Kelembutan dalam Islam
Kelembutan dalam Islam
Segala puji hanya untuk Allah
Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam . Aku bersaksi bahwa tidak
ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu
bagi -Nya, dan
aku juga bersaksi bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi
wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Diantara
akhlak terpuji serta sifat mulia yang Allah Shubhanahu wa ta’alla telah lekatkan pada Nabi -Nya, Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam ialah sifat kelembutan.
Allah ta'ala
telah menyebutkan dalam salah satu firman -Nya:
﴿ فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ
وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ ١٥٩ ﴾ [ ال عمران: 159]
"Maka disebabkan rahmat
dari Allah -lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu". (QS al-Imran: 159).
Sifat
lembut ini juga Allah Shubhanahu
wa ta’alla lekatkan lebih khusus lagi pada utusan terakhir -Nya ini pada sebuah firman -Nya:
﴿ لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولٞ
مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ
رَءُوفٞ رَّحِيمٞ ١٢٨ ﴾ [ التوبة: 128]
"Sungguh telah datang
kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin". (QS at-Taubah: 128).
Sehingga tidak heran bila salah satu ajaran yang
beliau bawa juga berkaitan tentang sifat mulia ini. disebutkan dalam sebuah
hadits yang dibawakan oleh Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu 'anha,
beliau berkata, "Rasulallah Shalallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ
اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya Allah
Maha Lembut dan mencintai kelembutan dalam setiap urusan". HR Bukhari
no: 6024, Muslim no: 2165.
Dalam
redaksinya Imam Muslim dari Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau berkata,
"Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ
اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِى عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعْطِى
عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لاَ يُعْطِى عَلَى مَا سِوَاهُ » [أخرجه مسلم]
"Sesungguhnya Allah
Maha Lembut yang mencintai kelembutan. Dan Allah memberi pada kelembutan apa
yang tidak diberikan pada kekerasan, tidak pula diberikan kepada selainnya".
HR Muslim no: 2593.
Definisi:
Yang
dinamakan dengan ar-Rifqu ialah sikap lemah lembut baik dari sisi ucapan
atau pun tingkah laku, dengan mengambil cara termudah, dan kalimat ini adalah
lawan dari kekerasan. Terkadang makna ar-Rifqu ini juga dibawa pada arti
sikap tidak tergesa-gesa dalam segala urusan serta sabar dalam menyikapi
permasalahan. Syaikh Abdurahman bin Nashir
as-Sa'di mengatakan dalam sebuah risalahnya, "Dan diantara salah satu
nama-nama indah yang dimiliki oleh Allah ta'ala adalah ar-Rafiiq (Maha
Halus) baik dalam perbuatan maupun syari'at -Nya.
Maka
bagi siapa saja yang telah meneliti kandungan yang terdapat dalam syari'at -Nya, dirinya akan menjumpai
adanya kelembutan ini. Dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla menentukan
sebuah hukum secara bertahap sedikit demi sedikit, hukum tersebut diberlakukan
melalui beberapa tahapan sesuai dengan kandungan hikmah -Nya,
dengan pelan namun tepat mengenai sasaran, mudah dikerjakan serta cocok bagi
hamba dan para makhluk lainya. Yang mana Allah Shubhanahu wa ta’alla menciptakan
makhluk melalui proses bertahap dengan tahapan-tahapan yang berubah dari satu
keadaan ke keadaan yang lain, dengan hikmah dan rahasia ilahi yang tidak mampu
dicerna oleh akal pikiran.
Dan
Allah ta'ala mencintai para hamba -Nya dari kalangan ahli lemah-lembut dengan memberi kelembutan terhadap apa yang tidak –Dia berikan
pada kekerasan. Adapun lemah lembut dari seorang hamba tidak menafikan adanya
keteguhan hati. Oleh karenanya hendaknya ia berlemah lembut dalam tiap
urusannya, tidak tergesa-gesa sehingga dengan sebab itu dirinya tidak luput
bila ada peluang muncul dalam benaknya dan tidak menyepelekannya jika berada
dihadapannya". [1]
Imam Ibnu Qoyim mengatakan:
Allah Maha Lembut dan mencintai orang yang bersikap lembut
Bahkan
Allah memberi pada kelembutan melebihi segalanya
Dapat
ditebak bila lemah lembut ini merupakan budi pekerti yang luhur, paling mulia,
paling agung kedudukannya, dan paling banyak membawa dampak positif. Sehingga
kelembutan tidaklah dilekatkan pada sesuatu melainkan pasti akan menghiasi, memperbagusi serta membikin sesuatu lebih indah. Dan jika
kelembutan ini dicabut pada segala urusan melainkan pasti akan menjadikan aib,
tercela dan buruk. Hal itu, sebagaimana disebutkan
oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam dalam haditsnya Aisyah radhiyallahu 'anha, yang mengatakan:
"Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ
الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ
إِلاَّ شَانَهُ » [أخرجه مسلم]
"Sesungguhnya
kelembutan tidaklah diberikan pada segala urusan melainkan akan menghiasinya,
dan tidaklah kelembutan ditarik dari tiap urusan kecuali akan menjadikannya
buruk". HR Muslim no: 2594.
