TAKUT KEPADA ALLAH SWT
TAKUT KEPADA ALLAH SWT
Abu Laits berkata:"Allah swt
mempunyai malaikat-malaikat yang ada dilangit. Sejak mereka diciptakan, selalu
sujud kepada Allah swt sampai hari kiamat."Rasa takut mereka akan
menyalahi perintah Allah swt. Membuat persendian mereka menjadi gemetar.
Ketika hari kiamat tiba mereka mengangkat kepalanya seraya berkata:"Maha Suci Engkau, rasanya kami belum mengabdi sepenuhnya kepada-Mu." itulah maksud firman Allah swt.
" yakhaa fuuna rabbahum min fawqihim wayaf'aluuna maa yu'maruuna"(QS. An-Nahl: 50)
Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).
Maksudnya adalah mereka tidak pernah mendurhakai Allah swt barang sedikitpun walau hanya sekejap mata. Rasulullah bersabda:"Ketika tubuh seseorang tergetar karena takut kepada Allah swt maka dosa-dosanya menjadi berguguran, sebagaimana rontoknya dedaunan dari suatu pohon."
Syahdan, ada seorang laki-laki yang hatinya tertambat pada seorang wanita berparas cantik. Suatu ketika wanita itu pergi untuk suatu keperluan, lalu laki-laki tersebut ikut pergi menyertainya. Sesampai di hutan keduanya selalu terjaga dan tidak bisa tidur, sementara rombongan yang lain terlelap dalam tidurnya. Kesempatan itu digunakan laki-laki untuk mengutarakan isi hatinya kepada wanita pujaan hatinya itu. Lalu si wanita berkata:"Lihatlah apakah orang-orang itu sudah tidur semua?" Mendengar ucapan wanita itu, hatinya menjadi berbunga-bunga, ia mengira bahwa wanita itu akan memenuhi hasrat hatinya. Dia segera bangkit, mengitari rombongan kafilah, sorot matanya menatap kesana kemari ke arah semua rombongan, ternyata semua orang sudah terlelap dalam tidurnya.
Lalu dia kembali kepada si wanita dan berkata:"Benar, semua orang telah tidur. "Wanita kembali bertanya:"Bagaimana pendapatmu mengenai Allah swt. Apakah Dia tidur?" Si laki-laki menjawab: "Sesungguhnya Allah senantiasa terjaga, Dia tidak mengantuk dan tidak pula tidur."
"Sesungguhnya Tuhan tidak mengantuk dan tidak pula tidur, Dia selalu melihat kita, sekalipun orang-orang itu telah tertidur dan tidak melihat kepada kita. Oleh sebab itu Dia sepatutnya harus lebih di takuti," Kata wanita itu.
Akhirnya laki-laki itu menjadi sadar, lalu meninggalkan wanita itu, karena takut kepada Allah Yang Maha Pencipta, dia kembali pulang ke rumah dan bertobat kepada Allah swt. Setelah dia meninggal dunia, orang-orang bermimpi melihatnya didalam tidur.
Dia ditanya:"Bagaimana Allah memperlakukan anda?" Dia menjawab:"Allah swt telah mengampuniku, sebab ketakutanku kepada-Nya, dan karena aku meninggalkan rencana untuk berbuat dosa dengan wanita pujaan hatiku."
Didalam kitab Majami'ul Latha'if terdapat sebuah kisah bahwa pada zaman dahulu ada seorang 'abid (hamba Allah yang ahli ibadah) dari kalangan Bani Israil yang mempunyai banyak keluarga. Suatu ketika dia dilanda krisis ekonomi, sehingga kondisinya benar-benar memprihatinkan dan kritis. Lalu istrinya disuruh untuk mencari sesuatu yang dapat buat makan keluarganya. Si wanita itu kemudian pergi mendatangi rumah seorang saudagar untuk mendapat sesuatu yang dapat dimakan keluarganya. Setelah ia mengutarakan maksud kedatangannya, saudagar yang kaya raya itu berkata kepadanya: "Baiklah, asalkan kamu mau menyerahkan tubuhmu kepadaku." Mendengar jawaban itu, wanita tersebut menjadi terpaku dan membisu, lalu dia memutuskan untuk kembali kerumah. Sesampai dirumah, anak-anaknya yang kelaparan, merintih pedih, sambil memanggil-manggil: "Ibu, ibu kami sangat kelaparan, kami sudah hampir mati karena tak kuat menahan rasa lapar, berilah kami apa saja yang bisa kami makan!" Mendengar rintihan dan tangisan anak-anaknya yang begitu menyayat hati, sang ibu memutuskan untuk kembali kepada saudagar yang kaya raya itu dan menceritakan kondisi kekritisan yang melanda keluarganya.
