Kitab Thaharoh
1. Shalat Tidak Diterima Tanpa Bersuci
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ ح و حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ إِسْرَائِيلَ عَنْ سِمَاكٍ عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُقْبَلُ صَلَاةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ وَلَا صَدَقَةٌ مِنْ غُلُولٍ قَالَ هَنَّادٌ فِي حَدِيثِهِ إِلَّا بِطُهُورٍ
1. Qutaibah bin Said menceritakan kepada kami, Abu Awanah memberitahukan kepada kami dari Simak bin Harb, Hannad menceritakan kepada kami, Waki' menceritakan kepada kami dari Israil, dari Simak, dari Mush'ab bin Sa'id, dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Tidak diterima shalat tanpa suci dan tidak diterima sedekah dari harta khianat (curian dari harta rampasan perang)" (Hannad berkata di dalam haditsnya, "Kecuali dengan suci"). Shahih: Ibnu Majah (272) dan Shahih Muslim
Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits yang paling shahih dalam bab ini, dan yang paling hasan." Dalam bab ini terdapat hadits dari Abdul Malik, dari ayahnya. Abu Hurairah dan Anas, Abdul Malik bin Usamah namanya adalah Amir, ia disebut (dipanggil) Zaid bin Usamah bin Umair Al Hudzali.
2. Keutamaan Bersuci
حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ مُوسَى الْأَنْصَارِيُّ حَدَّثَنَا مَعْنُ بْنُ عِيسَى الْقَزَّازُ حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ ح و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ عَنْ مَالِكٍ عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ أَوْ الْمُؤْمِنُ فَغَسَلَ وَجْهَهُ خَرَجَتْ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ نَظَرَ إِلَيْهَا بِعَيْنَيْهِ مَعَ الْمَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ أَوْ نَحْوَ هَذَا وَإِذَا غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَتْ مِنْ يَدَيْهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ بَطَشَتْهَا يَدَاهُ مَعَ الْمَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ حَتَّى يَخْرُجَ نَقِيًّا مِنْ الذُّنُوبِ
2. Ishaq bin Musa Al Anshari menceritakan kepada kami, Ma'n bin Isa Al Qazzaz menceritakan kepada kami, Malik bin Anas menceritakan kepada kami, Qutaibah menceritakan kepada kami, dari Malik, dari Suhail bin Abu Shalih, dari Abu Hurairah, dia mengatakan bahwa Rasullullah SAW bersabda, "Apabila seorang muslim atau seorang mukmin berwudhu lalu ia membasuh mukanya, maka dari wajahnya akan keluar setiap kesalahan yang dilihatnya dengan kedua matanya bersamaan dengan air atau tetesan air yang terakhir, atau seperti ini. Apabila ia membasuh kedua tangannya, maka dari kedua tangannya keluar semua kesalahan yang dibasuh dengan air -atau bersamaan dengan tetesan air yang terakhir- sehingga ia keluar dengan bersih dari dosa. " Shahih: Ta'liq Ar-Raghib (1/95) dan Shahih Muslim
Abu Isa berkata, "Ini hadits hasan shahih. Hadits Malik dari Suhail, dari ayahnya, dari Abu Hurairah dan Abu Shalih (yaitu Walid bin Suhail), dia adalah Abu Shalih As-Samman, namanya adalah Dzakwan. Sedangkan Abu Hurairah diperselisihkan tentang namanya. Ada yang mengatakan Abdu Syams dan ada yang mengatakan Abdullah bin Amri. Demikianlah Muhammad bin Ismail mengatakan, dan itulah yang paling shahih. Abu Isa berkata, "Dalam bab ini ada hadits yang diriwayatkan dari Utsman bin Affan, Tsauban dan Shunabihi, Amr bin Abasah, Salman dan Abdullah bin Amr." Shunabihi meriwayatkan dari Abu Bakar Ash-Shiddiq (ia tidak mendengar dari Rasullullah SAW). Namanya adalah Abdurrahman bin Usailah, dan ia dijuluki Abu Abdillah. Ia bepergian kepada Nabi SAW, kemudian memanggilnya ketika berada di jalan, dan dia telah meriwayatkan hadits dari Nabi SAW. Shunabihi bin Al A'sar Al Ahmasi (seorang sahabat Nabi SAW yang dipanggil dengan nama Ash-Shunabihi) menyebutkan hadits: Aku mendengar Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya aku bersaing dengan umat yang lain dengan (banyaknya) kalian, maka janganlah kamu berbunuh-bunuhan setelah aku"
3. Kunci Shalat adalah Bersuci
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَهَنَّادٌ وَمَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ قَالُوا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَنَفِيَّةِ عَنْ عَلِيٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
3. Qutaibah menceritakan kepada kami, dan hannad dan Mahmud bin Ghalyan mereka berkata, "Waki' bercerita kepada kami dari Sufyan, Muhammad bin Basyar menceritakan kepada kami, Abdurrahman bin Mahdi menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami dari Abdullah bin Muhammad bin Aqil, dari Muhammad bin Al Hanafiyyah, dari Ali, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Kuncinya shalat adalah bersuci, sedangkan yang menjadikan pengharamannya (untuk mengerjakan amalan atau ucapan diluar shalat) adalah takbir (Takbiratul ihram) dan yang menghalalkannya (sebagai tanda selesainya shalat, dan bolehnya melakukan apa yang dilarang saat shalat) adalah salam." Hasan Shahih: Ibnu Majah (275)
Abu Isa berkata, "Hadits ini paling shahih dalam bab ini, dan paling hasan. Abdullah bin Muhammad bin Aqil adalah orang yang sangat jujur. Kejujurannya dan sisi hafalannya banyak dibicarakan oleh ahli ilmu. Abu Isa berkata, "Aku mendengar Muhammad bin Ismail berkata, 'Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Ibrahim, dan Al Humaidi berargumentasi dengan hadits Abdullah bin Muhammad bin Aqil. Muhammad berkata, 'Dia mengatakan hadits dengan baik'."Abu Isa berkata, "Didalam bab ini terdapat hadits yang diriwayatkan dari Jabir dan Abu Sa'id."
