Manakala Anda telah mengetahui tentang cahaya yang tampak dan menampakkan serta tingkatan-tingkatannya, maka kini ketahuilah bahwa tidak ada kegelapan sepekat kegelapan ‘adam (ketiadaan, non-exixtence). Sebab ia adalah sesuatu yang amat sangat gelap. Sedangkan sesuatu dinamakan gelap karena ia tidak tampak bagi penglihatan, tidak menjadi maujud bagi penglihatan. Padahal, ia sebenarnya “ada” dalam dirinya sendiri. Maka dari itu, seuatu yang tidak ada, baik untuk sesuatu yang lain maupun untuk dirinya sendiri, sudah sepatutnya menjadi yang tegelap dari segalanya.
Adapun yang berlawanan dengan ‘adam (ketiadaan) ialah wujud (keberadaan). Ia adalah cahaya, sebab sesuatu bila tidak tampak dalam wujudnya sendiri tidak akan tampak pula bagi yang lainnya. Kemaujudannya itu sendiri juga terbagi menjadi: yang memiliki kemaujudan pada dirinya sendiri dan yang memiliki kemaujudan dari sesuatu selainnya, maka kemaujudannya itu adalah barang pinjaman yang tidak bernilai dengan sendirinya. Bahkan bila ditinjau kemaujudannya itu dari dirinya sendiri, maka sesunggihnya ia adalah ketiadaan yang murni. Kemaujduannya atau keberadannya itu hanyalah nisbi belaka, bukan wujud yang sebenarnya seperti yang telah Anda ketahui dalam perumpamaan peminjaman pakaian atau harta kekayaan yang telah disebutkan sebelum ini.
Kesimpulannya, sesuatu yang “maujud” dengan sebenar-benarnya adalah Allah Swt., sebagaimana cahaya yang sebenar-benarnya adalah Allah Swt!
Post a Comment