Benang Merah Kesyirikan Arab
Benang Merah Kesyirikan Arab
Segala puji hanya bagi
Allah, kami memujiNya, memohon pertolongan dan ampunan kepadaNya, kami
berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan keburukan amal
perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat
menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat
memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya
tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah semata, yang
tidak ada sekutu bagiNya. Dan aku juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad
adalah hamba dan RasulNya. Amma Ba'du:
Syirik Ibadah Di Tengah-tengah Arab :
Dalam kajian kita kali ini,
ada satu pendahuluan dan dua pendukung, adapun pendahuluan maka terangkum dalam
dua catatan, yaitu:
Pertama: Penjelasan mayoritas kesyirikan Ibadah yang
dilakukan oleh orang Arab.
Diantara praktek kesyirikan
yang paling nampak pada masa Jahiliah ialah keyakinan kaum musyrikin dengan
banyaknya sesembahan tanpa mengingkari adanya Allah subhanahu wa ta'ala. atau
keyakinan adanya pencipta, pemberi rizki, yang menghidupkan dan mematikan, atau
urusan lainya dari urusan-urusan rububiyah yang dilayangkan kepada selain Allah
azza wa jalla.
Dan mayoritas mereka
beranggapan dengan adanya banyak sesembahan tanpa menampik pendapat adanya satu
Tuhan yang menciptakan alam semesta, hanya saja mereka menyekutukan Allah dalam
peribadatan dengan menyembah sesembahan lain yang diwujudkan dalam bentuk
patung maupun berhala dengan berbagai macam jenis dan bentuknya. sebagaimana
mereka wujudkan pula pada bentuk pohon atau batu atau benda-benda yang ada
dilangit. Dengan keyakinan penuh kalau benda-benda sepesial tersebut sebagai
tempat kekuatan yang tersembunyi, tempat arwah yang jahat, dan setan yang masuk
dalam urusan-urusan manusia, yang menyumbat cara berpikir dan berperilaku yang
benar.
Bila diperhatikan dalam
tekstual al-Qur'an yang mulia dan sunah Nabi yang suci serta peninggalan adat dan
kebudayaan orang Arab Jahiliah, dari sya'ir dan prosa mereka niscaya kita akan
menjumpai banyak dalil yang menetapkan tentang proses awal mulanya keyakinan
banyaknya sesembahan tanpa mengingkari pendapat adanya Allah sebagai
satu-satunya pencipta segala makhluk, dengan tidak menetapkan adanya memberi
rizki, menciptakan, menghidupkan, mematikan, serta mengurusi urusan makhluk
kepada selain Allah subhanahu wa ta'ala.
Berikut ini akan saya
paparkan beberapa dalil yang menjelaskan tentang mayoritas kesyirikan yang
dilakukan oleh orang Arab dalam perkara ibadah saja.
Dimana Allah telah menyebutkan didalam kitabNya beberapa
dalil yang menegaskan pengakuan kaum musyrikin dengan tauhid rububiyah lalu
kesyirikan mereka dalam uluhiyah.
Jenis pertama: Yang menjelaskan akan hal
tersebut ialah kesimpulan Allah azza wa jalla berikan dan hujahNya atas kaum
musyrikin ketika mereka mengakui adanya pencipta, pemberi rizki, menghidupkan
dan mematikan serta mengurusi urusan makhluk yang seharusnya itu semua mendorong
mereka untuk mengakui uluhiyah dan peribadatan yang selayak murni ditujukan
kepada Allah subhanahu wa ta'ala sebagai hakNya. Dan diantara ayat-ayat yang
menjelaskan hal tersebut ialah:
Pertama: Firman Allah tabaraka wa ta'ala:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُمۡ وَٱلَّذِينَ
مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ٢١ ٱلَّذِي جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ فِرَٰشٗا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءٗ وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَخۡرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزۡقٗا لَّكُمۡۖ فَلَا تَجۡعَلُواْ لِلَّهِ أَندَادٗا وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٢٢
﴾ [ البقرة: 21-22 ]
"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui". (QS
al-Baqarah: 21-22).
Imam
Thabari dan Ibnu Katsir menjelaskan, "Artinya janganlah kalian
menyekutukan Allah dengan yang lain, dari sesembahan-sesembahan yang tidak
mampu memberi manfaat, tidak pula memberi mara bahaya, sedangkan kalian
mengetahui bahwasannya tidak ada Rabb bagi kalian yang memberi rizki melainkan
hanya Allah semata".[1]
Kedua: Firman Allah azza wa jalla.
﴿ قُلۡ مَن يَرۡزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ أَمَّن يَمۡلِكُ
ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَمَن يُخۡرِجُ ٱلۡحَيَّ مِنَ ٱلۡمَيِّتِ وَيُخۡرِجُ ٱلۡمَيِّتَ
مِنَ ٱلۡحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ ٱلۡأَمۡرَۚ فَسَيَقُولُونَ ٱللَّهُۚ فَقُلۡ أَفَلَا
تَتَّقُونَ ٣١﴾ [ يونس: 31 ]
"Katakanlah:
"Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan
menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mengapa kamu tidak bertakwa
kepada-Nya)?". (QS Yunus: 31).
Ketika menafsirkan ayat ini Imam Ibnu
Katsir menjelaskan, "Allah ta'ala berargumen atas kaum musyrikin dengan
pengetahuan yang telah mereka miliki akan keesaan rububiyahNya dan keesaan
uluhiyahNya. Artinya, bagaimana kalian sampai memalingkan peribadatan kepada
selain Allah sedangkan kalian mengetahui bahwasannya tidak ada Rabb yang mampu
menciptakan segala sesuatu serta yang mengurusi semuanya (melainkan Allah
semata) ".[2]
Ketiga: Firman Allah
tabaraka wa ta'ala:
﴿ قُلۡ هَلۡ مِن شُرَكَآئِكُم مَّن يَهۡدِيٓ إِلَى ٱلۡحَقِّۚ قُلِ ٱللَّهُ
يَهۡدِي لِلۡحَقِّۗ أَفَمَن يَهۡدِيٓ إِلَى ٱلۡحَقِّ أَحَقُّ أَن يُتَّبَعَ أَمَّن
لَّا يَهِدِّيٓ إِلَّآ أَن يُهۡدَىٰۖ فَمَا لَكُمۡ كَيۡفَ تَحۡكُمُونَ ٣٥ ﴾ [ يونس: 35 ]
"Katakanlah:
"Apakah di antara sekutu-sekuturmu ada yang menunjuki kepada
kebenaran?" Katakanlah "Allah-lah yang menunjuki kepada
kebenaran". Maka apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran itu
lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali
(bila) diberi petunjuk? mengapa kamu (berbuat demikian)? bagaimanakah kamu
mengambil keputusan?". (QS
Yunus: 35).
