SABAR DAN TEGUH
SABAR DAN TEGUH
Pejuang yang telah
merelakan dirinya di jalan pengorbanan tidak akan teguh di jalan ini selama
tidak memiliki sifat sabar. Golongan apapun yang memilih jalan cobaan, maka
ikatannya tidak akan bertahan lama dan tidak akan pernah berpegang teguh dengan
niatnya selama tidak saling memberi nasehat dengan kebenaran dan saling
berwasiat dengan kesabaran. Dan orang-orang beriman tanpa ada pengecualian
adalah yang dimaksud dengan firman Allah I:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah
supaya kamu beruntung. (QS. Ali Imran :200)
Sabar ikhtiyari (yang bisa diusahakan), para ulama
memberikan definisi yang bervariasi, di antaranya adalah:
Ath-Thabari rahimahullah berkata, 'Sabar: yaitu menahan
jiwa terhadap yang disukainya dan mengekangnya dari hawa nafsunya.'[1]
Ibrahim al-Khawwash rahimahullah berkata, 'Sabar: yaitu
berpegang teguh di atas al-Qur`an dan as-Sunnah.'[2] Dan Ibnul Jauzi
mengatakan bahwa sabar adalah menahan jiwa dari apapun yang disukainya dan menekannya
dengan melakukan yang tidak disukainya
di dunia, yang jika ia melakukannya atau meninggalkannya niscaya ia merasakan
akibat buruknya di akhirat.[3]
Adapun sabar
terhadap bala yang ditaqdirkan dan musibah menimpa, yang manusia tidak punya
kehendak dan pilihan padanya, maka seperti yang dikatakan Ibnu 'Atha`: Sabar
adalah berdiri bersama bala dengan adab yang baik. Dan Abu Ali ad-Daqqaq
berkata, 'Hakekat sabar adalah tidak menentang terhadap yang ditaqdirkan.'…[4]
Hidup adalah
pertarungan di antara hak dan batil, dan yang paling panjang jiwanya dan paling
banyak kesabarannya adalah pemenang dalam pertarungan ini:
وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ
فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا
Dan
Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi yang lain.Sanggupkah kamu bersabar Dan
Rabbmu Maha Melihat. (QS. Al-Furqan:20)
Dan orang-orang sesat saling berpesan agar tetap sabar di atas
kebatilan:
وَانطَلَقَ الْمَلأُ مِنْهُمْ أَنِ
امْشُوا وَاصْبِرُوا عَلَى ءَالِهَتِكُمْ
Dan
pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata):"Pergilah kamu dan
tetaplah (menyembah) ilah-ilahmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang
dikehendaki. (QS. Shaad:6)
إِن كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ
ءَالِهَتِنَا لَوْلآ أَن صَبَرْنَا عَلَيْهَا
Sesungguhnya
hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita, seandainya kita
tidak sabar (menyembah)nya…. (QS. Al-Furqan:42)
Bukankah orang-orang yang benar berkata
kepada orang-orang yang batil:
وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَى
مَآءَاذَيْتُمُونَا وَعَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ
dan
kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan
kepada kami.Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu
berserah diri" (QS. Ibrahim:12)
Sehingga sunnatullah menjadi realita
pada diri mereka dengan kemenangan dan keteguhan:
وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ
الْحُسْنَى عَلَى بَنِي إِسْرَاءِيلَ بِمَا صَبَرُوا
Dan
telah sempurnalah perkataan Rabbmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil
disebabkan kesabaran mereka. (QS. Al-A'raaf:137)
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً
يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا
Dan
Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk
