وَاللهِ جَعَلَنِيَ
اللهُ فِدَاءَكَ. قَالَ وَلاَ النَّاسُ
يُحِبُّوْنَهُ ِلأُمَّهَاتِهِمْ. قَالَ
أَفَتُحِبُّهُ ِلاِبْنَتِكَ؟ قَالَ لاَ
وَاللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ جَعَلَنِيَ اللهُ فِدَاءَكَ. قَالَ وَلاَ النَّاسُ
يُحِبُّوْنَهُ لِبَنَاتِهِمْ. قَاَلَ
أَفَتُحِبُّهُ ِلأَُخْتِكَ؟ قَالَ لاَ
وَاللهُ جَعَلَنِيَ اللهُ فِدَاءَكَ.
قَالَ وَلاَ النَّاسُ يُحِبُّوْنَهُ ِلأََخَوَاتِهِمْ. قَالَ أَفَتُحِبًّهُ ِلعَمَّتِكَ؟ قَالَ لاَ وَاللهِ جَعَلَنِي اللهُ فِدَاءَكَ,
قَالَ وَلاَ النَّاسُ يُِحِبُّوْنَهُ ِلعَمَّاتِهِمْ, قَالَ أَفَتُِحِبَّهُ
لَخَالَتِكَ؟ قَالَ لاَ وَاللهِ جَعَلَنِيَ اللهُ فِدَاءَكَ قَالَ وَلاَ النَّاسُ
يُحِبُّوْنَهُ لِخَالاَتِهِمْ قَالَ فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيِهِ
وَقَالَ اَللّهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَِهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ وَحَصِّنْ فَرْجَهُ
فَلَمْ يَكُنْ بَعْدَ ذِلكَ الْفَتَى يَلْتَفِتُ إِلَى شَيْءٍ)
"Dari Abu Umamah
t
ia berkata: Seorang pemuda belia datang kepada Rasulullah r,
kemudian berkata: "Wahai rasulullah, berilah izin kepada saya untuk
berzina!, maka para shahabatpun berdiri menghamprinya dan memarahi pemuda
tersebut: "Mah… mah..". Sebuah ungkapan bermakna memarahi dan
membentak. Lalu Rasulullah memerintahkan: "Suruhlah kemari", lalu
lelaki tersebut mendekat. Dan diapun duduk. Lalu Rasulullahpun bertanya
keapdanya: "Apakah engkau senang jika hal itu (zina) terjadi pada ibumu?.
Tegas Rasulullah. "Tentu tidak, Demi Allah saya menjadi tebusan
bagimu". Jawabnya. "Orang lainpun tidak senang jika hal itu terjadi
pada ibu mereka". Tegas Rasulullah. "Apakah engkau senang jika zina
itu terjadi pada anak perempuanmu?. Tegas Rasulullah. "Tentu tidak, Demi
Allah saya menjadi tebusan bagimu". Jawabnya. "Orang lainpun tidak
senang jika hal itu terjadi pada anak perempuan mereka". "Apakah
engkau senang jika zina itu terjadi pada saudarimu?. Tegas Rasulullah.
"Tentu tidak, Demi Allah saya menjadi tebusan bagimu". Jawabnya.
"Orang lainpun tidak senang jika hal itu terjadi pada saudari
mereka". "Apakah engkau senang jika zina itu terjadi pada bibimu
(dari pihak bapak)?. Tegas Rasulullah. "Tentu tidak, Demi Allah saya
menjadi tebusan bagimu". Jawabnya. "Orang lainpun tidak senang jika
hal itu terjadi pada bibi mereka". Tegas Rasulullah. "Apakah engkau
senang jika zina itu terjadi pada bibimu (dari pihak ibu)?. Tegas Rasulullah.
"Tentu tidak, Demi Allah saya menjadi tebusan bagimu". Jawabnya.
"Orang lain pun tidak senang jika hal itu terjadi pada bibi mereka".
Tegas Rasulullah. Lalu Rasulullah meletakkan tangan Beliau pada dirinya lalu
berdoa: "Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikan hatinya dan jagalah
kemaluannya". Akhirnya, pemuda tersebut tidak melirik sedikitpun kepada
zina". (HR. Ahmad bin Hambal).
3. Orang yang kuat imannya dan bodoh
dalam hukum syar'i. Orang seperti ini didakwahi secara langsung dengan
menjelaskan hukum serta dalil syar'inya, dijelaskan tentang bahaya perbuatan
maksiat, dihilangkan segala kemunkaran yang terjadi pada dirinya.
