Hati-Hati Mati Su’ul khatimah
Hati-Hati Mati Su’ul khatimah
Segala puji bagi Allah –ta’ala-, wali dikala
susah, yang unik keangkuhanNya.
Salawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi
pilihan, kepada keluarga dan para sahabatnya, imam dari orang-orang bertakwa.
Adapun selanjutnya:
Perhentian yang membuat cemas mereka yang mengetahui… membuat
berkeringat mereka yang takut…
Untuk melampauinya, mereka siapkan beban bawaan yang
ringan dan paksa diri dengan cemeti tekat hingga dapat malampauinya…
Perhentian yang
membuat berjatuhan para pelaku dosa dan binasa diwilayahnya mereka yang binasa.
Wahai engkau yang berbuat dosa, apa yang engkau
ketahui tentang perhentian itu?!
Wahai engkau yang berbuat dosa, tidakkah pernah engkau
mendengar pembicaraan yang meneror hati orang-orang saleh!
Rasulullah -salallahu alaihi wasalam- bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إن الرجل ليعمل الزمن الطويل بعمل أهل
الجنة، ثم يختم له عمله بعمل أهل النار! وإن الرجل ليعمل الزمن الطويل بعمل أهل
النار، ثم يختم له عمله بعمل أهل الجنة» [رواه مسلم]
“Ada
orang yang sungguh-sungguh beramal dalam waktu yang lama dengan amalan ahli
surga, kemudian menutup amalnya dengan amalan ahli neraka. Dan ada orang yang
sungguh-sungguh melakukan amal ahli neraka dalam waktu yang lama, kemudian
menutupnya dengan amalan ahli surga.” [HR.Muslim]
Dan sabdanya -salallahu alaihi wasalam- ,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «.. وإنما الأعمال بالخواتيم» [رواه البخاري]
“Sesunggunya
amalan dinilai dengan penutupannya.” [HR.al-Bukhari]
Ibnu Rajab berkata, “Singkatnya, penutup amal adalah
warisan dari amalan masa lalu dan semua itu telah ada pada catatan takdir
terdahulu. Dari inilah bertambah ketakutan salaf akan su’ul khatimah.
Diantara mereka ada yang cemas menyebut-nyebut masa lalunya.”
Hatim al-Asham berkata, “Siapa yang hatinya kosong
dari mengingat empat saat yang membahayakan, maka dia tertipu dan tidak
terhindar dari kesengsaraan. Pertama: bahaya hari pembalasan
amal. Ketika Allah berkata, ‘Mereka di surga dan aku tidak perduli, sedang
yang lain di neraka dan aku tidak perduli.’ Dia tidak tahu berada pada
kelompok yang mana. Kedua: ketika diciptakan dalam alam tiga
kegelapan[2]. Ketika
dipanggil oleh Malaikat sebagai orang yang sengsara atau bahagia, dia tidak
tahu termasuk yang sengsara atau bahagia. Ketiga: saat disingkap
catatan amal. Sedang dia tidak tahu apakah termasuk yang mendapat keridaan
Allah atau kemurkaanNya. Keempat: hari ketika manusia
dibangkitkan. Dia tidak tahu jalan mana dari jalan surga atau neraka yang akan
dilalui.”
Sahl Ibn Abdullah berkata, “Ketakutan para Siddîkin
(ulama yang beramal) akan su’ul khatimah pada tiap bahaya dosa dan gerik
mereka. Merekalah yang di sifati Allah dalam firmanNya,
قال
الله تعالى: ﴿ وَالَّذِينَ
يُؤْتُونَ مَا آَتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ ﴾ [المؤمنون: 60]
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka
berikan dengan hati yang takut,…” (QS.al-Mu’minun:60)
‘Atha al-Khaffâf berkata, “Tidaklah aku berjumpa
dengan ats-Tsauri melainkan ia sedang menangis. Aku tanya, ‘Ada apa denganmu?”
