RINGKASAN FIQIH ISLAM
RINGKASAN
FIQIH ISLAM
Dengan menyebut nama Allah, sholawat dan
salam kepada Nabi yang Allah berfirman tentang dirinya:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُـوْلِ
اللهِ أُسْـوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُوْ اللهَ وَاْليَوْمَ اْلآخِرَ
وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (Yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” QS. Al Ahzab: 21.
Juga
shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada keluarga, shahabat beliau
dan seluruh orang yang mengikuti serta mengambil petunjuknya sampai hari
kiamat.
Pada zaman dimana perbuatan bid’ah dijadikan sebagai pola
hidup oleh sebagian orang awam, di saat orang jarang berusaha memahami agama
dan mempraktikkan sunnah bahkan menjauhinya, maka menjadi kewajiban kita untuk
menerapkan dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi Muhammad r baik dalam perkataan dan
perbuatan, sebagaimana yang diperintahkan dan menjadi petunjuk beliau beserta
para shahabatnya. Banyak sekali kita mendengar dan menyaksikan bahwa para
pelaku bid’ah sangat perhatian terhadap bid’ah mereka, yang telah diperindah
oleh syetan bagi mereka, sehingga melupakan sabda Rasulullah r:
مَنْ عَمِلَ عَمَـلاً لَيْسَ عَلَيْهِ
أَمْـرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barang
siapa yang mengerjakan perbuatan yang tidak pernah kami perintahkan, maka
perbuatan tersebut tertolak”
Artinya
perbuatan tersebut akan dikembalikan kepada pelakunya dan tidak akan diterima
oleh Allah subhanahu wa ta’la sebab setiap perbuatan bid’ah adalah kesesatan
dan setiap kesesatan akibatnya neraka.
Dan kita adalah orang yang paling
berhak mengikuti sunnah Nabi r, karena Allah I berfirman:
فَتَـوَكَّلْ عَلىَ اللهِ
إِنَّكَ عَلىَ اْلحَـقِّ اْلُمبِيْنُ
“Sebab
itu bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran
yang nyata” QS.
Al-Naml: 79
Buku kecil ini mengetengahkan tentang
sunnah-sunnah Nabi r,
semoga Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Kuasa menjadikan
buku ini bermanfaat bagiku dan para pembaca. Akhirnya, saya mengingatkan kalian
semua, juga pribadi saya dengan firman Allah I:
وَمَنْ يُطِـعِ اللهَ وَرَسُـوْلَهُ
فَقَـدْ فَازَ فَـوْزًا عَظِيْمًا
“Barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh ia menang dengan kemenangan yang besar”
Petunjuk Nabi Muhammad SAW Dalam Berwudu’
·
Nabi saw. selalu berwudhu’ untuk setiap
shalat dalam
sebagian besar kebiasaan beliau, tapi terkadang beliau melakukan beberapa
shalat dengan satu kali wudhu’[1].
Beliau
memperingatkan ummatnya agar tidak berlebihan memakai air saat berwudhu’,
karena akan terjadi pada ummat ini orang yang melampaui batas dalam bersuci.[2]
Beliau
bersabda: “Sesungguhnya terdapat setan bernama walhan yang selalu menggoda
saat berwudhu’, maka hindarilah keraguan saat mempergunakan air”
Beliau
tetap memperingatkan agar tidak berlebihan dalam mempergunakan air (untuk
thaharah) sekalipun berada di sungai yang mengalir.
·
Disebutkan
dalam riwayat yang shahih bahwa beliau terkadang mencuci anggota wudhu’ satu
kali-satu kali, terkadang dua kali-dua kali, terkadang tiga-kali-tiga kali
bahkan terkadang sebagian anggota wudhu’ di basuh dua kali sementara anggota
yang lain dibasuh tiga kali.
Pada saat
berwudhu,’ terkadang beliau berkumur dan memasukkan air ke dalam hidung dengan
satu cedokan-mempergunakan tangan kanan saja-dan terkadang pula dengan dua kali
atau tiga kali cedokan. Beliau selalu berkumur dan memasukkan air ke dalam
hidung secara bersamaan; sebagian air untuk berkumur dan sebagiannya lagi untuk
(mencuci) hidung. Sebab air yang satu cedokan tidak mungkin dimanfaatkan
kecuali untuk berkumur dan mencuci hidung sekaligus. Tetapi, jika dua dan tiga
cedokan air, maka (berkumur dan mencuci hidung) bisa dilaksanakan dengan cara
dipisah atau bersamaan, namun praktik beliau dengan mengerjakannya secara
bersamaan, seperti yang ditegaskan pada sebuah riwayat di dalam Al-Shahihaini dari hadits Abudllah bin Zaid.
·
Dan
beliau memasukkan air kedalam hidung (saat berwudhu’) dengan tangan kanan lalu
mengeluarkannya dengan tangan kiri. Juga terkadang mengusap seluruh kepala
beliau dengan mengarahkan tangan ke bagian depan kepala lalu menariknya kembali
ke bagian belakang dan beliau tidak mengulang-ulangi mengusap kepala, akan
tetapi cukup mengusapnya satu kali saja. Terkadang juga, beliau mengusap kepala
dan terkadang juga mengusap sorban. Dan tidak ada dalam tuntunan beliau saat
mengusap kepala hanya cukup dengan mengusap ubun-ubun saja sekalipun pendapat
ini cukup mendapat perhatian baik dalam kitab fathul bari 1/304 dan dalam sunan
Abu Dawud 147 dari hadist riwayat Anas. Lalu mencuci kedua kaki beliau saat
tidak memakai dua khuf atau dua kaos kaki dan cukup dengan cara mengusap kaki
saat memakai dua khuf atau dua kaos kaki.
Belaiu mengusap kedua telinga bersamaan dengan mengusap kepala baik
telinga bagian luar atau bagian dalam. Tidak terdapat dalam tuntunan beliau
yang menerangkan bahwa beliau mengusap kedua telinga tersebut dengan mengambil
air yang baru secara terpisah (dari air untuk mengusap kepala) kecuali astar
yang shahih dari Ibnu Umar, di mana beliau melakukannya, seperti yang
diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab Al-Muwaththa’. Tidak ada satu
hadistpun yang menerangkan bahwa beliau mengusap leher. Juga tidak terdapat
dalam sunnah beliau yang meyatakan bahwa beliau membaca do’a-do’a tertentu saat
berwudhu’ selain basmlah dan semua hadist yang menyebutkan tentang
bacaan-bacaan tertentu dalam berwudhu adalah bohong dan palsu dan tidak ada tuntunan
bacaan apapun kecuali basmlah pada permulaan wudhu,’ seperti yang disebutkan
dalam riwayat Abu Dawud dan bacaan do’a saat selesai dari berwudu’ dengan do’a
yang sudah dikenal yang diriwayatkan oleh Turmudzi yang bunyinya:
أَشـْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ
اللهُ وَأَشْـهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْـدُهُ
وَرَسُـوْلُهُ اَللّهُمَّ اجْـعَلْنِي مِنَ التَّـوَّابِيْنَ وَاجْـعَلْنِي
مِنَ اْلُمتَطَهِّرِيْنَ
"Aku bersaksi bahwa tiada tuhan
selain Allah dan Aku bersaksi bahwa Muhammad hambaNya dan utusanNya, ya Allah
jadikanlah diriku termasuk orang-orang yang selalu bertaubat dan orang-orang
yang selalu bersuci”
Di
dalam hadist yang lain dalam sunan al-Nasa’i disebutkan:
سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَبِحَمْـدِكَ
أَشْـهَدُ أَلاَّ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَـغْفِـرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
“Maha Suci Engkau wahai
Tuhanku dan segala puji milik-Mu aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak
disembah dengan hak kecuali Dirimu dan aku mohon ampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu”
Dan
tidak terdapat dalam sunnah beliau yang menerangkan bahwa beliau melampui kedua
siku dan kedua mata kaki saat berwudu, akan tetapi beliau mencuci keduanya
tanpa melampui ukurannya sehingga melewati kedua lengan (atas) atau kedua
betis. Penjelasan ini menerangkan tentang apa yang disebutkan dalam hadits
riwayat Abu Hurairah seputar sifat wudhu’ Nabi r dalam shahih Muslim no 246.
·
Terkadang,
beliau menyeling-nyeligi jenggot ketika berwudhu’, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Turmudzi dalam hadits yang shahih. Artinya, perbuatan ini
tidak dilakukan secara berkesinambungan melainkan terkadang saja.
·
Beliau
tidak berkesinambungan dalam menyeling-nyelingi antara jari-jari.
·
Beliau
tidak mengeringkan bekas wudhu’ dengan mengusap anggota wudhu’ setelah selesai
berwudu’ dan tidak ada keterangan satu hadistpun yang meneyebutkan hal
tersebut. Adapun hadits riwayat ‘Aisyah dan Mu’az bin Jabal yang menerangkan
bahwa: “Nabi saw. memiliki sapu tangan yang
dipergunakan untuk mengusap air wudhu’. Hadits ini lemah dan tidak boleh
dipergunakan untuk berhujjah, menetapkan sebuah hukum.
Petunjuk Nabi Muhammad saw Dalam Bertayammumm
·
Petunjuk
Nabi saw dalam bertayammumm yaitu
dengan satu kali tepukan tanah untuk mengusap wajah dan kedua telapak tangan.
Seperti yang diriwayatkan dalam hadits Bukhari dan Muslim, dan tidak terdapat
dalam petunjuk beliau bahwa beliau bertayammum dengan dua kali tepukan tanah
dan tidak pula mengusap tangan sampai kedua siku. Belaiu bertayammum dengan
tanah di mana beliau berada padanya baik dengan debu, lumpur atau pasir.
·
Dalam
sebuah hadits yang shahih beliau bersabda: “Di bagian bumi manapun seorang dari
ummatku ditemukan waktu shalat, maka tempat itulah yang masjid dan tempat
bersucinya”[3].
·
Dan
tidak benar bahwa beliau bertayammum untuk setiap kali shalat dan tidak pula
memerintahkan ummatnya melakukan hal tersebut, melainkan memrintahkan untuk
bertayammum yang bersifat mutlaq sebagai pengganti dari wudhu’.[4]
·
Beliau
mengusap khuf baik saat muqim atau dalam perjalanan dan tuntunan ini belum
pernah dihapus hukumnya sampai beliau wafat. Waktu yang diberikan satu hari
satu malam bagi orang yang mukim dan bagi orang musafir tiga hari tiga malam,
sebagaimana yang diterangkan dalam berbagai hadits hasan dan shahih.
·
Beliau
mengusap bagian luar kedua khuf dan tidak terdapat keterangan bahwa beliau
mengusap bagian bawah kecuali dalam hadits yang munqathi’ (terputus sanadnya).
Beliau juga mengusap di atas kedua kaos kaki dan kedua sandal.
·
Beliau
juga mengusap sorban bersama ubun-ubun sebagaimana yang tertera dalam perbuatan
dan perintah beliau pada banyak hadits, beliau tidak memaksakan diri untuk
berbuat sesuatu di luar keadaan kedua kaki beliau; jika sedang memakai khuf
maka beliau mengusap khuf tersebut tanpa harus membukanya dan jika kedua kaki
beliau terbuka maka beliau mencuci keduanya tanpa harus memakai khuf untuk
diusap, inilah yang dikatakan oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Petunjuk Nabi saw. Dalam Sholat
·
Pada
saat berdiri, beliau membuka shalatnya dengan “Allahu Akbar” tanpa
mengatakan sesuatu apapun sebelumnya dan tidak pula melafazkan niatnya.
·
Saat
takbir, beliau mengangkat kedua tangan dengan jari-jari terbuka, mengarah ke
kiblat setinggi daun telinga, dan diriwayatkan bahwa beliau mengangkatnya
setinggi pundak, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Hamid al-Saidiy dan yang
lainnya. Maka, keduanya merupakan perbuatan yang bisa dipilih. Dan beliau
meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya.
·
Beliau
membuka bacaan sholat dengan:
اَلَّلهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ
خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ اْلمَشْرِقِ وَاْلمَغْرِبِ اَللّهُمَّ
اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ باِاْلمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ اَللَّهُمَّ
نَقِّنِي مِنَ الذُّنُوْبِ وَالْخَطَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ
مِنَ الدَّنَسِ
“Ya Allah jauhkanlah antara diriku dan kesalahanku sebagaimana
engkau menjauhkan antara masyriq dan magrib, ya Allah cucilah aku dari
dosa-dosaku dengan air, salju dan embun, Ya Allah bersihkanlah diriku dari dosa
–dosa dan kesalahnku sebagaimana dibersihkannya pakian yang putih dari kotoran”[5]
Banyak
sekali macam do’a iftitah yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam, yang sebagiannya beliau baca pada saat melaksanakan shalat malam.
Setelah itu, barulah beliau memulai dengan membaca “Audzu billahi mina
syaithani rajim” lalu melanjutkannya dengan surat Al-Fatihah, terkadang
membacanya dengan menyaringkan bacaan: “Bismillahirrahmanirrahim”, akan
tetapi membaca secara sirr (tidak bersuara) lebih sering beliau lakukan
daripada secara nyaring dan beliau mengangkat suara saat mengucapkan “aamiin”
untuk setiap shalat-shalat jahriyah.
·
Selesai
membaca Al-Fatihah barulah beliau membaca surat yang panjang, atau surat yang
pendek jika baru sampai dari perjalanan atau karena hal-hal yang lain akan
tetapi biasanya beliau membaca dalam qadar pertengahan.
·
Pada
waktu shalat fajar, beliau membaca seukuran enampuluh sampai seratus ayat, dan
pernah juga membaca surat Qaff, al-Rum, al-Takwir, Al-Zalzalah dan
Al-Mu’widzataini (Al-Falaq dan Al-Nas).
·
Pada
waktu shalat jum’at beliau membaca surat Al-Sajdah, Al-Insan. Pada saat shalat
ied biasanya beliau membaca surat Qof,
Al-Insyqoq, Al-A’la dan Al-Gosyiah.
·
Beliau
berdiri lebih panjang pada rekaat pertama dibanding rekaat kedua dan
memanjangkan berdiri shalat fajar dibanding semua shalat, sebab bacaan pada
waktu shalat subuh disaksikan, juga untuk melengkapi kekurangan karena bilangan
rekaat yang ada padanya.
Petunjuk Nabi saw. Saat Ruku’
·
Saat
selesai membaca ayat beliau terdiam sejenak, seukuran kembalinya nafas kemudian
mengangkat kedua tangannya dan mengucapkan takbir untuk ruku’, beliau
meletakkan kedua telapak tangan di atas kedua lutut seakan menggeggam keduanya
dan melengkungkan kedua tangan dan menjauhkannya dari kedua pinggangnya,
sembari membentangkan, meluruskan dan meratakan punggung, beliau tidak
mendirikan dan merandahkan kepala, akan tetapi menjadikannya sejajar dengan
punggung pada posisi merata dengannya.
·
Beliau membaca: “Subahana rabbiaya
al-’Azhim”[6]
·
Bersamaan
dengan ini belaiu juga membaca atau cukup mengucapkan: “Subhanakallahumma
rabbana wa bihamdika Allahummagfirli”
·
Ruku’
dan sujud beliau yang biasa seukuran membaca sepuluh kali tasbih.
·
Saat
ruku’, terkadang beliau juga membaca: “Subbuhun qudduus Rabbul malaikati
war ruh”
Petunjuk Nabi saw. Saat Bangkit Dari Ruku’
·
Beliau
mengangkat kepala seraya mengucapkan: “Sami’allahu liman hamidah”[7]
sambil mengangkat kedua tangan beliau, dan lebih dari tigapuluh rawi yang telah
meriwayatkan bahwa beliau mengangkat tangan pada tiga keadaan, salah satunya
adalah saat bangun dari ruku’. Dan
terdapat sepuluh riwayat yang telah disepakati yang tidak ada satupun riwayat
yang bertentangan dengan riwayat tersebut. Maka perbutan ini tetap beliau
lakukan hingga meninggal dunia.