Imam Ibnu Katsir menerangkan,
"Artinya, kalian telah paham jika sekutu-sekutu yang kalian bikin bagi
Allah itu tidak mungkin sanggup memberi hidayah bagi orang yang tersesat,
adapun yang sanggup memberi hidayah bagi orang yang sedang kebingungan, memberi
hidayah dari kesesatan kepada petunjuk itu hanyalah Allah semata yang tidak ada
Ilah yang hak melainkan diriNya".[3]
Apabila hidayah dan kesesatan itu berada
ditangan Allah azza wa jalla sedangkan kalian tahu akan hal itu lantas kenapa
kalian beribadah kepada selain Allah? Apa sebab yang menjadikan kalian enggan
untuk memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata, jika kalian memiliki
pengetahuan akan rububiyahNya?
Keempat: Firman Allah
ta'ala:
﴿ قُلۡ مَن رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ قُلِ ٱللَّهُۚ ١٦ ﴾ [ الرعد: 16 ]
"Katakanlah:
"Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". (QS ar-Ra'd: 16).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan,
"Allah menegaskan bahwasannya tidak ada Ilah yang hak melainkan diriNya,
dikarenakan mereka mengetahui bahwasanya Allah lah yang telah menciptakan
langit dan bumi, yang menguasai dan mengaturnya".[4]
Kelima: Firman Allah
ta'ala:
﴿ وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ
خَلَقَهُنَّ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡعَلِيمُ ٩ ﴾ [ الزخرف: 9 ]
"Dan sungguh jika
kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui". (QS az-Zukhruf: 9).
Imam Ibnu Katsir menafsirkan,
"Allah ta'ala berkata, 'Jika kamu bertanya wahai Muhammad kepada mereka
orang musyrik tentang Allah yang disembah bersama sesembahan yang lain,
'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? niscaya mereka akan menjawab,
'Semuanya diciptakan oleh yang Maha perkasa lagi Maha mengetahui'. artinya
mereka benar-benar mengetahui bahwa yang menciptakan itu semua adalah Allah
semata yang tidak ada sekutu bagiNya, akan tetapi, dengan pengetahuanya tersebut
mereka tetap saja menyembaNya bersama sesembahan yang lain, dari patung maupun
berhala".[5]
Keenam: Firman Allah
ta'ala:
﴿ وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَهُمۡ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۖ فَأَنَّىٰ
يُؤۡفَكُونَ ٨٧ ﴾
[ الزخرف: 87 ]
"Dan
sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan
mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", Maka bagaimanakah mereka
dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?". (QS
az-Zukhruf: 87).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan, "Artinya, jika engkau bertanya kepada
mereka kaum musyrikin tentang Allah dan sesembahan yang mereka sembah
bersamaNya, siapakah yang menciptakan mereka? niscaya mereka akan menjawab,
'Allah'. artinya, mereka mengetahui bahwasannya pencipta segala sesuatu
hanyalah Allah yang tidak ada sekutu bagiNya dalam perkara tersebut".[6]
Ketujuh: Firman Allah tabaraka wa ta'ala:
﴿ قُل لِّمَنِ ٱلۡأَرۡضُ وَمَن فِيهَآ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٨٤ سَيَقُولُونَ
لِلَّهِۚ قُلۡ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ٨٥ قُلۡ مَن رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ ٱلسَّبۡعِ وَرَبُّ
ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡعَظِيمِ ٨٦ سَيَقُولُونَ لِلَّهِۚ قُلۡ أَفَلَا تَتَّقُونَ ٨٧ قُلۡ مَنۢ
بِيَدِهِۦ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيۡءٖ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيۡهِ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٨٨ سَيَقُولُونَ
لِلَّهِۚ قُلۡ فَأَنَّىٰ تُسۡحَرُونَ ٨٩ ﴾
[
المؤمنون: 84-89 ]
"Katakanlah:
"Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu
mengetahui? Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah:
"Maka apakah kamu tidak ingat? Katakanlah: "Siapakah yang empunya
langit yang tujuh dan yang empunya 'Arsy yang besar? Mereka akan menjawab:
"Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?
Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala
sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari
(azab)-Nya, jika kamu mengetahui? Mereka akan menjawab: "Kepunyaan
Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka dari jalan manakah kamu
ditipu?". (QS al-Mukminun:
84-89).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan,
"Allah ta'ala menegaskan akan keesaanNya tanpa ada unsur penekanan dari
makhluk, karena diriNya yang menguasai dan mengatur mereka. sebagai petunjuk
bahwasannya Allah adalah esa yang tidak ada Ilah yang hak melainkan Dia, maka
tidak layak peribadatan ditujukan melainkan hanya kepadaNya semata yang tidak
ada sekutu bagiNya.
Oleh karena itu, Allah berkata kepada
utusanNya Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam untuk menanyakan kepada
kaum musyrikin yang menyembah Allah bersama sesembahan yang lain, yang telah
mempunyai pengetahuan akan rububiyahnya Allah, dimana tidak ada sekutu bagiNya
dalam perkara rububiyah, namun, pengetahuan yang seperti itu masih saja
menjadikan mereka menyekutukan Allah bersama sesembahan lain, dengan kesadaran
yang mereka miliki bahwa yang sedang disembah tidak mampu menciptakan
sedikitpun tidak pula memilikinya.
Maka katakan, 'Kepunyaan siapakah
bumi ini, dan semua yang ada padanya? artinya siapakah pemilik bumi, yang
telah menciptakannya beserta seluruh isi yang ada padanya, dari binatang,
tumbuhan, buah-buahan dan berbagai macam makhluk lainnya? lalu Allah
mengatakan, 'Jika kamu mengetahui? Niscaya mereka akan menjawab:
"Kepunyaan Allah". artinya, mereka akan mengatakan padamu jika
itu semuanya hanya kepunyaan Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya. Jika
demikian, 'Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?. artyinya,
tidak sepantasnya ibadah itu ditujukan melainkan hanya bagi yang mencipta lagi
memberi rizki.
Lalu Allah mengatakan, "Katakanlah:
"Siapakah yang empunya langit yang tujuh dan yang empunya 'Arsy yang
besar? Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah". artinya, jika
kalian mengetahui bahwasannya empunya langit yang tujuh dan empunya Arsy yang
besar itu adalah Allah lalu apakah kalian tidak merasa takut dengan hukumanNya
dan berupaya menjauh dari siksaNya ketika menyembah selain Allah dan
menyekutukanNya?
Kemudian Allah mengatakan, "Katakanlah:
"(Kalau demikian), Maka dari jalan manakah kamu ditipu?".
artinya, bagaimana bisa akal kalian hilang dengan pengetahuanmu tentang hal
tersebut kemudian kalian justru menyembah selain Allah".[7]
Kedelapan: Firman Allah
tabaraka wa ta'ala:
﴿ وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَسَخَّرَ
ٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۖ فَأَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ ٦١ ٱللَّهُ يَبۡسُطُ
ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦ وَيَقۡدِرُ لَهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ
شَيۡءٍ عَلِيمٞ ٦٢ وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّن نَّزَّلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَحۡيَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ مِنۢ بَعۡدِ مَوۡتِهَا لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۚ
قُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِۚ بَلۡ أَكۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡقِلُونَ ٦٣ ﴾ [ العنكبوت: 61-63 ]
"Dan sesungguhnya
jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan
bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka akan menjawab:
"Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang
benar). Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara
hamba- hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. sesungguhnya Allah
Maha mengetahui segala sesuatu. Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada
mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan
air itu bumi sesudah matinya?" tentu mereka akan menjawab:
"Allah", Katakanlah: "Segala puji bagi Allah", tetapi
kebanyakan mereka tidak memahami(nya)". (QS al-Ankabuut: 61-63).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan manakala
menafsirkan ayat-ayat diatas, "Allah ta'ala berkata sambil menegaskan
bahwasanya tidak ada Ilah yang hak melainkan Dia. Disebabkan kaum musyrikin
yang menyembah Allah bersama sesembahan lain paham betul bahwasanya Allah
berdiri sendiri didalam menciptakan langit dan bumi, matahari dan bulan,
menundukan malam dan siang, bahwasannya Allah lah yang menciptakan, dan memberi
rizki bagi para hambaNya, mentakdirkan ajal mereka serta memberinya rizki
dengan berbagai macam jenis dan tingkatan mereka, sehingga diantara mereka ada
yang dijadikan kaya ada pula yang miskin.