dengan perintah Kami ketika mereka sabar. (QS. As-Sajdah:24)
Mayoritas
manusia beralasan bahwa tabiat mengalahkan mereka dan sesungguhnya mereka tidak
mampu menahan diri dan tidak bisa sabar. Dan jikalau salah seorang dari mereka
bersungguh-sungguh melawan nafsunya niscaya ia bisa menahan amarah, menahan
diri dari yang haram, meluaskan dadanya, qana'ah (menerima) pemberian
Allah I kepadanya, dan tetap tegar menghadapi
cobaan yang ditimpakan Allah I kepadanya. Rasulullah r bersabda:
وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ,
وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ, وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرُهُ اللهٌُ
"Barangsiapa
yang berusaha menjaga diri (dari yang haram), niscaya Allah I menjaganya (dari yang haram), barangsiapa
yang merasa cukup niscaya Allah I memberikan kekayaan kepadanya, dan
barangsiapa yang berusaha sabar niscaya Allah I memberikan kesabaran kepadanya…"[5]
Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan
tentang pengertian hadits di atas: 'Niscaya Allah I memberikan kesabaran kepadanya' sesungguhnya Dia I menguatkan dan meneguhkannya dari nafsunya
sehingga nafsu itu tunduk kepadanya dan patuh untuk memikul beban yang berat,
ketika itulah Allah I bersamanya, maka Dia I memberikan keberuntungan kepadanya dengan
tuntuntan-Nya.[6]
Sabar
yang terpuji adalah yang tanpa disertai perasaan marah, keluh kesah, putus asa,
dan tidak pula mengeluh. Dalam pengertian inilah Nabi r bersabda:
لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ يَقَعُ
الطَّاعُوْنُ, فَيَمْكُثُ فِى بَلَدِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا, يَعْلَمُ أَنَّهُ
لاَيُصِيْبُهُ إِلاَّ مَاكَتَبَ اللهُ لَهُ, إِلاَّ كَانَ لَهُ مِثْل أَجْرِ
شَهِيْدٍ
"Tidak ada seseorang yang terkena
tha'un, lalu ia tetap tinggal di negerinya dengan sabar serta tetap
mengharapkan pahala, ia meyakini bahwa tidak ada yang menimpanya kecuali
sesuatu yang telah ditentukan Allah I kepadanya, melainkan untuknya pahala orang
yang mati syahid."[7]
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, 'Shabiran
(dengan sabar): tidak gelisah dan keluh-kesah, bahkan ia berserah kepada Allah I, ridha dengan qadha-Nya.'[8]
Dan ketika Rasulullah r diperintahkan sabar dalam permulaan
dakwahnya, beliau r diperintahkan bersabar yang baik:
فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيلاً
Maka
bersabarlah kamu dengan sabar yang baik. (QS. Al-Ma'arij:5)
Al-Qurthubi berkata: 'Sabar yang baik
adalah yang tidak ada keluh kesah padanya dan tidak mengadu kepada selain Allah
I.[9]
Sabar
yang terpuji adalah yang mengandung kesempurnaan tawakkal dan keyakinan kepada
Allah I. Keyakinan inilah yang membuah seorang
mujahid selalu maju, tanpa pernah mundur ke belakang. Seorang laki-laki
bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku terbunuh fi
sabilillah, apakah Allah I mengampuni dosa-dosaku? Rasulullah r bersabda:
نَعَمْ إِنْ قُتِلْتَ فِى سَبِيْلِ
اللهِ وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٌ
'Benar, jika engkau
terbunuh fi sabilillah, sedangkan engkau tetap sabar, mengharapkan pahala,
terus maju tidak pernah mundur…"[10]
Yaitu sabar yang indah dengan keyakinan di
saat musibah, di mana ia tidak kehilangan kontrolnya dan tidak mengeluh dengan
lisannya.
Di
dalam hadits qudsi:
ابْنَ آدَمَ إِنْ صَبَرْتَ
وَاحْتَسَبْتَ عِنْدَ الصَّدْمَةِ
اْلأُوْلَى لَمْ أَرْضَ لَكَ ثَوَابًا دُوْنَ الْجَنَّةِ.
