Menjaga Lisan Dan Kemaluan
Menjaga Lisan Dan Kemaluan
Imam An-Nawawi membawakan hadits:
وعن سفيان بن عبد الله – رضي الله عنه – قَالَ: قُلْتُ: يَا رسولَ الله حدِّثني بأَمْرٍ أَعْتَصِمُ بِهِ قَالَ: «قلْ: رَبِّيَ اللهُ ثُمَّ اسْتَقِمْ» قُلْتُ: يَا رسولَ اللهِ، مَا أخْوَفُ مَا تَخَافُ عَلَيَّ؟ فَأَخَذَ بِلِسانِ نَفْسِهِ، ثُمَّ قَالَ: «هَذَا».
Dari Sufyan bin Abdullah Radhiyallahu ‘Anhu, katanya: “Saya berkata: ‘Ya Rasulullah, tolong sampaikanlah kepadaku suatu perkara yang aku bisa berpegang teguh kepada perkara tersebut.’” Kata nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam: “Katakankah: ‘Allah adalah Rabbku,’ dan istiqamahlah kamu.” Aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah sesuatu yang paling engkau khawatirkan pada diriku.” Maka beliau kemudian memegang lisannya, kemudian berkata: “Ini.” (HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih)
Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam mengingatkan kepada kita semuanya melalui sahabat Sufyan bin Abdillah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa sesuatu yang paling dikhawatirkan terhadap manusia adalah lisannya. Karena lisan ini memang benda yang tidak bertulang, tetapi sangat berbahaya. Terutama orang yang berilmu, para Dai, para Ustadz, ini tentu lebih utama untuk menjaga lisan-lisan mereka. Kalau saja orang-orang awam atau umat secara menyeluruh itu diperintahkan oleh Allah dan RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar berkata yang baik, menjaga lisan, dan seterusnya, apalagi orang-orang yang berilmu. Mereka hendaknya tentu lebih utama untuk menjaga lisan.
Kemudian, juga Ketika Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam bersabda: “Katakanlah: ‘Allah adalah Rabbku.’ kemudian istiqamahlah.” Ini tentu terambil dari firman Allah ‘Azza wa Jalla:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mereka mengatakan: ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian mereka istiqamah, maka disaat mereka akan meninggal turunlah kepadanya para malaikat sembari mengatakan: ‘Janganlah kalian takut dan jangan pula bersedih hati; dan berita gimbira bagi kamu sekalian dengan surga yang dijanjikan oleh Allah kepada kalian.’” (QS. Fussilat[41]: 30)
Kemudian, juga di dalam surah Al-Ahqaf, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mereka mengucapkan: ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian mereka istiqamah, maka tiada rasa khawatir pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (QS. Al-Ahqaf[46]: 13)
Hadits berikutnya, Imam An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala berkata:
وعن أَبي هريرة – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم: «مَنْ وَقَاهُ اللهُ شَرَّ مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ، وَشَرَّ مَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ دَخَلَ الجَنَّةَ».
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang Allah menjaga dia dari kejahatan sesuatu yang berada di antara kedua rahangnya (yaitu lidah), dan Allah menjaga dia dari kejahatan sesuatu yang ada di antara kedua kakinya (yaitu kemaluannya), maka dia akan masuk surga.” (HR. At-Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih)
Pelajaran yang diambil dari hadits ini adalah bahwa seorang hamba diperintahkan atau dianjurkan untuk menjaga lisan dan kehormatan dirinya.
Yang kedua, bahwa di antara amalan-amalan yang dengannya seseorang masuk surga adalah orang yang selalu menjaga lisannya, dia tidak mengucapkan kecuali kebaikan. Dan orang yang selalu menjaga kehormatan dirinya, dia tidak berzina atau melakukan perbuatan lain yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hadits ini juga memberikan pelajaran kepada kita bahwa seseorang karena dengan taufik dari Allah, dia bisa menjaga dirinya. Tanpa taufik dari Allah ‘Azza wa Jalla, maka dia tidak akan mampu menjaga lisan dan kehormatan dirinya. Maka, kita selalu mohon pada Allah Ta’ala taufik, pertolongan, hidayah, petunjuk, penjagaan, dan pemeliharaan Allah terhadap lisan dan kemaluan, serta terhadap semua perbuatan-perbuatan kita, supaya dijaga oleh Allah Taala dan dilindungi dari keburukan.
Post a Comment