Jika Doa Laksana Senjata
Ada kalimat yang menarik, yang pernah saya dengar dari salah satu guru ngaji saya. Beliau bilang, "Doa itu adalah senjatanya orang-orang beriman. Senjata paling keren, paling hebat, dan tentu saja paling powerful. Makanya, kalau menginginkan sesuatu, mintalah berdoa kepada Allah. Pasti dikabulkan asal syarat dan rukunnya bener."
Ketika mendengarkan kalimat itu, di bayangan saya, yang terbayang adalah sebuah senjata super canggih. Buatan terbaru. Memiliki daya ledak yang tinggi atau malah tidak sama sekali, tapi mematikan. Mungkin karena saya suka nonton film action kali ya, makanya yang muncul adalah gambaran demikian.
Tapi eh tapi, muncul juga di kepala saya begini, "Kalau doa adalah senjata orang-orang Islam yang beriman, tentu saja ada cara pakainya dong ya? Ada manual book nya!"
Maksudnya begini, kita bayangkan sebuah senjata yang maha hebat. Apakah dia, senjata itu, akan melulu bermanfaat dan bisa memberikan kemenangan bagi orang atau golongan yang memakainya? Tentu saja tidak..
Kita harus ingat sebuah pepatah yang mengatakan bahwa, "Bukan senjatanya yang penting, tapi siapa yang ada di belakangnnya. Siapa orang yang mengoperasikannya."
Jadi berguna atau tidaknya sebuah senjata super canggih itu dipengaruhi oleh beberapa hal: senjata itu sendiri dan keterampilan orang yang menggunakannya.
Kembali ke doa ya...
Jika doa adalah sebuah senjata orang-orang Islam yang beriman, maka bekerja atau tidaknya senjata itu, dikabulkan atau tidaknya ia, bergantung pada dua hal juga. Doa itu sendiri dan orang yang memanjatkannya.
Untuk doa yang dianjurkan, sudah jelas sekali, pakailah doa para nabi yang pernah dilantunkan dan diabadikan dalam Al Quran. Ada doa nabi adam, doa nabi Yunus, doa nabi Ayyub, hingga doa nabi kita, Muhammad SAW. Baca Al Quran dan Hadist, maka kita akan menemukan, banyak sekali doa yang pernah diajarkan.
Guru-guru ngaji saya bilang, "Doa-doa inilah yang disunnahkan untuk dipakai. Bukan berarti berdoa dengan redaksi yang lain tidak boleh ya, boleh-boleh saja. Bahkan berdoa dengan bahasa kita sekalipun, Allah juga pasti tahu kok. Tapi, agar lebih cepet sampainya, barangkali, lebih baik menggunakan doa-doa para nabi."
Di atas adalah yang berkaitan dengan doa. Lalu bagaimana yang berkaitan dengan unsur manusianya? Bagaimana dengan kondisi yang dianjurkan dari sisi yang memanjatkan doanya?
Nah, dari buku yang sedang saya baca, ada beberapa hal yang membuat doa mudah dikabulkan, diantaranya:
Pertama, doa-doa orang yang sedang terjepit masalah. Kenapa orang-orang yang sedang terjepit masalah doanya mudah dikabulkan? Karena mereka benar-benar meminta kepada Allah. Mereka sedang ada musibah, tertimpa kesedihan yang dalam, atau apa saja, sehingga mereka akan lebih serius meminta kepada Allah. Mengharapkan jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi.
Karena hal itulah maka doa mereka mudah sekali bergerak ke langit dan diijabah.
Kedua, doa-doa orang yang dipanjatkan dengan ketundukan hati kepada Allah. Ini jelas, ketika doa dilantunkan dengan kondisi hati yang tunduk dan taat, maka Allah akan malu jika tidak mengabulkannya.
Ketiga, doa-doa orang yang dipanjatkan bertepatan dengan waktu mustajab. Selain dua hal di atas, kita juga harus mengetahui kapan-kapan waktu terbaik untuk berdoa. Misalnya doa selepas shalat wajib lima waktu, di antara adzan dan iqamah, di penghujung waktu ashar, di kala hujan, dan masih banyak lagi. Jika menemui waktu-waktu itu, maka berdoa lah.
Keempat, doa-doa orang yang senantiasa yang berbuat baik. Nah, ini... Jangan lupa senantiasa berbuat kebaikan kepada orang lain, jangan lupa untuk segera memudahkan urusan orang lain, agar Allah memudahkan urusan kita.
Kedua faktor di atas, lafadz doa dan kondisi orang yang memanjatkannya, harus menjadi perhatian kita dalam berdoa. Seperti senjata, ia baru akan benar-benar hebat ketika orang yang mengoperasikannya adalah orang terlatih dan ahli.
Post a Comment