Akhlak Personal

Akhlak Personal

Pengertian dan ruang lingkup akhlak

Akhlak menurut bahasa Indonesia adalah budi pekerti atau kelakuan.[1] Akhlak adalah sifat atau watak yang telah ada di dalam diri manusia yang dapat dipengarui oleh lingkungan sekitarnya. Secara kebahasaan akhlak bisa baik dan juga bisa buruk, tergantung tata nilai yang dijadikan landasan atau tolok ukurnya. Di Indonesia, kata akhlak selalu berkonotasi positif. Orang yang baik sering disebut orang yang berakhlak, sementara orang yang tidak berlaku baik disebut orang yang tidak berakhlak.

Akhlak memiliki ruang lingkup yang harus diketahui oleh manusia yaitu, akhlak kepada Allah SWT; akhlak kepada sesama manusia dan; akhlak kepada makhluk selain manusia. Setiap akhlak yang ditujukan memiliki perbedaan dalam menyikapinya.

b. Perbandingan antara akhlak dalam Islam dengan norma, adat istiadat, dan filsafat etika Akhlak dalam Islam berasal dari perilaku, budi pekerti, atau watak yang telah diatur dalam al-Quran dan hadits. Norma merupakan aturan yang mengikat seseorang atau masyarakat dalam berperilaku. Norma biasanya berasal dari kebiasaan yang telah berulang-ulang dilakukan dan dijadikan tatanan dalam tingkah laku yang sifatnya berlaku bagi siapa saja.

Adat istiadat adalah aturan (perbuatan dan sebagainya) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala.[2] Adat istiadat suatu tempat dengan tempat yang lain akan berbeda karena aturan yang dilakukan sejak dahulu berbeda. Etika adalah ilmu tentang asas-asas akhlak.[3] Filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.[4] Filsafat etika adalah ilmu tentang asas-asas akhlak yang diketahui dan diselidiki dengan akal budi sesuai dengan fakta yang telah ada.

Perbandingan akhlak dengan norma, adat istiadat, dan filsafat etika yaitu akhlak diatur dalam al-Quran dan hadits; norma diatur dalam tulisan maupun lisan sesuai dengan kebiasaan; adat istiadat diatur sesuai dengan tingkah laku dan perbuatan yang dilakukan sejak dahulu kala dan; filsafat etika diatur sesuai dengan ilmu yang telah diketahui oleh akal budi dan fakta yang telah ada.

c. Akhlak kepada Allah SWT Akhlak atau berperilaku kepada Allah SWT merupakan hal yang paling utama dilakukan oleh manusia. Apabila manusia berakhlak tidak baik kepada Allah SWT, maka akan berdampak pada akhlak kepada sesama manusia maupun makhluk lainnya.

Allah SWT telah berfirman dalam Surat al-Baqarah ayat 177 yang berbunyi:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”(QS. Al-Baqarah [2] : 177)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita harus melakukan kebajikan atau akhlak terpuji walaupun menghadapkan wajah ke arah timur dan barat. Namun kebajikan yang benar imannya itu adalah beriman kepada Allah dan mengimani rukun iman yang ada enam. Ayat tersebut juga menjelaskan tentang manusia yang harus berakhlak kepada sesama manusia. kita dapat memahami dengan jelas bahwa yang dinamakan kebajikan (al birr) turut mencakup keimanan yang benar terhadap Allah, mengerjakan perintah-Nya (dan tentunya meninggalkan larangan-Nya), serta berbuat kebajikan terhadap sesama makhluk Allah.

Banyak perilaku yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah SWT, diantaranya adalah sebagai berikut:

i) Meyakini keesaan Allah SWT
ii) Meyakini segala kekuasaan, kesempurnaan, dan kemahaan Allah SWT
iii) Taat pada perintah Allah SWT BR>iv) Menjauhi segala larangan Allah SWT

d. Akhlak kepada sesama manusia Setelah kita memiliki akhlak yang baik atau akhlak mulia kepada Allah SWT, kita harus memiliki akhlak yang mulia kepada sesama manusia. Apabila kita tidak memiliki akhlak yang mulia kepada sesama manusia, kita tidak akan mendapatkan pertolongan dari sesama manusia ketika mengalami kesusahan. Allah SWT telah berfirman dalam Surat al-Baqarah ayat 117 menjelaskan perilaku kita terhadap sesama manusia seperti: memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; (memerdekakan) hamba sahaya dan; orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji.

e. Akhlak kepada makhluk selain manusia Selain berakhlak mulia kepada Allah SWT dan sesama manusia, kita harus berakhlak mulia kepada makhluk lainnya yang ada di muk bumi, seperti tumbuhan dan binatang. Tanpa adanya tumbuhan dan binatang, manusia tidak dapat hidup karena tumbuhan dan binatang merupakan sumber pangan bagi manusia. Beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam berperilaku baik kepada makhluk lainnya yaitu: melakukan pemeliharaan; membuat pembaharuan; tidak melakukan eksploitasi secara berlebihan; dan melestarikan tumbuhan dan binatang agar tercipta keseimbangan di muka bumi.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai khilafah di muka bumi. Manusia diberi akal pikiran agar manusia mau mencari ilmu mengenai hal-hal yang tidak diketahuinya. Manusia diberikan akal pikiran untuk berakhlak baik kepada Allah SWT, sesama manusia, maupun makhluk selain manusia seperti tumbuhan dan binatang.

Perbandingan akhlak dengan norma, adat istiadat, dan filsafat etika yaitu akhlak diatur dalam al-Quran dan hadits; norma diatur dalam tulisan maupun lisan sesuai dengan kebiasaan; adat istiadat diatur sesuai dengan tingkah laku dan perbuatan yang dilakukan sejak dahulu kala dan; filsafat etika diatur sesuai dengan ilmu yang telah diketahui oleh akal budi dan fakta yang telah ada.


Tidak ada komentar