"Apakah anda bersedia memenuhi keinginanku?" tanya saudagar.
Mulut wanita itu terkatup, seakan-akan terkunci untuk menyatakan ya, namun dengan berat hati dan amat terpaksa dia menganggukkan kepalanya." Ketika saudagar itu hanya berdua dengannya, semua persendian wanita itu menjadi bergetar, seakan-akan semua anggota tubuhnya mau terlepas dari tempatnya. Saudagar itu bertanya: "Ada apa dengan anda ini, mengapa tubuh anda bergetar?" "Sungguh aku takut kepada Allah", jawabnya singkat. Saudagar berkata: "Anda dengan kondisi seperti ini masih merasa takut kepada Allah, mestinya aku lebih takut kepada-Nya daripada anda."
Maka saudagar itu memenuhi kebutuhan yang diperlukan wanita itu, lalu ia meninggalkannya. Wanita itu lalu pulang dengan membawa banyak makanan untuk keluarganya, sehingga gembiralah mereka.
Kemudian Allah swt memberikan wahyu kepada Nabi Musa as "Hai Musa, katakanlah kepada si Fulan bin Fulan, seorang saudagar yang kaya itu, bahwa Aku telah mengampuni dosa-dosanya." Maka datanglah Nabi Musa as menemui saudagar itu dan berkata: "Hai Fulan, apa yang telah Anda perbuat terhadap Tuhanmu, sehingga menurunkan wahyu kepadaku untuk menemuimu." Lalu saudagar bercerita kepada Nabi Musa as mengenai kisah antara dirinya dan wanita tersebut. Setelah saudagar selesai bercerita , Musa as berkata: "Sesungguhnya Allah swt telah benar-benar mengampuni dosa-dosa Anda yang telah lalu."
Allah swt berfirman:
Artinya:
"Maka janganlah kamu takut kepada manusia dan takutlah kepada-Ku." (QS. Al-Maidah: 44)
Dan firman-Nya dalam ayat lain: "Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman." (QS. Ali Imran: 75).
Adalah Umar, Suatu ketika ia jatuh pingsan, di saat mendengar alunan bacaan Al-Quran, karena takut kepada Allah swt.
Pada suatu hari ia pernah mengambil jerami lalu berkata: "Alangkah baiknya, seandainya aku dahulu menjadi suatu jerami bukan disebut-sebut seperti sekarang ini. Dan alangkah baiknya bila ibuku tidak melahirkan aku." Kemudian ia menangis sepuas-puasnya hingga air matanya mengalir bagaikan dua aliran sungai yang membentuk garis hitam dipipinya.
Nabi saw bersabda. "Tidak akan masuk neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah swt. Sehingga ada air susu yang kembali ke tempat aslinya."
Diterangkan didalam Kitab Daqa'iqul Akbhar, bahwa pada hari kiamat akan didatangkan seorang hamba, setelah ditimbang amal perbuatannya, kejahatan lebih berat daripada kebaikannya, maka ia diperintahkan untuk di bawa ke neraka. Sehelai rambut dari rambut-rambut matanya berbicara: "Ya Tuhanku, Rasul-Mu Muhammad saw pernah bersabda: 'Barangsiapa yang pernah menangis karena takut kepada Allah swt. Maka Allah mengharamkan matanya tersentuh api neraka.' Sesungguhnya mataku biasa menangis karena takut kepada Allah swt."