Dia menjawab, “Aku takut tercatat sebagai orang yang celaka dalam catatan
takdir.”
Wahai engkau yang berbuat dosa, itulah su’ul khatimah. Sudahkah engkau lihat bagaimana ‘ârifun
(orang-orang yang tahu) memperhitungkannya… dimana posisimu dari mereka?!
Apakah engkau melihat dirimu termasuk yang merasa malu dan takut atau yang
merasa aman-aman saja?! Betapa meruginya engkau jika termasuk kelompok yang kedua.
Bagaimana bisa seorang merasa aman meniti jalan yang mengantarnya kepada su’ul
khatimah (pengakhiran yang buruk).
Wahai engkau yang berbuat dosa, waspadalah…berhati-hatilah!
Ibnul Mubarak berkata, “Sesungguhnya orang yang memiliki
perseptif tidak akan merasa aman dari empat perkara: dosa masa lalu,
yang tidak dia tahu apa yang Tuhan perbuat dengannya, umur yang tersisa,
yang tidak dia tahu musibah apa saja yang akan dialami, kelebihan yang Allah
beri, mungkin saja itu istidroj[3] dan kesesatan
yang terdekorasi sehingga nampak seperti petunjuk. Penyimpangan hati saat
demi saat lebih cepat dari kedipan mata, yang bisa jadi mencabut agamanya tapa disadari.
Wahai engkau yang berbuat dosa, engkau merasa akan
selamat padahal menempuh jalan maksiat dan bergelimang perbuatan yang
dimurkai?!
Waspada dicabut nyawa… tidak tersadar kecuali setelah engkau
dihadapan malaikat yang kasar lagi bengis!
Al-Hasan al-Bashri menasehati, “Bergegaslah,
bergegaslah! Sesungguhnya ia hanyalah nafas, bila ditahan terputuslah seluruh
amal kalian yang dijadikan pendekat kepada Allah –azza wajalla-. Terahmati
Allah orang yang melihat dirinya dan menangis atas sejumlah dosanya. Kemudian
beliau membaca firman Allah,
قال
الله تعالى: ﴿ إِنَّمَا
نَعُدُّ لَهُمْ عَدًّا ﴾[مريم: 84]
“Sesungguhnya
Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan
yang teliti.” (QS.Maryam:84)
Jika mau –wahai engkau yang patut diiba-, aku
sampaikan kepadamu beberapa kisah orang-orang saleh, yang menggabungkan antara
ketaatan dan ketakutan su’ul khatimah… semoga itu dapat mengembalikan
hatimu yang lari dari ketaatan dan menyadarkanmu sebelum hilang kesempatan…
Dari Ali -radiallahu ‘anhu-, dia berkata, “Aku
mendatangi Umar Ibn al-Khatthâb yang sakit pasca ditikam Abu Lu’luah. Dia
menangis. Aku Tanya, ‘Apa yang membuatmu menangis, wahai Amirul Mukminin?’ Dia
menjawab, ‘Berita langit membuatku menangis. Kemana aku akan dibawa, ke surga
atau neraka?’ ‘Bergembiralah dengan surga! Sesungguhnya aku mendengar
Rasulullah -salallahu alaihi wasalam- bersabda yang tidak aku hitung
berapa kali, “Dua orang sayid ahli surga adalah Abu Bakar dan Umar.’ Umar
berkata, “Apakah engkau menjadi saksi wahai Ali bahwa aku di surga?! Aku
katakan, ‘Ya. Dan engkau wahai Hasan[4], menjadi
saksi kepada Rasulullah bahwa Umar termasuk ahli surga.”
Dari Muhamad Ibn Qois, bahwa seorang lelaki dari
penduduk Madinah tengah sekarat, panik. Diapun ditanya, “Engkau panik?!” Dia
menjawab, “Bagaimana tidak. Demi Allah, seandainya utusan gubernur Madinah
mendatangiku, aku akan panik karenanya, lalu bagaimana lagi dengan (malaikat
maut) utusan Tuhan semesta alam?!
