Kesempurnaan nikmat hati
Kesempurnaan
nikmat hati
Allah I
menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan, memuliakannya di atas semua
makhluk. Dan Allah menjadikan bentuk tubuh manusia secara sempurna, ketika dia
tidak memperoleh kesempurnaan tersebut, maka hal itu akan mengkaibatkan
terjadinya gangguan, kekacauan, dan rasa sakit. Maka dijadikanlah kesempurnaan
mata dengan penglihatannya, kesempurnaan telinga dengan pendengarannya,
kesempurnaan lisan dengan kemampuannya untuk berbicara, dan ketika hilang
kesempurnaan kekuatan anggota badan tersebut, niscaya dia akan mengalami sakit
dan cacat.
Begitu juga Allah I
telah menjadikan kesempurnaan hati dan nikmat-nikmatnya, kegembiraannya,
ketenangannya, dalam mengenal Rabbnya. Mencintai Nya, senang dan rindu kepada
Nya, beramal dengan apa yang diridhai Nya. Dan tetkala hilang kesempurnaan hati
ini, maka dia akan merasakan azab yang pedih dan kesengsaraan yang perih jika
dibanding dengan mata yang kehilangan penglihatannya, telinga yang kehilangan
pendengarannya. Hati yang bersih dan selamat akan selalu melihat kebenaran
sebagaimana mata melihat matahari.
Dunia dan akherat
Allah I
menjadikan segala sesuatu mempunyai tujuan dan perhiasan. Tumbuh-tumbuhan
memiliki perhiasan, yaitu: dahan, dedaunan dan bunga-bunga, akan tetapi maksud
dan tujuan dijadikannya pohon adalah untuk menghasilkan buah-buahan dan
kacang-kacangan. Juga pakaian mempunyai perhiasan, sedangkan maksud dan tujuan
dari pakaian adalah menutupi aurat. Sama halnya dengan dunia, dia mempunyai
perhiasan dan keindahan, segala apa yang ada di dalamnya adalah perhiasan
dunia. Sedangkan maksud dan tujuannya adalah memudahkan untuk beriman dan amal
sholeh.
Dunia adalah perhiasan, akherat
adalah tujuan. Setiap orang yang lupa akan maksud dan tujuannya pasti akan
terpesona dengan perhiasan dunia. Para nabi –alaihimus salam- dan para
pengikutnya sibuk beramal demi (mengejar) maksud dan tujuan mereka. Dan orang
yang lalai (ahli dunia) akan sibuk dengan perhiasan-perhiasan dunia;
berhura-hura dan bermain-main. Padahal Allah I
memerintahkan kepada kita untuk mengambil bagian dari dunia ini sebatas
keperluan saja, dan beramal untuk akherat dengan segala kemampuannya.
Ketika bentrokan terjadi dalam hidup
kita, antara perhiasan dan tujuan, yaitu beribadah kepada Allah semata dan
tidak menyekutukan Nya, menta'ati Nya dan menta'ati rasul Nya, maka
dahulukanlah apa yang dicintai oleh Allah, yaitu beribadah kepada Nya,
menta'ati Nya dan menta'ati rasul Nya r,
serta berjihad di jalan Allah dan menyebarkan agama-Nya.
Firman Allah I
﴿ إِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَى ٱلۡأَرۡضِ زِينَةٗ
لَّهَا لِنَبۡلُوَهُمۡ أَيُّهُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗا ٧ ﴾ [الكهف: ٧]
"Sesungguhnya
Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami
menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya" (QS.
Al-Kahfi: 7).
Allah I
berfirman:
﴿ ٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا
لَعِبٞ وَلَهۡوٞ وَزِينَةٞ وَتَفَاخُرُۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٞ فِي ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَوۡلَٰدِۖ
كَمَثَلِ غَيۡثٍ أَعۡجَبَ ٱلۡكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصۡفَرّٗا
ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمٗاۖ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ عَذَابٞ شَدِيدٞ وَمَغۡفِرَةٞ مِّنَ ٱللَّهِ
وَرِضۡوَٰنٞۚ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ ٢٠ سَابِقُوٓاْ
إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا كَعَرۡضِ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ
أُعِدَّتۡ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦۚ ذَٰلِكَ فَضۡلُ ٱللَّهِ يُؤۡتِيهِ
مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ ذُو ٱلۡفَضۡلِ ٱلۡعَظِيمِ ٢١ ﴾ [الحديد: ٢٠، ٢١]
"Ketahuilah bahwa sesungguhnya
kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah-megah antar kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan
anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian
tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan akherat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupa dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu." Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu
dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang
yang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Itulah karunia Allah,
diberikannya kepada siapa yang di kehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia
yang besar." (QS. Al-Hadid: 20-21).
Allah I
berfirman:
﴿ قُلۡ إِن كَانَ
ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ
وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ
تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ
حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ
ٱلۡفَٰسِقِينَ ٢٤﴾ [التوبة: 24]
”Katakanlah:
"Jika bapak-bapak, anak-anak, saudar-saudar, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai daripada Allah dan rasul-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik".