Akhirnya Allah swt Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang mengampuni dosa-dosa hamba itu dan menyelamatkan dari api neraka, berkat pengaduan sehelai rambut yang bisa menangis karena takut kepada Allah swt ketika masih di dunia. Kemudian Malaikat Jibril mengumumkan bahwa telah selamat si Fulan bin Fulan dari neraka berkat sehelai rambutnya yang menangis karena takut kepada Allah swt.
Dari Kitab Bidayatul Hidayah disebutkan bahwa ketika hari kiamat tiba, maka neraka jahannam didatangkan. Gemuruh suara dan nyala apinya amat menggetarkan dan mengerikan.
Saat itu semua umat menjadi berlutut karena tercekam kesedihan menghadapinya.
Allah swt berfirman:
Artinya:
"Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Al-Jathiyah:28)
Yakni, semua umat pada hari itu merangkak dengan lututnya. Ketika penghuni neraka digiring menuju neraka, kegeraman dan gemuruh nyala api neraka itu, terdengar oleh mereka dari jarak perjalanan sejauh 500 tahun.
Setiap orang, termasuk para Nabi akan berkata: "Nafsi, nafsi (maksudnya mereka sibuk dengan urusan sendiri-sendiri untuk mencari selamat). Kecuali Nabi yang teristimewa, yaitu Muhammad saw. Beliau akan berkata: "Ummati, Ummati" (Selamatkanlah umatku, umatku)
Kemudian keluarlah nyala api neraka Jahannam itu bergulung-gulung laksana gunung-gunung. Tetapi Nabi Muhammad saw berusaha untuk menangkis dan menghalangi sambarannya, seraya berkata "Wahai api, demi hak orang-orang yang khusu' dan demi hak orang-orang yang berpuasa, kembalilah kamu." Namun api itu tetap tidak memperdulikan dan tidak mau kembali. Ketika Jibril mengumumkan bahwa api itu sedang menuju ke arah umat Muhammad, dia bawa semangkok air, lalu Rasulullah segera meraihnya. Malaikat Jibril berkata: "Hai Muhammad, ambillah air ini dan siramkanlah kepada api itu." Kemudian beliau menyiramkan air itu pada api yang menyambar, sehingga api itu padam seketika. Nabi Muhammad saw bertanya kepada Jibril: "Wahai Jibril, air apakah ini." Ini adalah air mata-air mata dari umatmu yang menangisi dosa-dosanya karena takut kepada Allah swt.
Seorang penyair berkata dalam bait syairnya:
"Wahai kedua mataku, menangislah engkau karena dosa-dosaku sementara umurku terus berserakan, tanpa aku sadari."
Disebutkan dalam sebuah hadis, bahwa Nabi saw bersabda: "Tidak ada seorang pun dari hamba Allah yang beriman yang kedua matanya mengeluarkan air mata mengenai permukaan wajahnya sebesar kepala lalat, karena takut kepada Allah swt maka ia tidak akan disentuh oleh api neraka untuk selama-lamanya."
Diceritakan dari Muhammad bin Al-Mundzir, bahwa ketika dia menangis, dia mengusap-ngusap air matanya itu pada wajah dan jenggotnya seraya berkata: "Telah sampai suatu riwayat kepadaku bahwa api neraka tidak akan menyentuh tempat yang dilinangi air mata (yang menetes karena takut kepada Allah swt.)"
Oleh sebab itu bagi orang mukmin seharusnya takut terhadap siksa Allah swt dan mencegah dirinya dari memperturutkan keinginan hawa nafsunya.
Allah swt berfirman:
Artinya:
"Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)." (QS. An-Nazi'at:37-41).
Barangsiapa yang ingin selamat dari siksa Allah swt dan memperoleh pahala serta rahmat-Nya, maka hendaklah ia bersabar atas segala penderitaan dan kesulitan hidup didunia, bersabar dalam menjalankan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.