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ زَنْجَوَيْهِ الْبَغْدَادِيُّ وَغَيْرُ وَاحِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ قَرْمٍ عَنْ أَبِي يَحْيَى الْقَتَّاتِ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِفْتَاحُ الْجَنَّةِ الصَّلَاةُ وَمِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الْوُضُوءُ
4. Abu Bakar menceritakan kepada kami, Muhammad bin Zanjawaih Al Baghdadi dan tidak hanya seorang mengatakan: Husain bin Muhammad menceritakan kepada kami, Sulaiman bin Qarm menceritakan kepada kami dari Abu Yahya Al Qattat, dari Mujahid, dari Jabir bin Abdullah RA, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Kuncinya surga adalah shalat dan kuncinya shalat adalah wudhu'. " (Shahih Lighairihi)
4. Bacaan Masuk Kamar Kecil
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَهَنَّادٌ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْخَلَاءَ قَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ قَالَ شُعْبَةُ وَقَدْ قَالَ مَرَّةً أُخْرَى أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْخُبْثِ وَالْخَبِيثِ أَوْ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
5. Qutaibah dan Hannad menceritakan kepada kami, keduanya berkata, "Waki' menceritakan kepada kami dari Syu'bah, dari Abdul Aziz dan Shuhaib, dari Anas bin Malik, dia berkata, "Jika Nabi SAW masuk kamar kecil, maka beliau membaca, ' Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu'. " Sya'bah berkata, "Beliau berkata pada kali lain, 'Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan syetan laki-laki dan syetan perempuan'." Shahih: Ibnu Majah (297) dan Muttafaq 'alaih
Abu Isa berkata, "Dalam bab ini juga terdapat hadits dari Ali, Zaid dan Arqam, Jabir, dan Ibnu Mas'ud." Abu Isa berkata, "Hadits Anas adalah hadits yang paling shahih dan paling hasan dalam bab ini." Didalam sanad hadits Zaid bin Arqam terdapat idhthirab: Hisyam Ad-Datsuwa'i, Sa'id, dan Abu Arubah dari Qatadah, lalu Sa'id berkata dari Qasim dan Auf Asy-Syaibani, dari Zaid bin Arqam. Hisyam Ad-Datsuwa'i berkata dari Qatadah, dari Zaid bin Arqam. Syu'bah dan Ma'mar meriwayatkan dari Qatadah, dari Nadhr bin Anas. Syu'bah berkata dari Zaid bin Arqam. Ma'mar berkata dari Nadhr bin Anas dan ayahnya, dari Nabi SAW. Abu Isa berkata, "Aku bertanya kepada Muhammad tentang masalah ini? Ia menjawab, 'Kemungkinan Qatadah meriwayatkan dari keduanya'."
أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ الضَّبِّيُّ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا دَخَلَ الْخَلَاءَ قَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْخُبْثِ وَالْخَبَائِثِ
6. Ahmad bin Abdah Adh-Dhabbi Al Bashri memberitahu kami, Hammad bin Zaid memberitahu kami dari Abdul Aziz bin Shuhaib, dari Anas bin Malik, ia berkata, "Jika Nabi SAW masuk kamar kecil, maka beliau membaca, 'Ya Allah, sesungguhnya aku mohon perlindungan kepada-Mu dari kejahatan syetan laki-laki dan syetan perempuan'. " Shahih: lihat sebelumnya.
Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih. "
5. Doa Keluar Dari Kamar Kecil
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ إِسْمَعِيلَ عَنْ إِسْرَائِيلَ بْنِ يُونُسَ عَنْ يُوسُفَ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَرَجَ مِنْ الْخَلَاءِ قَالَ غُفْرَانَكَ
7. Muhammad bin Isma'il menceritakan kepada kami, Malik bin Isma'il menceritakan kepada kami dari Israil bin Yunus, dari Yusuf bin Abi Burdah, dari ayahnya, dari Aisyah RA, beliau berkata, "Jika Nabi SAW keluar dari kamar kecil, maka beliau membaca, '(Kami mohon) ampunan-Mu'." Shahih: Ibnu Majah: (300)
Abu Isa berkata, "Ini adalah hadits hasan gharib, yang tidak kami ketahui kecuali dari hadits Israil, dari Yusuf bin Abu Burdah. Sedangkan nama Abu Burdah adalah Amir bin Abdullah bin Qais Al Asy'ari. Kami tidak mengetahui dalam bab ini kecuali hadits Aisyah RA dari Nabi SAW.