Sebagian lagi menangis menjelang kematian mereka.
Ketika ditanya akan hal itu dia menjawab, “Aku mendengar Allah mengatakan
kepada suatu kaum:
قال
الله تعالى: ﴿ وَبَدَا
لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا يَحْتَسِبُونَ ﴾ [الزمر: 47]
“…dan jelaslah
bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan. “ [5] Dan
aku menunggu sebagaimana yang kalian lihat. Demi Allah, aku tidak tahu apa yang
akan terjadi padaku!”
Sebagian lagi
mengatakan, “Seandainya sahadat (persaksian memeluk Islam) berada di pintu
rumah dan mati dalam Islam di pintu kamar, niscaya aku memilih mati dalam
Islam, karena tidak tahu godaan apa yang terjadi pada hatiku sepanjang pintu
kamar ke pintu rumah.”
Sofyan ats-Tsauri menangis dan berkata, “Aku takut
imanku dicabut saat kematian.”
Dahulu Malik Ibn Dînar melakukan shalat sepanjang
malam sambil menggenggam janggutnya, seraya berkata, “Wahai tuhanku, telah aku
ketahui bagaimana penghuni surga dan penghuni neraka. Di manakah dari dua
tempat itu tempat tinggal Malik?”
Wahai engkau yang berbuat dosa, sadarkan dirimu…! Jika
sedemikian itu keadaan orang-orang saleh, dimana satu dari mereka ada al-Fâruk
Umar Ibn al-Khathab -radiallahu ‘anhu-, sahabat Rasulullah, yang telah
diberitakan masuk surga, yang setan menjauh dari bayangannya… apa bukan
semestinya engkau –wahai pendosa- lebih dalam kepanikanmu dan lebih deras
cucuran air matamu…?!
(syair): Engkau bersangka baik dengan hari-hari yang
dihisab
Tidak takut takdir buruk datang
menjemput
Engkau selamat bermalam-malam
hingga terhanyut
Di keheningan malam-malam kau
cipta noda
Wahai pendosa, waspada hati mu
tertelungkup!
Dari Anas -radiallahu ‘anhu-, dia berkata,
bahwa Rasulullah banyak mengatakan,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك »
فقلت: يا نبي الله آمنا بك، وبما جئت به، فهل تخاف علينا ؟!ّ قال: «نعم ، إن القلوب بين أصبعين من أصابع الله
يقلبها كيف يشاء»! [رواه الترمذي/ صحيح الترمذي للألباني: 2140]
“Wahai Tuhan yang membolak balik hati, tetapkan hatiku
dalam agamaMu.”
Aku bertanya, ‘Wahai Nabi Allah, kami beriman kepadamu
dan dengan apa yang engkau bawa. Apakah engkau masih khawatir terhadap kami?!’
Nabi menjawab, “Ya. Sesungguhnya hati berada di
antara dua jemari Allah. Dia membolak baliknya sekehendakNya.” [HR.at-Turmudzi.
Lihat Shahih at-Turmudzi oleh al-Albani no.2140]
Wahai engkau yang berbuat dosa, berapa banyak hati
yang Allah kunci mati sehingga tidak
merasakan apapun, hingga munkar baginya makruf dan makruf kemungkaran…! Dia
dalam keadaan terperosok dan buta…! Dalam keadaan sedemikian itu maut
mendatanginya… jadilah dia su’ul khatimah.
Wahai engkau yang berbuat dosa, dosa termasuk sebab su’ul
khatimah!