"Wahai
keturunan Adam u, jika engkau sabar dan mengharapkan pahala
saat kejadian pertama, Aku tidak senang memberikan pahala kepadamu selain surga."[11]
Al-Khaththabni berkata: maksudnya bahwa
sabar yang terpuji adalah yang dilakukan saat kejadian pertama, berbeda setelah
itu, maka sesungguhnya ia menjadi terhibur bersama berlalunya hari.[12]
Sesungguhnya
orang-orang menjalani kehidupan dengan sabar, mereka merasakan kenikmatannya
dan memetik buahnya, pendirian yang sabar itu meninggalkan bekasnya dalam
kehidupan mereka. Umar t berkata, 'Sesungguhnya kami menemukan
kebaikan hidup kami dengan kesabaran.'[13] Dan Rasulullah r bersabda:
وَمَا
أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ
"Seseorang
tidak pernah diberikan hadiah yang lebih baik dan lebih luas daripada sabar."[14]
Dan Rasulullah r menggambarkan sabar dengan sabdanya:
وَالصَّبْرُ
ضِيَاءٌ
"…dan sabar
adalah cahaya…'[15]
An-Nawawi rahimahullah berkata: maksudnya,
sesungguhnya sabar itu terpuji, dan pelakunya senantiasa bercahaya, mendapat
petunjuk, selalu berada di atas kebenaran.[16]
Dan Rasulullah r menunjukkan rasa kagum dengan kebaikan yang meliputi kehidupan orang-orang
yang sabar dengan sabda beliau:
عَجَبًا
لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ, وَلَيْسَ ذلِكَ لِأَحَدٍ
إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ. إِنْ أَصَابَتْهُ السَّرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.
وَإِنْ أَصَابَتْهُ الضَّرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.
“Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin,
sesungguhnya semua perkaranya adalah kebaikan, dan hal itu tidak pernah ada
kecuali bagi orang yang beriman. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur,
maka hal itu menjadi kebaikan baginya.
Dan jika mendapat kesusahan, ia bersabar, maka hal itu menjadi kebaikan
baginya.”[17]
Firman Allah I:
وَلَئِن
صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ
Akan
tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang
yang sabar. (QS. An-Nahl:126)
Dan kebaikan terpenting yang ada dalam kehidupan sabar
bahwa ia membedakan barisan dan menyingkap sumber daya laki-laki yang
sebenarnya:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَا
أَخْبَارِكُمْ
Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar
Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kamu; dan agar
Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu. (QS. Muhammad :31)
Sebagian
orang mengira bahwa sabar adalah merupakan kehinaan bagi pelakunya, padahal
Rasulullah r menekankan bahwa sesungguhnya:
...وَلاَ ظلم عبْد
مَظْلَمَة صَبَرَ عَلَيْهَا إِلاَّ زَادَهُ اللهُ –عز وجل- عِزًّا
“...dan tidaklah seorang hamba diperlakukan secara dzalim
yang ia bersikap sabar atasnya, melainkan Allah I menambah kemuliaan kepadanya.”[18]
Dan orang yang tetap di atas kesabaran, tekun dalam
bekerja, Rasulullah r memberikan kabar gembira, seperti sabda beliau kepada
Abdullah bin Abbas t:
وَاعْلَمْ
أَنّ فِى الصَّبْرِ عَلَى مَاتَكْرَهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ
الصَّبْرِ وَالْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Ketahuilah, sesungguhnya dalam kesabaran terhadap yang tidak
disukai terdapat kebaikan yang banyak, sesungguhnya kemenangan bersama kesabaran,
kelapangan bersama kesusahan, dan sesungguhnya bersama kesusahan ada kemudahan.”[19]
Masyarakat
muslim adalah yang meratanya sikap saling memberi nasehat dengan kesabaran dan
saling memberikan pesan untuk bersabar. Saat Rasulullah r melewati seorang perempuan yang sedang menangis di sisi
kubur, beliau bersabda kepadanya:
اِتَّقِي
اللهَ وَاصْبِرِيْ
“Bertaqwalah engkau dan bersabarlah.”[20]
Dan ketika salah seorang putri Rasulullah r mengutus seseorang kepada beliau untuk memberikan kabar
bahwa anaknya telah wafat, beliau r mengutus kepadanya dengan sabda beliau:
إِنَّ
ِللهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلٌّ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمَّى
فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ
“Sesungguhnya milik Allah I apa yang Dia ambil dan bagi-Nya apa yang Dia berikan.