·
Saat
sesudah tegak berdiri beliau mengucpkan: “Rabbana wa lakal hamdu”
atau “ Rabbana lakal hamdu” atau “Allahumma rabbana lakal hamdu”.
·
Termasuk
petunjuk beliau memanjangkan I’tidal seukuran panjang ruku’ dan sujud beliau,
bahkan beliau terkadang membaca: “
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ اْلأَََرْضِ
وَمَا بَيْنَهُمَا وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَئٍ بَعْدُ أَهْلُ الثَّنَاءِ
وَاْلمَجْدِ أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدُ لاَ مَانِعَ لِمَ
أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَاالْجَدِّ مِنْكَ
اْلجَدُّ [8]
“Allah mendengar bagi siapa yang
memuji-Nya, Ya Allah bagi-Mulah segala pujian, sepenuh langit dan sepenuh bumi
dan sepenuh apa yang ada di antara keduanya serta sepenuh apa yang Engkau
kehendaki, Engkaulah yang memiliki segala pujian dan kemuliaan (pujian) yang
paling pantas diucapkan oleh seorang hamba dan kami semua sebagai hamba
bagi-Mu, tiada seorangpun yang menghalangi apapun yang Engkau berikan dan tiada seorangpun yang mampu
memberikan sesuatu yang Engkau halangi dan tidak berguna kemualiaan itu bagi pemiliknya (selain iman dan
amal shaleh) hanya dariMu kemuliaan”.
Terdapat juga bacaan lain
selain do’a ini seperti yang diriwaytkan oleh Muslim dan yang lainnya.
·
Disebutkan
bahwa jika bangun dari ruku’, beliau berdiri sehingga seseorang mengira bahwa
beliau terlupa karena begitu panjang berdirinya. Dan disebutkan oleh Muslim
dari Anas radhiallahu anhu bahwa setelah mengucapkan “samiallahu liman
hamidahu” beliau berdiri sehingga kami mengira bahwa beliau terlupa,
kemudian sujud lalu duduk di antara dua sujud dalam masa yang panjang sehingga
kami mengira bahwa beliau terlupa.
Petunjuk Tentang Cara Sujud
Rasulullah saw.
·
Beliau
membaca takbir lalu tunduk bersujud, terkadang tidak dengan mengangkat kedua
tangan, seperti yang disebutkan dalam riwayat Bukhari dan terkadang pula dengan
mengangkat kedua tangan, seperti yang disebutkan dalam riwayat Abu Dawud dan
Ahmad dengan sanad yang shahih.
·
Beliau
mendahulukan meletakkan kedua lutut, lalu meletakkan kedua tangan lalu kening
dan hidung beliau, seperti yang disebutkan dalam riwayat Wa’il bin Hajar.
·
Saat
sujud, beliau meletakkan kening dan hidung di bumi (tempat bersujud), dan
menjauhkan posisi kedua tangan dari kedua pinggang sambil merenggangkan kedua
tangannya hingga tampak kedua ketiak beliau yang putih, seandainya seekor anak
kambing yang kecil ingin lewat di bawahnya niscaya ia bisa lewat.
·
Beliau
meletakkan kedua tangan sejajar dengan kedua pundak dan kedua telinga,
sebagaimana yang diterangkan di dalam Shahih Muslim dari Al-Barro’ bin Azib,
bahwa Nabi r bersabda: “Apabila kamu bersujud maka
letakkanlah kedua telapak tanganmu dan angkatlah kedua sikumu”.
·
Badan
beliau lurus saat bersujud sementara ujung jari-jari kedua kaki beliau
menghadap kiblat.
·
Beliau
membuka kedua telapak tangan dan jari-jarinya dan tidak merenggangkan antara
keduanya dan tidak pula menggenggamnya. Dalam shahih Ibnu Hibban disebutkan
bahwa apabila sedang ruku’ beliau merenggangkan jari-jari dan jika bersujud
beliau merapatkan jari-jarinya.
·
Saat
bersujud beliau membaca: “Subahna Rabbiyal ‘a’la” dan beliau
memerintahkan untuk membacanya dan membaca do’a-do’a lain yang bersumber dari
petunjuk Rasulullah r Beliau memerintahkan seseorang untuk bersungguh-sungguh
dalam berdo’a saat bersujud, dan bersabda: “Sesunggunnya do’a (saat sujud)
sangat layak untuk dikabulkan”.
Petujuk Nabi saw. Saat Duduk Antara Dua Sujud.
·
Beliau
mengangkat kepala sambil membaca takbir tanpa mengangkat kedua tangan, beliau
bagun dari sujud dengan mendahulukan mengangkat kepala sebelum kedua tangannya,
kemudian duduk dengan posisi iftirasy, yaitu dengan merebahkan kakinya
yang kiri dan duduk di atasnya sambil mendirikan kaki sebelah kanan seperti
yang dijelaskan dalam riwayat Nasa’i.
·
Beliau
meletakkan kedua tangan di atas kedua paha, begitu juga siku (kedua) siku di
atas (kedua) paha beliau, sambil menggenggam dua jari dengan membuat sebuah
lingkaran dan mengangkat satu jari (telunjuk), beliau berdo’a dengannya sambil
menggerakkannya. Demikianlah cara yang dijelaskan oleh Wa’il bin Hajar (di
dalam hadits yang diriwayatkannya).
·
Di
antara do’a yang beliau ucapkan saat duduk antara dua sujud adalah:
"أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي
وَاجْبُرْنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِْي" Atau "رَبِّي اغْفِرْلِي رَبِّي اغْفِرْلِي"
“Ya Allah ampunilah aku, dan rahmatilah diriku, tutupilah
kekurangan diriku, berikanlah petunjuk kepadaku dan curahkanlah rizki padaku” atau membaca dao’a di atas yang
artinya: “Wahai Tauhanku ampunilah diriku, Wahai Tuhanku, ampunilah diriku”.
Tapi
dalam riwayat hakim disebutkan tanpa mengulang-ulngi bacaan: رَبِّي
اغْفِرْلِي riwayat ini dishahihkan oleh al-Dzahabiy. Dan petunjuk beliau tentang
lamanya belaiu duduk adalah seukuran sujud sebagaimana yang dijelaskan dalam
pembahasan tentang bangun dari ruku’.
Petunjuk Nabi saw Ketika Akan Bangkit
Menuju
Rekaat Selanjutnya.
·
Belaiu
bertopang di atas tanah dengan kedua tangannya sebagaimana yang diriwayatkan
oleh al-Bukhari.
·
Beliau
tidak bangkit untuk berdiri kecuali setelah duduk dengan tetap[9],
duduk yang dimaksudkan di sini adalah duduk istirahat. Imam Nawawiy mengatakan
bahwa duduk tersebut hukumnya mustahabbah/disunnahkan, sebagaimana yang dijelaskan
oleh para shahabat.
Petunjuk
Nabi saw Dalam Menyempurnakan Rekaat
·
Apabila
sedang duduk untuk bertasyahhud beliau mengangkat jari telunjuknya,
beliau tidak menegakkannya dan tidak pula menurunkannya dan mengerakkannya
dengan gerakan yang ringan sebagaimana yang dijelaskan dalam hadist Wa’il bin
Hajar. Beliau meluruskan pandangan padanya dan membuka telapak tangan yang kiri
dan meletakkannya diatas paha yang kiri.
·
Beliau
sangat meringankan tasyahud awal, sehingga seakan duduk di atas batu yang dipanaskan,
dan tidak ada satupun riwayat yang menyebutkan bahwa beliau membaca shalawat
kepada diri dan keluarga beliau pada saat melaksanakan tasyahud ini.
·
Pada
saat duduk tasyahhud untuk salam, beliau mengeluarkan kedua kakinya sambil
menduduki kaki yang sebelah kiri dengan posisi tawarruk sebagaimana yang
disebutkan dalam shahih Muslim.
·
Bedo’a
setelah salam secara langsung bukan termasuk petunjuk beliau dan tidak ada
riwayat yang menyebutkan bahwa beliau melakukannya, akan tetapi jika seseorang
telah selesai dari shalatnya (dianjurkan) untuk membaca zikir-zikir yang telah
disyari’atkan setelah shalat. Dianjurkan baginya untuk membaca shalawat kepada
Nabi, barulah membaca do’a yang diinginkan. Ini berarti, do’a tersebut
dilakukan setelah beribadah dengan bacaan-bacaan tadi bukan do’a yang dibaca di
akhir shalat. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam sebuah riwayat dari
Fudholah bin Ubaid:
إِذِا صَلىَّ أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ
بِحَمْدِ اللهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ لْيُصَلِّ عَلىَ النَّبِيِّ صَلىَّ
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ لْيَدْعُ ِبمَا شَاء
“Apabila salah seorang di antara kalian telah menyempurnakan
shalatnya maka hendaklah dia memulali dengan membaca pujian kepada Allah,
kemudian berselawatalah kepada Nabi Shallallahu ‘Alaih Wasallam, lalu
barulah berdo’a dengan do’a yang dikehendakinya”. Imam Turmudzi mengatakan
bahwa hadits ini shahih.
·
Beliau
salam ke kanan dan ke kiri dengan mengucapkan:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ َورَحْمَةُ
اللهِ
(Hadits ini
diriwayatkan oleh lima belas orang shahabat).
·
Dalam
hadits riwayat Muslim diriwayatkan dari Amir bin Sa’d dari bapaknya, dia
berkata: “Aku melihat Rasulullah r salam dengan menoleh ke kanan
dan ke kiri sampai seakan aku melihat pada sisi pipi beliau”.
·
Pada
saat beliau bangkit menuju shalat maka belaiu menundukkan kepalanya.
·
Beliau
terkadang shalat dengan tanpa memakai sandal atau terkadang juga memakai
sandal. Dan perintah beliau melaksanakan shalat dengan tanpa memakai sandal
untuk menyelisihi perbuatan orang-orang Yahudi.
·
Beliau
pernah qunut pada saat terjadi bencana, berdo’a untuk kemaslahatan suatu kaum
atau demi kehancuran suatu kaum yang lain. Bahkan belaiu pernah melaksanakan
do’a qunut selama sebulan secara berturut-turut dalam lima kalai shalat fardhu
sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud dan dishahihkan oleh Hakim.
Petunjuk
Nabi saw. Dalam Sujud Sahwi.
·
Diriwayatkan
dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda:
“Sesungguhnya aku ini adalah manusia biasa saya terkadang lupa seperti kalian
lupa, apabila saya lupa maka ingatkanlah saya”[10]
Diriwayatkan
dalam al-Shahihaini dari Abdullah bin Buhainah bahwa Nabi r
bangkit dari shalatnya pada rekaat kedua pada shalat zuhur dan beliau lupa
melaksanakan tasyahud (pertama), dan ketika selesai menyempurnakan rekaat
shalat, beliau bersujud dua kali (sujud sahwi) sebelum salam.
·
Beliau
pernah terlupa sehingga melakukan salam pada salah satu shalat wajib di siang
hari, yaitu zuhur atau ashar kemudian berbincang bincang, (setelah diingatkan)
beliau segera menyerpurnakannya lalu salam, barulah beliau sujud dua kali
setelah salam dan berbincang-bincang kembali. Beliau mengucapkan takbir saat
akan bersujud dan bangkit dari sujud.[11]
·
Suatu
ketika beliau salam lalu beranjak meninggalkan tempat shalat, sementara shalat
tersisa satu rekaat lagi, maka Talhah bin Ubaidillah segera menghampiri beliau
dan mengatakan: “Engkau telah melupakan satu rekaat” sapanya. Maka beliau
kembali memasuki masjid dan memerintahkan Bilal untuk iqomah lalu beliau
bangkit menyempurnakan satu rekaat bersama jama’ah.[12]
·
Suatu
ketika beliau melaksanakan shalat lima rekaat, dikatakan kepada beliau: “Apakah
shalat sudah ditambah?” Beliau balik bertanya: “Apakah yang terjadi?” Para
shahabat menjawab: “Engkau telah melaksanakan shalat lima rekaat” Akhirnya,
beliau sujud (sahwi) dua kali setelah melaksanakan salam.[13]
·
Suatu
ketika beliau shalat asar tiga rekaat kemudian beliau memasuki rumahnya, lalu
para shabat mengningatkannya, maka beliau keluar (menuju para shahabat) untuk
menyempurnakan shalatnya satu rekaat bersama mereka kemudian salam, lalu
bersujud dua kali lalu salam. Imam Malik rahimahullah berkata: “Setiap kelupaan
yang mengakibatkan kekurangan dalam perbuatan shalat maka sujud sahwinya adalah
sebelum salam. Dan setiap kelupaan yang menimbulkan tambahan dalam perbuatan
shalat maka sujud shawinya dilaksanakan sesudah salam. Namun, apabila terkumpul
dua kelupaan, yaitu tambahan dan kekurangan pada perbuatan dalam shalat maka
sujudnya dilakukan sebelum salam.
·
Keraguan Di dalam shalat. Imam
Ahmad berkata: Keraguan ada dalam dua sikap: Sikap yang lebih mengutamakan
keyakinan dan sikap yang lebih memilih kehati-hatian. Barang siapa yang lebih
mengutamakan keyakinan (rasa yakin lebih dominan dalam dirinya) maka ia harus membuang
keraguannya dan bersujud sahwi dua kali sebelum salam, hal ini seperti yang
diterangkan dalam riwayat Abu Said al-Khudri. Namun, jika seseorang lebih
mengutamakan kehati-hatian, karena keraguan yang lebih dominan maka ia bersujud
setelah salam, seperti yag diterangkan dalam hadits Ibnu Mas’ud dari riwayat
Mansur.
·
Tidak
termasuk petunjuk Nabi saw. memejamkan mata saat
melaksanakan shalat.
Do’a-Do’a Setelah Shalat
·
Setelah
salam beliau beristigfar tiga kali, kemudian mengucapkan:
اَللّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ
وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ
“Ya
Allah Engkau Pemberi keselamatan dan dariMu keselamatan Maha Suci Engkau, wahai
Rabb, sebagai pemilik keagungan dan kemuliaan”
Lalu ia segera menghadap ke arah
ma’mum, terkadang mengahdap ke arah kanan dan terakdang pula menghadap
kesebelah kiri, sebagaimana yang diterangkan oleh Ibnu Mas’ud dan Anas dalam
riwayat yang shahih.
Apabila selesai shalat fajar, beliau
duduk di tempat shalatnya sehingga terbit matahari.
·
Adapun bacaan-bacan lain (selain
yang disebutkan di atas) bisa merujuk pada kitab-kitab yang membahas tentang
beberapa wirid yang dibaca oleh Rasulullah r termasuk
shahih kitab shahih Bukhari dan Muslim dan lain-lain.
Petunjuk Nabi saw. Dalam
Sutrahnya
·
Beliau menjadikan antara dirinya dan
sutrah (pembatas pada saat shalat) seukuran jalan yang bisa dilewati
seekor kambing, beliau memerintahkan orang yang shalat agar mendekatkan posisi
dirinya dengan sutrah tersebut dan bukan menjauh darinya. Beliau memposisikan
sutrah untuk dirinya di hadapan alis beliau yang sebelah kanan atau sebelah
kiri, bukan pada posisi depan (bagian tengah) beliau.