Selanjutnya Allah menyebutkan
bahwasannya Allah berdiri sendiri dalam menciptakan segala sesuatu, yang
sendirian dalam mengurusi alam semesta, jika demikian perkaranya lantas kenapa
kalian menyembah selain Allah? Kenapa kalian bertawakal pada yang lain?
Sebagaimana Allah esa didalam kekuasaanNya maka hendaknya kalian mengesakanNya
dalam peribadatan.
Dan kebanyakan apa yang ditegaskan oleh
Allah ta'ala dalam perkara ketuhanan, dijadikan sebagai bentuk pengakuan
tentang pengetahuan tauhid rububiyah, dimana kaum musyrikin mengetahuinya,
sebagaimana tersirat dalam ucapan talbiyah mereka, "Aku penuhi panggilanMu
yang tidak ada sekutu bagiMu melainkan yang Engkau miliki, yang Engkau
menguasainya namun tidak menguasaiMu".[8]
Kesembilan: Firman
Allah azza wa jalla:
﴿ وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ
ٱللَّهُۚ قُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِۚ بَلۡ أَكۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ ٢٥ ﴾ [ لقمان: 25 ]
"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada
mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" tentu mereka
akan menjawab: "Allah". Katakanlah : "Segala puji bagi
Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui". (QS Luqman: 25).
Berkata Imam Ibnu Katsir menjelaskan
ayat ini, "Allah ta'ala berfirman mengabarkan tentang hakekat kaum
musyrikin, bahwasannya mereka mengetahui kalau Allah adalah pencipta langit
secara sendirian yang tidak ada sekutu bagiNya, namun, dengan itu mereka justru
menyembahNya sambil menyembah sekutu-sekutu (yang mereka buat) sedang mereka
paham bahwa Allah lah yang menciptakan dan menguasai sesembahan tersebut, oleh
karena itu Allah mengatakan, 'Katakanlah : "Segala puji bagi
Allah". apabila hujah telah tegak atas mereka dengan pengetahuannya
tentang hal itu".[9]
Sepuluh: Firman Allah
azza wa jalla:
﴿ قُلۡ مَن يَرۡزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ قُلِ ٱللَّهُۖ
وَإِنَّآ أَوۡ إِيَّاكُمۡ لَعَلَىٰ هُدًى أَوۡ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ ٢٤ ﴾ [ سبأ: 24 ]
"Katakanlah:
"Siapakan yang memberi rizki kepadamu dari langit dan dari bumi?"
Katakanlah: "Allah", dan sesungguhnya Kami atau kamu (orang-orang
musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata". (QS Saba': 24).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan,
"Allah ta'ala menegaskan akan ke esaanNya didalam mencipta, dan memberi
rizki, serta keesaanNya dalam uluhiyah. Sebagaimana mereka mengetahui bahwa
tidaklah mereka memperoleh rizki dari langit dan bumi melainkan semuanya dari
Allah, jika demikian, maka hendaknya kalian memahami bahwasannya tidak ada Ilah
yang hak disembah melainkan Allah".[10]
Sebelas: Firman Allah
tabaraka wa ta'ala:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡۚ هَلۡ
مِنۡ خَٰلِقٍ غَيۡرُ ٱللَّهِ يَرۡزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِۚ لَآ إِلَٰهَ
إِلَّا هُوَۖ فَأَنَّىٰ تُؤۡفَكُونَ ٣ ﴾ [ فاطر: 3 ]
"Hai manusia,
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. adakah pencipta selain Allah yang dapat
memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi ? tidak ada Tuhan selain dia;
maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? (QS Faathir: 3).
Dijelaskan oleh Imam Ibnu Katsir,
"Allah ta'ala menjelaskan pada para hambaNya, serta membimbingnya supaya
menjadikan sebagai dalil dalam mengesakanNya ketika beribadah kepadaNya, yakni,
sebagaimana Allah sendirian didalam menciptakan dan memberi rizki, begitu pula
hendaknya kalian mengesakan Allah didalam ibadah, jangan menyekutukan dengan
yang lainnya, baik dari patung atau berhala atau sesembahan lainnya".[11]
Dua Belas: Firman Allah
tabaraka wa ta'ala:
﴿
قُلۡ أَرَءَيۡتُمۡ شُرَكَآءَكُمُ ٱلَّذِينَ تَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ
أَرُونِي مَاذَا خَلَقُواْ مِنَ ٱلۡأَرۡضِ أَمۡ لَهُمۡ شِرۡكٞ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ أَمۡ
ءَاتَيۡنَٰهُمۡ كِتَٰبٗا فَهُمۡ عَلَىٰ بَيِّنَتٖ مِّنۡهُۚ ٤٠ ﴾ [ فاطر: 40]
"Katakanlah:
"Terangkanlah kepada-Ku tentang sekutu-sekutumu yang kamu seru selain
Allah. perlihatkanlah kepada-Ku (bahagian) manakah dari bumi ini yang telah
mereka ciptakan ataukah mereka mempunyai saham dalam (penciptaan) langit atau
adakah Kami memberi kepada mereka sebuah kitab sehingga mereka mendapat
keterangan-keterangan yang jelas daripadanya?". (QS Faathir: 40).
Sisi pengambilan dalil dari ayat
diatas, pengakuan mereka bahwa sekutu-sekutu yang mereka miliki tidak mempunyai
saham sedikitpun dalam menciptakan langit dan bumi, sebagaimana sangat jelas
tergambar dalam ayat.
Tiga Belas: Firman
Allah azza wa jalla:
﴿
وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ
ٱللَّهُۚ ٣٨ ﴾ [ الزمر: 38 ]
"Dan
sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan
langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". (QS
az-Zumar: 38).
Imam Ibnu Katsir menerangkan, "Yakni kaum musyrikin, dimana mereka
mengetahuinya bahwa Allah azza wa jalla adalah pencipta segala sesuatu, namun,
dengan begitu mereka justru menyembahNya sambil menyembah sesembahan yang lain,
yang tidak mampu memberi manfaat pada mereka tidak pula mara bahaya".[12]
Inilah beberapa ayat dalam al-Qur'an yang menunjukan mayoritas
kesyirikan yang dilakukan oleh kaum musyrikin, dengan pengakuan mereka akan rububiyahnya Allah azza wa jalla, yang
menciptakan dan memberi rizki. Mereka juga menyandarkan segala perkara dan
urusannya kepada Allah subhanahu wa ta'ala semata, namun, bersamaan dengan itu
mereka justru menyekutukan Allah, dan kesyirikan mereka tidak lain berada dalam
peribadatan.