Dari ibnu Abbas t
bahwasanya Rasulullah r
melihat pada tangan seorang shahabatnya terdapat cincin dari emas, maka beliau
segera melepaskan dan melemparkannya, kemudian bersabda:
(أَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ r رَأَى خَاتِمًا مِنْ ذَهَبٍ فِي َيدِ رَجُلٍ
فَنَزَعَهُ فَطَرَحَهُ وَقَالَ يَعْمِدُ أَحَدُكُمْ إِلىَ جَمْرَةٍ مِنْ نَارٍ
فَيَجْعَلُهَا فِي يَدِهِ, فَقِيْلَ لِلرَّجُلِ بَعْدَ مَا ذَهَبَ رَسُوْلُ اللهِ r: خُذْ خَاتِمَكَ انْتَفِعْ بِهِ. قَالَ: لاَ
وَاللهِ لاَ آخُذُهُ أَبَدًا َوَقَدْ طَرَحَهُ رَسُوْلُ اللهِ r)
"Rasulullah
r
melihat sebuah cincin yang melilit pada tangan seorang lelaki, maka beliau
serta merta mencabut lalu melemparnya, dan bersabda: "Salah seorang di
anatara kalian secara sengaja mencari bara dari api neraka dan menjadikannya di
tangannya". Dikatakan kepada lelaki tersebut setelah Rasulullah r
meninggalknannya: "Ambillah cicinmu itu dan manfaatkanlah dia".
Lelaki itu menjawab: Aku tidak akan mengambil sesuatu yang telah dicampakkan
oleh Rasulullah r".
(HR. Muslim).
4. Orang yang kuat keimanannya serta
mengerti hukum-hukum syar'i. Maka tidak ada alasan baginya, pengingkaran
(terhadap maksiat yang dilakukannya) lebih tegas dan menghadpainya dengan cara
yang lebih keras dibanding dengan orang-orang yang sebelumnya, agar dirinya tidak
menjadi contoh bagi yang lainnya dalam bermaksiat. Sebagaimana rasulullah r
telah mengasingkan tiga orang shahabat selama limapuluh hari karena telah
menyelisihi perintah Rasul r,
yaitu tidak ikut berperang dalam perang tabuk. Rasul memerintahkan orang-orang
supaya menjauhi mereka (dengan tidak berbicara dengan mereka), peristiwa ini
terjadi tatkala para shahabat pergi keluar dari kota Madinah untuk berjihad
dalam perang tabuk, padahal ketiga orang shahabat tersebut tidak mempunyai
halangan apapun dan mereka adalah orang yang sempurna dalam keimanan dan
keilmuannya. Akhirnya, Allah menerima taubat mereka. Mereka adalah: Hilal bin
Umayyah, Murarah bin Rabi' dan Kaab bin Malik (semoga Allah meridhai mereka).
Kisah tentang mereka ini lebih jelasnya lagi ada dalam shahih Bukhori dan
Muslim.
﴿ وَعَلَى
ٱلثَّلَٰثَةِ ٱلَّذِينَ خُلِّفُواْ حَتَّىٰٓ إِذَا ضَاقَتۡ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَرۡضُ
بِمَا رَحُبَتۡ وَضَاقَتۡ عَلَيۡهِمۡ أَنفُسُهُمۡ وَظَنُّوٓاْ أَن لَّا مَلۡجَأَ
مِنَ ٱللَّهِ إِلَّآ إِلَيۡهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيۡهِمۡ لِيَتُوبُوٓاْۚ إِنَّ
ٱللَّهَ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ ١١٨﴾
[التوبة: 118]
"Dan
terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga
apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa
merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui
bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada Nya saja.
Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya.
Sesungguhnya Allah lah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
(QS. Al-Taubah: 118).
5. Orang yang awam dalam keimanan
serta awam dalam hukum syar'i. Dia diajak kepada tauhid dan laa ilaha ilallah,
dikenalkan kepadanya nama Allah dan sifat-sifat Nya yang agung, diterangkan
pula baginya janji-janji Allah dan ancaman-ancaman Nya, kenikmatan-kenikmatan
yang diberikan serta karuniaNya Dijelaskan pula baginya keagungan dan kekuasaan
Allah, hanya Dialah yang menguasai semua urusan dan perkara seluruh makhluk.
Kemudian ketika keimanannya telah merasuk dan kokoh, maka diajarkan baginya
secara bertahap tentang sholat, zakat, puasa dan seterusnya.