Petunjuk Nabi saw Pada Shalat-Shalat Sunnah
Rawatib
·
Beliau
senantiasa mengerjakan sepuluh rekaat (shalat-shalat sunnah rawatib) pada saat hadir
(tidak dalam perjalanan), sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Umar: “Aku
menjaga dari Rasulullah r sepuluh rekaat (shalat sunnah
rawatib): dua rekaat sebelum zuhur dan dua reakaat sesudahnya, dua rekaat
setelah magrib di rumahnya, dua rekaat setelah isya’ di rumahnya dan dua rekaat
sebelum subuh”. Dan pada saat beliau terlewatkan dua rekaat sesudah zuhur, maka
beliau mengerjakan shalat yang terlewatakan tersebut setelah asar dan beliau
senantiasa mengerjakannya (pada waktu tersebut pada saat terlewatkan)[14]
·
Umumnya,
shalat-shalat sunnah tersebut termasuk shalat sunnah mutlaq, yaitu shalat yang
tidak mempunyai sebab-sebab tertentu dan beliau kerjakan di rumah, apalagi
shalat sunnah magrib, tidak ada satupun riwayat yang menyebutkan bahwa beliau
mengerjakannya di masjid. Begitu juga, sebagaimana disebutkan dalam kitab
al-Shahihaini (Kitab Bukhari-Muslim) bahwa beliau mengerjakan dua rekaat
setelah shalat jum’at di rumahnya.
·
Pada
saat safar, perhatian beliau untuk menekuni shalat sunnah sebelum fajar dan
shalat witir lebih besar dibanding shalat sunnah lainnya.
·
Maka
jumlah rekaat shalat-shalat beliau sehari semalam, yaitu yang selalu ditekuni,
sekitar empat puluh rekaat. Tujuhbelas rekaat shalat fardhu, sepulu rekaat atau
duabelas rekaat sahalat sunnah rawatib dan sebelas atau tiga belas shalat
malam, maka jumlahnya adalah empat puluh, dan selebihnya adalah shalat-shalat
sunnah yang tidak termasuk rawatib. Maka seyogyanya bagi seorang hamba untuk
selalu menjaga shalat-shalat ini samapai akhir hayatnya. Sungguh, Allah amat
cepat mengabulkan permohonan dan segera membukakan pintu taubat bagi orang yang
ingin mengetuk pintu tersebut baik siang atau malam empatpuluh kali sehari
semalam. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.
Petunjuk Nabi saw. Dalam Mengerjakan Shalat
Malam.
·
Nabi saw tidak pernah meninggalkan shalat malam baik
pada saat muqim atau pada saat bepergian. Dan jika tertidur atau sakit
(sehingga tidak bisa melaksanakan shalat malam) maka beliau melaksanakannya dua
belas rekaat pada waktu siang. Beliau menganjurkan untuk melaksakan shalat
witir seperti disebutkan dalam sabdanya:”berwitirlah kalian sebelum tibanya
waktu pagi”.[15]
·
Beliau
tidak melaksanakan shalat malam lebih dari sebelas rekaat, dan melaksanakan
shalat malam tiga belas rekaat karena ditambah dengan dua rekaat shalat sunnah
fajar sebagaimana disebutkan oleh Muslim dalam kitabnya. Aisyah radhiallahu
anha berkata: “Rasulullah r melaksanakan shalat malam
sepuluh rekaat dan witir dengan satu rekaat lalu mendirikan shalat sunah dua
rekaat sebelum fajar, maka jumlahnya menjadi tigabelas rekaat”[16]
·
Beliau
juga pernah melakukan shalat delapan rekaat dan witir tiga rekaat dan dua
rekaat sebelum fajar. Dalam sebuah riwayat diterangkan “Kemudian beliau shalat
dua rekaat, kemudian dua rekaat, kemudian dua rekaat, kemudian dua rekaat, kemudian dua
rekaat, kemudian dua rekaat, kemudian
barulah beliau melaksanakan witir, lalu berbaring sehingga mua’zin datang, lalu
beliau bangkit dan mengerjakan shalat dua rekaat yang ringan, kemudian barulah
beliau keluar untuk menunaikan shalat subuh[17].
Petunjuk Nabi saw. Tentang Tata Cara Shalat Malam
·
Saat
bangun tidur beliau mengawali dengan bersiwak lalu membaca do’a bangun tidur,
lalu bersuci dan melaksanakan shalat dua rekaat yang ringan sebagaimana di
sebutkan dalam shahih muslim. Dan beliau memarintahkan umatnya untuk
mengerjakan hal tersebut, sebagaimana disebutkan di dalam riwayat Abu Hurairah
radhiallahu anhu, beliau bersaba: ‘Apabila salah seorang di antara kalian
bangkit dari tidurnya maka hendaklah ia memulai shalatnya dengan dua rekaat
yang ringan”.[18]
·
Terkadang
beliau bangun saat pertengahan malam, atau sesaat sebelum atau sesudahnya.
Terkadang juga beliau terbangun ketika mendengar ayam berkokok. Sebagaimana
dijelaskan dalam riwayat Ibnu Abbas saat ia menginap di rumah Nabi saw.
·
Terkadang
beliau memutuskan bacaan wiridnya atau terkadang pula menyambungnya dan inilah
kebiasaan yang paling banyak dilakukan. Beliau memutuskan wirid tersebut untuk
beristrahat terlebih dahulu, lalu bangkit dan membaca do’a bangun tidur seperti
bacaan saat pertama bangun. Saat terbangun dari tidurnya beliau membaca sepuluh
ayat terakhir dari surat Ali Imron, beliau melakukan hal tersebut enam kali dan
mendirikan shalat pada setiap kali bangkit dari tidur setelah bersiwak,
berwudu’, dan membaca ayat (sepuluh ayat terakhir surat Ali Imron) kemudian
melakukan shalat witir tiga rekaat. Apabila azan shalat telah dikumandangkan
beliau segera menuju shalat sambil membaca:
اللّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي
نُوْرًا وَفِي لِسَانِي نُوْرًا وَاجْعَلْ فِي سَمْعِي نُوْرًا وَاجْعَلْ فِي
بَصَرِي نُوْرًا وَاجْعَلْ مِنْ خَلْفِي نُوْرًا وَمِنْ أَمَامِي نُوْرًا
وَاجْعَلْ مِنْ فَوْقِي نُوْرًا وَمِنْ تَحْتِي نُوْرًا اَللّهُمَّ اعْطِنِي نُوْرًا [19]
“Ya Allah jadikanlah di dalam hatiku
cahaya, pada lisanku cahaya, jadikanlah dalam pendengaranku cahaya, jadikanlah
pada pengelihatanku cahaya, jadikanlah dari sebelah belakangku cahaya, dari
arah depanku cahaya, dan jadikanlah di atasku cahaya dan dari sebelah bawahku
cahaya dan berikanlah kepadaku cahaya”
·
Banyak
sekali tuntunan beliau saat bangun malam, di antaranya riwayat yang disebutkan
oleh Ibnu Abbas. Dan yang lain seperti riwayat yang disebutkan oleh Aisyah
bahwasanya beliau membuka shalatnya dengan dua rekaat yang ringan kemudian
menyempurnakannya menjadi sebelas rekaat, beliau salam pada setaip dua rekaat
dan melaksanakan witir satu rekaat.
·
Beliau
juga mengerjakan shalat malam tigabelas rekaat
·
Beliau
shalat dengan delapan rekaat dan salam pada setiap dua rekaatnya, lalu
mengerjakan shalat witir lima rekaat sekaligus, dan tidak melakukan duduk
tasyahhud kecuali pada rekaat yang terakhir[20]
·
Beliau
terkadang mengerjakan shalat sembilan rekaat; delapan rekaat sekaligus, lalu
beliau bangkit dari duduknya (setelah sujud) pada rekaat kedelapan setelah
membaca bacaan tertentu, memuji Allah dan membaca do’a-do’a (tertentu) pada
rekaat tersebut. Beliau bangkit untuk melaksanakan rekaat kesembilan kemudian
duduk dan bertasyahhud lalu salam. Kemudian barulah beliau shalat dua rekaat
secara duduk setelah salam[21]
·
Beliau
juga melaksanakan shalat malam tersebut dengan tujuh rekaat seperti cara yang
beliau lakukan pada saat mengerjakannya sembilan rekaat, lalu melaksanakan
shalat dua rekaat secara duduk.
·
Beliau
juga melaksanakan shalat malam dua rekaat-dua rekaat dan mengerjakan witir tiga
rekaat sekaligus tanpa memisahkan tiga rekaat tersebut[22]
·
Shalat
malam beliau dikerjakan dalam tiga cara:
1-Sahalat
secara berdiri, dan inilah yang paling sering dilakukan.
2-Terkadang
belaiu sahalat secara duduk dan ruku’ dengan duduk pula.
3-Terkadang,
saat membaca surat beliau membacannya secara duduk, lalu saat bacaan tersebut
tersisa sedikit beliau bangkit berdiri.
Ketiga
cara ini pernah dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaih wasallam
sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat yang shahih.
Petunjuk
Nabi saw Dalam Menunaikan Zakat
·
Beliau
mensyari’atkan diwajibkannya zakat pada empat jenis harta:
1-Hasil
bumi dan tanaman
2-Hewan
ternak, seperti onta, sapi dan kambing.
3-Emas
dan perak.
4-Harta
perniagaan
·
Diwajibkan
sekali dalam setahun
·
Rikaz
(harta karun) wajib dikeluarkan seperlimanya tanpa dipersyaratkan keberadaan
harta tersebut satu tahun di dalam kepemilikannya. Yang dimaksud dengan rikaz
adalah harta terpendam di perut bumi yang ditemukan oleh seseorang[23].
·
Nabi
shallallahu ‘alaih wasallam yang secara langsung membagi-bagikan zakat tersebut
dan mendistribusikannya kepada delapan kategori masyarakat, sebagaimana yang
disebutkan di dalam surat al-taubah ayat enampuluh, yaitu:1-Orang fakir.
2-Orang-orang miskin. 3-Orang-orang mu’allaf yang dibujuk hatinya. 4-Untuk
memerdekakan budak. 5-Pengurus-pengurus zakat. 6-Orang-orang yang berperang di
jalan Allah.7-Orang-orang yang sedang dalam perjalanan. 8-Orang-orang yang
berhutang. Jika seorang yang menerima bagian zakat tersebut tidak
membutuhkannya dan tidak pula (pembagian tersebut) mendatangkan mamfaat bagi
kaum muslim maka ia tidak berhak mendapatkan bagian dari zakat tersebut.
·
Di
antara petunjuknya adalah jika beliau mengetahui bahwa seseorang berhak
menerima zakat maka beliau segera memberikannya, dan jika didatangi oleh
seseorang yang belum diketahui keadaannya lalu meminta kepadanya bagian zakat,
maka beliau segera memberikannya seraya mengingatkan bahwa zakat tersebut tidak
berhak diterima oleh seorang yang berkecukupan dan orang yang kuat bekerja lagi
berpenghasilan.[24]
·
Beliau
berdo’a bagi orang yang datang kepadanya dengan membawa harta zakatnya, di
antara do’a yang beliau ucapkan:
اَللّهُمَّ
بَارِكْ ِفيْهِ وَفِي إِبِلِهِ[25]
(Ya
Allah berikanlah keberkahan pada harta yang dizakatkan tersebut dan keberkahan
pada ontanya” Dan terkadang pula beliau mengatakan: [26]
الّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ (Ya Allah Berikanlah ampuan dan
curahkanlah rahmat baginya).
Petunjuk
Nabi saw Dalam Menunaikan Zakat
Fitrah
·
Rasulullah saw telah mewajibkannya atas setiap muslim
termasuk atas orang yang menjadi tanggungannya baik kecil, besar, lelaki,
perempuan orang yang merdeka dan hamba sahaya, berupa satu sha’ dari kurma,
tepung, dan keju. [27]
·
Termasuk
tentunjuk Nabi saw adalah mengeluarkan zakat
fitrah tersebut sebelum shalat iedul fitri. Dalam shahih Bukhari dan Muslim
diriwayatkan dari Ibnu Umar ia berkata: “Rasulullah saw memerintahkan kepada kita
uuntk mengeluarkan zakat fitrah sebelum manusia keluar untuk melaksankan shalat
iedul fitri”[28]
·
Beliau
tidak memberikan zakat fitrah kecuali kepada orang-orang yang miskin bukan
kepada delapan katagori yang disebutkan oleh Allah di dalam surat al-Taubah
ayat enampuluh, juga tidak memerintahkan untuk membaginya kepada mereka, serta
tuntunan ini tidak pula dikerjakan oleh seorang shahabatpun sepeninggal beliau.
Petunjuk Nabi saw Dalam Mengeluarkan Shadaqah
·
Beliau
adalah seorang yang paling banyak bershedekah dengan apa yang dimilikinya,
beliau tidak pernah menganggap banyak setiap apa yang disedekahkan karena Allah
dan tidak pula mengaggapnya sedikit. Tidaklah beliau dimintai sesuatu oleh
seseorang keculai diberikannya baik sedikit atau banyak, dan bershadaqah adalah
perbuatan yang paling dicintainya, sehingga kegembiraan beliau untuk memberikan
shadaqah lebih besar dari kesenangan orang yang menerima shadaqah tersebut.
·
Beliau
memfariasikan cara dalam memberikan hadiah dan pemberian, terkadang berupa
shadaqah, atau hadiah dan terkadang pula dengan membeli barang lalu memberikan
barang dan harganya kepada si penjual.[29]
·
Beliau terkadang meminjam sesuatu lalu
mengembalikannya dengan yang lebih besar atau lebih baik dan lebih banyak.[30]
·
Beliau
juga pernah membeli suatu barang lalu memberikan imbalan yang melebihi
harganya, beliau juga menerima hadiah dan membalasnya dengan nilai yang lebih
banyak dan berlipat.
·
Beliau
menyeru untuk berbuat ihsan, bershedeqah dan berbuat yang ma’ruf dan
menganjurkan untuk memperbanyak shadaqah serta menyeru umat kepadanya baik
dengan perkataan juga perbuatan.
Petunjuk
Nabi saw .Di Bulan Ramdhan
·
Di
antara petunjuk beliau (pada bulan ramdhan) adalah memperbanyak berbagai macam
ibadah, beliau adalah orang paling dermawan dan puncak kedermawanan beliau
tampak di bulan ramdhan.[31]
·
Pada
bulan ramadhan beliau memperbanyak bershedeqah, membaca al-qur’an, shalat,
berzikir, membaca al-qur’an dan beri’tikaf.
·
Beliau
melakukan buka puasa sebelum melakukan shalat magrib, hidangan buka puasa
beliau adalah beberapa biji kurma, jika tidak ada maka dengan ruthab (kurma
yang baru mateng), namun jika tidak ada maka dengan dengan beberapa teguk air.[32]
·
Diriwayatkan
bahwa di antara do’a yang beliau ucapkan saat berbuka adalah: “اَللّهُمَّ
لَكَ صُمْتُ وَعَلىَ رِزْقِكَ أَفْطَرْتُْ”(Ya Allah, hanya karena-Mulah aku
berpuasa, dan dengan rizkiMulah aku berbuka
puasa”[33]
·
Setelah
berbuka beliau mengucapkan:
“ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ
الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ َشاءَ اللهُ” (Hilanglah rasa dahaga, telah basah
urat-urat dan pahala telah ditetapkan insyallah”
·
Rasulullah
r pernah melakukan safar pada
bulan ramadhan, saat itu beliau terkadang berpuasa dan terkadang pula tidak
berpuasa, dan memberikan kebebasan kepada para shahabat untuk memilih antara
kedua perkara tersebut.
·
Di
antara petunjuk beliau saat waktu fajar telah datang sementara beliau dalam
keadaan junub selepas mendatangi istri adalah mandi setelah fajar dan tetap
berpuasa.[34]
·
Beliau
terkadang mencium istrinya saat sedang berpuasa pada bulan ramadhan.[35]
·
Beliau
juga bersiwak pada saat berpuasa.