Dan semuanya di sisi-Nya dengan ajal yang sudah ditentukan, maka hendaklah ia
sabar dan mengharapkan pahala.”[21]
Dan kerugian tidak pernah sirna dari komunitas suatu
masyarakat selama belum mempunyai sifat:
وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-'Ashr:3)
وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ
…dan
saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. (QS.
Al-Balad:17)
Karena
rasanya sabar itu adalah pahit, maka manusia harus menjaga dan membekali
dirinya dengan sabar yang baik. Dan di antara yang membantu seorang muslim
untuk sabar adalah menghadirkan sesuatu yang disediakan Allah I untuk orang-orang
yang sabar, berupa penghapusan kesalahan, meninggikan derajat, dan memperbanyak
kebaikan. Maka dalam cerita perempuan yang menderita penyakit ayan, sesungguhnya Rasulullah r memberikan pilihan kepadanya:
إِنْ
شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةَ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللهَ أَنْ يُعَافِيَكِ
“Jika engkau mau, engkau bersabar dan untukmu surga, dan jika
engkau menghendaki, aku berdoa kepada Allah I agar menyembuhkan engkau.”[22]
Tiga orang datang kepada Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash t, mengadukan kepadanya tentang kebutuhan mereka untuk
biaya nafkah, binatang, dan harta benda, maka dia memberikan pilihan kepada
mereka: ‘Jika kamu menghendaki, kamu kembali kepada kami (di waktu yang lain), lalu kami memberikan
kepadamu apa-apa yang dimudahkan Allah I untukmu. Dan jika kamu menghendaki, kami menyebutkan persoalan kamu kepada
pemerintah. Dan jika kamu menghendaki, kamu bersabar. Sesungguhnya aku
mendengar Rasulullah r bersabda:
فُقَرَاءُ
الْمُهَاجِرِيْنَ يَسْبِقُوْنَ اْلأَغْنِيَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَى
الْجَنَّةِ بِأَرْبَعِيْنَ خَرِيْفًا
”Orang-orang fakir dari kalangan muhajirin mendahului orang-orang kaya masuk surga di
hari kiamat selama empat puluh kharif (tahun).”
Mereka berkata: maka sesungguhnya kami bersabar, tidak
meminta sesuatu pun.’[23]
Dan mengingat riwayat
orang-orang shalih dan mengikuti mereka menolong seseorang untuk sabar dan
teguh. Maka ketika Rasulullah r diceritakan bahwa ada seorang laki-laki yang mencela pembagian Rasulullah r, beliau bersabda:
يَرْحَمُ
اللهُ مُوْسَى قَدْ أُوْذِيَ بِأَكْثَرَ مِنْ هَذَا فَصَبَرَ
“Semoga Allah I memberi rahmat kepada Musa u, ia telah disakit melebih hal ini maka ia tetap sabar.”[24]
Dan al-Qur`an mengarahkan kepada pengertian ini:
فَاصْبِرْ
كَمَا صَبَرَ أُوْلُوا الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai
keteguhan hati dari rasul-rasul yang telah bersabar ...(QS.
Al-Ahqaaf:35)
Jiwa terasa
mudah menerima bala dan menghadapi cobaan saat ia mengetahui bahwa bala dan
sabar menurut kadar kekuatan iman. Rasulullah r pernah ditanya:
أَيُّ
النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً؟ فَقَالَ: اَْلأَنْبِيَاءُ ثُمَّ اْلأَمْثَلُ
فَاْلأَمْثَلُ, يُبْتَلَى اْلعَبْدُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ. فَإِنْ كَانَ فِى
دِيْنِهِ صَلْبًا اشْتَدَّ بَلاَءُهُ. وَإِنْ كَانَ فِى دِيْنِهِ رِقَّةً
ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ. فَمَا يَبْرَحُ اْلبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى
يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى اْلأَرْضِ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ.
“Manusia seperti apakah yang paling berat mendapatkan bala?
Beliau menjawab, ‘Para nabi, kemudian orang yang serupa, lalu yang serupa.
