Dzauq di Balik Akal

Dzauq di Balik Akal

Ketahuilah, wahai saudaraku yang beriktikaf di alam akal, bahwa tidak lah aneh menurut akal bahwa di balik akal masih ada kondisi lain yang di dalamnya tampak berbagai hal yang tidak tampak bagi akal. Sebagaimana tidaklah aneh bahwa akal di balik tamyiz dan indra merupakan kondisi yang di dalamnya tersingkap keajaiban-keajaiban dan keanehan-keanehan yang tka terjangkau oleh tamyuz dan indra.

Maka, janganlah sekali-kali Anda beranggapan bahwa puncak kesempurnaan hanya patut bagi diri Anda. Bila Anda ingin suatu misal bagi sejumlah keistimewaan khsus yang dapat Anda saksikan pada diri orang-orang tertentu, lihatlah bagaimana sebagian dari mereka memiliki dzauq (cita rasa batiniah yang halus) tentang syair (puisi), yang hanya dikhususkan bagi mereka. Padahal, itu adalah sejenis pencerapan juga, yang orang-orang lain dijauhkan sama sekali darinya, sehingga tidak dapat membedakan antara irama-irama yang indah teratur rapi dan yang kacau serta sumbang.

Perhatikanlah, betapa sebagian orang memiliki dzauq yang amat kuat sehingga mampu menciptakan musik dan lagu-lagu serta melodi yang adakalanya menimbulkan kesenduan atau kegembiraan, membuat pendengarnya tertidur lelap, menangis, membunuh, pingsan, atau pun gila. Kuatnya pengaruh seperti itu hanyalah pada diri mereka yang memang memiliki bakat dzauq itu. Sedangkan orang yang sama sekali kosong dari dzauq itu, mungkin saja ia ikut mendengarkan lagu-lagu, tetapi tidak merasakan pengaruhnya sedikit pun, sehingga kadang-kadang ia menjadi terheran-heran melihat kawannya yang diliputi kerinduan dan kesyahduan lalu tak sadar-diri. Sekiranya orang-orang pandai yang memiliki dzauq, niscaya mereka takkan berhasil.

Ini adalah misal dalam suatu urusan kecil. Kukemukakan kepada Anda karena hal itu dekat pada pemahaman Anda. Kiaskanlah itu dengan dzauq kenabian yang khusus. Bedaya-upayalah agar menjadi seorang ahli dzauq dengan sebagian dari ruh mereka itu, sebab para wali memiliki bagian yang cukup besar daripadanya. Jika Anda tidak mampu, berdaya-upayalah agar dengan kiasan-kiasan yang telah kami sebutkan dan perumpamaan-perumpamaan yang kami rumuskan. Anda termasuk di antara orang-orang yang memiliki ilmu tentangnya. Namun jika Anda tetap tak mampu juga, paling sedikit Anda hendaknya termasuk di antara orang-orang yang percaya kepadanya.

Perhatikanlah firman Allah:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang dibneri ilmu pengetahuan beberapa derajat.
(QS. Al-Mujadilah 58 : 11).

Jadi, ilmu di atas iman, sedangkan dzauq berada di atas ilmu, dzauq adalah wijdan (perasaan-perasaan halus yang timbul dari hati nurani). Ilmu adalah pengkiasan dan iman adalah penerimaan mutlak dengan cara ber-taqlid dan berbaik sangka kepada ahli wijdan atau ahli ma’rifat.

Tidak ada komentar