·
Beliau
pernah menuangkan air di atas kepala beliau saat berpuasa karena kehausan atau
kepanasan.[36]
Petunjuk Nabi saw Dalam Melaksanakan Puasa Sunah
· Beliau
tidak pernah berpuasa satu bulan penuh kecuali pada bulan ramadhan, dan tidak
pula berpuasa dalam bulan tertentu yang lebih banyak dari bulan sya’ban.[37]
·
Beliau
tidak melewati bulan apapun kecuali berpuasa padanya.
·
Beliau
menjaga puasa pada hari senin dan kamis.[38]
· Beliau
berpuasa tiga hari pada setiap bulan,[39]
tanpa menghiraukan pada bulan apakah ia melaksanakannya.[40]
· Beliau
tidak pernah meninggalkan puasa al-syuro, puasa pada sepuluh hari (pertama)
bulan zulhijjah, puasa tiga hari pada setiap bulan dan dua rekaat shalat fajar.[41]
·
Di
antara petunjuk beliau adalah tidak berpuasa pada hari Arafah saat berada di
Arafah
· Terkadang
beliau menghampiri keluarga beliau dan bertanya: “Apakah kalian mempunyai
makanan?”. Jika mereka mengatakan: “Tidak ada”, maka beliau menjawab: “Saya
akan berpuasa hari ini”. Maka beliau memulai niat puasa sunnah pada siang
harinya.[42]
·
Terkadang
beliau berniat puasa sunnah lalu membatalkan puasanya.[43]
· Apabila
beliau mengunjungi suatu kaum maka beliau menyempurnakan puasanya dan tidak
berbuka.[44]
· Di
antara petunjuk beliau adalah tidak senang mengkhususkan hari jum’at dengan
berpuasa baik secara perbuatan dan anjuran perkataan.[45]
Petunjuk Nabi saw Dalam Menghadapi Hidangan
·
Beliau
tidak menolak makanan yang sudah ada dan tidak memaksakan sesuatu yang tidak
ada. Beliau tidak pernah sedikitpun mencela suatu makanan, jika dikehendakinya
maka beliau memakannya dan jika tidak maka beliau meninggalkannya.
·
Sebagian
besar makanan beliau dihamparkan di atas tanah pada sebuah taplak, dan itulah
bentuk hidangan beliau. Lalu menyantapnya dengan tiga jari dan mengisap jari
tersebut setelah selesai.[46]
·
Beliau
tidak makan dengan posisi berbaring, dan berbaring tersebut terwujud dalam tiga
posisi:
1-Berbaring
di atas pinggang.
2-Bersila
3-Bersandar
dengan salah satu tangan dan makan dengan tangan lainnya. Dan ketiga cara ini
adalah tercela.
·
Beliau
pernah makan dengan cara duduk di atas pantat dan mendirikan kedua betisnya.
·
Diriwayatkan
bahwa beliau (pada saat makan) pernah duduk dengan posisi bertekuk di atas
kedua lutut beliau dan meletakkan bagian bawah kaki kiri di atas bagian luar
kaki kanan.
·
Beliau
selalu menyebut nama Allah di awal makan dan memujiNya saat selesai.
Petunjuk
Nabi r llam Saat Minum
·
Sebagian
besar cara minum beliau dilakukan dengan cara duduk, bahkan melarang minum
secara berdiri, beliau pernah minum secara berdiri karena ada halangan, yaitu saat
mendatangi sumur zamzam sementara orang-orang berkerumun untuk mengambil air
darinya. Akhirnya beliau meraih timba dan minum secara berdiri.[47]
Pendapat yang benar dalam masalah ini adalah dilaranganya minum secara berdiri
dan kebolehan berlaku saat kondisi tertentu menghalangi seseorang untuk duduk.
·
Setelah
meneguk minuman, maka beliau memberikan sisa minuman tersebut kepada orang yang
duduk di sebelah kanannya sekalipun orang yang di sebelah kirinya lebih dewasa.[48]
·
Beliau
bernafas tiga kali pada saat meneguk suatu minuman.[49]
Caranya adalah menjauhkan bejana minuman tersebut dari mulut beliau lalu
bernafas di luarnya, kemudian kemabli meneguk minuman tersebut.
·
Beliau
melarang meneguk minuman dari mulut bejana secara langsung.[50]
Petunjuk Nabi r Dalam Berzikir
·
Beliau
selalu berzikir kepada Allah I dalam semua keadaan dan
kondisi.
·
Zikir
Nabi r bersamaan dengan hembusan
nafas-nafasnya, baik dengan berdiri, duduk, berbaring dan saat berjalan kaki,
berada di atas kendaraan, saat dalam perjalanan atau saat berhenti, juga saat
bepergian atau saat tidak bepergian.
·
Di
bawah ini kami sebutkan beberapa contoh zikir yang beliau ucapkan dalam kondisi
yang berbeda:
Do’a
Saat Memakai Pakaian
Saat
memakai suatu pakian yang baru, maka beliau menyebut pakian tersebut dengan namanya
yang dikenal seperti surban, baju atau selendang, kemudian berdo’a:
اَلََّلهُمَّ لَكَ اْلَحمْدُ أَنْتَ كَسَوْتَنِيْهِ أَسْأَلُكَ خَيْرَهُ
وَخَيْرَ مَا صُنِعَ لَهُ وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّهِ َوشَرِّ مَا صُنِعَ لَهُ [51]
“Ya Allah, segala puji bagiMu, hanya Engkaulah yang memberikanku
pakian, aku memohon kebaikan pakian tersebut dan kebaikan yang ditimbulkannya,
dan aku berlindung denganMu dari keburukannya dan keburukan apa yang timbul
karenanya”
Dan
diriwayatkan dari Nabi r bahwa ia bersabda:
“Barangsiapa yang memakai suatu pakian kemudian mengucapkan:
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي كَسَانِي
هَذَا وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلاَ قُوَّةٍ غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ”
“Segala
puji bagi Allah yang telah memakaikanku pakaian ini dan menjadikannya rizki
bagiku tanpa daya dan upaya dariku” Maka ia akan diampuni dosa yang pernah
dilakukakannya”[52]
·
Telah
tetap sebuah riwayat dari Nabi r, bahwasanya ia berkata kepada
Ummu Khalid saat beliau memberikannya sebuah pakian yang baru:
أَبْليِ وَأَخْلِقِي ثُمَّ أَبْلِي
وَأَخْلِقِي مَرَّتَيْنِ
"((Pakailah pakaian
dalam waktu yang lama sampai rusak, kemudian pakailah pakaian ini dalam waktu
yang lama sampai rusak))".
Petunjuk Nabi r Saat
Memasuki Rumah
·
Beliau tidak pernah mendatangi
keluarganya secara mendadak untuk mencari kelengahan mereka, akan tetapi beliau
masuk kepada mereka setelah keluarga beliau mengetahui bahwa dirinya akan
datang, beliau mengucapkan salam kepada mereka dan memulai dengan pertanyaan
atau bertanya tentang keadaan mereka, terkadang beliau bertanya: Apakah kalian
mempunyai hidangan makan siang?[53]
Terkadang beliau terdiam sampai dihidangkan dihadapannya makanan yang
seadannya.
Petunjuk Nabi r Saat
Memasuki Kamar Kecil
·
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim
disebutkan bahwa saat Nabi r memasuki
kamar kecil, beliau mengucapkan:
َالّلهُمَّ
إَنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنَ الخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
(Ya Allah aku berlindung kepadamu
dari kejahatan jin lelaki dan jin perempuan”
·
Disebutkan bahwa seorang lelaki
mengucapkan salam kepada beliau saat buang air kecil namun beliau tidak
menjawabnya[54]
·
Beliau tidak menghadap kiblat saat kencing
atau berak bahkan melarang perbuatan tersebut dalam riwayat-riwayat yang shahih
dan hasan.
·
Saat
keluar dari kamar kecil beliau mengucapkan: غُفْرَانَكَ (AmpunanMu Ya Allah”
Petunjuk Nabi r Tentang Do’a Berwudhu’
·
Disebutkan
bahwa beliau memasukkan tangannya kedalam bejana tempat air untuk berwudhu lalu
berkata kaepada para shahabat: “Berwudhu’alah dengan menyebut nama Allah”[55]
·
Dalam
sebuah riwayat disebutkan bahwa beliau bersabda: “Barangsiapa yang
menyempurnakan wudhu’ kemudian berkata: lalu berdo’a:
أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ
الثَّمَانِيَةِ يَدْخُلُ أَيَُّهَا شَاءَ
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
Allah yang Maha Esa, yang tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan utusanNya”. Maka akan dibukakan baginya pintu surga yang
delapan dan masuk melalui pintu manapun yang dikehendakinya”[56]Dan
Turmudzi menambhkan do’a tersebut setelah menyebutkan syahahadataini:
الّلهُمَّ
اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّاِبيْنَ وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
((Ya Allah, jadikanlah aku termasuk
orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku golongan orang-orang yang
bersuci)) dan tambahan ini adalah shahih.
Petunjuk Nabi saw. Dalam Berdo’a Saat Azan Dan
Setelahnya
·
Dalam masalah ini beliau
mensyari’atkan bagi umatnya lima hal:
1- Orang yang sedang mendengarkan
azan mengucapakn seperti apa yang diucapkan oleh mu’azin kecuali pada kalimat:
حَيَّ عَلىَ
اْلصَّلاَةِ dan حَيَّ عَليَ اْلفَلاَحِ
Dalam riwayat yang shahih disebutkan
bahwa orang yang mendengarnya agar mengucapakan: لاَحَوْلَ
وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
2-Dan juga mengatakan:
وَ
أَنَا أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهَ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً
Beliau bersabda: “Barang siapa yang membacanya niscaya
Allah akan mengampuni dosanya”.[57]
3-Mengucapkan shalawat Ibrahimyah
kepada Nabi r setelah
menjawab azan..
4-Setelah berselawat kepada Nabi
hendaklah mengucapkan:
اَللَّهُمَّ
رَبَّ هذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدٍ
اْلوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي
وَعَدْتَهُ [58]
“Ya Allah, Tuhan yang mempunyai
seruan yang sempurna ini, dan shalat yang didirikan, berikanlah kepada Muhammad
al-wasilah dan kemuliaan dan bangkitkanlah dia pada tempat terpuji yang telah
Engkau janjikan”.
4-Lalu ia berdo’a untuk dirinya demi
medapat karunia Allah, sebab do’a pada saat itu adalah mustajab.[59]
Petunjuk
Nabi r Saat
Bersin
·
Di antara petunjuk beliau saat
bersin adalah meletakkan tangan atau pakiannya pada mulutnya dan melemahkan
atau merendahkan suara bersinnya.[60]
·
Beliau tidak mendo’akan orang yang
tidak memuji Allah setelah bersin.
·
Dianjurkan berdo’a bagi kesembuhan
seorang yang bersinnya melebihi tiga kali, dan tidak dianjurkan mengingatkan
orang yang bersin untuk mengucapkan alhamdulillah, sebab jika hal tersebut
sunnah niscaya Nabi r adalah
orang yang plaing peduli dan lebih utama mengerjakannya atau mengajarkan dan
menunjukkan umat pada tuntunan tersebut.
Petunjuk Nabi r Dalam Do’a Makan
·
Saat
meletakkan tangan di atas makanan beliau mengucapkan: بِسْمِ
اللهِ Beliau memerintahakan orang yang makan agar membaca tasmiah,
beliau memerintahkan bahwa barangsiapa yang lupa membacanya di awal makan maka
hendaklah ia mengucapkan:
[61]بِسْم
اللهِ فِي أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ
ِ
·
(Dengan
nama Allah di awal dan akhirnya).
·
Saat
makanan tersebut diangkat dari hadapannya beliau mengucapkan:
اَلْحَمْدُ ِللهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكاً
فِيْهِ غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَلاَ مُوَدِّعٍ وَلاَ مُسْتَغْنٍى عَنْهُ رَبَّنَا عَزَّ
وَجَلَّ
“Segala
puji bagi Allah, pujian yang berlimpah lagi baik dan berkah yang senantiasa
dibutuhkan, diperlukan dan tidak bisa ditingalkan wahai rabb kami”[62]
Imam Bukhari Bukhari menyebutkan dalam sebuah riwayatnya: اَلْحَمْدُ
ِللهِ الَّذِي كَفَانَا وَآوَانَا (Segala puji Bagi Allah yang telah mencukupkan dan melindungi
kita)
Petunjuk Nabi saw. Saat Menghadapi Hidangan
·
Terkadang
beliau mengucapkan: Sepertinya saya jijik dengan makanan ini dan tidak selera
terhadapnya”[63]
·
Terkadang
beliau memuji suatu hidangan untuk menghibur dan menyejukkan hati orang yang
menghidangkannya.
·
Jika
suatu makanan dihidangkan sementara beliau sedang berpuasa, maka beliau
mengatakan: Saya sedang berpuasa.[64]
·
Saat
beliau diundang untuk sebuah jamuan lalu diikuti oleh seseorang, maka beliau
memberitahukan tuan rumah dengan mengatakan: “Orang ini mengikuti kami, jika
engkau menerimanya maka izinkanlah dia masuk bersama kami, namun jika ditolak
dia bisa kembali pulang”[65]
·
Beliau
bercakap-cakap saak makan[66]
·
Beliau
menghidangkan makanan berkali-kali kepada para tamu seperti yang dilakukan oleh
para dermawan.[67].
·
Beliau
tidak segan untuk makan bersama siapapun baik kecil, besar, orang merdeka atau
hamba sahaya, orang badui atau pendatang.
·
Beliau
memerintahkan makan dengan tangan kanan dan melarang makan dengan tangan kiri
dan mengingatkan: “Sesungguhnya setan makan dengan tangan kirinya dan minum
dengan tangan kirinya”[68]
Petunjuk
Nabi saw Tentang Do’a-Doa Saat Safar
Dan Adab-Adabnya.
Saat menunggang kendaraannya beliau
mengucapkan اَللهُ
أَكْبَرُ, lalu membaca:
سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّـرَ لَنَا هذَا وَمَا كُنَّا لَهُ
مُقْرِنِيْنَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ
Kemudian membaca:
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هذَا وَماَ
كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ وَإِنَّا إِلَى
رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ
Kemudian
berkata:
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هذَا اْلبِرَّ
وَالتَّقْـوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى
اَللّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَـرَنَا هذَا وَاطْوِعَنَّا بُعْدَهُ
اَللّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيْفَةُ فِي اْلأَهْلِ
اَللّهُمَّ إِنِّي أَعُـوْذُبِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَـرِ وَكَآبَةِ
اْلمَنْظَـرِ وَسُوْءِ الْمُنْقَلَبِ فِي اْلمَالِ وَاْلأَهْلِ
Allah
Maha Besar 3x. Maha suci Allah yang telah menundukkan kendaraan ini untuk kami,
sedang kami sebelumnya tidak mampu. Dan seseungguhnya kami akan kembali kepada
Rabb kami (di hari kiamat). Ya Allah! Sesungguhnya kami memohon kebaikan dan
takwa dalam bepergian ini, kami mohon perbuatan yang Engkau ridhai, ya Allah
permudahlah perjalanan kami ini dan dekatkanlah jaraknya bagi kami. Ya Allah
Engkaulah pendampingku dalam bepergian dan yang mengurusi keluarga(ku). Ya
Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian,
dari pemandangan yang menyedihkan dan perubahan yang jelek dalam harta dan
keluarga” saat kembali pulang ia mengucapkan:
آيِبُوْنَ تَائِبُوْنَ عَابِدُوْنَ لِرَبِّنَا
حَامِدُوْنَ
(Kami kembali dengan bertaubat, tetap beribadah dan selalu
memuji kepada rabb kami) [69]
·
Saat
meletakkan kakinya pada pedal untuk menunggang kendaraan beliau mengucapkan: بِسْمِ
اللهِ
kemudian saat tegak di atas
kendaraan beliau mengucapkan: اَلْحَمدُ ِللهِ 3x, اللهُ
أَكْبَرُ 3x,
dan سُبْحَانَ
اللهِ 3x
kemudian mengucapkan:
لاَ
إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظّلِمِيْنَ سُبْحَانَكَ
إِنّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْلِي إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ
أَنْتَ [70]
(Tiada Tuhan kecuali Engkau
Maha Suci DiriMu, sesungguhnya aku termasuk orang yang zalim, Maha suci DiriMu
sesungguhnya aku telah menzalimi diriku maka ampunilah aku karena sesungguhya
tiada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau)
·
Pada
saat beliau mengantar para shahabatnya untuk bepergian beliau mengucapkan
kepada salah seorang dari mereka:
[71]أَسْتَوْدِعُ
اللهَ دِيْنَكَ وَأَمَانَتَكَ وَخَوَاِتيْمَ عَمَلِك َ
(Aku menitipkan agamamu, amanatmu
dan perbuatanmu yang terakhir
kepada Allah)
·
Pada
saat beliau dan para shahabatnya menanjaki tebing mereka bertakbir dan pada
saat turun darinya mereka bertasbih.[72]
·
Beliau
tidak suka jika seseorang bepergian sendirian untuk berangkat pada waktu malam.[73]
·
Saat
singgah di sebuah tempat beliau mengucapkan
..