Seorang hamba mendapat cobaan menurut kadar agamanya. Maka jika kuat dalam
agamanya niscaya beratlah balanya. Dan jika ia rapuh dalam agamanya, niscaya ia
dicoba menurut kadar agamanya. Maka bala selalu menyertai hamba sampai
meninggalkannya berjalan di di atas bumi dan tidak ada lagi kesalahan atasnya.”[25]
Dan di dalam hadits yang lain:
لَقَدْ
كَانَ أَحَدُهُمْ يُبْتَلَى باِلْفَقْرِ حَتَّى مَا يَجِدُ إِلاَّ الْعَبَاءَةَ
يَجُوْبُهَا فَيَلْبَسُهَا, وَيُبْتَلَى بِاْلقُمَلِ حَتَّى يَقْتُلُهَا.
َوَلأَحَدُهُمْ أَشَدُّ فَرَحًا بِالْبَلاَءِ مِنْ أَحَدِكُمْ بِالْعَطَاءِ
“Sungguh salah seorang dari mereka mendapat cobaan dengan
kemiskinan, sehingga ia tidak mendapatkan selain abayah (pakaian luar) yang
menutupinya, maka ia memakainya. Dan ia mendapat cobaan dengan kutu sehingga
membunuhnya. Dan sunguh salah seorang dari mereka sangat senang dengan bala
melebihi perasaan salah seorang dari kalian yang mendapatkan pemberian.”[26]
Ketika orang yang
sabar mengetahui bahwa sabar menghapus karat-karat dosa, ia lebih semangat
untuk mendapatkan rahmat Allah I, lebih banyak ridha terhadap qadar Allah I. Sebagian orang
ada yang tidak mempunyai amal shalih yang ditekuninya, yang bisa mengangkat
derajat mereka, ternyata mereka mendapatkan kedudukan yang tinggi karena sifat
sabar:
إِنًّ الرَّجُلَ
لَيَكُوْنُ لَهُ الْمَنْزِلَةُ عِنْدَ اللهِ فَمَا يَبْلُغُهَا بِعَمَلٍ, فَلاَ
يَزَالُ اللهُُ يَبْتَلِيْهِ بِمَا يَكْرَهُ حَتَّى يُبَلِّغُهُ إِيَّاهُ
"Sesungguhnya seseorang mendapat kedudukan (yang tinggi)
di sisi Allah I, bukanlah karena amal ibadah yang menyampaikannya kepada
kedudukan itu, maka Allah I senantiasa mengujinya dengan yang tidak disukainya,
hingga menyampaikannya kepada kedudukan itu."[27]
Mereka itulah yang menjadi pusat perhatian di hari kiamat dari
orang-orang yang mendapatkan kenikmatan di dunia:
لَيَوَدَّنَّ أَهْلُ اْلعَافِيَةِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَّ جُلُوْدَهُمْ قُرِضَتْ باِلْمَقَارِيْضِ بِمَا يَرَوْنَ
مِنْ ثَوَابِ أَهْلِ الْبَلاَءِ
"Orang-orang yang sehat (semasa di dunia) berangan-angan
pada hari kiamat bahwa kulit mereka dipotong dengan gunting, karena mereka
melihat pahala orang-orang yang mendapat cobaan (semasa hidup di dunia)."[28]
Inilah kebersamaan Allah I untuk orang-orang yang sabar:
وَاصْبِرُوا
إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
dan
bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS.
Al-Anfaal:46)
dan Allah I memberikan janji kepada hamba-hamba-Nya yang sabar:
فَاصْبِرْ
إِنَّ وَعْدَ اللهَ حَقٌّ
Maka bersabarlah Kamu, sesungguhnya janji Allah adalah
benar…. (QS. Ar-Ruum:60)
Sabar terasa mudah atasmu saat engkau memikirkan keberanian
hamba terhadap Rabb-nya, kemudian kemurahan Allah I bersama mereka:
مَا أَحَد أَصْبَرُ عَلَى أَذًى
يَسْمَعُهُ مِنَ اللهِ تَعَالى: إِنَّهُمْ يَجْعَلُوْنَ لَهُ أَنْدَادًا
وَيَجْعَلُوْنَ لَهُ وَلَدًا, وَهُوَ مَعَ ذلِكَ يَرْزُقُهُمْ وَيُعَافِيْهُمُ
وَيُعْطِيْهِمْ.