Maka
barangsiapa yang dianugerahi sikap lemah lembut maka sungguh dirinya telah
mendapat keuntungan yang sangat banyak, kebajikan yang agung, mulai dari pujian
yang indah, taufik, pikiran terbimbing, ketenangan jiwa, menggapai keinginan,
merengkuh cita-cita, ini didunia adapun diakhirat dirinya akan meraih pahala
yang besar serta ganjaran yang setimpal. Hal itu, yaitu dengan cara sabar
ketika dihadapkan pada sebuah masalah, menghadapi secara tenang dan lemah
lembut berjalan bersama sunah kauniyah yang terjadi serta mengikuti Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka barangsiapa yang tingkah laku serta metode hidupnya seperti ini, dirinya
akan memperoleh kemudahan dalam segala urusannya, lebih khusus dalam urusan
yang berhubungan dengan sesama, baik tatkala menyuruh mereka, melarang,
membimbing ataupun lainya yang membutuhkan pada sikap lemah lembut didalamnya.
Demikian
pula seseorang yang diganggu oleh ucapan menyakitkan, lisannya akan terjaga
untuk mengumpat yang ada justru mengantarkan dirinya untuk bersikap lemah
lembut. Dia akan berlalu tanpa memperdulikan gangguan mereka, tidak membalasnya
baik dengan ucapan ataupun perbuatan semisal usikan mereka. Namun, bersamaan
dengan itu dirinya tetap merasa santai, tenang, teguh dan sabar. Duhai betapa
indahnya hidup orang ini! betapa nikmat kehidupannya! Dan betapa menyenangkan
kehidupan orang tadi!. [2]
Dan Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam mengabarkan kalau kelembutan masuk pada sebuah rumah
tangga maka itu pertanda adanya kebaikan. Sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad
dalam musnadnya dari Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau berkata, "Bahwa
Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَا
عَائِشَةُ ارْفُقِي, فَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَرَادَ بِأَهْلِ بَيْتٍ خَيْرًا
دَلَّهُمْ عَلَى بَابِ الرِّفْقِ » [أخرجه أحمد]
"Wahai Aisyah lemah
lembutlah. Sesungguhnya jika Allah menghendaki kebaikan pada sebuah keluarga
Allah akan menunjuki mereka menuju pintu
kelembutan". HR Ahmad 41/255 no: 24734.
Dan ini dibuktikan oleh pribadi Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam
dimana beliau adalah manusia yang paling lembut terhadap sahabat-sahabatnya.
Sebagaimana dijelaskan dalam haditsnya Malik bin al-Huwairits radhiyallahu
'anhu yang menceritakan, "Aku pernah datang berguru kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersama
beberapa orang dari kaumku, dan kami tinggal bersama Nabi selama dua puluh
hari. Beliau adalah orang yang penyayang dan lembut. Tatkala beliau melihat
rona kerinduan pada wajah-wajah kami terhadap keluarga maka beliau bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «ارْجِعُوا
فَكُونُوا فِيهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ وَصَلُّوا فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ
فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ» [أخرجه البخاري
ومسلم]
"Pulanglah kalian lalu
tinggallah bersama kaummu. Ajarilah mereka dan sholatlah bersamanya. Dan jika
masuk waktu sholat hendaknya salah seorang diantara kalian beradzan lalu
jadikanlah orang yang paling dewasa sebagai imam kalian". HR Bukhari
no: 628. Muslim no: 674.
Beliau
juga sangat menganjurkan pada para sahabatnya supaya berlaku lemah lembut
terhadap orang lain. Berdasarkan hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Pernah suatu ketika ada
arab badui yang kencing didalam masjid maka orang-orang berusaha untuk
mencegahnya. Akan tetapi, Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam berkata pada mereka:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « دَعُوهُ
وَهَرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ أَوْ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ,
فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Biarkan dirinya
(sampai selesai kencing), lalu siramlah bekas air kencingnya dengan seember air
atau satu timba air. Sesungguhnya aku diutus untuk mempermudah tidak diutus
untuk mempersulit". HR Bukhari no: 6128.
Tatkala
beliau mengutus Abu Musa al-Asy'ari dan Mu'adz bin Jabal ke Yaman sebagai duta
dakwah maka beliau berpesan pada keduanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَسِّرَا
وَلَا تُعَسِّرَا وَبَشِّرَا وَلَا تُنَفِّرَا وَتَطَاوَعَا وَلَا تَخْتَلِفَا »
[أخرجه البخاري ومسلم]
"Permudahlah jangan
engkau persulit. Beri kabar gembira jangan jadikan mereka lari, bersatu padulah
jangan berselisih". HR Bukhari no: 6124. Muslim no: 1733.