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
(Aku
berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan apa yang telah
diciptakan-Nya)
·
Barang
siapa yang mengucapkan do’a ini, maka dia tidak akan dimudaratkan oleh sesuatu
apapun sehingga meninggalkan tempat tersebut[74].
·
Beliau
melarang seseorang untuk bepergian dengan membawa al-Qur’an ke negeri musuh
demi mengantisipasi terjadinya pelecehan terhadap kehormatan Al-Qur’an.[75]
·
Beliau
melarang seorang wanita muslimah bepergian tanpa mahrom.
·
Beliau
memeluk orang yang baru datang dari safar dan menciumnya jika dia termasuk
anggota keluarganya.[76]
·
Saat
datang dari sebuah safar beliau mendatangi masjid lalu shalat dua rekaat.[77]
Petunjuk
Nabi r Tentang Do’a-Do’a Dalam
Menikah
Disebutkan
bahwa Nabi r mengajarkan para shahabat
khutbah saat acara-acara tertentu, yaitu khutbatul hajah yang berbunyi:
اَلْحَمْدُ
ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنْستَغْفِـرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهَ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
“Segala
puji bagi Allah, kami memuji, memohon pertolongan dan ampunan hanya kepadaNya,
kami berlindung kepada Allah dari segala kejahatan diri dan keburukan perilaku
kami, barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tiada seorangpun yang
mampu menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan tiada seorangpun yang
mampu memberinya petunjuk dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan
utusanNya), kemudian beliau membaca tiga ayat
di
bawah ini:
يَاأَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْ اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ [78]-
“Wahai orang-orang yang
beriman bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepadaNya dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan
dalam keadaan beragama Islam”
يا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُـوْا
َربَّكُمُ الَّذَِي خَلَقَكُمْ ِمنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَ بَثَّ مِنْهُمَا ِرجَالاً كَثِيْرًا وَنَِسَاءً وَاتَّقُوْا اللهَ الَّذِي
تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ
اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقَِيْبًا[79]
“Wahai sekalian manusia bertaqwalah kepad Tuhanmu yang telah
menciptaknmu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya
dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu
saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
اتَّقُـوْا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمِ
وَيَغْفِـرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِـعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَـدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيْمًا[80]
“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah
engkau kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar niscaya Allah
memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu dan
barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar”
Hadits tentang khutbatul hajah ini
diriwayatkan oleh Turmudzi dan yang lainnya dan termasuk hadits hasan.
·
Beliau berdo’a bagi orang yang
menikah dengan mengatakan:
بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ
عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ
“Semoga Allah memberikan berkah
bagimu dan atasmu serta mengumpulkan kamu berdua dalam kebaikan”
Petunjuk
Nabi saw Saat
Melihat Bencana (Bala') Yang Menimpa Seseorang
·
Telah
ada riwayat bahwa saat beliau bersabda: Tidaklah seseorang meliahat seorang
yang cacat kemudian berkata:
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذَِي عَافَانِي
مِمَّا ابْتَلاَكَ بِهِ وَفَضَّلَنِي عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاً
“Segala puji bagi Allah yang telah
menghindarkan saya dari apa yang menimpa dirimu dan memberikan kelebihan bagiku
dari banyak mahluk yang telah diciptakanNya dengan kelebihan yang banyak”[81]
Bala’ dalam konotasi agama adalah
melakukan maksiat dan secara duniawi adalah segala sesuatu yang bisa
menyebabkan lalai dalam beribadah atau penyakit dan penderitaan yang menimpa.
Petunjuk Nabi saw Dalam
Menyikapi Mimpi
·
Diriwayatkan dari Nabi saw bahwa
mimpi yang baik adalah dari Allah dan mimpi yang buruk dari setan, maka
barangsiapa yang bermimpi melihat sesuatu yang dibencinya maka hendaklah ia
meludah ke kiri tiga kali lalu berlindunglah dari godaan setan niscaya ia tidak
akan memudaratkannya. Lalu janganlah dia menceritakan mimpinya tersebut kepada
siapapun. Namun, jika ia bermimpi melihat sesuatu yang baik maka hendaklah ia
bergembira dengannya dan janganlah menceritakannya kecuali kepada orang yang
dicintainya”[82]Dan
beliau memerintahkan orang yang bermimpi buruk agar merubah posisi tubuhnya
dari keadaan sebelumnya.[83].
Bilamana seseorang melakukan hal tersebut maka mimpi buruk tersebut tidak akan
memudharatkannya bahkan menolak keburukannya.
·
Disebutkan bahwa beliau bertanya
kepada seorang yang bermimpi sebelum orang tersebut menceritakan mimpinya:
“Apakah mimpimu baik?” Jika baik barulah beliau menafsirkannya.
·
Di antara petunjuk beliau adalah
memadamkan api amarah dengan berwudhu’ dan segera duduk jika marah dalam
keadaan berdiri, atau berbaring jika marah dalam posisi duduk dan berlindung
dari godaan setan yang terkutuk.
·
Beliau berdo’a bagi orang yang
mendekat kepada dirinya dengan do’a yang menyenangkan dan pantas.
·
Beliau bersabda: “Barangsiapa yang
berbuat kebaikan kepada seseorang lalu berkata kepada orang yang berbuat
tersebut: “"جَزَاكَ اللهُ خَيْرًا
Semoga Allah membalas kebaikanmu dengan yang lebih baik” maka seseungguhnya ia
telah sempurna dalam memujinya.
·
Sebelum bangkit dari majlisnya
beliau mengucapkan:
سُبْحَانَكَ
اللّهُـمَّ وَبِحَْدِكَ أَشْهَـدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ
وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
(Maha Suci Allah dan segala puji
Bagi-Mu aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali diri-Mu aku
mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu) seorang lelaki berkata kepada beliau:
wahai Rasulullah sesungguhnya engkau telah mengatakan sesuatu yang tidak engaku
ucapkan sebelumnya. Maka Rasulullah saw menjawab:
“Itu adalah do’a untuk menghapuskan apa-apa yang terjadi selama di dalam
majlis”. [84]
Petunjuk Nabi saw Dalam Membaca Al-Qur’an
·
Disebutkan oleh Abu Dawud dan
Al-Nasa’I bahwa Rasulullah r pada
saat shalat witir beliau membaca surat: AL-A’LA, AL-QAFIRUN, AL-IKHLASH, lalu
saat salam beliau mengucapkan: سُبْحَانَ اْلمَلِكِ الْقُدُّوْسِ
sebanyak 3x (Maha Suci Allah Tuahan Yang Maha
Suci) di mana pada kali ke tiga beliau memanjangkan dan mengangkat suaranya.
Dan Al-Daruquthuni menambahkan: ربُّ اْلمَلاَئِكَةِ
وَالرُّوْحِ (Tuhan
malaikat dan malaikat Ruh).
·
Beliau memotong bacaan
dan berhenti pada setaiap ayat.[85]
·
Bacaan beliau ayat demi
ayat dan inilah yang paling utama.
·
Beliau mempunyai bacaan
tetap yang selalu dibaca dan tidak pernah ditinggalkannya.
·
Bacaan beliau bersifat
tartil, tidak membaca dengan terepotong-potong dan tidak pula tergesa-gesa
namuj bacaan beliau jelas huruf demi huruf.
·
Beliau memanjangkan setaip huruf
mad, beliau memanjangkan kata: اَلَّرحْمنُ dan الّرَحِيْمُ
beliau berlindung kepada Allah dari godaan
setan yang terkutuk pada permulaan bacaan.
·
Beliau senang mendengarkan bacaan Al-Qur’an
dari orang lain sebagaimana diriwayatkan oleh imam Bukhari dari riwayat
Abdullah bin Mas’ud.
·
Beliau membaca Al-Qur’an dengan
berdiri, duduk, berbaring dalam keadaan berwuduk atau berhadas dan tidak ada
yang menghalangi beliau membaca al-Qur’an kecuali kalau beliau sedang junub.
·
Beliau memperindah suaranya saat
membaca al-Qur’an dan beliau mengingatkan:
لَيْسَ
مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَـنَّ بِالْقُـرْآنِ
“Bukan dari golonganku orang yang tidak
memperindah suaranya saat membaca al-Qur’an”[86]
·
Rasulullah r bersabda:
زَيِّنُوْا الْقُـرْآنَ
بِأَصْوَاِتكُمْ
“Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu” [87]
Petunjuk Nabi r Dalam Melaksanakan Sujud
Syukur
·
Di antara petunjuk beliau dan para
shahabatnya adalah melaksanakan sujud syukur saat datangnya nikmat dan
terhindar dari bencana. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam musnad Ahmad
bin Hambal bahwa Nabi r saat
mendapat urusan yang menyenangkan maka beliau tersungkur sujud sebagai rasa
terima kasih kepada Allah I.
Petunjuk Nabi r Saat Melaksanakn Sujud Tilawah
·
Apabila melewati ayat-ayat sajdah
(saat membaca Al-Qur’an) beliau beliau bertakbir lalu bersujud dan membaca:
سَجَدَ وَجْهِيَ ِللَّذِي خَلَقَهُ
وَصَوَّرَهُ وَشـَقَّ سَمْعَهُ وَبَصـَرَهُ بِحـَوْلِهِ وَقُـوَّتِهِ
“Bersujud wajahku kepada zat yang telah
menciptakannya, membentuknya dan membelah pendengaran dan pengelihatannya
dengan daya dan kekuatan-Nya”[88]
·
Terkadang beliau membaca:
اَللّهُمَّ
احْطُطْ عَنِّي بِهَا وِزْرًا وَاكْتُبْ لِي بِهَا أَجْرًا وَاجْعَلْهَا لِي
عِنْدَكَ بِهَا ذُخْـرًا وَتَقَبَّلَهَا ِمنِّي كَمَا تَقَبَّلْتَهَا مِنْ
عَبْدِكَ دَاوُدَ
“Ya Allah, hapuskanlah dosaku
dengannya, tulislah pahala bagiku dengannya, jadikanlah ia sebagai simpananku
dan terimalah dia, sebagaimana Engkau menerimanya dari hambaMu Dawud”[89]
·
Tidak ada keterangan bahwa beliau
membaca takbir saat bangkit dari sujud.
Petunjuk Nabi saw Dalam
Melaksanakan I’tiqaf
·
Beliau melakukan I’tikaf pada
hari-hari sepuluh terakhir pada bulan ramdhan sampai Allah mewafatkan beliau.
Suatu ketika, saat beliau meninggalkannya maka beliau melakukannya pada bulan
syawal.[90]
·
Saat sedang melakukan I’tikaf beliau
tidak memasuki rumah beliau kecuali untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
manusiawi.
·
Sebaigan istri-istri beliau
terkadang mengunjungi beliau saat sedang beri’tikaf, lalu saat sang istri
beranjak pergi maka beliau bangkit menyertainya dan hal itu terjadi pada waktu
malam.
·
Beliau
tidak pernah bermesraan bersama istri selama beri’tikaf baik dengan ciuman atau
yang lainnya.
Petunjuk Nabi saw Dalam Menyembelih Kurban
·
Beliau
tidak pernah meninggalkan pelaksanaan berkurban, kurban beliau adalah dua ekor
kambing kibas yang disembelihnya setelah melaksanakan shalat ied
·
Beliau
memrintahkan kepada para shahabat untuk berkurban dengan anak domba atau dengan
kambing yang telah cukup umur (kambing yang telah tanggal gigi depannya).
·
Di
antara petunjuk beliau adalah memilih yang terbaik dari hewan yang akan
dikurbankan yaitu hewan yang bebas dari cacat.
·
Di
antara petunjuk beliau adalah bagi orang yang ingin berkurban dan telah
memasuki sepuluh awal bulan zulhijjah maka hendaknya ia tidak memotong rambut
dan kulitnya sebagaimana disebutkan dalam shahih muslim.
·
Di
antara petunjuk beliau adalah seekor kambing kurban cukup untuk dirinya dan
keluarganya sekalipun jumlahnya besar.
Petunjuk Nabi Dalam Melaksanakan Aqiqah
·
Rasulullah bersabda:
كُلُّ غُلاَمٍ مُرْتَهِنٌ
بِعَقَيْقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَمَّى
“Setiap anak yang
terlahir tergantung dari aqiqahnya disemblihkan baginya pada hari ketujuh,
dibotakkan rambutnya dan diberi nama”[91]
Petunjuk Nabi r Dalam Melaksanakan Shalat Dua
Hari Raya
·
Beliau
melakasnakan shalat dua hari raya di mushalla (tanah lapang), dan beliau tidak
pernah melaksanakannya di dalam mesjid beliau kecuali satu kali saat terjadi
hujan.[92]
·
Beliau
memakai pakiannya yang paling indah saat keluar menuju ke masjid.
·
Sebelum
melaksanakan shalat idul fitri beliau mengambil beberpa biji kurma, di mana
beliau memakannya dengan jumlah yang ganjil.
·
Pada
hari iedul adha, beliau tidak menyantap makanan apapun sampai beliau kembali
pulang dari tempat shalat lalu makan dari (daging) hewan kurban beliau.
·
Beliau
mandi sebelum melaksanakan shalat dua hari raya sebagaimana yang disebutkan
dalam hadits yang shahih.
·
Beliau
keluar dengan berjalan kaki .
·
Beiau
mengakhirkan pelaksanaan shalat iedul fitri dan mensegerakan shalat iedul adha.
·
Saat
sampai di lapangan tempat shalat beliau langsung mendirikan shalat tanpa azan
dan iqamah[93].
Dan tidak pula ucapan “اَلصَّلاَةُ جَاِمعَةٌ” yang sunnah adalah tidak
melakukan yang demikian itu.
·
Setelah
sampai di tempat shalat beliau dan para shahabatnya tidak pernah melaksanakan
shalat sunnah qobliyah atau ba’diayh.[94]
·
Beliau
memulai dengan melaksanakan shalat sebelum berkhutbah, beliau melaksanakannya
dua rekaat; pada rekaat pertama dengan tujuh takbir berturut-turut termasuk
takbiratul ihram lalu membaca surat al-fatihah, kemudian surat Qof dan al-Insyiqaq,
terkadang beliau membaca al-A’la dan al-Gasyiah dan tidak ada riwayat lain yang
sahih yang menerangkan bahwa beliau membaca selain itu.
·
Pada
rekaat kedua beliau bertakbir lima kali secara berturut-turut lalu
menyempurnakan shalatnya baru berkhutbah.