Diterangkan didalam kitab Zahrur Riyadh, bahwa Nabi saw bersabda: "Ketika ahli surga, masuk ke surga, para malaikat menjemput mereka dengan berhagia kebaikan dan kenikmatan. Mimbar-mimbar kehormatan disiapkan dan hamparan permadani digelar serta berbagai macam makanan dan buah-buahan dihidangkan. Dengan penghormatan yang begitu mulia dan sajian kenikmatan dan makanan beraneka macam itu, mereka menjadi kebingungan. Dalam kondisi kebingungannya itu, Allah swt berfirman: 'Ini bukanlah tempat kebengongan dan kebingungan.' Lalu mereka menjawab: 'sesungguhnya kami mempunyai perjanjian dan sekarang benar-benar telah tiba saatnya.'
Kemudian Allah swt berfirman kepada para malaikat: 'Angkat dan singkaplah tabir yang menutupi wajah-wajah itu.' para malaikat berkata: 'Ya Tuhan kami, mengapa Engkau persilakan mereka untuk melihatMu? Padahal mereka itu adalah orang-orang yang durhaka.' Allah swt kembali berfirman: 'Angkatlah tabir-tabir itu, karena mereka adalah orang-orang yang biasa berzikir, bersujud dan menangis karena mengharapkan bertemu dengan-Ku ketika didunia.' Lalu diangkatlah tabir-tabir itu, sehingga mereka bisa langsung melihat Allah swt dan seketika mereka bersujud kepada-Nya. Maka Allah swt berfirman: 'Angkatlah kepala-kepala kalian, karena disini bukanlah tempat beramal, tetapi tempat kemuliaan."
Allah swt terlihat oleh mata mereka tanpa bisa digambarkan bagaimana dan bagaimana? Dengan penuh keramahan, Allah swt memberikan penghormatan dan penyambutan: "Selamat bagi Anda, wahai hamba-hamba-Ku, Aku benar-benar telah ridha kepada Anda, lalu apakah Anda juga ridha kepada-Ku?" Mengapa kami tidak ridha, Ya Tuhan kami? Engkau telah memberi sesuatu kenikmatan kepada kami yang tak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar telinga dan tak pernah terlintas di hati seorang manusia pun.
Demikian itu, antara lain maksud dari firman Allah swt: "Allah ridha terhadap mereka, dan mereka ridha kepada-Nya." (QS. Al-Bayyinah:8).
Dan firman Allah swt:
Artinya:
"Sallam, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang." (QS. Yaa siin: 59).
Ketika hari kiamat tiba mereka mengangkat kepalanya seraya berkata:"Maha Suci Engkau, rasanya kami belum mengabdi sepenuhnya kepada-Mu." itulah maksud firman Allah swt.
" yakhaa fuuna rabbahum min fawqihim wayaf'aluuna maa yu'maruuna"(QS. An-Nahl: 50)
Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).
Maksudnya adalah mereka tidak pernah mendurhakai Allah swt barang sedikitpun walau hanya sekejap mata. Rasulullah bersabda:"Ketika tubuh seseorang tergetar karena takut kepada Allah swt maka dosa-dosanya menjadi berguguran, sebagaimana rontoknya dedaunan dari suatu pohon."
Syahdan, ada seorang laki-laki yang hatinya tertambat pada seorang wanita berparas cantik. Suatu ketika wanita itu pergi untuk suatu keperluan, lalu laki-laki tersebut ikut pergi menyertainya. Sesampai di hutan keduanya selalu terjaga dan tidak bisa tidur, sementara rombongan yang lain terlelap dalam tidurnya. Kesempatan itu digunakan laki-laki untuk mengutarakan isi hatinya kepada wanita pujaan hatinya itu. Lalu si wanita berkata:"Lihatlah apakah orang-orang itu sudah tidur semua?" Mendengar ucapan wanita itu, hatinya menjadi berbunga-bunga, ia mengira bahwa wanita itu akan memenuhi hasrat hatinya. Dia segera bangkit, mengitari rombongan kafilah, sorot matanya menatap kesana kemari ke arah semua rombongan, ternyata semua orang sudah terlelap dalam tidurnya.
Lalu dia kembali kepada si wanita dan berkata:"Benar, semua orang telah tidur. "Wanita kembali bertanya:"Bagaimana pendapatmu mengenai Allah swt. Apakah Dia tidur?" Si laki-laki menjawab: "Sesungguhnya Allah senantiasa terjaga, Dia tidak mengantuk dan tidak pula tidur."