"Tidak
ada seseorang yang lebih sabar terhadap gangguan yang didengarnya selain Allah I: sesungguhnya mereka menjadikan sekutu dan menjadikan anak
bagi-Nya, kendati demikian Dia I
tetap memberi rizqi, memberi kesehatan, dan memberikan pemberian kepada mereka."[29]
Sebagaimana sabar terasa gampang atas kita, ketika kita teringat
sesungguhnya musuh-musuh kita merasakan sakit sebagai kita merasa sakit. Sayyid
Quthub rahimahullah berkata: 'Apabila orang yang batil terus menerus,
sabar dan terus berlalu di jalan, sudah seharusnya kebenaran lebih teguh dan
lebih besar kesabarannya untuk terus berada di jalan (kebenaran).'[30] Karena semua itulah:
يَآأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ
الصَّابِرِينَ
Hai
orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah:153)
Di antara gambaran
sabar yang Allah I menguji hamba-hamba-Nya: cobaan kesehatan, sebagaimana
disebutkan dalam hadits qudsi:
إِذَا
ابْتَلَيْتُ عَبْدِي بِحَبِيْبَتَيْهِ فَصَبَرَ عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْجَنَةَ
"Apabila aku menguji hamba-Ku dengan dua kekasihnya (dua
mata-Nya), lalu ia sabar, niscaya Aku menggantikan keduanya dengan surga
untuknya."[31]
Sebagaimana kita juga dicoba dengan kesenangan dan kekayaan:
إِنَّكُمْ
سَتَرَوْنَ بَعْدِي أَثَرةً شَدِيْدَةً فَاصْبِرُوْا
"Sesungguhnya
kamu akan melihat sesudahku mengutamakan diri sendiri yang sangat kuat, maka
sabarlah."
Anas t berkata, 'Maka kami tidak sabar."[32]
Dan di antara
gambaran sabar yang paling besar adalah di saat berhadapan musuh, karena itulah
Rasulullah r pernah bersabda:
لاَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ
وَسَلُوْا اللهَ الْعَافِيَةَ, فَإِذَا لَقِيْتُمُوْهُمْ فَاصْبِرُوْا
"Jangan
kamu mengharapkan bertemu musuh dan mohonlah afiyat kepada Allah I, apabila engkau bertemu mereka, maka bersabarlah…"[33]
Dan Rasulullah r mengambil janji mereka agar tidak lari (dari medan perang), dan
hal itu dengan berjanji untuk sabar.[34]
Dan al-Qur`an
telah memberikan contoh amaliyah tentang sabar dalam menuntut ilmu, di mana
hamba yang shalih (Khidhir) memberi syarat kepada Musa u untuk sabar di permulaan dan Musa u menduga bahwa ia sanggup untuk sabar:
قَالَ سَتَجِدُنِي إِن شَآءَ اللهُ
صَابِرًا
Musa
berkata:"Insya Allah kamu akan mendapatkanku sebagai seorang yang
sabar…". (QS. Al-Kahfi:69)
Dan hamba yang shalih mengingatkannya setiap kali:
قَالَ أَلَمْ
أَقُل لَّكَ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِىَ صَبْرًا
Khidhr
berkata:"Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak
akan dapat sabar bersamaku" (QS. Al-Kahfi75)
Sampai akhirnya keduanya berpisah setelah Musa u tiga kali diperingatkan oleh hamba yang shalih. Dan disebutkan
dalam hadits:
لَوْ صَبَرَ لَرَأَى الْعَجَبَ
"Jikalau
ia (Musa u) sabar, niscaya ia melihat keajaiban (sesuatu yang mengagumkan)."[35]
Perbendaharaan ilmu tidak pernah terbuka kecuali bagi
orang-orang yang sabar serta teguh.