·
Beliau
berjalan dari jalan yang berbeda pada hari raya; pergi dari suatu jalan dan
pulang dari jalan yamg lain.
Petunjuk Nabi Dalam Safar
·
Beliau
mengadakan safar (berjalan jauh) untuk empat hal:
1-Safar
untuk hijrah.
2-
Safar untuk berjihad.
3-
Safar untuk umroh
4-
Safar untuk hajji
·
Beliau
keluar untuk safar sejak permulaan siang hari. Dan beliau senang keluar untuk
bermusafir pada hari kamis[95]
·
Beliau
memerintahkan agar tiga orang yang sedang mengadakan perjalan untuk memilih
salah seorang di antara mereka sebagai pemimpin dalam perjalanan.[96]
·
Beliau
melarang sesorang untuk musafir sendirian.[97]
·
Saat
onta tunggangan didekatakan beliau mengucapkan: “بِسْمِ اللهِ” ketika meletakkan kakinya pada pelana
onta tunggangannya, lalu saat beliau telah menetap di atas kendaraannya beliau
mengatakan:
سُبْحَانَ الَّذِي سَـخَّرَ لََنَا
هذَا وَمَا كُنَّا لَهُ
مُقْرِنِيْنَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ
(Maha
Suci Allah yang telah menundukkan bagi kami kendaraan ini, padahal kami
sebelumnya tidak mampu menguasainya)
lalu
menyambungnya dengan membaca:اَلْحَمْدُ
ِللهِ اَلْحَمْدُ ِللهِ اَلْحَمْدُ ِللهِ
(Segala
puji bagi Allah, segala puji bagi Allah, segala puji bagi Allah).
lalu membaca:
سُبْحَْانَكَ
إِنِّي ظَلَْمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْلِي فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ
أَنْت[98]
(Maha
suci bagiMu YaAllah, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri maka
ampunilah diriku, maka ampunilah aku sesungguhnya tiada yang mengampuni
dosa-dosa kecuali Engkau)
·
Beliau membaca do’a safar seperti
apa yang disebutkan dalam shahih Muslim no: 1342.
·
Saat mendaki tebing yang tinggi
beliau dan para shahabat mengucapkan takbir dan saat menapaki jalan yang
menurun beliau bertasbih.[99]
·
Beliau mengqashar (memendekkan)
shalat yang empat rekaat, yaitu memendekkannya menjadi dua rekaat sejak keluar
untuk safar sampai kembalinya ke Madinah”
-Ibnu Abbas berkata: Allah mewajibkan shalat melalu nabi-Nya
pada waktu hadir (tidak musafir) empat rekaat, pada saat safar dua rekaat dan
pada saat takut (genting) satu rekaat”[100]
·
Pada
saat safar, beliau hanya mengerjakan shalat fardhu kecuali shalat witir dan
sunnah fajar.
·
Termasuk
petunjuk beliau saat matahari belum condong ke barat mengakhirkan zuhur sampai
waktu asar maka beliau turun lalu mengumpulkan antara kedua shalat tersebut.
Dan jika matahari telah condong sebelum pergi maka beliau melaksankan shalat
zuhur lalu pergi.
·
Dan
jika perjalanan menuntut untuk dipercepat maka beliau mengakhirkan magrib
sehingga ia mengumpulkannya dengan shalat isya’ dan melaksanakannya pada waktu
isya’.
·
Tidak termasuk petunjuk beliau menjama’ shalat di atas kendaraan
pada saat safar dan tidak pula menjama’ shalat ketika pergi dengan tujuan
mampir pada sebuah tempat, akan tetapi beliau menjama’ shalat pada saat
perjalanan tersebut menuntut kesungguhan dan berangkat setelah mengerjakan
shalat sebagaimana yang terjadi pada
saat safar menuju Tabuk. Adapun praktik menjama’ shalat pada saat tidak safar
tidak pernah dikerjakan oleh beliau r
·
Beliau
tidak menentukan jarak tertentu bagi umatnya sebagai batas diperbolehknnya
mengqashar shalat atau tidak berpuasa, akan tetapi membolehkannya dalam semua
perjalanan yang termasuk kategori safar secara mutlaq. Sebagaimana syari’at
bertayammum (dibolehkan) dalam semua yang termasuk katagori safar. Adapun
membatasi waktunya dengan sehari, dua hari atau tiga hari tidak didasarkan pada
riwayat apapun. Wallahu a’lam.
·
Beliau
senantiasa menjenguk orang yang sakit dari kalangan shahabatnya, juga pernah
menjenguk seorang anak dari ahli kitab yang pernah berkhidmah kepada beliau,
serta pernah menjenguk pamannya yang sedang sakit padahal dia seorang yang
musyrik.
·
Beliau
duduk di sisi kepala orang yang sakit dan bertanya tentang keadaanya. Beliau
bertanya: Apakah yang kamu keluhkan?.
·
Beliau
bertanya kepada orang yang sakit tentang sesuatu yang diinginkannya, jika ia
ingin sesuatu dan beliau mengetahui bahwa hal itu tidak membahayakan baginya
maka beliau memrintahkan untuk memenuhi keinginan orang yang sakit tersebut.
·
Beliau
mengusap orang yang sakit tersebut dengan tangan kanannya sambil mengucapkan:
اَللّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ اْلبَأْسَ وَاشْفِ أَنْتَ
الشَّافي لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاءَكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا
“Ya Allah, Tuhan manusia hilangkanlah penyakit ini, sembuhkanlah
dan engkaulah Tuhan yang menyembuhkan yang tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan
yang Engkau kehendaki, yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit”[101]
·
Beliau
berdo’a tiga kali untuk kesembuhan orang yang sedang sakit. Seperti do’a yang
ucapkan untuk kesembuhan Sa’ad:
اَللّهُمَّ اشْـفِ سَعْـدًا اَللّهُـمَّ اشْـفِ سَعْـدًا
اَللّهُمَّ اشْـفِ سَعْدًا
"Ya
Allah berikanlah kesembuhan bagi Sa’ad! Ya Allah berikanlah kesembuhan bagi
Sa’ad! Ya Allah berikanlah kesembuhan bagi Sa’ad![102]
·
Pada
saat masuk menjenguk orang yang sedang sakit beliau mengucapkan:
لاَ بَأْسَ طَهُوْرٌ إِنْ شَاءَ
اللهُ
"Tidak mengapa, suci Isyaallah”[103]
·
Bukan
dari petunjuk beliau menetapkan hari atau waktu tertentu khusus untuk menjenguk
orang yang sakit, akan tetapi mensyari’atkan bagi umatnya pelaksanaan ibadah
ini dalam semua waktu baik siang atau malam.
·
Beliau
pernah menjenguk orang yang sedang tertimpa sakit mata, terkadang beliau
meletakkan tangannya di atas kening orang yang skait lalu mengusap dada dan
perut orang yang sakit tersebut sambil berkata:
اللّهُمَّ
اشْفِهِ “Ya Allah sembuhkanlah
dia"
· Apabila beliau putus asa terhadap kesembuhan suatu penyakit dia mengatakan:إنَّا ِللهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ “Sesungguhnya kita hanyalah milik Allah dan hanya kepadaNyalah kita akan kembali”
Petunjuk Nabi saw Dalam Menyelengarakn Jenazah
·
Beliau
sangat memperhatikan para shahabat, pada saat sakit mengingatkannya dengan
akhirat, menyuruhnya untuk berwasiat dan bertaubat dan memerintahkan orang yang
berada di sisi orang yang sakit untuk menuntunnya mengucapkan kalimat syahadah
agar kalimat tersebut menjadi akhir ucapannya.
·
Disunnahkan
untuk bersikap khusysu’ di sisi orang yang telah meninggal, menangis dengan
tangisan yang tidak bersuara dan bersedih hati. Beliau pernah melakukan hal
tersebut dan bersabda:
تدْمَعُ الْعَيْنَ وَيَحْـزَنُ
اْلقَلْبُ وَلاَ نَقُـوْلُ إِلاَّ مَا يُرْضِي الرَّبُّ
“Air mata berlinang, hati bersedih dan kami
tidak mengucapkan kecuali apa yang diredhai oleh Tuhan kami”
·
Beliau menuntun umatnya untuk memuji
Allah (saat mendapat nikmat) dan mengucapakn inna lillahi wa inna ilaihi
raji’un (saat tertimpa musibah) dan hal tersebut tidak bertentangan dengan
berlinngnya air mata dan kesedihan hati.
·
Termasuk petunjuk beliau adalah
mempercepat penyelenggaraan jenazah untuk dihadapakan kepada Allah lalu segera
mensucikannya, memandikannya, memberikan wangian baginya dan mengkafaninya.
·
Bukan dari petunjuk beliau yang tetap, yaitu selalu
menyelenggarakan shalat janazah di masjid, beliau melakukan shalat jenazah di luar masjid dan jarang
melaksanakannya di masjid.[104]
·
Termasuk petunjuk beliau menutup
jenazah setelah kemtiannya, yaitu memejamkan mata dan menutupi wajah dan
seluruh badannya terkadang juga beliau mencium mayit tersebut.[105]
·
Beliau memerintahkan untuk
memandikan mayit sebanyak tiga kali atau lima kali atau lebih banyak dari itu
tergantung orang yang memandikannya, dan beliau memerintahkan untuk
mempergunakan kafur pada cucian terakhir saat memandikan mayit, dan beliau
tidak memandikan orang yang mati syahid, yaitu orang yang terbunuh dalam peperangan.[106]
·
Jika orang yang sedang berihram
meninggal dunia maka beliau memerintahkan untuk memandikannya dengan air yang
dicampur dengan daun bidara, lalu dikafani dengan dua kain ihramnya serta
melarang untuk diberikan wangian padanya dan menutup kepalanya.
·
Beliau berdo’a bagi orang yang
meninggal tersebut saat mendirikan shalat jenazah seperti yang diriwayatkan
oleh Muslim dalam kitabnya tentang penyelenggaran jenazah.
·
Beliau memerintahkan untuk berdo’a
bagi mayit dengan ikhlas.
·
(Saat shalat janazah) beliau bertakbir
empat kali takbir, dan terdapat riwayat yang shahih yang menyebutkan bahwa
beliau juga bertakbir lima kali seperti yang diriwayatkan oleh Muslim dalam
kitab al-Janaiz.
·
Beliau mengangkat tangan setiap kali
bertakbir sama seperti saat bertakbir untuk shalat, seperti yang ditegaskan
oleh imam Syafi’i.
·
Jika beliau terlewatkan melaksanakan
shalat jenazah, maka beliau melakukannya di atas kuburan orang yang telah
meninggal tersebut.[107]
·
Petunjuk beliau adalah berdiri di
sisi kepala lelaki dan di sisi tengah wanita saat melaksanakan shalat bagi
orang yang telah meninggal.[108]
·
Di antara petunjuk beliau adalah
melaksanakan shalat bagi bayi yang telah meninggal dan beliau menegaskan:
“Seorang bayi di shalatkan atasnya”[109]
·
Beliau tidak mau menyolati orang
yang membunuh dirinya atau bagi orang menyimpan harta rampasan perang secara
khianat.[110]
·
Setelah beliau menyolati seorang mayit
maka beliau mengikutinya menuju kuburan dengan berjalan kaki pada posisi yang
dekat dengan mayit tersebut, baik di depan, di posisi belakang, di sebelah
kanan atau sebalah kiri mayit tersebut, dan beliau memerintahkan untuk
mempercepatnya menuju kuburan sehingga seakan para shahabat berjalan cepat
dengannya.[111]
·
Pada saat mengiringi janazah beliau
tidak duduk di kuburan sehingga jenazah tersebut diletakkan. Beliau menegaskan:
“Jika kalian mengikuti jenazah maka janganlah duduk sampai ia diletakkan” [112]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: maksudnya adalah meletakkannya di
tanah.
·
Tidak termasuk sunnah beliau
menyalati setiap mayit yang gaib (tidak ada di hadapan beliau). Ibnu Taimiyah
mengatakan: Pendapat yang benar adalah sesungguhnya yang orang yang meninggal
dunia di sebuah negeri yang mana jenazah tersebut tidak dishalatkan padanya
maka ia boleh dishalatkan dengan shalat gaib sebagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaih Wasallam
melaksanakan shalat gaib atas Al-Najasy yang meninggal di tengah masyarakat
yang kafir karena ia belum dishalatkan. Dan jika jenazah tersebut telah
dishalatkan di tempat ia meninggal dunia maka ia tidak dishalatkan dengan
shalat gaib, sebab kewajiban telah gugur karena shalat yang telah dilaksanakan
oleh kaum muslimin (di tempat ia meninggal). Dan Nabi Shallallahu ‘Alaih
Wasallam pernah melaksanakan shalat untuk mayit yang gaib lalu
meninggalkannya, maka mengerjakannya adalah sunnah dan meninggalkannya adalah
sunnah, dan yang masyhur di kalanagan
para shahabat adalah mengerjakan shalat tersebut secara mutlak.
·
Termasuk petunjuk beliau
tidak menguburkan orang yang telah meninggal baik saat terbit dan tenggelam
matahari, dan tidak pula saat petengahan siang.[113]
·
Arti
pertengahan siang adalah waktu sebelum condongnya matahari ke sebelah barat.[114]
·
Di
antara petunjuk beliau adalah membuat liang lahat dan memperdalam serta
memperluas lubang kuburan disisi kepala sampai kedua kaki mayit. Disebutkan
bahwa pada saat beliau meletakkan seorang mayit di kuburnya belaiu mengucapkan:
بِسْمِ
اللهِ وَبِا للهِ وَعلَىَ مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ
“Dengan menyebut nama Allah dan dengan nama Allah dan di
dengan cara millah Rasulullah”. Dalam riwayat lain disebutkan: بسْمِ اللهِ وَفِي سَبِيْلِ اللهِ وَعَلَى
ِملَّةِ رَسُوْلِ اللهِ
Dengan
menyebut nama Allah, dan di jalan Allah serta dengan cara tuntunan Rasulullah”.
·
Disebutkan
bahwa beliau menaburkan tanah tiga kali di atas kubur mayit dari sisi
kepalanya.[115]
·
Setelah
selesai menguburkan jenazah beliau dan para shahabat berdiri di sisi kubur
mayit lalu berdo’a baginya agar diberikan ketetapan.
·
Beliau
tidak pernah duduk untuk membaca (sesuatu apapun) di atas kuburan.
·
Tidak
termasuk petunjuk beliau meninggikan kubur. Kubur beliau berbentuk seperti
punuk begitu juga dengan kuburan kedua shahabat beliau.
·
Beliau memberikan tanda bagi kuburan orang yang ingin ditandainya
dengan sebuah batu besar.
·
Beliau melarang para wanita untuk berziarah kubur dan melaknat
wanita yang sering berziarah kubur.
·
Termasuk petunjuk beliau tidak menghinakan kuburan, tidak pula
diinjak, duduk di atasnya serta bersandar padanya.
·
Beliau pernah mengunjungi kuburan para shahabatnya dan berdo’a
bagi mereka, memohonkan rahmat dan ampunan bagi mereka. Inilah ziarah kubur
yang dianjurkan dan disari’atkan bagi ummatnya lalu beliau memerintahkan agar
pada saat berziarah untuk berdo’a dengan membaca:
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُسْلِمِيْنَ وَإِنَّا إِِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ نَسْأَلُ اللهَ
لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ
Keselamatan bagi kalian penghuni kubur ini
dari kaum mu’minin dan muslimin, kami dengan kehendak Allah mesti menyusuli
kalian, kami mohon kepada Allah keselamatan bagi kami dan kalian”.
·
Termasuk petunjuk beliau
pada saat ziarah kubur mengucapkan dan mengerjakan apa yang dibaca pada saat
shalat atas mayit.