6. Larangan Menghadap Kiblat Saat Buang Hajat
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمَخْزُومِيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عَطَاءَ بْنِ يَزِيدَ اللَّيْثِيِّ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَيْتُمْ الْغَائِطَ فَلَا تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ وَلَا بَوْلٍ وَلَا تَسْتَدْبِرُوهَا وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا قَالَ أَبُو أَيُّوبَ فَقَدِمْنَا الشَّامَ فَوَجَدْنَا مَرَاحِيضَ قَدْ بُنِيَتْ مُسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةِ فَنَنْحَرِفُ عَنْهَا وَنَسْتَغْفِرُ اللَّهَ
8. Sa'id bin Abdurrahman Al Makhzumi menceritakan kepada kami, Sufyan bin Uyainah menceritakan kepada kami dari Atha' bin Yazid Al-Laits, dari Abu Ayyub Al Anshari, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Apabila kalian mendatangi tempat buang air besar atau air kecil, maka jangan menghadap kiblat dengan buang air besar atau kecil dan jangan membelakanginya. Tetapi menghadaplah ke timur atau ke barat'. " Abu Ayyub berkata, "Kami datang (tiba) di Syam (Syiria) dan kami telah mendapati kakus-kakus telah dibangun dengan menghadap kiblat, maka kami merubahnya dan mohon ampunan kepada Allah." Shahih: Ibnu Majah (318) dan Muttafaq 'alaih
Abu Isa berkata, "Didalam bab ini terdapat hadits dari Abdullah bin Al Harits bin Jaza" Az-Zubaidi dan Ma'qil bin Abil Haitsam, —dan dikatakan Ma'qil bin Abu Ma'qil,— Abu Umamah, Abu Hurairah, dan Sahal bin Hunaif." Abu Isa berkata, "Hadits Abu Ayyub adalah hadits yang paling hasan dan paling shahih dalam bab ini." Abu Ayyub adalah Khalid bin Zaid. Az-Zuhri adalah Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab Az-Zuhri. Julukannya adalah Abu Bakr. Abu Al Walid Al Makki berkata, "Abu Abdullah, Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i berkata, 'Makna sabda Nabi SAW, "Janganlah kamu menghadap kiblat saat buang air besar atau buang air kecil, dan jangan membelakanginya. " Hanya di tanah lapang, sedangkan jika di dalam bangunan tertutup maka tempat tersebut mempunyai keringanan dalam hal ini. Demikianlah perkataan Ishaq bin Ibrahim'."Ahmad bin Hambal RA berkata, "Keringanan dari Nabi SAW adalah mengenai membelakangi kiblat dalam buang air besar atau buang air kecil. Adapun menghadap kiblat, maka janganlah kalian melakukannya. Imam Ahmad seolah-olah berpendapat bahwa tidak boleh menghadap kiblat saat buang hajat, baik di tanah terbuka maupun di tempat tertutup."
7. Keringanan yang Datang Mengenai Hal di Atas
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَا حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ أَبَانَ بْنِ صَالِحٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ بِبَوْلٍ فَرَأَيْتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْبَضَ بِعَامٍ يَسْتَقْبِلُهَا
9. Muhammad bin Basysyar dan Muhammad bin Al Mutsanna menceritakan kepada kami, keduanya berkata, "Wahab bin Jarir menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Ishaq, dari Aban bin Shalih, dari Mujahid, dari Jabir bin Abdullah, dia berkata, "Nabi SAW melarang kami menghadap kiblat saat buang air kecil. Setahun sebelum beliau wafat, aku melihat beliau menghadap ke kiblat. " Shahih: Ibnu Majah (325)
Didalam bab ini terdapat hadits dari Abu Qatadah, Aisyah, dan Ammar bin Yasir. Abu Isa berkata, "Hadits Jabir dalam bab ini berstatus hasan gharib. "
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ حَبَّانَ عَنْ عَمِّهِ وَاسِعِ بْنِ حَبَّانَ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ رَقِيتُ يَوْمًا عَلَى بَيْتِ حَفْصَةَ فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حَاجَتِهِ مُسْتَقْبِلَ الشَّامِ مُسْتَدْبِرَ الْكَعْبَةِ
11. Hannad menceritakan kepada kami, Abdah bin Sulaiman menceritakan kepada kami dari Ubaidullah bin Umar, dari Muhammad bin Yahya bin Habban, dari pamannya. Wasi' bin Habban dari Ibnu Umar, dia berkata, "Pada suatu hari aku naik ke rumah Hafshah, dan aku melihat Nabi SAW sedang buang hajat menghadap Syam -Syiria- dengan membelakangi Ka'bah." Shahih: Ibnu Majah (322) dan Muttafaq 'ataih
Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih."