(أَنَّ
رَسُوْلُ اللهِ r لَمَا بَعَثَ مُعَاذًا t عَلىَ الْيَمَنِ قَالَ: إِنَّكَ تَقَدُمَ
عَلىَ قَوْمٍ أَهْلَ ِكتَابٍ فَلْيَكُنْ أَوَّلُ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَيْهِ
عَبَادَةَ اللهِ فَإِذَا عَرَفُوْا اللهَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ
عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ فَإِذَا َفعَلُوْا
فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةَ مِنْ أَمْوَالِهِمْ
وَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ فَإِذَا أَطَاعُوِا بِهَا فَخُذِ مِنْهُمْ
وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ)
"Bahwasanya
Rasulullah ketika mengutus Mu'adz menuju Yaman, beliau berpesan:
"Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum ahli kitab, maka hendaklah
ajakan yang pertama bagi mereka adalah menyembah Allah, maka apabila mereka
telah mengetahui Allah maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah telah
mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam, apabaila
mereka mengerjakannya maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah telah
mewajibkan atas mereka zakat harta yang dibagikan kepada orang-orang fakir dari
kalangan mereka, dan apabila mereka mentaati perintah tersebut, maka ambillah
harta zakat tersebut dan jagalah bagian harta yang mahal milik mereka".
(HR. Bukhari).
Keadaan
dan kondisi juru dakwah
Barangsiapa yang menggeluti dakwah
ilallah, maka Allah akan membimbing dan mengujinya dengan kesenangan dan
kesulitan. Dan ia akan mengahadapi adanya sebagian orang yang mendukung dan
menolongnya dan dia juga akan menemui orang-orang yang mengejek dan mencelanya.
Dua situasi bagi juru dakwah:
a. Adanya sambutan dari masyarakat
terhadap dakwahnya, sebagaimana keadaan yang dialami oleh Rasulullah r
di madinah.
b. Adanya penolakan dari masyarakat,
sebagimana keadaan (yang dialami oleh Rasulullah r)
di Thoif, (di mana penenduduknya) menolak dakwah dan menyakiti beliau r.
Keadaan diterimanya dakwah lebih
berbahaya karena bisa jadi dengannya seseorang da'i terjangkiti sifat ghurur
(bangga karena tertipu), ditawarkan kepadanya jabatan, lalu tatkala dia
menerima (tawaran tersebut) maka binasalah dirinya, itulah tipu daya syetan
yang telah merampas juru dakwah dari agama ini, akhirnya ia disibukkan dengan
perkara dunia dan hal-hal lain.
Adanya penolakan dan pengingkaran
terhadap dakwah itu lebih baik bagi seorang da'I, sebab dalam kondisi itulah
bertambahnya harapan, pasrah dan bergantungnya seorang da'i kepada Allah I, dan
itulah yang menjadi sebab datangnya pertolongann dari Allah I,
sebagaimana Nabi r
mendapat pertolongan dari Allah ketika penduduk Thoif menolak dan menyakiti
beliau r
yang datang mendakwahi. Ketika itu, beliau berdo'a kepada Allah dan akhirnya
Allah pun memberikan pertolongan baginya dengan mengutus malaikat Jibril dan
malaikat Gunung, dan Allah memudahkan kepada beliau untuk memasuki kota Mekkah,
kemudian menjalani peristiwa Isro Mi'raj
lalu berhijrah ke Madinah, akhirnya, Islam menyebar.
Klasifikasi juru dakwah pada masa
sekarang:
Di antara mereka ada yang terkesan
dengan akhlak para juru dakwah, sehingga dirinyapun ikut bergabung dalam
berdakwah bersama mereka, namun pada saat suatu permasalahan terjadi pada salah
seorang da'i, dia meninggalkan dakwah bahkan memusuhi para da'i. Allah I
memalingkannya karena tujuannya yang jelek.
Di antara mereka ada yang berdakwah
karena dia merasa dan menemukan bahwa berdakwah bisa memecahkan
probrlamatikanya, bisa mewujudkan apa yang diinginkan dan disenanginya, ketika
kondisi (keduaniaannya) meningkat lebih baik, maka meningkat pula ambisi
keduniaannya, akhirnya dia lebih sibuk mengurusi urusan duniawi daripada
dakwah. Allah memalingkannya karena tujuannya yang kurang dan tidak sempurna.
Di antara mereka ada yang berdakwah
karena didorong banyaknya pahala pada dakwah tersebut, dan dia hanya mengharap
pahala, tidak peduli dengan orang lain, dan tujuannya hanya bagi dirinya. Orang
seperti ini ketika mendapat atau mendengar suatu amalan yang leibh besar
pahalanya dari dakwah, atau lebih banyak dan lebih mudah; maka dia akan
meninggalkan berdakwah.
Di antara mereka ada yang berdakwah
karena perintah dari Allah, ia beribadah dengannya karena dia perintah Allah,
dan diia berdakwah juga karena Allah. Inilah tujuan yang sempurna. Dengan sebab
inilah Allah meneguhkan dan menolongnya demi terlaksananya syariat Allah dan
berdakwah kepada Allah. Inilah keududukan yang paling mulia
Post a Comment