·
Termasuk petunjuk beliau
menghibur keluarga mayit, dan tidak termasuk petunjuk beliau berkumpul untuk
ta’ziah, lalu membaca al-qur’an, beliau tidak melakukan perbuatan ini baik di
sisi kubur atau di tempat lainnya. Semua perbuatan tersebut teramsuk bid’ah.
·
Termasuk petunjuk beliau
tenang dan rela dengan qodho’ yang sudah ditentukan oleh Allah seraya memuji
dan mengembalikannya kepada Allah.[116]
·
Beliau berelepas tangan
dari orang yang merobek-robek wajahnya karena musibah yang menipa dirinya, atau
berteriak dan menangis dengan suara keras atau mencukur rambut karenanya.[117]
·
Beliau memrintahkan agar
membuat dan mengirimkan makanan bagi keluarga mayit.[118]
Petunjuk Nabi saw Saat Berjalan Sendiri Atau
Bersama Para Shahabatnya
·
Pada
saat berjalan, badan beliau condong ke depan dan mengangkat kakinya dengan sempurna
sehingga posisi kaki beliau seakan turun menuju tempat yang rendah.
·
Beliau
adalah orang yang paling cepat, paling baik dan paling tenang saat berjalan.
Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah t, ia menceritakan: “Aku tidak
melihat seseorang yang lebih cepat saat berjalan dari Rasulullah r di mana bumi seakan dilipat
bagi dirinya, sementara kami berusaha sekuat tenaga (mengikuti belaiu) namun
beliau tidak menghiraukan kami. [119]
·
Apabila berjalan beliau seakan tidak menyentuh
bumi, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Murrah.
·
Beliau
terkadang berjalan tanpa alas kaki dan terkadang pula memakai sandal.
·
Saat
safar, beliau berada dibagian belakang para shahabatnya untuk menghalau yang
lemah dan memboncengnya.[120]
·
Termasuk
petunjuk beliau memberikan julukan bagi seorang yang mempunyai anak, dan tidak
ada riwayat yang menetapkan bahwa beliau melarang memakai julukan kecuali
dengan julukan Abul Qasim.
·
Sebagian
istri beliau telah mendapat julukan, seperti Aisyah yang dijuluki dengan Ummu
Abdullah.[121]
Petunjuk Beliau saw Saat Memilih Menjaga Ucapan
Dan Memilih Kata-Kata
·
Beliau
bukanlah orang yang suka berkata-kata kotor, keji, keras dan kasar.
·
Beliau
tidak suka mempergunkan ungkapan yang bermakna mulia dan terhormat kepada orang
yang tidak berhak diperlakukan demikian. Seperti ungkapan: “Sayyid” bagi orang
munafik. Beliau mengingatkan: “Sesungguhnya jika dia pemimpin (bagi kalian)
berarti kamu telah membuat murka Tuhan kalian Yang Maha Tinggi”[122]
Petunjuk Nabi saw Dalam Mengucapkan Salam Dan
Meminta Izin
·
Diriwayatkan
bahwa beliau lewat di hadapan anak-anak dan lalu mengucapkan salam kepada
mereka.[123]
·
Termasuk
petunjuk beliau mengucapakan salam saat mendatangi kumpulan para shahabat dan
pada saat meninggalkan mereka.[124]
·
Di
antara petunjuk beliau bagi orang yang memasuki masjid adalah melaksanakan
shalat dua rekaat tahiyatul masjid lalu mendatangi majlis sambil mengucapkan
salam atas mereka. Dua rekaat tahiyatul masjid adalah hak Allah, tentu harus
didahulukan dari hak makhluk yaitu mengucapkan salam.[125]
Oleh
karenanya, disunnahkan bagi orang yang memasuki masjid jika terdapat di
dalamnya kumpulan jamaah untuk mengikuti tuntunan di bawah ini:
·
Masuk
masjid dengan mengucapkan
بِسْمِ اللهِ وَالصَّلاةََُ
وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم
(Dengan menyebut nama Allah,
shalawat dan salam kepadaRasulullah َ r)
·
kemudian mengerjakan shalat dua rekaat
tahiyatul masjid, lalu barulah ia mengucapkan salam kepada para jama’ah yang
berkumpul di dalam masjid.
·
Saat beliau memasuki istrinya pada
waktu malam, beliau mengucapakan salam dengan suara yang tidak membangunkan
orang yang sedang tidur dan hanya didengar oleh orang yang sedang terjaga.[126]
·
Saat bertamu kepada seseorang,
beliau tidak berdiri menunggu di hadapan pintu, akan tetapi di sebalah kanan
atau sebelah kirinya, dan mengucapkan: السَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
·
Nabi mengucapkan salam kepada orang
yang berjumpa dengan beliau, dan menyuruh untuk menyampaikannya kepada orang
yang tidak ada di hadapan beliau serta menyampaikan salam kepada orang yang
berhak menerima salam.
·
Di antara petunjuk beliau mengakhiri
salam dengan kata وبرَكَاتُهُ
·
Beliau
mengucapkan salam tiga kali sebagaimana disebutkan di dalam kitab Shahihul
Bukhri, hal itu beliau lakukan di hadapan jama’ah yang banyak yang tidak bisa
didengar dengan satu kali salam.
·
Beliau
mengawali salam saat bertemu dengan seseorang, dan jika seseorang mengucapkan
salam kepada beliau maka beliau menjawabnya dengan hal yang sama atau lebih
baik secara langsung tanpa mengakhirkannya kecuali karena uzur seperti sedang
shalat, atau saat membuang hajat.
·
Beliau
memperdengarkan jawaban salamnya kepada orang yang menyampaikan salam, dan Nabi
tidak pernah menjawab salam dengan isyarat tangan, kepala atau jari kecuali
saat shalat.
·
Disebutkan
bahwa beliau pernah melewati suatu kelompok yang terdiri dari sejumlah kaum
muslimin, orang-orang Musyrik, penyembah berhala dan orang-orang Yahudi lalu
beliau mengucapkan salam kepada mereka.[127]
·
Saat
beliau menerima kiriman salam dari orang lain, maka
beliau menjawab
salam orang tersebut dan orang yang menyampaikannya. Sebagimana diriwayatkan
bahwa beliau mengatakan: “وعَلَيْكَ
وَعَلىَ أَبِيْكَ السَّلاَمُ "[128]
·
Termasuk
petunjuk Nabi r tidak mengawali ucapan atau
menjawab salam terhadap orang yang membuat perkara baru (bid’ah) dalam agama sehingga ia bertaubat
terhadap perbuatannnya.[129]
·
Di
antara petunjuknya saat meminta izin tiga kali lalu tidak diizinkan maka beliau
pergi meninggalkannya.
·
Termasuk
tuntunan beliau saat seseorang yang meminta izin ditanya oleh tuan rumah:
“Siapakah anda?” maka hendaklah ia menjawabnya dengan: “Fulan bin Fulan” atau
hendaklah ia menyebut julukan atau gelar dirinya, dan tidak sekedar mengatakan:
“Saya”
Petunjuk Nabi saw Dalam Bermu’amalah
·
Beliau
juga berkatifitas jual beli, dan aktifitas membeli lebih banyak beliau lakukan
dari menjual setelah diangkat menjadi Rasul, juga melakaukan aktifitas sewa dan
menyewa, mewakilkan dan mewakili, dan aktifitas mewakilkan lebih banyak beliau
lakukan dari mewakili, beliau memberikan dan menerima hadiah lalu
berterimakasih atasnya, beliau memberikan hibah dan menerima hibah, berhutang
dengan memberikan jaminan atau tanpa jaminan, terakdang meminjam, membeli
dengan harga cesh dan harga pada masa yang akan datang, melaksankan dan
memberikan syuf’ah, terkadang beliau bersumpah dengan menyebutkan pengecualian,
terkadang beliau bersumpah lalu menggugurkannya dengan kaffarah atau terkadang
beliau melangsungkannya (tanpa digugurkan), pengcualian saat bersumpah akan
menghalangi terlakasananya sumpah tersebut dan mengeluarkan kaffarah sebagai
pembebas dari beban sumpah setelah seseorang menyatkan sumpah, oleh karena
itulah Allah menyebutnya dengan istilah: ”Tahillah”.
·
Beliau
juga bercanda dan mengatakan yang benar dalam candanya, dan menyindir namun
tidak mengatakan kecuali yang benar, beliau memberikan pendapat dan meminta
pendapat, menjenguk orang yang sakit, menghadiri jenazah, menghadiri undangan,
berjalan bersama para janda dan orang miskin, ornag lemah untuk memenuhi hajat
mereka, saat beliau meminjam sesuatu maka beliau mengembalikannya dengan yang
lebih baik, jika meminjam sesuatu dari seseorang maka beliau mengembalikannya
dan berdo’a baginya: بارََكَ اللهُ لَكَ فِي أَهْلِكَ
وَمَالِكَ Beliau
menegaskan imbalan bagi orang yang meminjamkan adalah berteima kasih kepadanya
dan mengembalikan barang pinjaman tersebut”[130]
·
Beliau
pernah berlomba lari dan bergulat.[131]
Beliau menambal sendal, baju dan timbanya dengan tangan sendiri serta memerah
susu dengan tangan sendiri, beliau juga memperhatikan pakian dan berkhidmah
untuk kepantingan keluarga dan diri sendiri. Beliau bersama keluarganya
membawakan para shahabat susu saat membangun masjid, beliau terkadang mengikat
batu pada perutnya karena kelaparan atau terkadang beliau juga merasakan
kekenyangan, beliau bertamu dan menerima tamu, berbekam di tengah-tengah kepala
dan bagian punggung kakinya, beliau juga berbekam pada kedua bagian urat leher
dan bagian atas punggung, di antara kedua pundak. Beliau juga berobat,
mengobati orang dengan besi panas namun beliau tidak pernah melakukannya untuk
dirinya, beliau juga meruqyah orang lain namun beliau tidak menyuruh orang
untuk meruqyah dirinya serta menjaga orang yang sakit dari sesuatu yang bisa
mengganggunya.
Petunjuk Nabi saw Saat Duduk Dan Bersandar
·
Beliau
terkadang duduk di atas tanah, tikar dan hamparan.
·
Qailah
binti Makhromah berkata: “Aku mendatangi Rasulullah r sementara beliau sedang duduk
di atas kedua pantatnya, sambil menempelkan paha pada perut dan meletakkan
kedua tangan di atas kedua betis.[132]
·
Beliau
terkadang duduk terlentang atau terkadang meletakkan salah satu kakinya di atas
yang lain.
·
Beliau
bersandar pada bantal, terkadang bersandar pada bagian tubuh yang sebelah kiri
atau sebelah kanan, sebagaimana disebutkan di dalam kitab shahih Bukhari dan
Muslim dan banyak lagi hadits lain yang menerangkan tentang cara beliau
bersandar.
·
Saat
beliau duduk di masjid atau pada suatu majlis, beliau duduk dengan cara memeluk
lutut[133].
Posisi ini sebagai pegganti bersandar pada tembok.
Petunjuk
Nabi saw Saat Tidur Dan Terjaga
·
Beliau
terkadang tidur di atas kasur, atau hamparan kulit, tikar dan tanah, terkadang
juga di atas dipan atau di atas hamparan kain hitam.
·
Abbad
bin Tamim meriwayatkan sebuah hadits yang didapatkannya dari pamannya: “Aku
melihat Rasulullah tidur di masjid sambil meletakkan salah satu kakinya di atas
yang lain”[134]
·
Beliau
memiliki sebuah kain tenun yang dipergunakan sebagai alas tidur dan dilipat dua
lipatan.
·
Saat
menjelang tidur di atas kasurnya belaiu mengucapkan:
بِاسْمِكَ اللُّهُمَّ أَمُوْتُ
وَأَحْيَا
(Dengan
nama Allah aku mati dan hidup).
·
Beliau menghimpun kedua tangannya
lalu meniupnya dan membaca surat Al-Falaq dan An-Nas serta Al-Ikhlash kemudian mengusap seluruh bagian yang terjangkau dari
badan beliau yang dimulai dari kepala dan wajah serta bagian terdepan dari
badannya, hal tersebut beliau kerjakan tiga kali.[135]
·
Beliau berbaring pada bagian tubuh
yang sebelah kanan, dan meletakkan tangan kanan beliau di bawah pipi sebelah
kanan kemudian membaca: َاللّهُمَّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ
عِبَادَكَ
“Ya Allah jagalah aku dari siksa-Mu pada hari
Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu”[136]
·
Pada saat terbangun pada waktu malam
beliau membaca:
اَلْحَمْدُ
ِللهِ الَّذِي أَحْيَانَابَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ
“Segala puji bagi Allah yang telah
menghidupkan kami setelah Dia mematikan kami dan kepada-Nyalah kita
dikembalikan”[137]Lalu
bersiwak, atau terkadang membaca sepuluh terkahir dari surat Ali Imro yang
dimulai dari firman I:
sampai seterusnya
إِنَّ فَي خَلْقِ السَّموَاتِ وَاْلأَرْضِ....
·
Lalu membaca:
اَللَّهُمَّ
لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَـيِّمُ السَّـموَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ وَلَكَ
اْلحَمْدُ أَنْتَ اْلحَـقُّ وَوَعْدُكَ اْلحَـقُّ وَلِقَاءُكَ حَـقٌّ
وَاْلجَـنَّةُ حَـقٌّ وَالنَّارُ حَـقٌّ وَمُحَمَّدٌ حَـقٌّ وَالسَّاعَةُ حَـقٌّ
اَللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ
أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْـفِرْليِ مَاقَدَّمْتُ وَمَا
أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ أَنْتَ إِلهِي لاَ إِلهَ إِلاَّ
أَنْتَ
“Ya
Allah segala puji bagi-Mu, Engkaulah yang menegakkan langit dan bumi dan
apa-apa yang ada pada keduanya, segala puji bagi-Mu, Engkaulah Tuhan Yang Maha
Benar, janji-Mu benar, dan berjumpa dengan-Mu adalah benar, surga benar (ada),
neraka benar (ada), Muhammad benar, hari kiamat benar akan terjadi. Ya Allah
hanya kepadaMu aku berserah diri, dan dengan-Mu aku beriman, kepadaMulah aku
berserah diri dan kembali , dan
hanya karena diriMu aku bermusuhan dan kepadaMulah aku berhakim, ampunilah pada
perbuatan yang pernah aku lakukan dan perbuatan yang akan datang, serta apa-apa
yang aku sembunyikan dan perbuatan yang aku kerjakan secara terang-terangan,
Engkaulah Tuhanku tiada Tuhan yang berhak disembah selain DiriMu”.
·
Saat
beristirhat pada waktu malam beliau berbaring di atas pinggang yang sebalah
kanan, dan jika beristirahat sebelum subuh maka beliau menegakkan kedua
tangannya lalu meletakkan kepalanya di atas telapak tangannya.[138]
·
Beliau
tidak tidur melebihi kebutuhan dan tidak pula mencegah dirinya dari standar
kebutuhan, maka beliau tidur saat kebutuhan menuntut harus tidur pada bagian
pinggang sebelah kanan samabil membaca zikir sampai kedua mata beliau terlelap,
beliau tidur tidak dalam keadaan kenyang dengan makanan atau minuman.
·
Beliau
berbaring dengan menggunakan bantal dan terkadang meletakkan tangannya di bawah
pipinya yang sebelah kanan.
Petunjuk Nabi r Dalam Pernikahan Dan Bergaul
Dengan Keluarganya
·
Diriwayatkan
dalam hadits yang shahih dari Anas t bahwa Rasulullah r bersabda: “
حُبِّبَ إِلَيَّ مِنْ دُنْيَاكُمْ
اَلنِّسَاءُ وَالطِّيْبُ وَجُعِلَتْ قُـرَّةَ عَيْنِي فِي الصَّلاَةِ
"Diberikan kesenangan bagiku
dalam urusan duniamu pada wanita, menggunakan minyak wangi dan kesenanganku
terdapat dalam shalat”[139]
·
Sikap
beliau dengan istri-istrinya adalah bergaul dengan cara yang baik dan berakhlak
yang mulia.