8. Larangan Kencing dengan Berdiri
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا شَرِيكٌ عَنْ الْمِقْدَامِ بْنِ شُرَيْحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَنْ حَدَّثَكُمْ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَبُولُ قَائِمًا فَلَا تُصَدِّقُوهُ مَا كَانَ يَبُولُ إِلَّا قَاعِدًا
12. Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Syarik memberitahukan kepada kami dari Miqdam bin Syuraih, dari ayahnya, dari Aisyah, dia berkata, "Barangsiapa bercerita kepadamu bahwa Nabi SAW kencing dengan berdiri, maka jangan mempercayainya! Beliau tidak pernah kencing kecuali dengan duduk (berjongkok)." Shahih: Ibnu Majah (307)
Ia berkata, "Didalam bab ini terdapat hadits dari Umar, Buraidah, dan Abdurrahman bin Hasanah." Abu Isa berkata, "Hadits Aisyah adalah hadits yang paling hasan dan shahih dalam bab ini." Hadits Umar hanya diriwayatkan dari hadits Abdul Karim bin Abu Al Mukhariq, dari Nafi', dari Ibnu Umar, dia berkata, "Nabi SAW melihatku saat aku sedang kencing dengan berdiri, maka beliau bersabda, Hai Umar, janganlah kamu kencing dengan berdiri!" Lalu setelah itu aku tidak kencing dengan berdiri."Abu Isa berkata, "Hanya Abdul Karim bin Abu Al Mukhariq yang me-marfu'-kan hadits ini, padahal ia lemah menurut ahli hadits. Ayyub As-Sakhtiyani melemahkannya dan membicarakannya. Ubaidullah meriwayatkannya dari Nafi' dari Ibnu Umar, dia berkata, "Umar RA berkata, 'Aku tidak kencing dengan berdiri sejak aku masuk Islam'." Hadits ini lebih shahih daripada hadits Abdul Karim dan hadits Buraidah, dan dalam hal kedua hadits tersebut tidak mahfuzh (akurat). Makna larangan kencing dengan berdiri bertujuan untuk mendidik, bukan untuk mengharamkan. Telah diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, dia berkata, "Sesungguhnya kencing sambil berdiri termasuk akhlak yang tidak baik."
9. Keringanan dalam Hal di Atas
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَى سُبَاطَةَ قَوْمٍ فَبَالَ عَلَيْهَا قَائِمًا فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوءٍ فَذَهَبْتُ لِأَتَأَخَّرَ عَنْهُ فَدَعَانِي حَتَّى كُنْتُ عِنْدَ عَقِبَيْهِ فَتَوَضَّأَ وَمَسَحَ عَلَى خُفَّيْهِ
13. Hannad menceritakan kepada kami, Waki' menceritakan kepada kami dari Al A'masy, dari Abu Wail, dari Hudzaifah, dia berkata, "Nabi SAW mendatangi tempat pembuangan sampah suatu penduduk, lalu beliau kencing di atasnya dengan berdiri. Lalu aku membawa air wudhu kepada beliau. Kemudian aku pergi untuk mundur dari beliau tapi Beliau memanggilku sampai aku di dekatnya. Beliau wudhu dan mengusap kedua sepatunya (khuf)" Shahih: Ibnu Majah (305) dan Muttafaq 'alaih
Abu Isa berkata, "Aku mendengar Al Jarud berkata, 'Aku mendengar Waki' menceritakan hadits ini dari Al A'masy'. Kemudian Waki' berkata, 'Ini adalah hadits yang paling shahih yang diriwayatkan dari Nabi SAW mengenai mengusap (khuf)." Aku mendengar Abu Ammar dan Husain bin Huraits berkata, "Aku mendengar Waki' lalu ia menuturkan seperti itu." Abu Isa berkata, "Demikianlah Manshur dan Ubaidah Adh-Dhabbi meriwayatkan dari Abu Wa'il, dari Hudzaifah, seperti riwayat Al A'masy." Hammad bin Abu Sulaiman Ashim bin Bahdalah meriwayatkan dari Abu Wa'il, dari Mughirah bin Syu'bah, dari Nabi SAW. Hadits Abu Wa'il dari Hudzaifah lebih shahih. Sebagian ulama telah memberi kelonggaran dalam masalah kencing dengan berdiri. Abu Isa berkata, "Ibrahim An-Nakha'i telah meriwayatkan dari Abidah bin Amr As-Salmani, sedangkan Abidah termasuk tabiin." Diriwayatkan dari Abidah, ia berkata, "Aku masuk Islam dua tahun sebelum Nabi SAW." Sedangkan Ubaidah Adh-Dhabbi adalah teman Ibrahim, yaitu Ubaidah bin Mu'attib Adh-Dhabbi, yang dipanggil Abdul Karim.
10. Memakai Tabir (Penutup) Ketika Buang Hajat
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلَامِ بْنُ حَرْبٍ الْمُلَائِيُّ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ الْحَاجَةَ لَمْ يَرْفَعْ ثَوْبَهُ حَتَّى يَدْنُوَ مِنْ الْأَرْضِ
14. Qutaibah bin Sa'id menceritakan kepada kami, Abdus-Salam bin Harb Al Mula'i menceritakan kepada kami dari A'masy, dari Anas, dia berkata, "Jika Nabi SAW hendak buang hajat (besar atau kecil), maka beliau tidak mengangkat pakaiannya sehingga beliau dekat dari tanah. " Shahih: Shahih Abu Daud (11), Silsilah Ahadits Ash-Shahihah (1071).
