Kesan/Bekas Maksiat
Ketahuilah bahwa maksiat itu mengandung arti merusak janji, dan melepaskan ikatan cinta dengan mengalahkan Tuannya (Alloh) dan mengikuti kesenangan hawa nafsunya, melepaskan tutupnya rasa malu, dan cepat cepat menuju Alloh dengan mengerjakan perkara yang tidak diridhoi oleh Alloh.
Selain itu semua: Bekas maksiat yang zohir/nyata seperti: pada diri orang yang maksiat terlihat suram, dimatanya kelihatan keras, malas berkhidmat kepada Alloh, tidak dapat menjaga kehormatan, berusaha keras menuruti keinginan hawa nafsunya, dan tidak dapat mengerjakan ketaatan.
Bekas maksiat yang batin seperti: kerasnya hati, memenuhi dadanya dengan syahwat, hilangnya rasa manis/nikmatnya taat, banyaknya penghalang dari makhluk yang selalu menghalangi terpancarnya Nur, selalu dikalahkan oleh kekuasaan hawa nafsu, dan selain itu semua masih ada seperti hati selalu ragu-ragu, lupa kalau nanti kan kembali menghadap Alloh, dan lamanya penghitungan amal.
Sudah cukup menunjukkan jeleknya maksiat dengan bergantinya nama, karena bila kamu menjadi orang yang taat, kamu disebut orang yang mengerjakan kebaikan, sedangkan bila kamu maksiat, maka akan berubah dan disebut orang durhaka. Itulah artinya berpindahnya sebutan/nama. Lalu bagaimana kalau yang berganti itu atsar/kesan?, yaitu dari atsar rasa manisnya taat berubah menjadi manisnya maksiat.
Atsar nikmatnya mengabdi kepada Alloh berganti menjadi nikmatnya syahwat. Begitulah bergantinya atsar, lalu bagaimana kalau yang berubah/berganti itu sifat? Yaitu setelah kamu memiliki sifat yang baik dihadapan Alloh ta’ala, lalu berganti menjadi orang yang memiliki sifat yang buruk. Itu yang berhubungan dengan pergantian sifat, lalu bagaimana kalau yang berubah itu kedudukan?, yaitu setelah kamu menjadi orang yang solih/baik dihadapan Alloh, lalu menjadi orang yang rusak dihadapan Alloh, setelah kamu menjadi orang yang berhati-hati dihadapan Alloh berubah menjadi orang yang ingkar dan khianat kepada-Nya.
Maka apabila macam-macamnya dosa itu sudah terbuka dihadapanmu, maka segeralah minta pertolongan kepada Alloh ta’ala, dan lari berpindahlah menuju kapada-Nya dan taburi tanah dikepalamu(merasa hina) dan berdo’a: “Ya Alloh, pindahlah kami dari hinanya maksiat menuju kemuliaannya taat kepada-Mu”.
Dan berusahalah kamu untuk berziarah kemakam-makam para Auliya’ dan solihin, dan bacalah “Yaa Arhamar-roohimiin” (Wahai Dzat yang sangat belas kasih, belaskasihi kami). Apakah kamu termasuk orang yang ingin memerangi nafsumu? Sedang nafsumu kamu kuatkan dengan menuruti kesenangannya(syahwat). Sehingga kamu dikalahkan nafsumu. ketahuilah, sungguh kamu termasuk orang yang bodoh.
Hati itu seperti pohon yang disirami dengan ketaatan. Dan buahnya yaitu apa-apa yang menempel pada pohon tersebut. Mata, buahnya dapat mengambil I’tibar/contoh(tauladan). Telinga, buahnya dapat mendengarkan Al Qur’an. Mulut, buahnya dapat berdzikir kepada Alloh. Kedua tangan dan kaki, buahnya dapat berjalan menuju kebaikan.
Jadi apabila hati kering, maka akan gugur buah-buahnya. Apabila hatimu kering maka perbanyaklah zikir kepada Alloh. Kamu jangan seperti orang yang sakit dan berkata, “aku tidak akan berobat sehingga ada obatnya.” Maka katakan padanya, “kamu tidak akan menemukan obat/sembuh kalau kamu tidak mahu berobat”.
Dalam jihad/perang itu tidak ada rasa manis/enaknya, yang ada hanya hujungnya tombak. Maka dari itu perangilah hawa nafsumu, itu termasuk perang yang besar.
Ketahuilah, wanita yang kehilangan anak itu tidak punya hari raya, tapi yang punya hari raya itu orang yang dapat mengalahkan nafsunya. Yang punya hari raya itu orang yang dapat mengumpulkan masalah yang berbeza-beza yakni, dapat menghadapi semua persoalan.
Seorang ulama melalui didepan rumah seorang pendeta, lalu ulama itu bertanya, “hai pendeta? bila hari rayanya orang/kaum itu? Pendeta itu menjawab, “ hari rayanya itu pada hari dia mendapat ampunan dari tuhannya”.
Sifat antara dirimu dan nafsumu itu seperti orang yang menemukan istrinya di tempat minuman arak lalu istri tersebut diberi pakaian yang bagus, dan diberi makanan yang enak-enak. Jadi apabila kamu meninggalkan solat itu berarti kamu memberi makanan nafsumu dengan bubur harisah (harisah: makan yang terbuat dari tepung dan telur/daging) dan macam-macam makanan(yang dirasa enak menurut nafsu).
Ada sebagian ulama arifbillah yang selama empat puluh tahun tidak pernah mengikuti solat berjamaah, karena merasa tidak kuat mencium bau busuk(tidak enak)nya hati orang-orang yang lupa kepada Alloh.
Sungguh menghairankan! Kamu mengerti perkara yang menjadikan kebaikan duniamu, tapi kamu bodoh tentang perkara yang menjadikan kebaikan akhiratmu.
Contoh sifat dunia pada dirimu itu seperti seorang yang keluar menuju pekarangannya, dan giat bekerja. Setelah berhasil lalu ditimbun menjadi bahan makanan, lalu dia mendapat manfaat dari bahan yang ditimbun pada waktu diperlukan.
Sedangkan kamu menimbun syahwat/keinginan nafsumu yang seperti ular dan maksiatmu yang seperti kalajengking, sehingga kamu menjadi rusak/binasa. Itu cukup menunjukkan kebodohanmu.
Para manusia menyimpan bahan makanan untuk persiapan diwaktu keperluannya, sedang kamu menyimpan perkara yang menjadikan bahaya dirimu yaitu maksiat.
Bagaimana pendapatmu, ada orang yang datang membawa ular berbisa dan dipelihara didalam dirumahnya. Dan ketahuilah, kamu itulah yang mengerjakan seperti itu.
Tajul ‘Arus Alhawiy li tahdzibin Nufus Syeikh Ibnu ‘Atho’illah as Sakandari
Post a Comment