·
Beliau
bersabda: خَيْرُكُمْ....
خَيْرُكُمْ ِلأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ ِلأَهْلِي
”Orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang paling
baik akhlaknya terhadap keluarganya dan saya orang yang terbaik dari kalian
karena berbuat baik bagi keluarga saya”[140]
·
Pada
saat minum dari sebuah bejana, beliau meletakkan mulutnya di tempat Siti Aisyah
minum, begitu juga saat makan daging.
·
Beliau
mendatangi istrinya pada akhir atau permulaan malam, dan jika mempergauli
istrinya pada awal malam, terkadang beliau mandi terlebih dahulu kemudian
tidur, atau berwudu terlebih dahulu kemudian tidur.
Petunjuk Nabi saw Saat Membuang Hajat
·
Pada
saat akan memasuki kamar kecil beliau membaca:
اَلّلهُمَّ إِِنِّي أَعُـوْذُبِكَ
مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
“Ya Allah, aku berlindung kapada-Mu dari
kejahatan jin lelaki dan permpuan”[141]
·
Pada saat keluar beliau mengucapkan:
“غُْفـرَانَكَ
Ya Allah aku mohon Ampun-Mu”.[142]
Terkadang beliau bersuci dengan menggunakan air dan terkadang pula dengan batu
atau mengumpulkan keduanya.
·
Jika
ingin membuang hajat pada saat safar, beliau menjauh dari pandangan para
sahabat, terkadang sejauh dua mil.
·
Saat
buang hajat beliau terkadang menutupi diri dengan gundukan tanah, atau kumpulan
pohon kurma atau dengan pepohon yang tumbuh di lembah.
·
Pada
saat akan kencing di tanah yang keras beliau mengambil sebatang kayu lalu
dipukulkan pada tanah tersebut hingga lunak kemudian kencing padanya.
·
Beliau
selalu memilih tanah yang lunak saat kencing dan sebagian besar posisi beliau
saat kencing adalah dengan cara duduk.
·
Aisyah
radhullahu anha berkata: “Barangsiapa yang menceritakan kepada kalian bahwa
Nabi r kencing dengan berdiri maka
janganlah dipercaya sebab beliau tidak pernah kencing kecuali dengan cara
duduk”[143]
·
Diriwayatkan
oleh Muslim dalam kitab shahihnya dari hadits riwayat Huzaifah bahwa Nabi r kencing dengan cara berdiri.
Beliau melakukannya agar terhindar dari cipratan air kencing tersebut, maka
tidak ada jalan lain kecuali harus kencing dengan cara berdiri. Wallahu a’lamu.
·
Diceritakan
bahwa beliau keluar dari kamar kecil kemudian membaca Al-Qur’an.
·
Beliau
bersuci dengan menggunakan tangan kiri, dan beliau tidak pernah was-was saat
bersuci.
·
Diriwayatkan
oleh Muslim dalam kitab shahihnya dari Ibnu Umar bahwa jika seseorang
mengucapkan salam saat beliau sedang buang air kecil maka beliau tidak
menjawabnya”
·
Setelah
bersuci dengan air beliau memukulkan tangannya pada tanah, dan jika akan duduk
untuk membuang hajat beliau tidak mengangkat pakiannya kecuali setelah mendekat
di bumi.
Petunjuk Nabi r Pada Perbuatan-Perbuatan Yang
Sesuai Dengan Fitrah
·
Beliau
senang mendahulukan yang kanan pada saat memakai sandal, menyisir rambut,
mengambil atau memberi sesuatu. Tangan kanan dipergunakan untuk makan, minum
dan kebutuhan bersuci baik wudhu’ atau mandi, sedang yang kiri untuk kebutuhan
di kamar mandi seperti membersihkan kotoran (hajat atau air kencing).
Petunjuk Nabi saw Dalam Mengatur Rambut
·
Petunjuk
beliau dalam mencukur rambut adalah meninggalkan seluruhnya atau mencukur
seluruhnya, dan tidak termasuk petunjuk beliau mencukur sebagian dan
meninggalkan sebagian yang lain, dan disebutkan bahwa beliau tidak membotakkan
rambut kecuali pada saat melasanakan manasik.
·
Rambut
beliau lebat mejuntai sampai di atas bahu.
·
Dalam
sebuah hadits riwayat Muslim disebutkan bahwa rambut Rasulullah r menjuntai sampai pada
pertengahan kedua telinga beliau.
· Beliau mengulurkan rambutnya lalu menguraikannya.[144]
Petunjuk Nabi saw Saat Bersiwak
·
Beliau
sangat senang bersikwak. Beliau bersiwak baik saat berpuasa, atau sedang tidak
berpuasa, bangun dari tidur, saat berwuddhu’ dan shalat serta saat akan
memasuki rumah.
·
Beliau
nersiwak dengan menggunakan kayu arok.
Petunjuk Nabi saw Saat Memakai Minyak Wangi
·
Beliau sering dan senang memakai minyak wangi, disebutkan dalam
hadits riwayat Ibnu Majah bahwa beliau melumuri diri dengan bunga.
·
Beliau
tidak pernah menolak seseorangpun yang memberikan minyak wangi kepada beliau.
·
Beliau
mempunyai satu sikkah yang dipergunakan untuk wewangian. HR. Abu Dawud dan
Turmudzi. Sikkah adalah sejenis wangian yang bagus, ada yang mengatakan bahwa
sikkah bejana untuk mencampur beragam wangian, dan jenis wangian yang paling
beliau sukai adalah misk.
·
Beliau sangat menyenangi wangian yang semerbak harumnya, yaitu
wangian bunga pohon pacar.
·
Beliau mempunyai celak mata yang dipergunakan untuk bercelak pada
setaip malam tiga kali, yaitu pada saat akan tidur.[145] Anas berkata: Rasulullah
r sering meminyaki
rambut dan jenggot beliau serta banyak menutup kepalanya.
·
Beliau senang menyisir rambutnya, terkadang beliau menyisirnya
sendiri dan terkadang pula disisirkan oleh Siti Aisyah.[146]
·
Suatu hari beliau memakai surban yang berwarna hitam.
Petunjuk Nabi saw Dalam
Memotong Kumis
·
Ibnu Abbas bercerita bahwa Rasulullah saw memotong
kumis beliau.[147]
·
Dalam shahih Muslim dari Anas ra ia berkata:
Rasulullah memberikan
batas waktu kepada kita untuk memendekkan kumis, memotong kuku, agar kita tidak
membiarkannya lebih dari empatpuluh hari.
·
Dalam Hadits riwayat Abi Hurairah yang sudah disepakati
keshahihannya Rasulullah mengaskan
bahwa lima perkara yang termasuk fitrah…. Di antara yang disebutkan adalah
memendekkan kumis.
·
Dan
Imam Al-Thahawi menyebutkan dalam kitabnya syarh ma’anil atsar bahwa Nabi r memendekkan kumisnya di atas
kayu siwak (sebagai ukuran).
·
Diriwaytkan
oleh Al-Thahawi dan Turmudzi dari hadits Ibnu Abbas bahwa Rasulullah memotong kumisnya.
·
Beliau banyak diam, tidak berbicara pada suatu yang tidak
dibutuhkan atau tidak bermamfaat, tidak pula bebricara kecuali pada hal yang
bisa mendatangkan pahala. Apabila membenci
sesuatu maka hal tersebut tampak pada wajahnya. Beliau bukanlah orang yang
kotor, berbuat kotor dan kasar, sebagian besar ketawa beliau adalah senyum, dan
puncak ketawa beliau adalah ketawa hingga terlihat gigi gerhamnya.
·
Tangis
beliau sama dengan ketawanya, air mata beliau terkadang berlinang dan terdengar
suara isak pada dada beliau.
·
Tangis
beliau adalah cermin kasih sayang bagi orang yang meninggal, terkadang menangis
karena rasa khawatir terhadap ummatnya, terkadang karena takut kepada Allah,
atau saat mendengar Al-Qur’an. Beliau pernah menangis saat terjadi gerhana
mathari, beliau menangis saat berada pada pusara salah seorang putrinya, beliau
menangis saat Utsman bin Maz’un wafat dan saat shalat malam.
·
Beliau
tidak pernah sekali-kali membalas kezaliman orang lain atas dirinya kecuali
jika hukum-hukum Allah dilanggar, dan beliau adalah orang yang paling marah
jika hukum-hukum Allah dilanggar, dan jika beliau dihadapkan pada dua pilihan
maka beliau memilih yang paling mudah antara keduanya selama hal tersebut tidak
termasuk dosa.[148]
·
Beliau
lebih pemalu dari seorang gadis pingitan, jika beliau tidak menyukai sesuatu
maka ketidaksenangan tersebut tampak pada wajah beliau.[149]
REFERENSI
1-Kitab zadul Ma’ad Fi Hadyi
Khairil Ibad, Ibnu Qoyyim Al-Jauzyah, thaqiq Syu’aib Al-Arna’uth dan Abdul
Qodir Al-Arn’auth jilid 1, cetakan ke 26 dan jilid ke 2 cetakan pertama..
2-As-Syamail Al-Muhammadyah, Imam Turmudzi, ta’liq Muhammad Ahmad Hallaq.
[1] HR Muslim dan yang lainnya.
[2] HR Ahmad dan Abu Daud
[3]HR.
Ahmad dan sanadnya shahih.
[4]HR.
Ahmad dan yang lainnya.
[5]
HR. Bukhari dan Muslim
[6] HR Muslim
[7] Muttafaq alaihi
[8] HR Muslim
[9] HR. Bukhariy
[10]HR.
Bukhari.
[11]HR.
Bukhari
[12]HR.
Ahmad dengan sanad yang shahih.
[13]
Muttafaq alaihi
[14]Mengqadha
shalat sunah rawatib yang tertinggal pada waktu-waktu yang dilarang adalah
boleh baik bagi Nabi r atau
bagi umatnya, namun melaksanakan perbuatan tersebut secara berkesinambungan
dibolehkan hanya bagi Nabi r saja.
(Zadul ma'ad 1/308).
[15]HR
Muslim
[16]HR.
Muslim
[17]HR.
Bukhari
[18]HR.
Muslim
[19]HR.
Muslim
[20]HR.
Muslim
[21]HR.
Muslim
[22]HR.Ahmad
[23]HR.
Bukhari dan Muslim
[24]HR.
Abu Dawud dengan sanad yang shahih
[25]HR.
Al-Nasa'i dengan sanad yang shahih
[26]HR.
Bukhari dan Muslim
[27]HR.
Bukhari dan Muslim
[28]HR.
Bukhari dan Muslim
[29]HR.
Bukhari
[30]HR.
Bukhari
[31]HR.
Bukhari dan Muslim
[32]HR.Ahmad
dengan sanad yang kuat.
[33]HR.
Abu Dawud.
[34]HR.
Bukhari dan Muslim
[35]HR.
Bukhari dan Muslim
[36]HR.
Ahmad dengan sanad yang shahih.
[37]HR.
Bukhari dan Muslim
[38]HR.
Turmudzi dan yang lainnya dengan sanad yang shahih
[39]HR.
Abu Dawud dan Turmudzi dengan sanad yang hasan.
[40]HR.
Ahmad
[41]HR.
Ahmad.
[42]HR.
Muslim.
[43]HR.
Muslim.
[44]HR.
Bukhari
[45]HR.
Bukhari dan Muslim
[46]HR.
Muslim
[47]HR.
Bukhari
[48]HR.
Bukhari
[49]HR.
Muslim
[50]HR.
Bukhari
[51]HR.
Turmudzi, hadits hasan.
[52]Hadits
hasan.
[53]HR.
Muslim
[54]HR.
Muslim
[55]HR.
Al-Nasa'I dengan sanad yang shahih.
[56]HR.
Bukhari dan Muslim
[57]HR.
Muslim
[58]HR.
Bukhari
[59]HR.
Abu Dawud dengan sanad yang hasan.
[60]HR.
Abu Dawud dengan sanad hasan
[61] HR. Turmudzi dan
dishahihkan oleh Ibnu Hibban.
[62]HR.
Bukhari.
[63]HR.
Bukhari
[64]HR.
Bukhari
[65]HR.
Bukhari
[66]HR.
Bukhari
[67]HR.
Bukhari
[68]HR.
Muslim.
[69]HR.
Muslim
[70]HR.
Turmuzi
[71]HR.
Turmudzi dengan sanad yang shahih
[72]HR.
Muslim
[73]HR.
Bukhari
[74]HR.
Muslim
[75]HR.
Bukhari
[76]HR.
Muslim
[77]HR.
Muslim.
[78]QS.
Ali Imron: 102
[79]QS.
Al-Nisa': 1
[80]QS.
Al-Ahzab: 70-71
[81]HR.
Turmudzi dengan derajat hasan
[82]HR.
Bukhari
[83]HR.
Muslim
[84]HR.
Abu Dawud dengan sanad yang hssan
[85]HR.
Ahmad
[86]HR.
Bukhari
[87]HR.
Abu Dawud, Al-Nasa'I dengan sanad yang shahih.
[88]HR.
Ahmad
[89]HR.
Turmudzi.
[90]HR.
Bukhari dan Muslim
[91]HR
Ahmad dan lainnya dengan sanad yang shahih.
[92]HR. Abu Dawud
[93]HR.
Bukhari
[94]
HR. Bukhari
[95]HR.
Bukhari
[96]
HR. Abu Dawud dan sanadnya hasan
[97]
HR. Bukhari
[98]
HR. Turmudzi dengan sanad hasan
[99]
HR. Abu Dawud
[100]
HR. Muslim
[101]HR.
Bukhari dan Muslim.
[102]
HR. Bukhari
[103]
HR. Bukhari
[104]HR.
Muslim
[105]
HR. Abu Dawud
[106]
HR. Bukhari
[107]
HR. Bukhari dan Muslim
[108]
HR. Bukhari dan Muslim
[109]
HR. Ahmad dan Abu Dawud
[110]
HR. Muslim
[111]
HR. Abu Dawud dan Al-Nasa’i
[112]
HR. Bukhari.
[113]
HR. Muslim.
[114]
HR.Muslim no:963
[115]
HR. Ibnu Majah dengan sanad yang jayyid.
[116]
HR. Muslim
[117]
HR. Bukhari Muslim
[118]
HR. Ahmad
[119]
HR. Turmudzi
[120]
HR Abu Dawud,hadist riwayat Jabir dengan
sanad yang shahih.
[121]HR.
Abu Dawud dengan sanad yang shahih.
[122]HR.
Bukahri.;
[123]
HR. Muslim.
[124]
HR. Bukhari.
[125]
HR Muslim.
[126]HR.
Muslim
[127]
HR. Bukhari.
[128]HR.
Abu Dawud
[129]HR.
Bukhari.
[130]
HR. Nasa’I dengan sanad yang kuat
[131]
HR. Muslim.
[132]
HR. Abu Dawud
[133]
HR. Abu Dawud dan Turmudzi.
[134]
HR. Bukhari dan Muslim.
[135]
HR. Bukhari.
[136]HR.
Abu Dawud dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban
[137]
HR. Bukhari
[138]
HR. Muslim
[139]
HR. Nasa’I, Ahmad dengan sanad yang hasan’
[140]
HR. Turmudzi
[141]HR.
Bukahri Muslim
[142]
HR. Ahmad dan Turmudzi.
[143]
HR. Turmudzi dan yang lainnya.
[144]HR.
Bukhari dan Muslim
[145]
HR. Ahmad dan Turmudzi
[146]
HR. Bukhari
[147]
HR. Turmudzi
[148]
HR. Bukhari dan Muslim.
[149]
HR.Bukkhari dan Muslim.
Post a Comment