Ragam dan Jenis Kekufuran
Ragam dan Jenis Kekufuran
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala,
shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah
yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu
wa ta’alla semata
yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah
seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Di antara
perkara terbesar yang diperintahkan oleh Allah tabaraka wa ta'ala ialah perkara
tauhid, mengesakan Allah Shubhanahu wa ta’alla. Dan
kebalikannya, perkara terbesar yang dilarang oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla
adalah perbuatan syirik, menyekutukan –Nya dan
kekufuran. Dua perkara
ini, yakni perintah mentauhidkan Allah Shubhanahu wa ta’alla serta tidak
menyekutukan -Nya, telah banyak disebutkan oleh
Allah dalam firman -Nya,
diantaranya:
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut
itu". (QS an-Nahl: 36).
Demikian pula tersirat jelas
dalam firman -Nya:
﴿
فَمَن يَكۡفُرۡ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسۡتَمۡسَكَ بِٱلۡعُرۡوَةِ
ٱلۡوُثۡقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَاۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ٢٥٦ ﴾ [ البقرة: 256]
"Karena
itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada ikatan tali yang amat kuat yang tidak
akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui". (QS
al-Baqarah: 256).
Inti pembahasan:
Kekufuran
(kekafiran) adalah lawan dari keimanan, dan yang dimaksud ialah mengingkari
adanya agama yang benar. Dinamakan
kufur (kafir) karena didalam kekufuran ini terkandung bentuk menutupi
kebenaran dibarengi pengingkaran terhadap kebenaran tersebut. Dan kufur itu ada
dua macam: Kufur akbar (kekufuran besar) yang mengeluarkan pelakunya
dari agama. Kufur ashgar (kekufuran kecil) yang tidak sampai
mengeluarkan pelakunya dari agama. Dan kufur akbar ini beragam macam dan
bentuknya, diantaranya ialah:
1.
Kufur dalam kisaran
mendustakan.
Sehingga barangsiapa yang
mendustakan al-Qur'an atau sedikit saja dari al-Qur'an. Atau mendustakan sunah Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alihi wa sallam yang telah shahih penukilannya sedang dirinya telah
mengetahui akan hal itu. Maka orang semacam ini adalah kafir, karena masuk
dalam kawasan kufur akbar yang mengeluarkan pelakunya keluar dari agama
Islam. Sehingga status darah dan hartanya menjadi halal. Dalil yang mendasari
dan menjelaskan akan hal tersebut ialah firman Allah tabaraka wa ta'ala dalam
sebuah firman -Nya:
﴿
وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَوۡ كَذَّبَ بِٱلۡحَقِّ
لَمَّا جَآءَهُۥٓۚ أَلَيۡسَ فِي جَهَنَّمَ مَثۡوٗى لِّلۡكَٰفِرِينَ ٦٨ ﴾ [ العنكبوت: 68]
"Dan siapakah yang lebih zalim dari
pada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan
yang haik tatkala yang haik itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam
itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?
(QS al-'Ankabuut: 68).
Dan Allah ta'ala telah
menjelaskan dalam kitab -Nya
sebab kebinasaan umat-umat terdahulu adalah dengan sebab karena mereka
mendustakan Rasul yang diutus oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla kepada
mereka. Seperti disinggung oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam
banyak ayat -Nya, diantaranya:
﴿ كَذَّبَتۡ قَوۡمُ نُوحٍ ٱلۡمُرۡسَلِينَ ١٠٥﴾ [ الشعراء: 105]
"Kaum Nuh telah mendustakan para
rasul". (QS asy-Syu'araa': 105).
Tentang kaum Aad, mereka
binasa juga gara-gara mendustakan para Rasul, Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan
hal tersebut dalam firman -Nya:
﴿
كَذَّبَتۡ عَادٌ ٱلۡمُرۡسَلِينَ ١٢٣ ﴾ [ الشعراء: 123]
"Kaum 'Aad telah mendustakan para
rasul". (QS asy-Syu'araa': 123).