Wahai engkau yang berbuat dosa, dosa adalah jalan
menuju neraka sebagaimana ketaatan jalan menuju surga…
Abu Muhamad Abdulhaq berkata, “Ketahuilah, bahwa su’ul
khatimah –semoga Allah melindungi kita daripadanya-, tidak terjadi pada
mereka yang lahiriahnya istikamah dan batinya saleh. Tidak pernah terdengar
yang seperti itu dan diketahui, Alhamdulillah. Namun terjadi pada siapa yang
memiliki kerusakan akal dan berkubang dalam dosa besar. Sehingga setan
menyambut dan memanfaatkan keadaannya pada kondisi itu. Semoga Allah
melindungi, semoga Allah melindung. Atau pada mulanya istikamah kemudian
berubah keadaannya dan keluar dari kebiasaan baik dan menjadi jalan hidupnya,
sehingga hal itu menjadi sebab su’ul khatimah dan buruk pengakhirannya.
Dari Abdul Aziz Ibn Abi Ruwad, dia berkata, “Aku
menghadiri seorang yang dalam keadaan sekarat. Aku katakan kepadanya,
“Ucapkanlah la ilaha illallah!’ Dia pun mengatakannya. Di saat saat terakhir,
aku katakan kepadanya, ‘Ucapkan la ilaha illallah!’ Dia berkata, ‘Berapa kali
engkau katakan?! Sesungguhnya aku ingkar dengan apa yang engkau katakan.’ Dia
pun mati dalam keadaan itu. Aku tanya istrinya perihal orang itu. Istrinya
menjawab, ‘Dia adalah pecandu minuman keras.’ Abdul Aziz berkata, ‘Takutlah
pada dosa, sesungguhnya ialah yang membinasakannya.’”
Wahai engkau yang berbuat dosa, hati-hati dari
berketerusan dalam dosa!
Berketerusan merupakan pintu menuju perkara besar…
sudah berapa banyak yang dihantarnya kepada kebinasaan… sudah berapa banyak
pelaku dosa yang diperosokkannya?! Sesungguhnya mencandu dosa jalan menjadi
kebiasaan, membuat jiwa susah meninggalkannya… jadi sengaja lalai dan panjang
angan-angan… hingga mati mengejutkannya dalam keadaan tidak istikamah.
(syair):
Wahai pemabuk, apa merasa aman dengan kebodohan
Saat engkau lupa diri, kematian mengejutkanmu
Berkorban jadi pelajaran manusia
Sedang engkau berjumpa Tuhan sebagai seburuk makhluk
melata
Ibnu Rajab berkata, “Ketahuilah, bahwa semasa manusia
berharap hidup, dia tak akan memutus angan-angannya terhadap dunia. Dan
terkadang tidak mengijinkan dirinya berpisah dengan kelezatan, syahwat
kemaksiatan dan yang serupa. Setan menjanjikannya dengan taubat di akhir
umurnya. Jika telah yakin tiba saat mati dan putus harapan hidup, baru tersadar
dari mabuknya terhadap dunia. Saat itulah sesal atas kelalaian, penyesalan yang
hampir membuat membunuh dirinya dan meminta kembali ke dunia untuk bertaubat
dan beramal saleh. Sedikitpun itu tidak akan terkabul. Sakratul maut dan sesal
kelalaian berkumpul pada dirinya. Padahal telah Allah peringatkan hamba-Nya
dalam kitab-Nya akan hal itu agar bersiap sebelum datangnya kematian dengan
taubat dan amal saleh. Allah berfirman,
قال
الله تعالى: ﴿ وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ
يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ * وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا
أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ
بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ * أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَى
مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ * أَوْ
تَقُولَ لَوْ أَنَّ اللَّهَ هَدَانِي لَكُنْتُ مِنَ الْمُتَّقِينَ * أَوْ تَقُولَ
حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً فَأَكُونَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ﴾ [الزمر: 54-58]
“(45) Dan kembalilah kamu kepada Tuhan-mu dan berserah
dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat
ditolong (lagi). (55) Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan
kepadamu dari Tuhan-mu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang
kamu tidak menyadarinya. (56) Supaya jangan ada orang yang mengatakan, ‘Amat
besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap
Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan
(agama Allah ).’ (57) Atau supaya jangan ada yang berkata, 'Kalau sekiranya
Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang
bertakwa.'(58) atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab,
'Kalau sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk
orang-orang berbuat baik'.” (QS.az-Zumar:54-58)
Waspadalah -wahai engkau yang patut diiba- dikejutkan
kematian sedang pintu taubat telah ditutup untukmu… janganlah sampai berjumpa
Allah dengan memikul dosa-dosamu… betapa dahsyatnya hari itu bagimu !