Abu Isa berkata, "Demikianlah Muhammad bin Rabi'ah meriwayatkan hadits dari Al A'masy, dari Anas." Waki' dan Abu Yahya Al Himmani meriwayatkan dari Al A'masy, dari Ibnu Umar, dia berkata, "Apabila Nabi SAW hendak buang hajat, maka beliau tidak mengangkat pakaiannya sehingga hampir menyentuh tanah." Kedua hadits tersebut mursal. Dikatakan, "Ia (A'masy) tidak mendengar dari Anas dan tidak juga dari seorang sahabat Nabi SAW. Ia telah melihat Anas bin Malik, ia berkata, "Aku melihat dia sedang shalat. Lalu ia menyebutkan darinya cerita tentang shalat." Al A'masy adalah Sulaiman bin Mihran Abu Muhammad Al Kahili, dan ia adalah hamba sahaya mereka. Al A'masy berkata, "Ayahku seorang yang kaya, lalu ia diwaris oleh Masruq."
11. Bersuci dengan Tangan Kanan adalah Makruh Hukumnya
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عُمَرَ الْمَكِّيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يَمَسَّ الرَّجُلُ ذَكَرَهُ بِيَمِينِهِ
15. Muhammad bin Abu Umar Al Makki menceritakan kepada kami, Sufyan bin Uyainah menceritakan kepada kami dari Ma'mar, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Abdullah bin Abu Qatadah, dari ayahnya, ia berkata, "Nabi SAW melarang seorang laki-laki menyentuh kemaluannya dengan tangan kanannya." Shahih: Ibnu Majah (310) dan Muttafaq 'alaih
Dalam bab ini terdapat hadits dari Aisyah, Salman, Abu Hurairah, dan Sahal bin Hunaif. Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih." Abu Qatadah Al Anshari adalah Al Harits bin Rib'i. Pengamalan terhadap hadits ini —menurut umumnya ahli ilmu- adalah: istinja' (cebok) dengan tangan kanan adalah makruh.
12. Bersuci dengan Batu
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ قِيلَ لِسَلْمَانَ قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلَّ شَيْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ فَقَالَ سَلْمَانُ أَجَلْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ وَأَنْ نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِينِ أَوْ أَنْ يَسْتَنْجِيَ أَحَدُنَا بِأَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِرَجِيعٍ أَوْ بِعَظْمٍ
16. Hannad menceritakan kepada kami, Abu Muawwiyah menceritakan kepada kami dari Al A'masy, dari Ibrahim, dari Abdurrahman bin Yazid, ia berkata, "Dikatakan kepada Salman, 'Nabi kalian SAW telah mengajarkan segala sesuatu kepada kalian hingga cara buang hajat?' Salman berkata, 'Ya, beliau melarang kami menghadap kiblat saat buang air besar atau buang air kecil, atau kami beristinja' dengan tangan kanan, atau salah seorang di antara kamu beristinja' dengan batu kurang dari tiga buah, atau beristinja' dengan kotoran binatang (yang kering) atau tulang'. " Shahih: Ibnu Majah (316) dan Shahih Muslim
Abu Isa berkata, "Dalam bab ini terdapat hadits dari Aisyah, Khuzaimah bin Tsabit, Jabir, dan Khallad bin Sa'ib, dari ayahnya." Abu Isa berkata, "Hadits Salman dalam bab ini adalah hasan shahih. " Itu adalah pendapat sebagian besar ulama dari sahabat Nabi SAW, dan orang yang sesudah mereka berpendapat bahwa beristinja' dengan batu sudah cukup, meskipun ia tidak bersuci dengan air (apabila batu tersebut bisa membersihkan bekas kotoran buang air besar dan buang air kecil). Ats-Tsauri, Ibnu Al Mubarak, Asy-Syafi'i, Ahmad, dan Ishaq juga berpendapat demikian.
13. Bersuci Dengan Dua Buah Batu
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ وَقُتَيْبَةُ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ إِسْرَائِيلَ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَاجَتِهِ فَقَالَ الْتَمِسْ لِي ثَلَاثَةَ أَحْجَارٍ قَالَ فَأَتَيْتُهُ بِحَجَرَيْنِ وَرَوْثَةٍ فَأَخَذَ الْحَجَرَيْنِ وَأَلْقَى الرَّوْثَةَ وَقَالَ إِنَّهَا رِكْسٌ
17. Hannad dan Qutaibah menceritakan kepada kami, keduanya berkata, "Waki' menceritakan kepada kami dari Isra'il, dari Abu Ishaq, dari Abu Ubaidah dari, Abdullah, dia berkata, "Nabi SAW keluar untuk buang hajat, lalu beliau bersabda, 'Carikan tiga buah batu untukku'." Ia berkata, "Lalu aku membawa dua batu dan kotoran hewan kepada beliau. Maka beliau mengambil dua batu dan membuang kotoran binatang tersebut. Beliau besabda, 'Kotoran binatang itu najis'" Shahih: Shahih Bukhari (156)
Abu Isa berkata, "Demikianlah Qais dan Rabi' meriwayatkan hadits ini dari Abu Ishaq, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah, seperti hadits Israil." Ma'mar dan Ammar bin Zuraiq meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Al Qamah, dari Abdullah. Zuhair meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Abdurrahman bin Al Aswad, dari ayahnya Aswad bin Yazid, dari Abdullah. Zakariya bin Abu Zaidah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Abdurrahman bin Yazid, dari Aswad bin Yazid, dari Abdullah. Hadits ini didalamnya terdapat idhthirab (kekacauan).