Tentang kaum Tsamud juga sama,
kebinasaan mereka dengan sebab mendustakan para Rasul, sebagaimana diterangkan
oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla
dalam firman -Nya:
﴿
كَذَّبَتۡ ثَمُودُ ٱلۡمُرۡسَلِينَ ١٤١ ﴾ [الشعراء: 141]
"Kaum Tsamud telah mendustakan
rasul-rasul". (QS asy-Syu'araa': 141).
Dan barangsiapa mendustakan satu Rasul saja maka
dirinya sama dengan mendustakan seluruh Rasul. Dan tidak mungkin keimanan
mereka bisa diterima sampai kiranya dia mengimani seluruh Rasul dengan tidak
menbeda-bedakan satu sama lainnya. Hal itu, sebagaimana ditegaskan oleh Allah
ta'ala dalam firman -Nya:
﴿
ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ كُلٌّ
ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ
أَحَدٖ مِّن رُّسُلِهِۦۚ وَقَالُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ
ٱلۡمَصِيرُ٢٨٥ ﴾ [ البقرة: 285]
"Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an
yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang
beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat -Nya,
kitab-kitab -Nya dan rasul-rasul -Nya.
(mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun
(dengan yang lain) dari rasul-rasul -Nya",
dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (mereka berdoa):
"Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS al-Baqarah: 285).
2.
Kufur Juhud
(Pengingkaran).[1]
Yang mana orang kafir jenis
ini mempunyai maklumat tentang kebenaran serta meyakininya, akan tetapi,
dirinya mengingkarinya secara terang-terangan, bisa karena faktor sombong, atau
dengki, atau rakus terhadap kekuasaan, dunia atau ambisi yang lainnya.
Jenis kekafiran ini, secara
umum ada dikebanyakan orang-orang kafir. Seperti disindir oleh Allah ta'ala
melalui firman -Nya:
﴿ قَدۡ نَعۡلَمُ إِنَّهُۥ لَيَحۡزُنُكَ ٱلَّذِي يَقُولُونَۖ فَإِنَّهُمۡ
لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَٰكِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ بَِٔايَٰتِ ٱللَّهِ يَجۡحَدُونَ ٣٣ ﴾ [ الأنعام: 33]
"Sesungguhnya Kami mengetahui
bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu
bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi
orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah". (QS al-An'am:
33).
Begitu pula, telah dijelaskan oleh Allah tabaraka wa
ta'ala dalam firman -Nya:
﴿ وَجَحَدُواْ بِهَا وَٱسۡتَيۡقَنَتۡهَآ أَنفُسُهُمۡ ظُلۡمٗا وَعُلُوّٗاۚ
١٤﴾ [ النمل: 14]
"Dan mereka
mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) Padahal hati mereka
meyakini (kebenaran)nya". (QS an-Naml:
14).
Allah Shubhanahu wa ta’ala mengabarkan pada kita dalam ayat diatas, bahwa
mereka menyakini kebenaran dalam hatinya, namun, mereka mengingkarinya karena
zalim dan sombong, yakni disebabkan karena kesombongan serta kezalimananya
terhadap orang lain.
Dalam
hal itu, ada contoh nyata yang Allah Shubhanahu
wa ta’alla abadikan dalam kitab -Nya, yaitu tatkala Nabi Musa 'alaihi
sallam kemukakan kebenaran dihadapan Fir'aun, akan tetapi, dengan
kecongkakannya dia enggan menerima kebenaran yang dibawa oleh Nabi Musa 'alaihi
sallam, hal tersebut sebagaimana diabadikan oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya:
﴿ قَالَ لَقَدۡ عَلِمۡتَ مَآ أَنزَلَ هَٰٓؤُلَآءِ إِلَّا رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ
وَٱلۡأَرۡضِ بَصَآئِرَ وَإِنِّي لَأَظُنُّكَ يَٰفِرۡعَوۡنُ مَثۡبُورٗا ١٠٢ ﴾ [ الإسراء: 102]
"Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu telah
mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan
yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; dan
Sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir'aun, seorang yang akan
binasa". (QS al-Israa': 102).