Jenis kedua: Allah azza wa jalla
berargumen akan hak ibadah yang harus diesakan kepadaNya, dengan pengakuan kaum
musyrikin tentang sesembahan mereka yang tidak mampu memberi manfaat tidak pula
menurunkan mara bahaya bagi seseorang, apalagi mampu mengangkat mara bahaya
dari seseorang. dimana Allah menyebutkan hal tersebut dalam banyak ayatnya,
diantaranya ialah:
Pertama:
Firman Allah tabaraka wa ta'ala:
﴿
قُلۡ أَتَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَمۡلِكُ لَكُمۡ ضَرّٗا وَلَا نَفۡعٗاۚ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ ٧٦ ﴾ [ المائدة: 76 ]
"Katakanlah:
"Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat
memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?" dan Allah-lah
yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui". (QS al-Maa-idah: 76).
Ketika menafsirkan ayat ini Imam Ibnu
Katsir menjelaskan, "Allah ta'ala berfirman sambil mengingkari orang yang
beribadah kepada selainNya, baik dari patung atau berhala atau sesembahan yang
lainnya, dan menjelaskan bahwa
sesembahan-sesembahan tersebut tidak pantas sedikitpun untuk mendapat sifat
ketuhanan.
Allah berfirman, 'Katakanlah wahai
Muhammad kepada mereka yang menyembah selain Allah, apakah kalian menyembah
selain Allah, yang tidak mampu memberi kalian madarat tidak pula memberi
manfaat, artinya, tidak mampu untuk mengangkat madarat yang menimpa kalian
tidak pula bisa memberi manfaat pada kalian. Dan Allah lah yang Maha mendengar
lagi Maha mengetahui, lantas kenapa kalian justru berpaling dengan menyembah
benda mati yang tidak bisa mendengar tidak pula melihat dan tidak punya ilmu
sedikitpun, tidak mempunyai madarat tidak pula manfaat bagi orang lain apalagi
bagi dirinya sendiri"[13]. Dalam ayat diatas Allah bertanya dengan bentuk
pertanyaan mengingkari dan menetapkan atas pengetahuan mereka.
Kedua: Firman Allah
ta'ala:
﴿
قُلۡ أَرَءَيۡتَكُمۡ إِنۡ أَتَىٰكُمۡ عَذَابُ ٱللَّهِ أَوۡ أَتَتۡكُمُ
ٱلسَّاعَةُ أَغَيۡرَ ٱللَّهِ تَدۡعُونَ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ٤٠ ﴾ [ الأنعام: 40
]
"Katakanlah:
"Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang
kepadamu hari kiamat, apakah kamu menyeru (tuhan) selain Allah; jika kamu
orang-orang yang benar!". (QS
al-An'aam: 40).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan maksud
ayat diatas, "Artinya, jika datang kepadamu ini dan itu, apakah kamu akan
menyeru kepada selain Allah, jika kamu benar orang-orang yang jujur. artinya,
janganlah kalian menyeru selain Allah, karena kalian mengetahui bahwa tidak ada
seorangpun yang mampu mengangkat itu semua selain Allah, oleh sebab itu Allah
mengatakan, "Jika kamu orang-orang yang benar!". artinya,
didalam sikap kalian yang menjadikan sesembahan selain Allah".[14]
Ketiga: Firman Allah
azza wa jalla:
﴿ قُلۡ أَفَٱتَّخَذۡتُم مِّن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءَ
لَا يَمۡلِكُونَ لِأَنفُسِهِمۡ نَفۡعٗا وَلَا ضَرّٗاۚ ١٦﴾ [الرعد: 16]
"Katakanlah:
"Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah,
padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi
diri mereka sendiri?". (QS
ar-Ra'd: 16).
Keterangan Imam Ibnu Katsir dalam
tafsirnya tentang ayat diatas, "Allah menegaskan, bahwasannya tidak ada
Ilah yang hak melainkan Dia. Disebabkan mereka mengetahui bahwasannya Allah lah
yang menciptakan langit dan bumi, lalu Allah pula yang mengatur dan mengurusi
keduanya.
Adapun sesembahan mereka maka tidak mempunyai
bagi dirinya sendiri tidak pula yang menyembahnya manfaat apalagi madarat.
Lantas apakah sama orang yang menyembah sesembahan semacam ini dengan orang
yang menyembah Allah semata yang tidak ada sekutu baginya, jelas itu merupakan
cahaya hidayah dari Allah azza wa jalla".[15]
Keempat: Firman Allah
tabaraka wa ta'ala:
﴿
قُلۡ أَفَرَءَيۡتُم مَّا تَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ إِنۡ أَرَادَنِيَ
ٱللَّهُ بِضُرٍّ هَلۡ هُنَّ كَٰشِفَٰتُ ضُرِّهِۦٓ أَوۡ أَرَادَنِي بِرَحۡمَةٍ هَلۡ
هُنَّ مُمۡسِكَٰتُ رَحۡمَتِهِۦۚ قُلۡ حَسۡبِيَ ٱللَّهُۖ عَلَيۡهِ يَتَوَكَّلُ ٱلۡمُتَوَكِّلُونَ
٣٨ ﴾ [ الزمر: 38 ]
"Katakanlah:
"Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika
Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaKu, apakah berhala-berhalamu itu
dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat
kepadaKu, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah
Allah bagiku". kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri".
(QS azz-Zumar: 38).
Imam Syaukani menjelaskan maksud ayat
diatas, "Artinya, kabarkan padaku perihal sesembahan yang kalian sembah,
apakah mampu menyingkap madarat yang dikehendaki oleh Allah kepadaku, Allah
mengatakan, "Atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaKu, apakah
mereka dapat menahan rahmatNya?. Dariku dengan cara menahannya.
Dikatakan oleh Muqatil, "Tatkala
turun ayat ini maka Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam menanyakan kepada kaum
musyrikin maka merekapun terdiam".
Ada pula ulama yang mengatakan,
"Mereka mengatakan, Tidak akan sanggup menahan apa yang telah ditakdirkan
oleh Allah, akan tetapi, Cuma menyingkapnya". maka turunlah firman Allah
tabarakan wa ta'ala, "Cukuplah Allah bagiku". Pada semua
urusanku, baik dalam mencari manfaat maupun menolak mara bahaya"[16].
Kelima: Firman Allah
azza wa jalla:
﴿ وَإِذَا مَسَّكُمُ ٱلضُّرُّ فِي ٱلۡبَحۡرِ ضَلَّ
مَن تَدۡعُونَ إِلَّآ إِيَّاهُۖ ٦٧ ﴾ [ الإسراء: 78]
"Dan apabila kamu
ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali
Dia". (QS al-Israa': 67).