Sabar menjadi
keharusan dalam mendidik anak, terutama jika mereka adalah anak-anak perempuan.
Dan dengan sabar dalam mendidik, terbukalah bagi pendidik pintu pahala atau
ditulis baginya terdinding dari neraka, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
مَنْ كَانَ لَهُ ثَلاَثُ بَنَاتٍ
فَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ وَأَطْعَمَهُمْ وَسَقَاهُمْ وَكَسَاهُمْ مِنْ جِدَتهِ كُنَّ
لَهُ حِجَابًا مِنَ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
"Barangsiapa
yang mempunyai tiga orang putri maka ia sabar atas mereka, ia memberi makan,
memberi minum, dan memberi pakaian kepada mereka dari kekayaannya, niscaya
mereka (tiga orang putri) menjadi perisai baginya dari api neraka di hari
kiamat."[36]
Firman Allah I:
وَأْمُرْ
أَهْلَكَ بِالصَّلاَةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لاَنَسْئَلُكَ رِزْقًا نَّحْنُ
نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberi rizki
kepadamu. Dan akibat(yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa. (QS.
Thaha:132)
Sesungguhnya seorang
mukmin yang bergaul di tengah masyarakat harus berbekal dengan sifat sabar
terhadap kesalahan manusia, agar ia bisa bergaul dengan mereka dan memperbaiki
kondisi mereka. Dan dalam hal itulah, Nabi r bersabda:
اَلْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ
النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ الْمُؤْمِنِ الَّذِي
لاَ يُخَالِطُ النَّاسَ وَلاَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ.
"Seorang
mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar terhadap gangguan mereka lebih
besar pahalanya daripada seorang mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan
tidak sabar terhadap gangguan."[37]
Dan di antara tiga golongan yang dicintai oleh Allah I:
الرَّجُلُ
الَّذِي لَهُ الْجَارُ يُؤْذِيْهِ جوَارُه فَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُ حَتَّى بفرقُ
بَيْنَهُمَا مَوْتٌ أَوْ ظَعْنٌ.
"Seseorang
yang mempunyai tetangga yang menyakitinya, lalu ia sabar terhadap gangguannya,
sehingga keduanya dipisahkan oleh kematian atau safar…"[38]
Seorang mujahid
yang berjalan untuk memulai kehidupan islam dan mendirikan masyarakat Islam, ia
harus sabar di sepanjang jalan, beratnya perjuangan dan susahnya cobaan, di
tambah lagi kesabaran menolak kezaliman dan orang-orang zalim, dan ketika
itulah ia merasakan pengertian iman:
أَفْضَلُ اْلإِيْمَانِ الصَّبْرُ
وَالسَّمَاحَةُ
"Iman
yang paling utama adalah sabar dan memaafkan."[39]
Kesimpulan:
1.
Jihad tidak bisa terus berlangsung tanpa
sifat sabar.
2.
Orang-orang batil bisa sabar di atas
kebatilan mereka, dan orang-orang benar lebih utama lagi…
3.
Sabar bisa diusahakan dengan terus berusaha
sabar.
4.
Kesudahan sabar adalah kebaikan.
5.
Sabar yang terpuji adalah yang tidak
mengandung rasa benci, keluh kesah, dan tidak pula mengaduh.
6.
Sabar yang terpuji bisa diperoleh dengan
tawakal dan keyakinan yang sempurna.
7.
Sabar adalah kemuliaan, dan di dalam
keteguhan di atasnya diperoleh kelapangan.
8.
Di antara yang bisa membantu untuk
mendapatkan sabar adalah:
a.
Membayangkan pahala yang sediakan Allah I untuk orang-orang yang sabar.
b.
Mencontoh riwayat hidup orang-orang yang
sabar.
c.
Mengingat bahwa bala diberikan menurut
kadar kekuatan agama.
d.
Mengingat bahwa sabar dapat menghapuskan
dosa-dosa.
9.
di antara gambaran sabar:
a.
Sabar terhadap sakit dan cobaan terhadap
tubuh.
b.
Sabar di saat susah.
c.
Sabar dalam menuntut ilmu.
d.