Ibnu Rajab berkata mengenai firman Allah -ta’ala-:
قال
الله تعالى: ﴿ وَحِيلَ
بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ مَا يَشْتَهُونَ ﴾ [سبأ: 54]
“Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka
ingini...”[6] ‘Sekelompok
salaf menafsirkan, termasuk Umar Ibn Abdul Aziz -radiallahu ‘anhu-,
bahwa : mereka minta bertaubat ketika telah dipisahkan antara mereka dan
syahwatnya.”
Al-Hasan al-Bashri berkata, “Takutlah engkau wahai
anak Adam, jangan sampai tergabung padamu dua perkara: sakratulmaut dan
penyesalan atas yang terlewat.”
Ibnu as-Sammâk berkata, “Waspadalah terhadap sakratulmaut
dan penyesalan. Kematian mencengankanmu. Tidak dapat tergambarkan kadar yang
dialami dan dilihat.”
Al-Fudhail Ibn Iyadh berkata, “Allah –azzawajalla-
berfirman, “Wahai anak Adam, jika engkau terombang-ambing dalam nikmatKu dan
juga memaksiatiKu, waspadalah! jangan sampai aku binasakan sedang di antara
kemaksiatan.”
Wahai engkau yang berbuat dosa, benahilah keadaanmu…
segera bertobat yang tulus… sesungguhnya siang dan malam terus menggulung
umurmu tanpa engkau sadari. Orang berakal adalah yang bersiap menemui Tuhan-nya
yang Maha Kuasa… dan berlindung dari su’ul khatimah…
Ibnu Rajab berkata, “Sebagian Salaf berkata, ‘Hidup
kalian menjadi harapan banyak orang. Yakni mereka yang sudah mati. Berharap
bisa hidup walau sesaat agar dapat bertaubat dan berbuat taat. Namun tidak ada
jalan bagi mereka untuk itu!”
Wahai yang terpedaya dosa, berikut pergulatan para
pendosa!
Wahai engkau yang berbuat dosa, su’ul khatimah
adalah perhentian yang jelek dan tempat tinggal terburuk…
Berikut adalah sisi dari kisah kaum yang berketerusan
dalam dosa hingga ditohok maut dan mereka dalam kelalaian, jadilah berakhir
dengan su’ul khatimah…
Muhamad Ibn Uyainah al-Fazâri berkata, “Aku mendengar
Abu Ishaq al-Fazâri berkata kepada Abdullah Ibn al-Mubârak, ‘Wahai Abu
Abdurrahman, ada seorang dari sahabat kita yang mengumpulkan ilmu lebih banyak
dari yang engkau dan aku kumpulkan. Saat sakratulmautnya aku hadir. Ketika
dikatakan kepadanya, ‘Ucapakan lâ ilaha illallah!’ dia menjawab aku tidak bisa
mengucapkannya. Kala dia bicara aku membantah. Dia katakan itu dua kali. Dia
tetap seperti itu sampai meninggal. Aku tanyakan perihalnya.’ Dijawab, ‘Dia
durhaka kepada kedua orang tuanya’. Sehingga aku menduga, dia tidak dapat
mengucapkan kalimat ikhlas (la ilaha illallah) kerena kedurhakaannya kepada
kedua orang tuanya.”
Bakr Ibn Abdullah al-Muzini berkata, “Seorang lelaki
bani Israil mengumpulkan harta. Menjelang kematiannya, dia berkata kepada anak
laki-lakinya, ‘Perlihatkan hartaku!’ Diperlihatkanlah sebagian besar kuda,
onta, budak dan harta lainnya. Ketika melihat semua itu, dia menangis menyesal.