"Sesungguhnya Tuhan tidak mengantuk dan tidak pula tidur, Dia selalu melihat kita, sekalipun orang-orang itu telah tertidur dan tidak melihat kepada kita. Oleh sebab itu Dia sepatutnya harus lebih di takuti," Kata wanita itu.
Akhirnya laki-laki itu menjadi sadar, lalu meninggalkan wanita itu, karena takut kepada Allah Yang Maha Pencipta, dia kembali pulang ke rumah dan bertobat kepada Allah swt. Setelah dia meninggal dunia, orang-orang bermimpi melihatnya didalam tidur.
Dia ditanya:"Bagaimana Allah memperlakukan anda?" Dia menjawab:"Allah swt telah mengampuniku, sebab ketakutanku kepada-Nya, dan karena aku meninggalkan rencana untuk berbuat dosa dengan wanita pujaan hatiku."
Didalam kitab Majami'ul Latha'if terdapat sebuah kisah bahwa pada zaman dahulu ada seorang 'abid (hamba Allah yang ahli ibadah) dari kalangan Bani Israil yang mempunyai banyak keluarga. Suatu ketika dia dilanda krisis ekonomi, sehingga kondisinya benar-benar memprihatinkan dan kritis. Lalu istrinya disuruh untuk mencari sesuatu yang dapat buat makan keluarganya. Si wanita itu kemudian pergi mendatangi rumah seorang saudagar untuk mendapat sesuatu yang dapat dimakan keluarganya. Setelah ia mengutarakan maksud kedatangannya, saudagar yang kaya raya itu berkata kepadanya: "Baiklah, asalkan kamu mau menyerahkan tubuhmu kepadaku." Mendengar jawaban itu, wanita tersebut menjadi terpaku dan membisu, lalu dia memutuskan untuk kembali kerumah. Sesampai dirumah, anak-anaknya yang kelaparan, merintih pedih, sambil memanggil-manggil: "Ibu, ibu kami sangat kelaparan, kami sudah hampir mati karena tak kuat menahan rasa lapar, berilah kami apa saja yang bisa kami makan!" Mendengar rintihan dan tangisan anak-anaknya yang begitu menyayat hati, sang ibu memutuskan untuk kembali kepada saudagar yang kaya raya itu dan menceritakan kondisi kekritisan yang melanda keluarganya.
"Apakah anda bersedia memenuhi keinginanku?" tanya saudagar.
Mulut wanita itu terkatup, seakan-akan terkunci untuk menyatakan ya, namun dengan berat hati dan amat terpaksa dia menganggukkan kepalanya." Ketika saudagar itu hanya berdua dengannya, semua persendian wanita itu menjadi bergetar, seakan-akan semua anggota tubuhnya mau terlepas dari tempatnya. Saudagar itu bertanya: "Ada apa dengan anda ini, mengapa tubuh anda bergetar?" "Sungguh aku takut kepada Allah", jawabnya singkat. Saudagar berkata: "Anda dengan kondisi seperti ini masih merasa takut kepada Allah, mestinya aku lebih takut kepada-Nya daripada anda."
Maka saudagar itu memenuhi kebutuhan yang diperlukan wanita itu, lalu ia meninggalkannya. Wanita itu lalu pulang dengan membawa banyak makanan untuk keluarganya, sehingga gembiralah mereka.
Kemudian Allah swt memberikan wahyu kepada Nabi Musa as "Hai Musa, katakanlah kepada si Fulan bin Fulan, seorang saudagar yang kaya itu, bahwa Aku telah mengampuni dosa-dosanya." Maka datanglah Nabi Musa as menemui saudagar itu dan berkata: "Hai Fulan, apa yang telah Anda perbuat terhadap Tuhanmu, sehingga menurunkan wahyu kepadaku untuk menemuimu." Lalu saudagar bercerita kepada Nabi Musa as mengenai kisah antara dirinya dan wanita tersebut. Setelah saudagar selesai bercerita , Musa as berkata: "Sesungguhnya Allah swt telah benar-benar mengampuni dosa-dosa Anda yang telah lalu."