Maka, pada sejatinya Fir'aun mengetahui kalau yang
dibawa oleh Nabi Musa ‘alaihissalam adalah kebenaran, akan tetapi, dirinya
terang-terangan mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan serta ambisinya
agar tetap berada dalam singgasananya. Lebih jelas lagi, sebagaimana Allah Shubhanahu wa ta’alla abadikan itu semua
melalui firman -Nya, sebagai pelajaran bagi kita semua, bagaimana kesombongan
Fir'aun serta ambisinya terhadap kekuasaan:
﴿ وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَأُ مَا عَلِمۡتُ لَكُم مِّنۡ
إِلَٰهٍ غَيۡرِي ٣٨ ﴾ [ القصص: 38]
"Dan Fir'aun berkata: "Hai pembesar kaumku,
aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku". (QS al-Qashash: 38).
Tiap orang yang masih punya akal sehat, tentu mereka
semua mengakui serta menetapkan adanya makhluk dimuka bumi ini pasti ada
pencipta yang mengaturnya. Sedangkan Fir'aun, maka dia sama sekali tidak pernah
menciptakan sesuatu pun, dan tidak pula mengatur urusan makhluk sedikitpun.
Akan tetapi, yang menyebabkan Fir'aun mengucapkan hal tersebut ialah karena
sombong dan ingin tetap berada didalam kekuasaannya.
Dan semisal dalam hal ini, apa yang diperoleh dan
dilakukan oleh Iblis laknatullah, manakala Allah Shubhanahu wa ta’alla menyuruhnya supaya sujud kepada Adam, namun,
dirinya enggan disebabkan kesombongan dan dengki terhadap Adam. Dan hal itu, telah dijelaskan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya:
﴿ وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ
إِبۡلِيسَ أَبَىٰ وَٱسۡتَكۡبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٣٤ ﴾ [ البقرة: 34]
"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali
Iblis, ia enggan dan sombong dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang
kafir". (QS al-Baqarah: 34).
3.
Kufur karena ragu dan dhon
(persangkaan).
Yakni pelakunya merasa ragu
terhadap perkara yang dibawa oleh para Rasul serta mengira kalau mereka itu
bukan berada dijalan yang benar. Lebih jelasnya, sebagaimana kisahnya dua orang
yang disitir oleh Allah Shubhanahu
wa ta’alla dalam firman -Nya, dimana salah seorang dari keduanya mengatakan:
﴿ وَمَآ أَظُنُّ ٱلسَّاعَةَ قَآئِمَةٗ ٣٦ ﴾ [ الكهف: 36]
"Dan aku tidak mengira hari kiamat itu
akan datang". (QS
al-Kahfi: 36).
Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla kisahkan
kembali jawaban temannya tadi yang mengatakan:
﴿ قَالَ لَهُۥ صَاحِبُهُۥ وَهُوَ يُحَاوِرُهُۥٓ أَكَفَرۡتَ بِٱلَّذِي خَلَقَكَ
مِن تُرَابٖ ثُمَّ مِن نُّطۡفَةٖ ثُمَّ سَوَّىٰكَ رَجُلٗا ٣٧ ﴾ [ الكهف: 37]
"Kawannya (yang mukmin) berkata
kepadanya, sedang dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada
(tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu
Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?". (QS
al-Kahfi: 37).
4.
Kufur I'radh
(berpaling).
Yang dimaksud dengan berpaling
dari sini ialah enggan untuk mempelajari ilmu-ilmu pokok agama yang menjadi
dasar seseorang menjadi seorang muslim, hingga dirinya mau mengkaji lalu
mengamalkannya. Perkaranya sudah jelas, sebagaimana disinggung oleh Allah ta'ala
melalui firman -Nya:
﴿ وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بَِٔايَٰتِ رَبِّهِۦ ثُمَّ أَعۡرَضَ
عَنۡهَآۚ إِنَّا مِنَ ٱلۡمُجۡرِمِينَ مُنتَقِمُونَ ٢٢ ﴾ [ السجدة: 22]
"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang
yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling dari
padanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang
berdosa". (QS as-Sajdah: 22).