Saat melihat malaikat maut, semakin menjadi tangisannya. Malaikat bertanya
kepadanya, ‘Apa yang membuatmu menangis? Demi Tuhan yang telah mengasumsikanmu,
aku tidak akan keluar dari rumahmu sampai memisahkan roh dari badanmu!’ Lelaki
itu memohon, ‘Beri kesempatan hingga aku selesai membagikannya.’ Malaikat
menjawab, ‘Mustahil! Sudah habis kesempatanmu, mengapa tidak engkau lakukan itu
sebelum datang ajalmu?!’ Rohnya pun dicabut.
Ar-Rabi’ Ibn Birrah berkata, “Aku melihat lelaki di
Syam yang dibimbing mengucap la ilaha illallah saat sakratulmaut hanya
mengatakan, “Minum… tuangkan untuknya…!”
Hâsyim mengira dari Abu Hafs, dia berkata, “Aku
mengunjungi seorang lelaki di al-Mashishah yang sedang sakratulmaut. Aku tuntun
dia, ‘Ucapkanlah, la ilaha illallah!’ Dia berkata, ‘Mustahil, terhalangi antara
aku dengannya.’”
Ibnu Rajab berkata, “Sebagian yang sakratulmaut saat
ajal mendekati, menampar wajahnya dan berujar,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: [يَا حَسْرَتَا عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي
جَنْبِ اللَّهِ]
Sebagian lagi mengatakan, ‘Dunia telah melalaikan
hingga habis hari-hariku.’ Sebagian lagi berkata, ‘Jangan sampai engkau
dilenakan oleh kehidupan dunia sebagaimana ia melenakanku.’”
Orang-orang dahulu ada yang mabuk semalaman. Istrinya
mencelanya karena meninggalkan shalat. (Tidak terima) dia bersumpah akan
mentalak tiga istrinya, dengan tidak shalat selama tiga hari. Ngotot mencerai
istrinya, diapun melakoni tidak shalat tiga hari, namun mati setelah itu. Dalam
keadaan mencandu minuman keras dan meninggalkan shalat.
Diantara pecandu khamr ada yang dipanggil Abu Amr.
Suatu malam dia tertidur dalam keadaan mabuk. Dalam tidurnya dia mendengar
seseorang melantunkan (syair) :
Benar-benar engkau Abu Amr
Bersemedi di atas khamr
Minum minuman keras
Ada banjir menerpamu tanpa engkau tahu
Dia pun terbangun gelisah dan mengabarkan mimpinya
kepada orang yang ada bersamanya, namun mabuk membuatnya tertidur kembali. Saat
subuh di mati seketika!
Dikisahkan mengenai para makelar. Ketika sakratulmaut,
dituntun mengucapkan la ilaha illallah. Namun dia menjawab, ‘Tiga setengah…
empat setengah….’
Yang lain dituntun, ‘Ucapkan lâ ilaha illallah!” Malah
berucap, ‘Rumah fulan, perbaiki demikian… kebun fulan, bikin demikian… !”
Wahai engkau yang berbuat dosa, hisab dirimu… tuluslah
dalam menghisab dirimu… dan segera bertaubat sebelum hilang kesempatan… ingat
mati… ingat bahwa maksiat dan dosa merupakan jalan menuju su’ul khatimah…
Dengarkan wahai engkau yang patut dikasihani, demi
memperbaiki batin dan lahiriahmu…! sesungguhnya kematian akan segera datang…
siapa yang takut, akan bersungguh-sungguh dan menyelamatkan diri… larilah dari
dosa kepada pengampun dosa… mulailah hidup baru; diawali dari tobat dan ditutup
dengan amal saleh… semoga engkau termasuk orang-orang yang lolos… selamat dari su’ul khatimah…
Segala puji bagi Allah senantiasa dan selama-lamanya…
shalawat dan salam terlimpah kepada Nabi, keluarga dan para sahabatnya…
Post a Comment