Allah swt berfirman:
Artinya:
"Maka janganlah kamu takut kepada manusia dan takutlah kepada-Ku." (QS. Al-Maidah: 44)
Dan firman-Nya dalam ayat lain: "Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman." (QS. Ali Imran: 75).
Adalah Umar, Suatu ketika ia jatuh pingsan, di saat mendengar alunan bacaan Al-Quran, karena takut kepada Allah swt.
Pada suatu hari ia pernah mengambil jerami lalu berkata: "Alangkah baiknya, seandainya aku dahulu menjadi suatu jerami bukan disebut-sebut seperti sekarang ini. Dan alangkah baiknya bila ibuku tidak melahirkan aku." Kemudian ia menangis sepuas-puasnya hingga air matanya mengalir bagaikan dua aliran sungai yang membentuk garis hitam dipipinya.
Nabi saw bersabda. "Tidak akan masuk neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah swt. Sehingga ada air susu yang kembali ke tempat aslinya."
Diterangkan didalam Kitab Daqa'iqul Akbhar, bahwa pada hari kiamat akan didatangkan seorang hamba, setelah ditimbang amal perbuatannya, kejahatan lebih berat daripada kebaikannya, maka ia diperintahkan untuk di bawa ke neraka. Sehelai rambut dari rambut-rambut matanya berbicara: "Ya Tuhanku, Rasul-Mu Muhammad saw pernah bersabda: 'Barangsiapa yang pernah menangis karena takut kepada Allah swt. Maka Allah mengharamkan matanya tersentuh api neraka.' Sesungguhnya mataku biasa menangis karena takut kepada Allah swt."
Akhirnya Allah swt Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang mengampuni dosa-dosa hamba itu dan menyelamatkan dari api neraka, berkat pengaduan sehelai rambut yang bisa menangis karena takut kepada Allah swt ketika masih di dunia. Kemudian Malaikat Jibril mengumumkan bahwa telah selamat si Fulan bin Fulan dari neraka berkat sehelai rambutnya yang menangis karena takut kepada Allah swt.
Dari Kitab Bidayatul Hidayah disebutkan bahwa ketika hari kiamat tiba, maka neraka jahannam didatangkan. Gemuruh suara dan nyala apinya amat menggetarkan dan mengerikan.
Saat itu semua umat menjadi berlutut karena tercekam kesedihan menghadapinya.
Allah swt berfirman:
Artinya:
"Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Al-Jathiyah:28)
Yakni, semua umat pada hari itu merangkak dengan lututnya. Ketika penghuni neraka digiring menuju neraka, kegeraman dan gemuruh nyala api neraka itu, terdengar oleh mereka dari jarak perjalanan sejauh 500 tahun.
Setiap orang, termasuk para Nabi akan berkata: "Nafsi, nafsi (maksudnya mereka sibuk dengan urusan sendiri-sendiri untuk mencari selamat). Kecuali Nabi yang teristimewa, yaitu Muhammad saw. Beliau akan berkata: "Ummati, Ummati" (Selamatkanlah umatku, umatku)
Kemudian keluarlah nyala api neraka Jahannam itu bergulung-gulung laksana gunung-gunung. Tetapi Nabi Muhammad saw berusaha untuk menangkis dan menghalangi sambarannya, seraya berkata "Wahai api, demi hak orang-orang yang khusu' dan demi hak orang-orang yang berpuasa, kembalilah kamu." Namun api itu tetap tidak memperdulikan dan tidak mau kembali. Ketika Jibril mengumumkan bahwa api itu sedang menuju ke arah umat Muhammad, dia bawa semangkok air, lalu Rasulullah segera meraihnya. Malaikat Jibril berkata: "Hai Muhammad, ambillah air ini dan siramkanlah kepada api itu." Kemudian beliau menyiramkan air itu pada api yang menyambar, sehingga api itu padam seketika. Nabi Muhammad saw bertanya kepada Jibril: "Wahai Jibril, air apakah ini." Ini adalah air mata-air mata dari umatmu yang menangisi dosa-dosanya karena takut kepada Allah swt.