Dan diperjelas lagi oleh Allah ta'ala melalui firman -Nya yang lain:
﴿ وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ عَمَّآ أُنذِرُواْ مُعۡرِضُونَ ٣ ﴾ [ الأحقاف: 3]
"Dan orang-orang yang kafir berpaling
dari apa yang diperingatkan kepada mereka". (QS al-Ahqaf: 3).
Mereka dinamakan sebagai orang-orang kafir disebabkan
karena mereka berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.
5.
Kufur Nifaq
(kemunafikan), adapun yang dimaksud ialah munafik I'tiqodi (keyakinan).
Dan dalam kategori ini ada enam macam bentuknya:
a)
Mendustakan Rasulallah Shalallahu ‘alihi wa sallam.
b)
Mendustakan sebagian apa yang
dibawa oleh beliau.
c)
Membenci Rasulallah Shalallahu ‘alihi wa sallam.
d)
Membenci sebagian yang bawa
oleh beliau Shalallahu ‘alihi wa sallam.
e)
Merasa senang bila agama Islam
itu semakin terkoyak-koyak dan lemah.
f)
Tidak mau atau enggan untuk
membela agama Rasulallah Shalallahu
‘alihi wa sallam.
Inilah yang dinamakan sebagai
orang munafik, yang mana dalam hal ini dia menampakan keimanan dan
menyembunyikan kekafirannya. Adapun
keimanan yang nampak dari mereka, maka mereka bersaksi dengan persaksian yang
benar, turut bersama kegiatan yang dikerjakan oleh kaum muslimin, dengan
mengerjakan sholat, berpuasa, haji, dan berjihad. Dan secara umum mereka ikut
serta bersama kaum muslimin didalam syi'ar-syi'ar agama Islam yang nampak
jelas, sebagaimana keadaan dan jati diri orang-orang munafik pada zaman Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alihi wa sallam. Namun, pada setiap zaman kebenaran itu
selalu saja ditolong oleh Allah azza wa jalla.
Sedangkan kekufurannya secara
bathin, maka dia sembunyikan didalam hatinya, mendustakan kebenaran, serta
menutupi rapat-rapat kebenciannya terhadap Allah Shubhanahu wa ta’alla, Rasul -Nya
dan kaum muslimin secara umum. Sebagaimana digambarkan oleh Allah ta'ala dengan
jelas sekali melalui firman -Nya:
﴿ إِذَا جَآءَكَ ٱلۡمُنَٰفِقُونَ قَالُواْ نَشۡهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ
ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُۥ وَٱللَّهُ يَشۡهَدُ إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ
لَكَٰذِبُونَ ١ ٱتَّخَذُوٓاْ أَيۡمَٰنَهُمۡ جُنَّةٗ فَصَدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ
إِنَّهُمۡ سَآءَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٢ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ ءَامَنُواْ ثُمَّ
كَفَرُواْ فَطُبِعَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ فَهُمۡ لَا يَفۡقَهُونَ ٣ ﴾ [ المنافقون: 1-3]
"Apabila orang-orang munafik datang
kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul Allah". dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul -Nya dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya
orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan
sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan
Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian
itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi
kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati, karena itu mereka tidak dapat
mengerti". (QS al-Munafiquun: 1-3).
Artinya mereka
mengatakan beriman dengan lisan-lisannya, namun, mengingkari dalam hatinya.
Orang munafik hanya sekedar menampakkan keimanan secara nifak, hal tersebut ia
lakukan agar bisa tetap hidup berdampingan bersama kaum muslimin, disebabkan
dirinya tidak punya kekuataan untuk menghadapi kaum muslimin, begitu pula tidak
mampu memporak porandakan kaum muslimin sehingga mengantarkan dirinya rela
untuk bersikap mendua seperti itu.