Muhammad bin Basysyar Al Abdi menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Syu'ban menceritakan kepada kami dari Amr bin Murrah, ia berkata, "Aku bertanya kepada Abu Ubaidah bin Abdullah, 'Apakah kamu ingat sesuatu dari Abdullah?' Ia menjawab, 'Tidak......'."
Abu Isa berkata, "Aku bertanya kepada Abdullah bin Abdurrahman, 'Riwayat manakah yang paling shahih dalam hadits Abu Ishaq ini?' Ia tidak memutuskan sesuatu. Lalu aku bertanya kepada Muhammad tentang hal ini? maka ia tidak memutuskan sesuatu. Seolah-olah ia berpendapat tentang hadits Zuhair dari Abu Ishaq, dari Abdurrahman bin Al Aswad dan ayahnya, dari Abdullah, ia meletakkan hadits itu dalam kitab(nya) Al Jami'. Abu Isa berkata, "Yang paling shahih di dalam hadits ini menurutku adalah hadits Israil dan Qais dari Abu Ishaq, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah, karena Israil lebih kuat dan lebih hafal hadits Abu Ishaq daripada yang lain. Hal ini diikuti oleh Qais bin Rabi'."
Abu Isa berkata, "Aku mendengar Abu Musa dan Muhammad bin Abu Mutsanna berkata, 'Aku mendengar Abu Rahman bin Al Mahdi berkata, "Tidaklah terlepas dariku sesuatu yang lepas bagiku dari hadits Sufyan Ats-Tsauri, dari Abu Ishaq, kecuali untuk sesuatu yang aku pegang atas Israil, karena ia membawakannya dengan lebih sempurna".'" Abu Isa berkata, "Riwayat Zuhair dari Abu Ishaq tidak demikian, karena ia mendengarnya saat terakhir." Ia berkata, "Aku mendengar Ahmad bin Hasan At-Tirmidzi berkata, 'Apabila kamu mendengar hadits dari Zaidah dan Zuhair, maka kamu jangan mengindahkannya dan mendengarkannya dari selain keduanya, kecuali hadits Abu Ishaq. Abu Ishaq adalah Amr bin Abdullah As-Sabi'i Al Hamdani. Sedangkan Abu Ubaidah bin Abdullah bin Mas'ud tidak mendengar dari ayahnya, dan namanya tidak diketahui.
14. Sesuatu Yang Makruh Dipakai Beristinja'
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسْتَنْجُوا بِالرَّوْثِ وَلَا بِالْعِظَامِ فَإِنَّهُ زَادُ إِخْوَانِكُمْ مِنْ الْجِنِّ
18. Hannad menceritakan kepadaku, Hafsh bin Ghiyats menceritakan kepadaku, dari Daud bin Abu Hindun, dari Asy-Sya'bi, dari Alqamah, dari Abdullah bin Mas'ud, dia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kamu beristinja' dengan kotoran binatang dan tulang, karena tulang itu makanan saudaramu dari bangsa jin. " Shahih: Irwaul Ghalil (46), Al Misykah (350), Silsilah Ahadits Dha'ifah (1038), dan Shahih Muslim.
Dalam bab ini terdapat hadits dari Abu Hurairah, Salman, Jabir, dan Ibnu Umar. Abu Isa berkata, "Ismail bin Ibrahim dan lainnya meriwayatkan hadits ini dari Daud bin Abu Hindun Asy-Sya'bi, dari Alqamah, dari Abdullah: Ia bersama Nabi SAW pada Lailatul Jin (malam ketika beliau SAW bertemu dengan jin -penerj)... haditsnya panjang. Lalu Nabi SAW bersabda, "Janganlah kamu beristinja' dengan kotoran binatang dan tulang, karena tulang itu makanan saudaramu dari bangsa jin. " Seolah-olah riwayat Ismail lebih shahih daripada riwayat Hafsh bin Ghiyats. Para ulama mengamalkan hadits ini. Dalam bab ini ada hadits dari Jabir dan Ibnu Umar RA.
15. Beristinja' dengan Air
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي الشَّوَارِبِ الْبَصْرِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ مُعَاذَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مُرْنَ أَزْوَاجَكُنَّ أَنْ يَسْتَطِيبُوا بِالْمَاءِ فَإِنِّي أَسْتَحْيِيهِمْ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَفْعَلُهُ
19. Qutaibah dan Muhammad bin Abdul Malik bin Abisy-Syawarib Al Bashri menceritakan kepada kami, keduanya berkata, "Abu Awanah menceritakan kepadaku dari Qatadah, dari Mu'adzah, dari Aisyah, beliau berkata, 'Perintahkanlah kepada para suami kalian untuk bersuci dengan air. Sesungguhnya aku malu kepada mereka, karena Rasulullah SAW selalu melakukannya'." Shahih: Irwaul Ghalil (42) Di dalam bab ini terdapat hadits dari Jabir bin Abdullah Al Bajali, Anas, dan Abu Hurairah. Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih" Dalam mengamalkan hadits ini para ulama memilih beristinja' (cebok) dengan air. Walaupun menurut mereka beristinja' dengan batu dibolehkan, namun mereka lebih menyukai dengan air (menurut mereka hal itu lebih utama). Sufyan Ats-Tsauri, Ibnu Mubarak, Asy-Syafi'i, Ahmad, dan Ishaq juga berpendapat demikian.