Imam
Ahmad menjelaskan, "Beliau menyuruh untuk berlaku lemah lembut dan
merendahkan diri walaupun sekiranya mereka mendengar hal yang tidak
menyenangkan. Dan jangan marah yang menyebabkan dirinya terjatuh untuk membela
diri semata".[3] Tidak
ketinggalan beliau juga mendorong keluarganya untuk berlaku lemah lembut.
Disebutkan dalam sebuah hadits dari Aisyah radhiyallahu 'anha beliau bercerita,
"Orang-orang Yahudi pernah mendatangi Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu mereka mengucapkan salam,
"Semoga kematian atasmu'. Mendengar itu maka Aisyah
menyahut, "Atas kalian, dan laknat Allah Shubhanahu wa ta’alla dan
kemurkaan -Nya atas kalian". Maka Nabi
menegurnya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَهْلًا
يَا عَائِشَةُ ,عَلَيْكِ بِالرِّفْقِ, وَإِيَّاكِ وَالْعُنْفَ وَالْفُحْشَ.
قَالَتْ: أَوَلَمْ تَسْمَعْ مَا قَالُوا .قَالَ: أَوَلَمْ تَسْمَعِي مَا قُلْتُ.
رَدَدْتُ عَلَيْهِمْ, فَيُسْتَجَابُ لِي فِيهِمْ, وَلَا يُسْتَجَابُ لَهُمْ فِيَّ »
[أخرجه البخاري ومسلم]
"Tunggu wahai Aisyah,
bersikap lemah lembutlah. Hati-hati dari kekerasan dan kata-kata kotor".
Aisyah menjawab, "Tidakkah anda dengar apa yang mereka ucapkan? Beliau
berkata, "Apakah engkau tidak mendengar jawabanku? Aku membalas
(ucapan salam mereka), "Dan atas kalian juga". Maka Allah mengabulkan
do'aku untuk mereka, sedang do'a mereka tidak dikabulkan atasku". HR
Bukhari no: 6030. Muslim no: 2165.
Begitu
pula juga mendorong para pemimpin kaum muslimin agar berlaku lemah lembut
terhadap masyarakatnya. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang
dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau berkata:
"Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللَّهُمَّ
مَنْ وَلِىَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِى شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ
وَمَنْ وَلِىَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِى شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ »
[أخرجه مسلم]
"Ya Allah, barangsiapa
yang mengurusi perkara umatku (jadi pemimpin mereka) kemudian dia menyusahkan
mereka maka persulitlah urusanya. Dan barangsiapa yang mengurusi perkara umatku
lalu dia berlemah lembut pada mereka maka sayangilah dirinya". HR
Muslim no: 1828.
Bahkan
Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam sampai menganjurkan untuk bersikap lembut
pada binatang. Sebagaimana telah datang keterangannya dalam sebuah
hadits yang dibawakan oleh Imam Muslim dari Syadad bin Aus radhiyallahu 'anhu,
beliau berkata, "Rasulallah Shalallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ
اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا
الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ
شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ »
[أخرجه مسلم]
"Sesungguhnya Allah
telah mewajibkan berbuat ihsan pada setiap perkara. Maka jika kalian membunuh
berlaku lembutlah didalam (cara) membunuhnya. Dan jika kalian menyembelih maka
berlaku lembutlah didalam menyembelihnya. Yaitu dengan menajamkan pisau kalian
dan membuat binatang sembelihannya mereka nyaman". HR Muslim no: 1955.
Kesimpulannya:
Bahwa
selayaknya bagi tiap mukmin untuk bersikap lembut pada setiap urusannya. Lembut
dalam berinteraksi bersama keluarga, anak-anak, saudara kandung, teman karibnya
dan bersama manusia secara umum. Berlaku lembut terhadap mereka, sehingga bagi
orang yang demikian keadaannya maka hatinya akan terasa tenang, jiwa menjadi
damai dada terasa tentram, dan dicintai oleh orang lain. Dan
hendaknya sikap lembut ini terus melekat pada pribadi mukmin didalam rumahnya, pasar, masjid, dan pada tiap tempat yang
ia singgahi. Maka jika dirinya melazimi hal itu dia akan mendapatkan
keuntungan yang sangat banyak. Dijelaskan dalam sebuah hadits yang dibawakan
oleh Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma berkata,
"Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ
يُحْرَمِ الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ كله » [أخرجه مسلم]
"Barangsiapa
terhalangi dari sifat kelembutan maka dirinya dihalangi untuk memperoleh
kebaikan seluruhnya". HR Muslim no: 2592.
Inilah
akhir kajian kita, Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla
Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla
curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam,
kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.
Post a Comment