Imam Syaukani menjelaskan,
"Sesungguhnya orang-orang kafir menyakini pada sesembahan dan berhala
mereka mampu memberi manfaat selain daripada mengangkat madarat dan musibah,
adapun dalam kondisi kritis semacam ini –Yakni kondisi kritis ditengah lautan-
maka setiap orang diantara mereka mengetahui secara yakin bahwa tidak akan ada
yang sanggup mengangkatnya (melainkan Allah), adapun berhala dan sesembahan
mereka bukan untuk mengurusi masalah yang satu ini".[17]
Inilah beberapa ayat yang menunjukan
mayoritas perilaku kesyirikan kaum musyrikin Arab yang mengetahui bahwa madarat
dan manfaat datangnya dari Allah, dan tidak ada seorangpun yang sanggup
mengangkat musibah yang menimpa mereka melainkan Allah ta'ala semata,
sebagaimana diketahui bahwa ini termasuk perkara rububiyah.
Akan tetapi, dengan ilmu mereka ini
justru mereka menyekutukan Allah, dan kesyirikannya hanya ada pada peribadatan,
makanya Allah berargumen dengan pengakuan mereka tersebut untuk lebih
memprioritaskan dalam mengesakan Allah dalam beribadah.
Jenis ketiga: Ayat-ayat
Syirik.
Seperti telah diketahui bahwa kesyirikan
tidaklah terjadi melainkan dengan adanya pengakuan dari orang yang menyekutukan
dengan yang disekutukan yakni Allah azza wa jalla.[18]
Ayat-ayat dibawah ini, walaupun hanya
menunjukan pada kesyirikan dalam uluhiyah dan rububiyah secara berbarengan,
akan tetapi, dalil-dalil yang lain bisa sebagai penguat, yang menjelaskan
bahwasanya mereka tidak hanya sekedar menyekutukan Allah dalam perkara
rububiyah, dengan menjadikan tandingan-tandingan Allah –kecuali Syardzamah
sebagaimana telah lewat penjelasannya- namun, mereka juga menyekutukan Allah
dalam perkara uluhiyah dan beberapa kekhususan rububiyah. Oleh sebab itu kesyirikan
disini nampak sekali berada pada masalah uluhiyah. Berikut ayat-ayat yang
mendukungnya:
Pertama: Firman Allah
tabaraka wa ta'ala:
﴿قُلۡ
أَيُّ شَيۡءٍ أَكۡبَرُ شَهَٰدَةٗۖ قُلِ ٱللَّهُۖ شَهِيدُۢ بَيۡنِي وَبَيۡنَكُمۡۚ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَٰذَا
ٱلۡقُرۡءَانُ لِأُنذِرَكُم بِهِۦ وَمَنۢ بَلَغَۚ أَئِنَّكُمۡ لَتَشۡهَدُونَ أَنَّ مَعَ
ٱللَّهِ ءَالِهَةً أُخۡرَىٰۚ قُل لَّآ أَشۡهَدُۚ قُلۡ إِنَّمَا هُوَ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞ
وَإِنَّنِي بَرِيٓءٞ مِّمَّا تُشۡرِكُونَ ١٩ ﴾ [ الأنعام: 19]
"Katakanlah:
"Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah:
"Allah". Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. dan al-Qur'an ini
diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi peringatan kepadamu dan
kepada orang-orang yang sampai al-Qur'an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu
mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?" Katakanlah:
"Aku tidak mengakui." Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan
yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan (dengan Allah)".
(QS al-An'aam: 19).
Ayat yang mulia ini memberikan faidah
bahwa kaum musyrikin telah bersaksi jika Allah adalah tuhan mereka, akan tetapi
mereka mengatakan, 'Namun bersamaNya ada sesembahan yang lain'.
Persaksian mereka ini diperkuat dengan
sumpah, lafad penguat kemudian masih diperkuat kembali dengan huruf lam.
Sedangkan kata ma'a (bersama)
yang ada didalam ayat semakin menegaskan kalau mereka betul-betul mengakui akan
rububiyahnya Allah azza wa jalla begitu pula uluhiyahNya. akan tetapi, mereka
tetap menjadikan sesembahan yang lain bersamaNya, sehingga kesyirikan mereka,
tatkala mereka menyekutukan sesembahan tersebut bersama Allah, bisa di ilustrasikan
sebagai sarana yang dapat menghubungkan kepada Allah, mengangkat hajatnya untuk
disampaikan kepada Allah, mengabulkan permintaannya tatkala berdo'a kepadanya.
Inilah keyakinan dan agama mereka, sebagaimana didukung oleh banyak ayat yang
semakna dengan ayat ini[19].
Kedua: Firman Allah
azza wa jalla.
﴿
إِنَّا كَفَيۡنَٰكَ ٱلۡمُسۡتَهۡزِءِينَ ٩٥ ٱلَّذِينَ يَجۡعَلُونَ مَعَ
ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَۚ فَسَوۡفَ يَعۡلَمُونَ ٩٦ ﴾ [ الحجر: 95-96 ]
"Sesungguhnya Kami
memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan
(kamu), (yaitu) orang-orang yang menganggap adanya Tuhan yang lain di samping
Allah; maka mereka kelak akan mengetahui (akibat-akibatnya)". (QS al-Hijr: 95-96).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan,
"Ancaman yang sangat keras bagi siapapun yang menjadikan sesembahan
bersama Allah".[20]
Seperti yang telah diketahui, bahwa
didalam ayat ini menjelaskan tentang pengakuan mereka terhadap Allah bersamaan
dengan perbuatan syirik yang mereka kerjakan.
Dan kesyirikan yang mereka lakukan itu
dalam perkara ibadah dan uluhiyah bukan dalam masalah rububiyah, dengan bukti
pengetahuan mereka akan sekutunya, yakni sesembahan, dan sekutu biasanya dijadikan dalam perkara
uluhiyah dan beberapa kekhususan
rububiyah bukan dalam perkara rububiyah.
Ketiga: Firman Allah
ta'ala:
﴿
وَمَن يَدۡعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ لَا بُرۡهَٰنَ لَهُۥ بِهِۦ
فَإِنَّمَا حِسَابُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦٓۚ إِنَّهُۥ لَا يُفۡلِحُ ٱلۡكَٰفِرُونَ ١١٧ ﴾
[ المؤمنون: 117 ]
"Dan Barangsiapa
menyembah Tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun
baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya.
sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung". (QS al-Mukminun: 117).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam
tafsir ayat diatas, "Allah ta'ala berfirman dalam rangka mengancam bagi
orang yang menyekutukanNya, dan menyembahNya bersama sesembahan yang lain, dan
juga mengabarkan bahwa orang yang menyekutukan Allah, sama sekali tidak
mempunyai petunjuk, tidak pula ada dalil yang bisa dijadikan sebagai sandaran
dalam perbuatannya".[21]
Keempat: Firman Allah
tabaraka wa ta'ala:
﴿
أَءِلَٰهٞ مَّعَ ٱللَّهِۚ بَلۡ هُمۡ قَوۡمٞ يَعۡدِلُونَ ٦٠ أَمَّن جَعَلَ
ٱلۡأَرۡضَ قَرَارٗا وَجَعَلَ خِلَٰلَهَآ أَنۡهَٰرٗا وَجَعَلَ لَهَا رَوَٰسِيَ وَجَعَلَ بَيۡنَ ٱلۡبَحۡرَيۡنِ حَاجِزًاۗ
أَءِلَٰهٞ مَّعَ ٱللَّهِۚ بَلۡ أَكۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ ٦١ أَمَّن يُجِيبُ ٱلۡمُضۡطَرَّ
إِذَا دَعَاهُ وَيَكۡشِفُ ٱلسُّوٓءَ وَيَجۡعَلُكُمۡ خُلَفَآءَ ٱلۡأَرۡضِۗ أَءِلَٰهٞ
مَّعَ ٱللَّهِۚ قَلِيلٗا مَّا تَذَكَّرُونَ ٦٢ أَمَّن يَهۡدِيكُمۡ فِي ظُلُمَٰتِ ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ
وَمَن يُرۡسِلُ ٱلرِّيَٰحَ بُشۡرَۢا بَيۡنَ يَدَيۡ رَحۡمَتِهِۦٓۗ أَءِلَٰهٞ مَّعَ ٱللَّهِۚ
تَعَٰلَى ٱللَّهُ عَمَّا يُشۡرِكُونَ ٦٣ أَمَّن يَبۡدَؤُاْ ٱلۡخَلۡقَ ثُمَّ يُعِيدُهُۥ
وَمَن يَرۡزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِۗ أَءِلَٰهٞ مَّعَ ٱللَّهِۚ قُلۡ هَاتُواْ
بُرۡهَٰنَكُمۡ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ٦٤
﴾ [ النمل: 60-64 ]
"Apakah disamping
Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang
menyimpang (dari kebenaran). Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai
tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang
menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah
antara dua laut? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan
(sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. Atau siapakah yang
memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya,
dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai
khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? amat sedikitlah
kamu mengingati(Nya). atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di
dataran dan lautan dan siapa (pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar
gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang
lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya).
Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian
mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezki kepadamu dari
langit dan bumi? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)?. Katakanlah:
"Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang
benar". (QS an-Naml: 60-64).
al-Hafidh Ibnu Katsir menjelaskan,
"Pertanyaan dalam bentuk pengingkaran bagi kaum musyrikin yang beribadah
kepada Allah sambil menyembah sesembahan yang lain, kemudian Allah menerangkan
bahwasannya Allah maha esa dalam mencipta, memberi rizki, dan mengurusi makhluk
tanpa memerlukan bantuan orang lain, artinya, sesembahan-sesembahan tersebut
tidak akan mampu menumbuhkan ranting dedaunan, karena yang mampu melakukannya
hanyalah Allah, yang telah menciptakan, dan memberi rizki, yang mampu berdiri
sendiri, dan maha esa, bukan berhala atau sesembahan (yang kalian sembah
bersamaKu), sebagaimana diakui sendiri oleh kaum musyrikin".[22]
Kelima: Firman Allah
azza wa jalla:
﴿ فَلَا تَدۡعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ فَتَكُونَ
مِنَ ٱلۡمُعَذَّبِينَ ٢١٣ ﴾ [ الشعراء: 213 ]
"Maka janganlah
kamu menyeru (menyembah) Tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan
kamu termasuk orang-orang yang di azab". (QS asy-Syu'araa: 213).
Keenam: Firman Allah
tabaraka wa ta'ala:
﴿ ٱلَّذِي جَعَلَ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ
فَأَلۡقِيَاهُ فِي ٱلۡعَذَابِ ٱلشَّدِيدِ ٢٦ ﴾ [ ق: 26 ]
"Yang menyembah
sembahan yang lain beserta Allah maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang
sangat". (QS Qaaf: 26).
Ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah
ini sangatlah banyak, dimana Allah menyebutkan didalam kitabNya tentang
keyakinan kaum musyrikin bahwa bersama Allah ada sesembahan yang lain, sedang
mereka menetapkan rububiyah Allah dan keesaanNya dalam masalah tersebut, namun,
mereka membikin tandingan-tandingan bersama Allah dalam perkara ibadah.
Jenis Keempat: Ayat-ayat yang menunjukan bahwa kaum musyrikin
mengakui jika mereka sedang menyekutukan Allah dalam perkara ibadah.
Bahkan, seluruh al-Qur'an yang
berbicara tentang kaum musyrikin terkandung masalah ini didalamnya. Dan lafal
syirik memiliki makna dalam lisannya orang Arab menyamakan dua perkara dalam
satu hukum, dan mereka dengan kesadaran mengakui kondisi sesembahannya dan mengakui
dengan rububiyahnya Allah akan tetapi mereka menyekutukanNya dalam uluhiyah,
diantara ayat yang menerangkan hal tersebut ialah firman Allah tabaraka wa
ta'ala:
﴿
سَيَقُولُ ٱلَّذِينَ أَشۡرَكُواْ لَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ مَآ أَشۡرَكۡنَا
وَلَآ ءَابَآؤُنَا وَلَا حَرَّمۡنَا مِن شَيۡءٖۚ ١٤٨ ﴾ [ الأنعام: 148 ]
"Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan,
akan mengatakan: "Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami
tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) Kami mengharamkan barang sesuatu
apapun". (QS al-An'aam: 148).
Sisi pengambilan dalil dari ayat ini, Pengetahuan mereka dengan kehendak
Allah, maka ini sebagai bentuk pengakuan akan rububiyahnya Allah, dan pengakuan
mereka dengan perbuatannya yaitu menyekutukan Allah yang tidak lain ada pada
uluhiyah dan ibadah.
Jenis Kelima: Berita Allah ta'ala
tentang kaum musyrikin yang telah mendustakan Rasulallah shalallahu 'alaihi wa
sallam, memusuhinya serta berusaha untuk membunuhnya. bahwasannya mereka
menyekutukan Allah ketika kondisi bahagia dan senang, adapun ketika mereka
ditimpa musibah, bencana ataupun kesulitan, mereka langsung mengikhlaskan
ibadah hanya untuk Allah semata, tidak berdoa melainkan kepadaNya, dan tidak
mengambil wasilah-wasilah yang dianggap bisa mendekatkan dirinya kepada Allah.
Adapun contoh yang ada dalam al-Qur'an tentang masalah ini maka sangat
banyak sekali, diantaranya ialah:
Pertama: Firman Allah tabaraka wa ta'ala:
﴿
قُلۡ مَن يُنَجِّيكُم مِّن ظُلُمَٰتِ ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ تَدۡعُونَهُۥ
تَضَرُّعٗا وَخُفۡيَةٗ لَّئِنۡ أَنجَىٰنَا مِنۡ هَٰذِهِۦ لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلشَّٰكِرِينَ ٦٣
قُلِ ٱللَّهُ يُنَجِّيكُم مِّنۡهَا وَمِن كُلِّ كَرۡبٖ ثُمَّ أَنتُمۡ تُشۡرِكُونَ ٦٤
﴾ [ الأنعام: 63-64 ]
"Katakanlah:
"Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut,
yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang lembut (dengan
mengatakan: "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini,
tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur". Katakanlah: "Allah
menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian
kamu kembali mempersekutukan-Nya". (QS
al-An'aam: 63-64).
