Ajari Anak Sholat Meski Sulit

Ajari Anak Sholat Meski Sulit 

Banyak orang tua menghadapi tantangan saat mengajak anak-anak untuk shalat, terutama karena sifat anak yang cenderung sulit diarahkan. Namun, kesabaran dan keteguhan dalam mendidik mereka tetap menjadi kewajiban yang tidak boleh diabaikan. Allah memerintahkan kita untuk mengajarkan shalat kepada keluarga dengan penuh kesabaran, sebagaimana disebutkan dalam Surah Thaha ayat 132.

Allah Ta’ala berfirman,

وَامْرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاهِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نِحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلْتَّقْوَى

Dan perintahkanlah keluargamu untuk melaksanakan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, tetapi Kami-lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132)

Penjelasan Ayat Berdasarkan Tafsir Ulama

1. Tafsir Al-Muyassar: Allah memerintahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam agar memerintahkan keluarganya untuk mendirikan shalat dan bersabar dalam melakukannya. Allah menjelaskan bahwa rezeki bukanlah tanggung jawab manusia, melainkan merupakan karunia-Nya. Kesudahan yang baik di dunia dan akhirat diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa.

2. Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah: Dalam ayat ini, Allah menekankan pentingnya istiqamah dalam menjalankan shalat, baik bagi diri sendiri maupun keluarga. Rezeki bukan menjadi beban manusia karena Allah telah menjaminnya. Kesudahan yang baik berupa surga adalah balasan bagi mereka yang bertakwa dan menjalankan perintah Allah dengan penuh kesungguhan.

3. Tafsir Al-Mukhtashar: Rasulullah diperintahkan untuk mengajak keluarganya shalat dan bersabar atas pelaksanaannya. Allah menegaskan bahwa rezeki adalah tanggung jawab-Nya, bukan tanggung jawab manusia. Kesudahan yang baik akan diberikan kepada orang-orang yang bertakwa, yakni mereka yang taat kepada Allah dan meninggalkan larangan-Nya.

4. Tafsir Syaikh As-Sa’di: Ayat ini mengajarkan agar seseorang mengajak keluarganya shalat, baik shalat wajib maupun sunnah. Perintah ini mencakup pembelajaran tentang adab, rukun, serta hal-hal yang dapat menyempurnakan shalat. Menegakkan shalat memerlukan kesabaran dan perjuangan karena sifat manusia cenderung lalai. Allah menjamin rezeki bagi hamba-Nya, sehingga seorang Muslim lebih baik fokus pada ketaatan. Kesudahan yang baik, baik di dunia maupun akhirat, hanya diperuntukkan bagi mereka yang bertakwa, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah yang lain, “Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al-A’raf: 128).

Penjelasan Perbedaan Kata “Ishṭabir” dan “Ṣabara”

Kata اصطبر (ishṭabir) dan صبر (ṣabara) berasal dari akar kata yang sama, yaitu ص-ب-ر (ṣa-ba-ra), yang berarti “sabar” atau “menahan diri.” Meskipun serupa, keduanya memiliki perbedaan mendalam dalam penggunaannya:

  1. Ṣabara (صبر):
    • Asal Kata: Kata kerja dasar (fi’il tsulatsi mujarrad).
    • Makna: Menggambarkan sabar secara umum, baik dalam menghadapi cobaan, menahan diri dari kemarahan, atau bertahan dalam ketaatan.
    • Penggunaan dalam Al-Qur’an:
      • Contoh: “فَصَبْرٌ جَمِيلٌ” (QS Yusuf: 18) — “Maka kesabaran yang baik (adalah pilihanku).”
    • Nuansa: Mengacu pada sikap sabar yang tidak diiringi dengan keluhan atau keputusasaan.
  2. Ishṭabir (اصطبر):
    • Asal Kata: Bentuk fi’il tsulatsi mazid dengan tambahan “isti” yang menandakan intensitas atau usaha lebih keras.
    • Makna: Menggambarkan sabar dengan kesungguhan hati dan keteguhan yang luar biasa, terutama dalam menghadapi sesuatu yang berat.
    • Penggunaan dalam Al-Qur’an:
      • Contoh: “وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ” (QS Maryam: 65) — “Dan bersabarlah (dengan sungguh-sungguh) dalam beribadah kepada-Nya.”
    • Nuansa: Menunjukkan usaha sabar yang memerlukan daya tahan ekstra, terutama dalam menjalankan ibadah.

Perbedaan Utama:

  • Tingkat Kesungguhan: Ṣabara menggambarkan sabar secara umum, sedangkan ishṭabir menuntut kesabaran yang lebih besar dan intens.
  • Konteks Penggunaan: Ṣabara digunakan untuk situasi umum, sementara ishṭabir digunakan untuk konteks yang lebih spesifik, seperti ketaatan dalam ibadah.
  • Nuansa Makna: Ṣabara menggambarkan keadaan sabar, sementara ishṭabir menggambarkan proses aktif dan perjuangan untuk tetap sabar.

Kesimpulan

  1. Shalat adalah Perintah Utama: Orang tua harus memerintahkan anak-anaknya untuk mendirikan shalat meskipun itu sulit. Kesabaran adalah kunci dalam membimbing anak agar konsisten dalam ibadah.
  2. Rezeki adalah Jaminan Allah: Shalat akan mendatangkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, “Ketika kamu mengerjakan shalat, maka rezeki akan datang kepadamu dari arah yang tidak kamu sangka.”
  3. Kesabaran dalam Pendidikan: Menanamkan kebiasaan shalat membutuhkan waktu, pengulangan, dan kesabaran. Orang tua harus menjadi teladan dengan menjalankan shalat secara konsisten dan melibatkan anak dalam ibadah sejak dini.
  4. Kesabaran Ekstra dalam Mendidik Anak: Kata “ishṭabir” menunjukkan bahwa mendidik anak dalam hal ibadah, khususnya shalat, membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Orang tua harus bersungguh-sungguh dan berjuang untuk memastikan anak-anak terbiasa dengan kewajiban ini, meskipun memerlukan usaha yang berat.
  5. Pentingnya Istiqamah: Selain memerintahkan, orang tua harus terus memotivasi dan mengingatkan anak-anak untuk tetap istiqamah dalam menjalankan shalat, baik dalam kondisi mudah maupun sulit.
  6. Rezeki Berkah dari Ketaatan: Ayat ini mengajarkan bahwa rezeki tidak hanya berupa materi, tetapi juga keberkahan dalam hidup yang berasal dari ketaatan kepada Allah, terutama melalui shalat.
  7. Ketakwaan adalah Kunci Sukses: Kesudahan yang baik di dunia dan akhirat hanya diperuntukkan bagi mereka yang bertakwa. Ini menekankan pentingnya mendidik anak untuk bertakwa melalui ibadah shalat dan nilai-nilai Islami lainnya.
  8. Shalat Sebagai Pilar Utama Agama: Jika shalat ditegakkan dengan baik, ibadah lainnya akan lebih terjaga. Namun, jika shalat diabaikan, ibadah lainnya pun cenderung akan terbengkalai.

Dengan menanamkan pentingnya shalat kepada keluarga, seorang Muslim tidak hanya melaksanakan perintah Allah tetapi juga memastikan keberkahan hidup di dunia dan akhirat.

***

Tidak ada komentar