Hidup Indah Tanpa Kepo

Hidup Indah Tanpa Kepo

Di antara nasihat-nasihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang singkat, padat, namun penuh makna (jawami’ al-kalim) adalah,

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

“Di antara keindahan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang bukan urusannya (tidak bermanfaat baginya).” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Dinilai sahih oleh Syekh Al-Albani)

Ini adalah nasihat yang sangat indah, yang sangat kita perlukan pada zaman ini. Di antara keelokan dan keindahan Islam seseorang adalah ketika dia meninggalkan perkara-perkara yang bukan urusannya. Sehingga siapa saja yang ingin agar Islamnya menjadi semakin indah, imannya menjadi semakin meningkat, agamanya menjadi sempurna, hendaknya dia meninggalkan perkara-perkara yang bukan urusannya. Hendaknya dia fokus pada perkara-perkara yang menjadi urusannya dan bermanfaat baginya. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ

“Bersemangatlah untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk kalian, mintalah pertolongan kepada Allah, dan janganlah engkau bersikap malas (untuk mengejar perkara yang bermanfaat tersebut).” (HR. Muslim no. 2664)

Orang yang fokus pada perkara yang memang menjadi urusannya, perkara yang memang bermanfaat untuknya, maka dia akan meraih berbagai kebaikan, baik kebaikan di dunia maupun kebaikan di akhirat. Inilah kunci kesuksesan orang-orang yang di zaman ini, yaitu dia serius dan fokus pada urusan-urusannya. Adapun orang-orang yang tertinggal, mereka biasanya lebih menyibukkan diri pada perkara yang bukan menjadi urusannya.

Pada zaman ini, di zaman informasi yang tidak ada batasnya, banyak perkara yang menjadikan kita terjebak pada perkara-perkara yang bukan menjadi urusan kita, terutama media sosial. Disertai dengan sifat manusia yang kepo dan ingin tahu, maka dia pun terjebak pada perkara yang bukan urusannya. Dia mengomentari perkara yang bukan urusannya. Dia pun melihat yang bukan urusannya. Hendaknya dia meninggalkan segala perkataan dan komentar yang bukan urusannya dan tidak bermanfaat.

Waspadalah terhadap masalah perkataan (komentar)

Di antara perkara yang hendaknya diperhatikan adalah masalah komentar (perkataan). Tidak sembarang ucapan dia katakan, tidak sembarang berkomentar, tidak sembarang mengutip (menukil) perkataan orang lain. Allah Ta’ala berfirman,

لاَّ خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (QS. An-Nisa’: 114)

Kata Allah, kebanyakan pembicaraan manusia itu tidak ada manfaatnya. Kecuali orang yang memerintahkan untuk sedekah, atau menyuruh kepada kebaikan, atau untuk mendamaikan manusia. Allah Ta’ala juga menyebutkan ciri-ciri penghuni surga Firdaus,

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna (sia-sia). (QS. Al-Mu’minun: 1-3)

Selain itu, di antara ciri-ciri ibadurrahman (hamba Allah yang beriman) adalah,

وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا

Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaidah (sia-sia), mereka berlalu (begitu saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqan: 72)

Mereka tidak nongkrong untuk mendengarkan perkataan yang sia-sia, tidak ikut nimbrung dalam perkataan yang sia-sia, namun mereka pergi berlalu dan tidak ikut-ikutan. Maka, betapa banyak di antara kita di zaman ini yang terjebak dalam pembicaraan-pembicaraan yang sia-sia. Kita ikut-ikutan bicara dan komentar, ikut-ikutan menulis status di media sosial, ikut-ikutan mendengarkan pembicaraan orang lain, ikut masuk dalam perdebatan orang lain, sehingga tidak terasa waktu kita terbuang-buang gara-gara pembicaraan yang tidak bermanfaat. Hendaknya kita hati-hati dan waspada, jangan sampai waktu dan umur kita habis, terbuang sia-sia karena omongan-omongan yang tidak bermanfaat.

Di antara perkara berikutnya yang bisa membuat orang terjebak pada perkara yang tidak bermanfaat adalah sikap kepo kita terhadap orang lain. Kita ingin tahu, apa yang dikerjakan oleh si fulan, padahal untuk apa kita tahu apa yang dikerjakan oleh si fulan? Kita sibuk masuk dalam sengketa dan caci maki orang lain, padahal tidak ada urusannya dengan kita. Namun, kita selalu kepo dan ingin tahu. Apa yang dikerjakan oleh artis fulan, apa yang dikerjakan oleh politikus fulan, kemanakah pemain bola fulan setelah habis kontraknya, dia ditransfer ke klub mana, dan demikian seterusnya dia ikuti tanpa henti. Lalu waktu dia pun habis. Terus saja kita ikuti, padahal tidak ada faidahnya untuk kita, tidak ada manfaatnya pula untuk orang lain. Hatinya menjadi tidak bahagia, dia sibuk membantah netizen, debat di media sosial, lalu hatinya pun dongkol, dipenuhi hasad dan kemarahan.

Kita terus ikuti berita perceraian artis fulan, padahal tidak ada sangkut pautnya dengan kita. Akhirnya kita pun mendengar ghibah, aib orang lain, lalu kita sebarkan lagi aib tersebut. Kita mendengar tuduhan, kita menganalisa peristiwa, padahal sumber informasi yang kita terima itu belum tentu benar. Seandainya waktu tersebut kita pakai untuk membaca Al-Quran, belajar ilmu agama, mendengarkan pengajian, sungguh betapa bermanfaatnya waktu tersebut.

Demikian, semoga bermanfaat untuk kita semuanya.

***

Tidak ada komentar