Kedua: Firman Allah
azza wa jalla:
﴿
هُوَ ٱلَّذِي يُسَيِّرُكُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِۖ حَتَّىٰٓ إِذَا
كُنتُمۡ فِي ٱلۡفُلۡكِ وَجَرَيۡنَ بِهِم بِرِيحٖ طَيِّبَةٖ وَفَرِحُواْ بِهَا جَآءَتۡهَا رِيحٌ عَاصِفٞ وَجَآءَهُمُ ٱلۡمَوۡجُ
مِن كُلِّ مَكَانٖ وَظَنُّوٓاْ أَنَّهُمۡ أُحِيطَ بِهِمۡ دَعَوُاْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ
لَهُ ٱلدِّينَ لَئِنۡ أَنجَيۡتَنَا مِنۡ هَٰذِهِۦ لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلشَّٰكِرِينَ
٢٢ ﴾ [ يونس: 22 ]
"Dialah Tuhan yang
menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. sehingga
apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa
orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka
bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari
segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya),
maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya
semata-mata. (mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan
kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang
bersyukur". (QS Yunus: 22).
Ketiga: Firman Allah
ta'ala:
﴿
فَإِذَا رَكِبُواْ فِي ٱلۡفُلۡكِ دَعَوُاْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ
فَلَمَّا نَجَّىٰهُمۡ إِلَى ٱلۡبَرِّ إِذَا هُمۡ يُشۡرِكُونَ ٦٥﴾ [ العنكبوت: 65 ]
"Maka apabila mereka naik kapal mereka
mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, Maka tatkala Allah
menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali)
mempersekutukan (Allah)". (QS al-Ankabuut: 65).
Keempat: Firman Allah tabaraka wa ta'ala:
﴿
وَإِذَا غَشِيَهُم مَّوۡجٞ كَٱلظُّلَلِ دَعَوُاْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ
لَهُ ٱلدِّينَ فَلَمَّا نَجَّىٰهُمۡ إِلَى ٱلۡبَرِّ فَمِنۡهُم مُّقۡتَصِدٞۚ وَمَا يَجۡحَدُ
بَِٔايَٰتِنَآ إِلَّا كُلُّ خَتَّارٖ كَفُورٖ ٣٢ ﴾ [ لقمان: 23 ]
"Dan apabila mereka dilamun ombak yang
besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu
sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. dan tidak ada yang mengingkari
ayat- ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar". (QS
Luqman: 32).
Kebenaran yang ditunjukan oleh al-Qur'an tidak perlu diragukan lagi,
yaitu pengakuan kaum musyrikin dengan rububiyahnya Allah azza wa jalla, begitu
pula dengan uluhiyahNya. akan tetapi, mereka menyekutukan Allah dan melegalkan
perbuatannya dengan takwilan dan kerancuan-kerancuan yang batil. Yaitu, tatkala
kondisinya bahagia baru mereka menyekutukan Allah, namun, jika mereka ditimpa
musibah atau bencana mereka akan mengikhlaskan agama hanya untuk Allah,
meninggalkan segala doa yang dipanjat kepada selain Allah, melupakan istighosah
kepada selain Allah, mereka mengikhlaskan itu semua hanya untuk Allah,
melupakan sesembahan yang lainnya, baik dari malaikat, para nabi, orang-orang
sholeh, patung ataupun berhala.
Jenis Keenam: Pengabaran Allah
bahwa kaum musyrikin mempunyai rasa keimanan kepada Allah azza wa jalla, yang
kemudian Allah barengi dengan penegasan bahwa mereka adalah kaum musyrikin.
Sebagaimana diketahui bahwa keimanan mereka ada didalam tauhid
rububiyah, sedangkan kesyirikan mereka berada pada tauhid uluhiyah dan
peribadatan, diantara hal tersebut ialah firman Allah azza wa jalla:
﴿ وَمَا يُؤۡمِنُ أَكۡثَرُهُم بِٱللَّهِ إِلَّا
وَهُم مُّشۡرِكُونَ ١٠٦ ﴾ [ يوسف: 106 ]
"Dan sebahagian
besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan
mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)". (QS Yusuf: 106).
Para ulama tafsir, baik salaf maupun
khalaf mengatakan tentang ayat diatas, "Keimanan mereka kepada Allah ialah
ucapannya, 'Allah lah pencipta kami, pemberi rizki, yang menghidupkan dan
mematikan kami'. Adapun kesyirikan mereka ketika menjadikan sekutu bagi Allah
dalam peribadatan dan do'a, tidak mengikhlaskan ibadah dalam bermunajat hanya
kepadaNya.
Inilah perkataan para ulama tafsir,
semisal Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, Amir asy-Sya'bi, Qatadah serta yang
lainnya".
Dalil-dalil dari al-Qur'an ini
menjelaskan kepada kita bagaimana kondisi kaum musyrikin Arab yang secara skala
mayoritas banyak menjadikan sekutu bagi Allah dalam masalah ibadah bukan dalam
rububiyah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
menjelaskan, "Adapun tauhid rububiyah maka telah diakui oleh kaum
musyrikin, dimana mereka ketika beribadah kepada Allah juga menyertakan
sesembahan yang lain, sebagaimana mereka mencintai sesembahannya seperti
kecintaannya kepada Allah. Maka tauhid rububiyah yang diakui oleh mereka
menjadi hujah atas mereka".[23]
Sedangkan Imam Ibnu Qoyim menegaskan,
"Ilahiyah yang diserukan oleh para rasul kepada umatnya ialah mengajak
untuk mengesakan Allah, yaitu dengan beribadah dan hanya menyembahNya, dan
diantara konsekuensinya ialah tauhid rububiyah yang telah diakui oleh kaum
musyrikin yang dijadikan sebagai hujah oleh Allah, sebab diantara konsekuensi
pengakuan rububiyahnya Allah ialah menetapkan adanya tauhid uluhiyah".[24]
Diantara dalil-dalil dari hadits Nabawi
yang mulia yang menerangkan bahwa kuam musyrikin dimasa Jahiliah telah
menetapkan rububiyah Allah, sedang, mayoritas kesyirikan yang mereka kerjakan
ada di uluhiyah dan peribadatan, ialah:
Pertama: Hadits yang telah lewat bersama kita yaitu ucapan
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, 'Sungguh, sungguh', ketika mendengar ada
orang yang membaca talbiyah haji, "Labaika allahuma labaik, labaika laa
syarika laka labaika ila syaarikan huwa laka tamlikuhu wa ma malaka".
Kedua: Pertanyaan Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam kepada
Hushain[25], "Berapa tuhan yang engkau sembah? Dia menjawab,
"Tujuh yang ada dibumi, dan satu yang ada dilangit". Jika engkau
tertimpa musibah kepada tuhan mana engkau berdoa? tanya Nabi kembali, dia
menjawab, "Tuhan yang ada dilangit".[26]
Demikian pula dalil lain, yang menunjukan
kesyirikan mereka lebih banyak pada perkara ibadah bukan dalam urusan
rububiyah, diantaranya ialah syair-syair yang mereka miliki.
Barangkali diantara dalil yang paling
jelas yang menunjukan kesyirikan mereka pada perkara ibadah ialah pengagungan
mereka terhadap tuhan-tuhannya yang mereka tuangkan dalam bentuk prosa dan
syair-syairnya, diantaranya ialah:
A.