Sabar dalam mendidik anak.
e.
Sabar terhadap kesalahan orang lain.
f.
Sabar di atas panjangnya jalan dan beratnya
mujahadah.
[1] Dari syarh Fath al-Bari 3/172, dari
Syarh kitab al-Jana`iz, bab ke-42, no. 1302.
[2] Syarh an-Nawawi 2/104.
[3] Dari Fath al-Bari 11/304, Syarh kitab
ar-Riqaq, bab ke-20.
[4] Ucapan 'Atha dan ad-Daqqaq bersumber dari Syarh an-Nawawi bagi
Shahih Muslim 2/104.
[5] Shahih al-Bukhari, kitab Zakat, bab
ke-50, no. 1469.
[6] Fath al-Bari 11/304, kitab ar-Riqaq, bab
ke-20, no.6470.
[7] Shahih al-Bukhari, kitab al-Anbiya`, bab
ke-54, no. 3474.
[8] Fath al-Bari 10/193, dari syarh kitab ath-Thib
bab ke-31, no.5734.
[9] Tafsir al-Qurthubi 18/184
[10] Shahih Sunan at-Tirmidzi , Syaikh al-Albani,
kitab al-Iman, bab ke-32 (Shahih).
[11] Shahih Sunan Ibnu Majah, Syaikh
al-Albani, kitab Jaza`iz, bab ke-55, no. 1597 (Hasan).
[12] Dari Fath al-Bari 3/150 dari syarh
kitab al-Jana`iz, bab ke-31, no. 1283.
[13] Al-Bukhari menyebutkannya dalam judul
bab ke-20, kitab ar-Riqaq.
[14] Shahih al-Bukhari, kitab zakat, bab ke-50, no. 1469.
[15] Shahih Muslim, kitab ath-Thaharah, bab ke-1
no. 1/223.
[16] Syarh an-Nawawi terhadap Shahih Muslim 2/103-104.
[17] Shahih Muslim, az-Zuhd wa
ar-Riqaq, bab ke-13, hadits 64/2999.
[18] Shahih al-Jami’ no. 3024.
[19] Musnad Ahmad 1/307-308,
dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no.7907.
[20] Shahih al-Bukhari, kitab
Jana`iz, bab ke-31, no.1283.
[21] Shahih al-Bukhari, kitab
Jana`iz bab ke-32, no. 1284.
[22] Shahih al-Bukhari
[23] Shahih Muslim, permulaan
kitab zuhud, no. 37/2979.
[24] Shahih al-Bukhari, kitab
al-Anbiya, bab ke-28, no. 3405.
[25] Shahih Sunan Ibnu Majah,
kitab al-Fitan, bab ke-23, no.3249.
[26] Shahih al-Jami’ no. 995
(shahih).
[27] Shahih al-Jami' no. 1625 (Shahih).
[28] Shahih al-Jami' no. 1625 (Hasan).
[29] Shahih Muslim, kitab al-Munafiqin, bab ke-9,
hadits no. 50/2804.
[30] Fi Dzilalil Qur'an 1/546, dari ayat terakhir
dari surah Ali Imran.
[31] Shahih al-Bukhari, kitab al-Mardha, bab ke-7,
no. 5653.
[32] Shahih al-Bukhari, kitab Fardh
al-Khumus, bab ke-19, no. 3147.
[33] Shahih al-Bukhari, kitab al-Jihad, bab
ke-32 no. 3025.
[34] Shahih al-Bukhari, kitab al-Jihad, bab ke-110,
no. 2958.
[35] Shahih Muslim, kitab Fadhail, bab ke-46, no.
172/2380.
[36] Shahih Sunan Ibnu Majah, Syaikh al-Albani,
kitab al-Adab, bab ke-3, no. 2959.
[37] Shahih Sunan Ibnu Majah, Syaikh al-Albani,
kitab al-Fitan, bab ke-23, no. 3257 (Shahih).
[38] Musnad Ahmad 5/151, dishahihkan oleh
Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami' no. 3074.
[39] Shahih al-Jami' no. 1097 (Shahih).
Post a Comment