6.
Kufur Asghar (kecil).
Yaitu mendatangi perbuatan
dosa yang telah diberi stempel oleh Rasulallah Shalallahu ‘alihi wa sallam sebagai kekufuran, akan tetapi, tidak
sampai pada derajat kekafiran yang mengeluarkan pelakunya dari agama. Semisal, ucapan Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alihi wa sallam dalam sebuah hadits yang dikeluarkan
oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata:
"Rasulallah Shalallahu ‘alihi wa
sallam bersbda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا
يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Janganlah kalian kembali kufur
setelah (kematian)ku, dengan saling memukul sebagian dengan yang lainnya
(saling berperang)". HR Bukhari no: 1739. Muslim no: 1679.
Yang dimaksud dengan kufur disini adalah kufur kecil
dikarenakan yang namanya membunuh jiwa seorang mukmin adalah perkara besar dan
termasuk dosa besar, akan tetapi, tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari
agama Islam. Dalil yang mendasari hal tersebut adalah firman Allah tabaraka wa
ta'ala yang mengatakan:
﴿ وَإِن طَآئِفَتَانِ
مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱقۡتَتَلُواْ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَهُمَاۖ فَإِنۢ بَغَتۡ إِحۡدَىٰهُمَا
عَلَى ٱلۡأُخۡرَىٰ فَقَٰتِلُواْ ٱلَّتِي تَبۡغِي حَتَّىٰ تَفِيٓءَ إِلَىٰٓ أَمۡرِ ٱللَّهِۚ
فَإِن فَآءَتۡ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَهُمَا بِٱلۡعَدۡلِ وَأَقۡسِطُوٓاْۖ إِنَّ ٱللَّهَ
يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ ٩﴾ [ الحجرات: 9]
"Dan kalau ada dua golongan dari
mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi
kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar
perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau dia
telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu
berlaku adil, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil". (QS
al-Hujuraat: 9).
Selanjutnya Allah Shubhanahu
wa ta’ala mengatakan dalam ayat berikutnya:
﴿ إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ
١٠ ﴾ [ الحجرات: 10]
"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu". (QS al-Hujuraat: 10).
Allah Shubhanahu wa ta’alla mengabarkan dalam ayat diatas, keadaan dua kubu yang
saling berperang, akan tetapi, Allah ta'ala masih menamakan mereka sebagai
orang mukmin, bahwa mereka adalah saudara. Ini menunjukan kalau membunuh orang
tanpa ada alasan yang dibenarkan, walaupun termasuk dosa besar dan kejahatan
yang tidak bisa ditolerir, tidak sampai mengeluarkan sang pembunuh dari ruang
lingkup keimanan pada kekafiran, dengan catatan selagi pelakunya tidak
berkeyakinan halal membunuh orang lain.
Diantara contoh lain dari
kufur kecil adalah kufur terhadap nikmat. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah
ta'ala di dalam banyak ayat -Nya,
salah satunya:
"Dan Allah telah membuat
suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram,
rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi
(penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan
kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu
mereka perbuat". (QS an-Nahl: 112). [2]
Akhirnya
kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa
ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat
serta salam semoga Allah Shubhanahu wa
ta’alla curahkan kepada Nabi kita
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.
[1] . Kafir jenis ini dengan yang sebelumnya ada sisi
persamaan, namun, ada beberapa berbedaan dari beberapa sisi. Silahkan lihat
kitab: 'Syifa'ul Alil fii Masail Qadha wal Qadar. Madarijus Salikin. Keduanya
karya Ibnu Qayim. Dan kitab: al-Khafaaji fii Hasyiyatihi 'ala Kitab Asy-Syifa'
karya al-Qadhi Iyadh.
[2] . Pembahasan ini
banyak mengambil dari kitab: Durus minal Qur'anul Karim. Karya D. Shaleh
al-Fauzan, dari hal: 159-166.
Post a Comment