Talbiyah mereka
terhadap beberapa patung yang mereka miliki. Bahkan secara terang-terangan
mereka beribadah haji dan umrah kepada patung tersebut, melakukan thawaf
disekitarnya serta ibadah yang lainnya.
Ambil contoh misalkan,
apabila ingin memulai ibadah haji maka Nazar mengucapkan talbiyah:
Ya Allah aku penuhi
panggilanmu
Aku penuhi panggilanMu yang tidak ada
sekutu bagiMu
Melainkan sekutu yang
Engkau miliki
Engkau menguasainya namun Ia tidak
menguasaiMu[27]
Dan disebutkan dalam beberapa kisah,
bahwa orang Arab bisa melakukan ibadah haji kepada berhala yang bernama Aqishar[28], selanjutnya mereka memotong rambut disampingnya, dan
melempar satu genggam tepung setiap kali memotong rambut, mereka bertasbih dan
membaca tahlil disekitarnya. Dan diantara ucapan mereka salah satunya yang
tertuang dalam bait syair ialah:
Sesungguhnya kami
menghilangkan segala kesedihan
Disekelilling
Aqishar tasbih dan tahlil dilantunkan[29]
Sebagaimana tertuang dalam syair mereka
ketika mengkisahkan tentang Dzil Khilshah dan thawaf yang dilakukan oleh suku
Daus[30] terhadap berhala tadi, mereka mengatakan:
Diriku rela berdiam
lama disekitarmu
Sampai beruban hingga
mendapat semua kebutuhanku[31]
Dikisahkan pula bahwa orang Arab
memiliki beberapa batu yang dibikin prastasi yang mereka biasa melakukan thawaf
disekitarnya dan menyembelih sembelihan sebagai pemujaan baginya, yang mereka
namakan dengan al-Anshab, sedang ritual mengelilingi berhala tersebut
mereka namakan ad-Dawar. Dalam hal ini mereka tuangkan dalam bait syairnya:
Duhai seandainya para
saudaraku berkecukupan
Niscaya mereka
merasakan betapa nikmat ad-Dawar[32]
Itulah beberapa penggalan bait syair
mereka, yang menceritakan ritual ibadah thawaf disekeliling berhala dan
sesembahan serta disekitar rumah tuhan-tuhan yang mereka miliki.
B.
Diantara ritual ibadah
yang nampak nyata sekali ialah menyembelih sembelihan untuk berhalanya.
Yang mereka tuangkan
sendiri dalam bentuk syair-syairnya, diantaranya ialah ucapan mereka:
Saya persembahkan
ontaku ini untuk sesembahanku
Apakah ada pada kaumku yang mampu
menguasaiku selainmu[33]
Adapula yang
mengucapkan:
Berdiri kokoh Uzza
bagaikan tuhan yang esa
Persembahan sembelihan dan
hadyu untuk tuhanku[34]
Nama Uzza disini ialah sebuah batu yang
mereka biasa menyembelih disampingnya untuk pemujaan berhala.[35]
Diantara mereka juga
ada yang mengatakan dalam bait syairnya:
Aqishar berdiri tegar
tatkala diriku menyembelih
Darah pun mengalir dipundaknya[36]
Ada lagi yang mengatakan:
Engkau melihat mereka
begitu khusyu' diam disamping tuhannya
seperti aku berdiam disamping Hudzail dan Suwa'
Hewan berjatuhan
disampingnya
sebagai sembelihan yang
dipersembahkan untuknya[37]
Inilah beberapa bait syair orang Arab
yang menjelaskan bahwa mereka biasa menyembelih hewan untuk dipersembahkan pada
berhalanya, dan sebagaimana telah diketahui bersama bahwa menyembelih untuk
selain Allah ta'ala termasuk perbuatan syirik dalam perkara uluhiyah.
C.
Diantaranya pula, Mereka biasa bersumpah
dengan mengunakan nama-nama berhala. Dan diantara syair-syair yang menjelaskan
akan hal tersebut, ialah ucapan sebagian mereka, semisal:
Aku bersumpah dengan
nama Aqishar untuk berjihad
kan ku tebas
setiap musuh yang mengalangiku hingga kutu sekalipun[38]
Adapula yang lain, yang
mengatakan:
Aku bersumpah atas nama
Ghathif tuk tidak melarang mengambil air
Dan
ku bersumpah demi sesembahanku, kalian jangan mencegahnya[39]
Dan yang semisal diatas
banyak sekali dijumpai dalam bait syair mereka. barangkali yang paling jelas
ialah yang diucapkan oleh orang Quraisy:
Demi Latta dan Uzza dan
orang yang beragama dengan agamanya
Dan demi
Allah, sesungguhnya Allah lebih besar dari keduanya[40]
D.
Diantaranya pula,
mereka mengatakan dalam beberapa bait syairnya yang menjelaskan bahwa mereka
hanya menginginkan syafaat dalam beribadah kepada berhalanya. Seperti yang
diucapkan oleh orang Quraisy manakala mereka sedang thawaf disekitar Ka'bah:
Latta dan Uzza
Manat yang ketiga
sesungguhnya mereka
pembantu yang Maha Tinggi
Hanyalah syafaat yang
kita harapkan dari mereka[41]
Inilah beberapa bait syair orang Arab
yang menunjukan jika kesyirikan mereka secara garis besar ada pada peribadatan,
namun, bersamaan dengan itu mereka masih mengakui Allah dalam masalah rububiyah
hingga uluhiyah, akan tetapi, mereka kehilangan satu sisi yaitu tidak
mengesakan Allah dalam peribadatan.
Namun, apa sejatinya yang mengakibatkan
mereka tidak mau mengesakan Allah dalam ibadah? apa yang menyebabkan mereka
beribadah kepada selain Allah, sedangkan mereka mengakui Allah sebagai Rabb,
pencipta, pemberi rizki, dan sesembahan? inilah pembahasan yang akan kita
jelaskan pada pasal berikutnya.
[25] . Beliau adalah Hushain bin Ubaid bin Khalaf
al-Khaza'i, ayahnya Imran. Para sejarahwan berbeda pendapat kapan masuk Islamnya.
Lihat biografinya dalam kitab al-Ishabah 1/337 no: 1735 oleh al-Hafidh Ibnu
Hajar.
[26] . Dinukil oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya al-Ishabah
1/337 dan disandarkan kepada Ibnu Khuzaimah dan kitab shahihnya. Dan
diriwayatkan senada dengan ini oleh Imam Tirmidzi no: 3483, namun, sanadnya
terputus. oleh sebab itu hadits ini dilemahkan oleh Syaikh al-Albani dalam
Dhaif Tirmidzi hal: 452. Dan dinilai shahih oleh Syaikh Abdul Qadir al-Arnauth
dalam Takhrij Jami'ul Ushul 4/342.
[28] . Berhala yang dimiliki oleh suku Qadha'ah, Amilah,
Jadzam dan Ghathfan. Dahulu letaknya berada di pusat-pusat kota negeri Syam.
Lihat keteranganya dalam kitab al-Ashnam hal: 38 oleh Ibnu Kalbi.
Post a Comment