(QS. Al-Ataubah: 24).
Nilai dunia di banding dengan
akherat.
Allah I dan
rasul Nya telah menjelaskan dengan gamblang dan sejelas-jelasnya tentang nilai
dunia dibanding akherat sebagaimana yang disebutkan berikut:
1. Nilai dunia yang sebenarnya telah
dijelaskannya oleh Allah I
dengan firman Nya:
﴿ وَمَا هَٰذِهِ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا
لَهۡوٞ وَلَعِبٞۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَ لَهِيَ ٱلۡحَيَوَانُۚ لَوۡ كَانُواْ
يَعۡلَمُونَ ٦٤ ﴾ [العنكبوت: ٦٤]
"Dan tiadalah kehidupan dunia
ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akherat itulah yang
sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui." (QS. Al-Ankabut: 64).
2. Nilai dunia yang bersifat
sementara, dijelaskan oleh Allah I
dalam firman Nya:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَا لَكُمۡ إِذَا قِيلَ لَكُمُ ٱنفِرُواْ فِي سَبِيلِ
ٱللَّهِ ٱثَّاقَلۡتُمۡ إِلَى ٱلۡأَرۡضِۚ أَرَضِيتُم بِٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا مِنَ
ٱلۡأٓخِرَةِۚ فَمَا مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا فِي ٱلۡأٓخِرَةِ إِلَّا
قَلِيلٌ ٣٨﴾ [التوبة: 38]
"Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila
dikatakan kepada kamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan
Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas
dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akherat? Padahal
kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat
hanyalah sedikit." (QS. Al-Taubah: 38).
3. Nilai dunia diukur dengan
timbangan.
Rasulullah r
menjelaskannya dalam hadist beliau r:
((لَوْ
كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا
مِنْهَا شُرْبَةَ مَاءٍ))
"Kalaulah
dunia sama nilainya dengan sayap nyamuk di sisi Allah, maka orang kafir tidak
akan dikasih minum walau satu teguk air". (HR. Turmudzi).
4. Nilai dunia diukur dengan
takaran:
(وَاللهِ
مَا الُّدنْيَا فِي اْلآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ
هذِهِ وَأَشَارَ يحيى بِالسَّباَّبَةِ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ)
"Tidaklah
dunia ini dibanding dengan akherat keculai seperti salah seorang di antara
kalian mencelupkan jarinya ini –dan beliau memberikan isyarat dengan jari
telunjuk- pada sebuah sungai yang besar, maka hendaklah dia mengamati bagian
yang menetes". (HR. Muslim).
5. Nilai dunia diukur dengan
luasnya. Rasulullah r
menjelaskannya:
(مَوْضِعُ
سَوْطٍ فِي الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الُّدُنْيَا وَمَا فِيْهَا)
"Tempat
cemeti di dalam syurga, itu lebih baik dari dunia beserta isinya". (HR.
Bukhari).
6. Nilai dunia diukur dengan uang
dirham.
Rasul r pernah
melewati bangkai seekor anak kambing yang tuli (cacat), maka beliau
menghampirinya dan mengangkat telinga bangkai kambing tersebut, kemudian Beliau
r
bersabda:
(أَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ r مَرَّ بِالسُّوْقِ دَاخِلاً مِنْ بَعْضِ
الْعَالِيَةِ وَالنَّاسُ كَنَفَتَيْهِ فَمَرَّ بِجَدْيٍ أَسَكَّ مَيِّتٍ
فَتَنَاوَلَهُ فَأَخَذَ بِأُذُنِهِ ثُمَّ قَالَ أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هذَا لَهُ
بِدَرْهَمٍ فَقَالُوْا مَا نُحِبّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ
قَالَ أَتُحِبُّوْنَ أَنَّهُ لَكُمْ قَالُوْا وَاللهِ لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ
عيَبْاً فِيْهِ ِلأَّنهُ أَسَكَّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ فَقَالَ فَوَاللهِ
لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلىَ اللهِ مِنْ هذَا عَلَيْكُمْ)
"Sesungguhnya
Rasulullah r
lewat pada sebuah pasar, masuk dari sisi pintunya, sementara para shahabat
berada pada kedua sisi beliau dan melewati seekor kambing cacat yang telah
mati. Lalu beliau mengambilanya dan memegang telinganya kemudian bersabda:
"Siapakah yang mau membeli barang ini dengan satu dirham?", para
shahabat berkata: "Kami tidak suka memilikinya walaupun sedikit dan apakah
yang bisa kami perbuat dengannya?", Nabi r
bertanya: "Apakah kalian senang jika memilikinya?. Para shahabat menjawab:
"Demi Allah, seandainya dia hidup maka dia hidup dalam keadaan cacat sebab
telinganya kecil, tuli dan apalagi kalau dia telah menjadi bangkai (kami tidak
mau memilikinya), lalu Rasulullah r
bersabda: "Demi Allah, dunia ini lebih hina kepada Allah dari (bangaki)
ini di hadapan kalian".
Post a Comment