Seorang penyair berkata dalam bait syairnya:
"Wahai kedua mataku, menangislah engkau karena dosa-dosaku sementara umurku terus berserakan, tanpa aku sadari."
Disebutkan dalam sebuah hadis, bahwa Nabi saw bersabda: "Tidak ada seorang pun dari hamba Allah yang beriman yang kedua matanya mengeluarkan air mata mengenai permukaan wajahnya sebesar kepala lalat, karena takut kepada Allah swt maka ia tidak akan disentuh oleh api neraka untuk selama-lamanya."
Diceritakan dari Muhammad bin Al-Mundzir, bahwa ketika dia menangis, dia mengusap-ngusap air matanya itu pada wajah dan jenggotnya seraya berkata: "Telah sampai suatu riwayat kepadaku bahwa api neraka tidak akan menyentuh tempat yang dilinangi air mata (yang menetes karena takut kepada Allah swt.)"
Oleh sebab itu bagi orang mukmin seharusnya takut terhadap siksa Allah swt dan mencegah dirinya dari memperturutkan keinginan hawa nafsunya.
Allah swt berfirman:
Artinya:
"Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)." (QS. An-Nazi'at:37-41).
Barangsiapa yang ingin selamat dari siksa Allah swt dan memperoleh pahala serta rahmat-Nya, maka hendaklah ia bersabar atas segala penderitaan dan kesulitan hidup didunia, bersabar dalam menjalankan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.
Diterangkan didalam kitab Zahrur Riyadh, bahwa Nabi saw bersabda: "Ketika ahli surga, masuk ke surga, para malaikat menjemput mereka dengan berhagia kebaikan dan kenikmatan. Mimbar-mimbar kehormatan disiapkan dan hamparan permadani digelar serta berbagai macam makanan dan buah-buahan dihidangkan. Dengan penghormatan yang begitu mulia dan sajian kenikmatan dan makanan beraneka macam itu, mereka menjadi kebingungan. Dalam kondisi kebingungannya itu, Allah swt berfirman: 'Ini bukanlah tempat kebengongan dan kebingungan.' Lalu mereka menjawab: 'sesungguhnya kami mempunyai perjanjian dan sekarang benar-benar telah tiba saatnya.'
Kemudian Allah swt berfirman kepada para malaikat: 'Angkat dan singkaplah tabir yang menutupi wajah-wajah itu.' para malaikat berkata: 'Ya Tuhan kami, mengapa Engkau persilakan mereka untuk melihatMu? Padahal mereka itu adalah orang-orang yang durhaka.' Allah swt kembali berfirman: 'Angkatlah tabir-tabir itu, karena mereka adalah orang-orang yang biasa berzikir, bersujud dan menangis karena mengharapkan bertemu dengan-Ku ketika didunia.' Lalu diangkatlah tabir-tabir itu, sehingga mereka bisa langsung melihat Allah swt dan seketika mereka bersujud kepada-Nya. Maka Allah swt berfirman: 'Angkatlah kepala-kepala kalian, karena disini bukanlah tempat beramal, tetapi tempat kemuliaan."
Allah swt terlihat oleh mata mereka tanpa bisa digambarkan bagaimana dan bagaimana? Dengan penuh keramahan, Allah swt memberikan penghormatan dan penyambutan: "Selamat bagi Anda, wahai hamba-hamba-Ku, Aku benar-benar telah ridha kepada Anda, lalu apakah Anda juga ridha kepada-Ku?" Mengapa kami tidak ridha, Ya Tuhan kami? Engkau telah memberi sesuatu kenikmatan kepada kami yang tak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar telinga dan tak pernah terlintas di hati seorang manusia pun.
Demikian itu, antara lain maksud dari firman Allah swt: "Allah ridha terhadap mereka, dan mereka ridha kepada-Nya." (QS. Al-Bayyinah:8).
Dan firman Allah swt:
Artinya:
"Sallam, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang." (QS. Yaa siin: 59).
Post a Comment