16. Nabi SAW Menjauhi Tempat Ramai Bila Hendak Buang Hajat
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَأَتَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَاجَتَهُ فَأَبْعَدَ فِي الْمَذْهَبِ
20. Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Amr, dari Abu Salamah, dari Mughirah bin Syu'bah, ia berkata, "Saya bersama Nabi SAW dalam suatu perjalanan lalu Beliau hendak buang hajat, sehingga beliau menjauh. " Shahih: Ibnu Majah (3301)
Ia berkata, "Didalam bab ini ada riwayat dari Abdurrahman bin Abu Qurad, Abu Qatadah, Jabir, Yahya bin Ubaid dari ayahnya, Abu Musa, Ibnu Abbas dari Bilal bin Harits." Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih." Diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwa beliau menutupi suatu tempat —untuk buang air kecil— dengan kain selendang, sebagaimana yang dilakukan di dalam rumah. Abu Salamah adalah Abdullah bin Abdurrahman bin Auf Az-Zuhri.
17. Makruhnya Kencing di Tempat (Bak) Mandi
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ وَأَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مُوسَى مَرْدَوَيْهِ قَالَا أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ أَشْعَثَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يَبُولَ الرَّجُلُ فِي مُسْتَحَمِّهِ وَقَالَ إِنَّ عَامَّةَ الْوَسْوَاسِ مِنْهُ
21. Ali bin Hujr dan Ahmad bin Muhammad bin Musa Mardawaih menceritakan kepada kami, keduanya berkata, "Abdullah bin Mubarak memberitahukan kepada kami dari Ma'mar, dari Asy'ats bin Abdullah, dari Hasan, dari Abdullah bin Mughafal, ia berkata, 'Nabi SAW melarang seseorang kencing di tempat (bak) mandinya' dan berkata, 'Sesungguhnya umumnya was-was (kebimbangan) itu berasal darinya'." Shahih: kecuali bagian kedua, lihat Ibnu Majah (304)
Ia berkata, "Didalam bab itu terdapat riwayat dari para sahabat Nabi SAW." Abu Isa berkata, "Hadits ini gharib. Kami tidak tahu bahwa hadits itu marfu' kecuali dari Asy'ats bin Abdullah dan ia disebut Asy'ats Al A'ma." Sebagian ulama membenci mereka yang kencing di tempat (bak) mandi. Mereka berkata, "Umumnya was-was (datang) darinya." Sebagian yang lain memberi kelonggaran, di antaranya adalah Ibnu Sirin, dan dia pernah ditanya, "Umumnya was-was (datang) darinya?" Maka ia berkata, "Tuhan kita Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya." Ibnu Al Mubarak berkata, "kencing di tempat (bak) mandi diperbolehkan jika airnya mengalir." Abu Isa berkata, "Ahmad bin Abdah Al Amuli menceritakan kepada kami -hal tersebut- dari Hibban, dari Abdullah bin Al Mubarak."
18. Bersiwak (Menggosok Gigi dengan Kayu Siwak)
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ
22. Abu Kuraib menceritakan kepada kami, Abdah bin Sulaiman menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Seandainya tidak memberatkan umatku, maka aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap hendak melakukan shalat. " Shahih: Ibnu Majah (278) dan Muttafaq 'alaih
Abu Isa berkata, "Muhammad bin Ishaq meriwayatkan hadits ini dari Muhammad bin Ibrahim, dari Abu Salamah, dari Zaid bin Khalid, dari Nabi SAW" Hadits Abu Salamah dari Abu Hurairah dan Zaid bin Khalid dari Nabi SAW menurutku shahih, karena hadits itu tidak hanya diriwayatkan dari satu jalur -yaitu dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW- tetapi juga diriwayatkan dari jalur lain, sehingga hadits Abu Hurairah tersebut shahih. Muhammad bin Ismail menduga bahwa hadits Abu Salamah dari Zaid bin Khalid lebih shahih. Abu Isa berkata, "Didalam bab ini terdapat riwayat dari Abu Bakar Ash-Shiddiq, Ali, Aisyah, Ibnu Umar, Ummu Habibah, Abu Umamah, Abu Ayyub, Tammam bin Abbas, Abdullah bin Hudzaifah, Ummu Salamah Watslah bin Asqa', dan Abu Musa."
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ وَلَأَخَّرْتُ صَلَاةَ الْعِشَاءِ إِلَى ثُلُثِ اللَّيْلِ قَالَ فَكَانَ زَيْدُ بْنُ خَالِدٍ يَشْهَدُ الصَّلَوَاتِ فِي الْمَسْجِدِ وَسِوَاكُهُ عَلَى أُذُنِهِ مَوْضِعَ الْقَلَمِ مِنْ أُذُنِ الْكَاتِبِ لَا يَقُومُ إِلَى الصَّلَاةِ إِلَّا أُسْتَنَّ ثُمَّ رَدَّهُ إِلَى مَوْضِعِهِ
23. Hannad menceritakan kepada kami, Abdah bin Sulaiman menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ishaq menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Ibrahim, dari Abu Salamah, dari Zaid bin Khalid Al Juhani, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Seandainya tidak memberatkan umatku, maka aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap hendak shalat, dan aku pasti akan akhirkan shalat Isya sampai sepertiga malam'. " Ia berkata, "Zaid bin Khalid selalu menghadiri shalat di masjid. Siwaknya diselipkan pada telinganya, seperti pena di telinga sang penulis, Ia tidak berdiri shalat kecuali bersiwak dahulu, lalu ia mengembalikannya ke tempatnya." Shahih: Shahih Abu Daud (38)
Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih."
19. Ketika Bangun Tidur Dilarang Memasukkan Tangan ke Bejana Sebelum Dicuci
حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ أَحْمَدُ بْنُ بَكَّارٍ الدِّمَشْقِيُّ يُقَالُ هُوَ مِنْ وَلَدِ بُسْرِ بْنِ أَرْطَاةَ صَاحِبِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ وَأَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ اللَّيْلِ فَلَا يُدْخِلْ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ حَتَّى يُفْرِغَ عَلَيْهَا مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ
24. Abul Walid dan Ahmad bin Bakar Ad-Dimasyqi menceritakan kepada kami —dikatakan bahwa dia termasuk putra Busr bin Arthah (sahabat Nabi SAW)— Walid bin Muslim menceritakan kepada kami dari Al Auza'i, dari Az-Zuhri, dari Sa'id bin Musayyab dan Abu Salamah, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Apabila salah seorang dari kalian bangun di malam hari, maka janganlah memasukkan tangannya ke dalam bejana hingga menuangkan air ke tangannya dua atau tiga kali, karena ia tidak tahu dimana tangannya semalam?" Shahih: Ibnu Majah (293) dan Muttafaq 'alaih, dan tidaklah menurut Bukhari itu hitungan.
Didalam bab ini terdapat riwayat dari Ibnu Umar, Jabir, dan Aisyah. Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih." Asy-Syafi'i berkata, "Aku senang kepada mereka yang bangun dari tidurnya —baik tidur siang maupun yang lain— tetapi tidak memasukkan tangannya di tempat wudhunya hingga ia mencucinya terlebih dahulu. Jika tidak, maka aku benci hal itu. Hal itu tidak membuat air itu menjadi najis, apabila ditangannya tidak ada najis." Ahmad bin Hambal berkata, "Apabila seseorang terjaga dari tidurnya di malam hari lalu ia memasukkan tangannya di dalam air wudhunya sebelum ia mencucinya, maka aku akan sangat menyukai apabila ia menuangkan air itu terlebih dahulu." Ishaq berkata, "Apabila seseorang bangun dari tidurnya, maka janganlah memasukkan tangannya ke dalam air wudhunya hingga ia mencucinya."
20. Membaca Nama Allah Ketika Wudhu
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ وَبِشْرُ بْنُ مُعَاذٍ الْعَقَدِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ حَرْمَلَةَ عَنْ أَبِي ثِفَالٍ الْمُرِّيِّ عَنْ رَبَاحِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ بْنِ حُوَيْطِبٍ عَنْ جَدَّتِهِ عَنْ أَبِيهَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرْ اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ
25. Nashr bin Ali Al Jahdhami dan Bisyr bin Mu'adz Al Aqadi menceritakan kepada kami, keduanya berkata, "Bisyr Al Mufadhdhal menceritakan kepada kami dari Abdurrahman bin Harmalah, dari Abu Tsifal Al Murri, dari Rabah bin Abdurrahman bin Abu Sufyan bin Huwaithib, dari neneknya, dari ayahnya, bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah ketika hendak berwudhu." Hasan: Ibnu Majah (399)
Ia berkata, "Dalam bab ini terdapat riwayat dari Aisyah, Abu Sa'id, Abu Hurairah, Sahal bin Sa'd, dan Anas." Abu Isa berkata, "Ahmad bin Hambal berkata, 'Aku tidak mengetahui hadits dalam bab ini yang mempunyai sanad hasan." Ishaq berkata, "Jika ia meninggalkan tasmiyah (membaca basmallah) dengan sengaja, maka ia harus mengulangi wudhu. Tetapi jika ia iupa atau karena sebab lainnya, maka wudhunya sah." Muhammad bin Ismail berkata, "Hadits yang terbaik dalam bab ini adalah hadits Rabah bin Abdurrahman." Abu Isa berkata, "Rabah bin Abdurrahman menceritakan dari kakeknya, dari ayahnya." Ayahnya adalah Said bin Zaid bin Amr bin Nufail. Abu Tsifal Al Murri adalah Tsumamah bin Hushain. Rabbah bin Abdirrah adalah Abu Bakar bin Huwaithib. Di antara mereka ada yang meriwayatkan hadits ini, lalu ia berkata, "Dari Abu Bakar bin Huwaithib." Lalu ia menasabkan kepada kakeknya.
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ عِيَاضٍ عَنْ أَبِي ثِفَالٍ الْمُرِّيِّ عَنْ رَبَاحِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ بْنِ حُوَيْطِبٍ عَنْ جَدَّتِهِ بِنْتِ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَبِيهَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَهُ
26. Hasan bin Ali Al Hulwani menceritakan kepada kami, Yazid bin Harun menceritakan kepada kami dari Yazid bin Iyyadh, dari Abu Tsifal Al Murri, dari Rabbah bin Abdurrahman bin Abu Sufyan bin Huwaithib, dari neneknya binti (anak perempuan) Sa'id bin Zaid, dari ayahnya, dari Nabi SAW, ... seperti itu.
Post a Comment